Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang

Dalam istilah pengelolaan hutan konservasional, inventore hutan diperlukan


untuk mengetahui kekayaan yang terkandung di dalam suatu hutan pada saat
tertentu dengan dominasi pohon-pohonan selalu mengalami perubahan setiap
waktu. Oleh karena itu jumlah kekayaan yang terkandung di dalam hutan juga
selalu berubah. Hal itu menyebabkan inventore hutan tidak mudah untuk
dilaksanakan, namun adanya kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh
inventorehutan justru mendorong perkembangan tekhnik inventore hutan itu
sendiri dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengannya.
Nilai kekayaan suatu hutan tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan hutan yang
ada pada inventore yang ada serta taksiran perubahan yang terjadi, tetapi juga
ditentukan oleh faktor-faktor yang lain di luarnya. Semua itu merupakan elemen-
elemen yang terkandung di dalamnya yang akan dicatat dalam suatu inventore
hutan.
Suatu inventarisasi hutan lengkap dipandang dari segi penaksiran kayu harus
berisi deskripsi areal berhutan serta pemilikannya, penaksiran volume (parameter
lain seperti berat) pohon-pohon yang masih berdiri, dan penaksiran tambah-
tumbuh dan pengeluaran hasil. Dalam inventarisasi tertentu, dapat diberikan
tekanan atau pembatasan pada satu atau beberapa masalah tersebut, bergantung
pada asas tujuan. Tetapi untuk suatu penilaian yang menyeluruh terhadap suatu
areal hutan dan terutama bermaksud untuk mengelolanya berdasar asas hasil
lestari, semua elemen itu harus dikuasai.
Kegiatan inventarisasi tegakan merupakan salah satu tahapan awal yang
sangat penting dalam pengusahaan hutan. Di dalam kegiatan inventarisasi hutan,
keadaan tegakan, komposisi serta penyebaran jenis pohon memegang peranan
yang sangat penting dalam menentukan tindakan-tindakan silvikultur yang akan
diterapkan. Ketelitian data yang diperoleh dari kegiatan inventarisasi potensi

1
tegakan tersebut merupakan kunci dari tercapainya kelestarian pengusahaan dan
kelestarian sumberdaya hutan yang akan dikelola.
Mengingat bahwa pembangunan, dan pemanfaatan hutan tidak terlepas bahkan
merupakan bagian dari pada usaha pembangunan daerah, maka dalam
inventarisasi hutan lawasa cakupannya tidak terbatas hanya pada tegakan hutan
saja, tetapi mencakup pula masalah social ekonomi yang erat kaitannya dengan
pemanfaatan hutan yang direncanakan

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum Inventarisasi Hutan adalah agar mahasiswa dapat


mengetahui sekaligus memahami cara pengembilan data dengan benar dari
tegakan hutan dalam hal pengukuran parameter pohon dengan menggunakan
metode Line Plot Systematic Sampling.
Kegunaan dari praktikum Inventarisasi Hutan ini adalah agar mahasiswa
dapat memahami tata cara pembuatan jalur petak ukur, cara menentukan arah
jalur, serta cara pengukuran jarak petak ukur pada masing-masing jalur.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Inventarisasi Hutan

Inventarisasi Hutan adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan


fakta mengenai sumberdaya hutan untuk rencana
pengelolaannya. Tujuannya adalah mendapatkan data yang akan diolah menjadi
informasi yang dipergunakan sebagai bahan perencanaan dan perumusan
kebijaksanaan strategis jangka panjang, jangka menengah dan operasional jangka
pendek sesuai dengan tingkatan dan kedalam inventarisasi yang dilaksanakan.
Ruang lingkup inventarisasi hutan meliputi survei mengenai status dan
keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumberdaya manusia serta kondisi sosial
masyarakat di dalam dan sekitar hutan.
Inventarisasi hutan merupakan suatu teknik pengumpulan, pengevaluasian,
dari menyajikan informasi yang terspesifikasi dari suatu areal hutan karena secara
umum hutan merupakan areal yang luas, maka data biasanya di kumpulkan
dengan kegiatan sampling.
Di dalam merencanakan suatu inventarisasi hutan, ada beberapa hal yang
harus selalu diperhatikan walaupun bagi masing-masing tidak perlu mendapatkan
perhatian yang sama. Hal-hal yang yang perlu mendapatkan perhatian dalam
melaksanakan inventarisasi hutan

2.2 Pengertian Sistematik Sampling

Sampling sistematik adalah satu cara pengambilan sampel yang dilakukan


dengan satu pola yang bersifat sistematik (systematic pattern), yang telah
ditentukan terlebih dahulu. Bentuk pola tersebut bermacam-macam, bergantung
pada tujuan inventore, waktu dan biaya yang tersedia, serta kondisi populasi yang
dihadapi (Simon H. 2007).
Line plot systematic sampling merupakan perkembangan dari continous strip
sampling. Latar belakang penggunaan line plot sampling adalah untuk
menghemat waktu dan biaya dengan mengurangi pekerjaan pengukuran di

3
lapangan tetapi diharapkan tidak mengurangi kecermatan sampling yang diperoleh
(Simon H., 1996).
Intensitas sampling adalah suatu bilangan yang menggambarkan
perbandingan antara jumlah contoh dengan jumlah populasi seluruhnya
tergantung dari besar kecilnya intensitas sampling tergantung pada tingkat
kecermatan yang di inginkan dan heterogenitas dari populasi yang di hadapi
(Madyana. Th., 1989).
Dalam rancangan sampling jalur sistematik pemilihan jalur pertama secara
acak (random start) dan selanjutnya jalur di tempatkan secara sistematik. Adanya
pengambilan contoh secara sistematik dengan awal acak ini sangatlah tepat karena
untuk memperkecil kekurangan sistematik sampling, maka jalan keluarnya adalah
dengan mengkombinasikan metode sistematik sampling dengan metode random
sampling.
2.3 Pengelolaan Petak Ukur

Petak ukur adalah satuan sampling yang berupa bagian dari luasan sebuah
tegakan dimana akan dilakukan pengukuran dan pengamatan karakter tegakan dan
kondisi lahannya.
Pencatatan dan pengolahan data memperoleh perhatian yang cermat,
khususnya selama permulaan tahap perencanaan suatu invenntore hutan karena
sarana pengolahan data (misalnya tersedianya fasilitas dan personil untuk
perhitungan) atau biayanya akan mempunyai dampak yang berarti pada
rancangan, intensitas dan pembagian waktu seluruh inventore. Didalam kerangka
informasi yang diperlukan serta uang dan waktu yang tersedi, perlakuan terhadap
data harus dipandang sebagai faktor pembantu yang secara langsung
mempengaruhi pemilihan metode inventore. Secara umum akan ditekankan,
semakin sederhana rancangan inventorenya, semakin murah biaya penanganan
data dan semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.
Walaupun pengolahan data lebih membantu sebagai sarana inventore hutan
daripada sebagai faktor penentu, namun pengaruhnya terhadap realisasi inventore
tak dapat dianggap kecil

4
Secara umum tipe petak ukur dapat dipisahkan menjadi tiga macam yaitu
petak ukur sederhana dengan berbagai bentuk, petak ukur terkombinasi, dan petak
ukur satelit.
2.4 Populasi dan Sampel (Contoh)

Salah satu bagian dalam desain penelitian adalah menentukan populasi dan
sampel penelitian. Dewasa ini, kegiatan penelitian banyak dilakukan dengan
penarikan sampel, karena metode penarikan sampel lebih praktis, biayanya lebih
hemat, serta memerlukan waktu dan tenaga yang lebih sedikit dibandingkan
dengan metode sensus. Pengambilan sebagian dari keseluruhan objek, dan atas
hasil penelitian suatu keputusan atau kesimpulan mengenai keseluruhan objek
populasi dibuat, disebut sebagai metode penarikan sampel (sampling). Penelitian
yang memakai sampel untuk meneliti atau menyelidiki karakteristik objek
penelitian, dilakukan dengan beberapa alasan antara lain: objek yang diteliti
sifatnya mudah rusak, objek yang diteliti bersifat homogen, tidak mungkin
meneliti secara fisik seluruh objek dalam populasi, untuk menghemat biaya, untuk
menghemat waktu dan tenaga, serta keakuratan hasil sampling.
Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan
mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran
penelitiannya adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah
subjek penelitian, terutama dalam penelitian eksperimental. Dalam survai, sumber
data lazim disebut responden dan dalam penelitian kualitatif disebut informan atau
subjek tergantung pada cara pengambilan datanya. Penjelasan yang akurat tentang
karakteristik populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya sampel dan cara
pengambilannya dapat ditentukan secara tepat. Tujuannya adalah agar sampel
yang dipilih benar-benar representatif, dalam arti dapat mencerminkan keadaan
populasinya secara cermat. Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria
terpenting dalam pemilihan sampel dalam kaitannya dengan maksud
menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel terhadap populasinya. Jika
keadaan sampel semakin berbeda dengan kakarteristik populasinya, maka
semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya. Jadi, hal-hal yang
dibahas dalam bagian Populasi dan Sampel adalah (a) identifikasi dan batasan-

5
batasan tentang populasi atau subjek penelitian, (b) prosedur dan teknik
pengambilan sampel, serta (c) besarnya sampel.
Dalam penelitian yang menggunakan sampel sebagai unit analisis, baik pada
penelitian dengan pendekatan kuantitatif dan penelitian dengan pendekatan
kualitatif, setidaknya terdapat dua hal yang menjadi masalah atau persoalan yang
dihadapi, yaitu: pertama, bahwa persoalan sampling adalah proses untuk
mendapatkan sampel dari suatu populasi. Di sini sampel harus benar-benar bisa
mencerminkan keadaan populasi, artinya kesimpulan hasil penelitian yang
diangkat dari sampel harus merupakan kesimpulan atas populasi. Sehingga
masalah yang dihadapi adalah bagaimana memperoleh sampel yang representatif,
yaitu sampel yang dapat mewakili elemen lain dalam populasi atau mencerminkan
keadaan populasi. Kedua, masalah yang dihadapi dalam penelitian yang
menggunakan sampel sebagai unit analisis adalah tentang bagaimana proses
pengambilan sampel, dan berapa banyak unit analisis yang akan diambil.
Sehingga masalah yang dihadapi diantaranya teknik penarikan sampel manakah
yang cocok dengan karakteristik populasi, tujuan dan masalah penelitian yang
akan dikaji. Selain itu berapa banyak unit analisis atau ukuran sampel (sample
size) yang akan dilibatkan dalam kegiatan penelitian.
Populasi merupakan keseluruhan rangkaian unsur-unsur di mana kita sedang
mencari informasi tentang sesuatu dan ini harus diberi batasan secara baik. Suatu
sampel adalah suatu bahagian dari populasi yang kita harapkan merupakan wakil
populasi. Suatu sampel terdiri atas pengamatan-pengamatan dan terdapat n
observasi di dalam satu sampel (Paine P.D., 1992).
Di dalam pengukuran parameter pohon yang mempunyai arti penting dalam
pengukuran kayu adalah diameter atau keliling, tinggi pohon, tinggi batang,
diameter tajuk dan volume. Di samping dapat diukur pada berbagai ketinggian,
pengukuran diameter pohon melibatkan beberapa macam alat, baik untuk dimensi
dengan atau tanpa kulit (Simon H., 2007).
Sampel merupakan bagian populasi yang secara statistik dianggap refresentatif
untuk mewakili karakteristik atau menggambarkan parameter populasi tersebut
(Simon H., 2007).

6
Sampling merupakan bagian populasi yang secara statistik dianggap
representatif untuk mewakili karakteristik atau menggambarkan parameter
populasi tersebut. Sifat dari populasi dapat di ukur dengan tingkat kepercayaannya
(degree of confidence)dan ini merupakan eror sampling (sampling erorr) yang
selalu melekat pada sampel manapun. Hal ini disebabkan oleh dua hal yang
berkaitan dengan sifat alami populasi, yaitu :
a. Variasi di dalam populasi, dan
b. Kesempatan untuk memilih sampel/dan juga eror non-sampling (non-sampling
erorr).
Kedua macam eror tersebut sama sekali terpisah kedudukannya dalam
statistik. Penggunaan sampel ukur (sampel plot) dalam kehutanan untiuk berbagai
keperluansuda dilakukan sejak lama, bentuk-bentuk petak ukur yang lazim
digunakan adalah persegi panjang, bujur sangkar, jalur dan lingkaran.
Besarnya anggota sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan seperti praktis, ketepatan, nonresponden dan analisi data. Teknik
untuk menghitung besarnya anggota sampel secara umum dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu cara proporsi dan ketelitian estimasi (Usman, H., 2008).
Menurut Nasoetion, contoh adalah bagian dari populasi yang digunakan guna
pengamatan atau penyelidikan. Contoh ini merupakan suatu irisan sifat populasi,
haruslah keseluruhan anggota contoh yang terpilih mencerminkan keadaan
populasi sewajarnya.
Pengambilan contoh menurut Teken, dilakukan atas pertimbangan biaya
waktu dan tenaga yang tersedia dalam suatu penelitian. Menurut Mubyarto,
pengambilan contoh dilakukan atas pertimbangan sumberdaya yang terbatas,
keterbatasan data dan pengujian yang sifatnya merusak.

2.5 Pengambilan Sampel Secara Sistematik

Sampling sistematik adalah satu cara pengambilan sampel yang dilakukan


dengan satu pola yang bersifat sistematik (systematic pattern), yang telah
ditentukan terlebih dahulu. Bentuk pola tersebut bermacam-macam, bergantung
pada tujuan inventore, waktu dan biaya yang tersedia, serta kondisi populasi yang

7
dihadapi. Pada line plot systematic sampling merupakan perkembangan dari
continous strip sampling. Latar belakang penggunaan line plot sampling adalah
untuk menghemat waktu dan biaya dengan mengurangi pekerjaan pengukuran di
lapangan tetapi diharapkan tidak mengurangi kecermatan sampling yang
diperoleh.
Menurut Sutarahardja bahwa metode sampling jalur sistematik merupakan
suatu metode yang ditentukan berdasarkan luas tertentu dari unit contohnya,
yakni berdasarkan dengan unit contoh berbentuk jalur yang terdistribusi secara
sistematik. Sistematik di sini diartikan bahwa jalur tersebar merata dengan lebar
jalur dan jarak antar jalur yang selalu tetap dari satu jalur ke jalur lainnya.
Bentuk petak ukur yang lazim digunakan dalam inventore hutan adalah
bentuk petak ukur persegi panjang, bujur sangkar, jalur dan lingkaran.
Digunakannya petak ukur dalam kehutanan disebabkan karena hutan bukan
semata-mata sebagai kumpulan dari pohon, melainkan merupakan suatu asosiasi
dari flora dan fauna di suatu wilayah yang cukup luas, mulai dari mikroorganisme
sampai tumbuhan berbunga dan binatang menyusui (Madyana Th.,1989).
Dalam inventarisasi hutan dikenal beberapa istilah yang digunakan dalam
melakukan pengukuran dan penaksiran potensi suatu tegakan yaitu populasi,
sampel (contoh), dan parameter. Menurut Cochran, populasi digunakan untuk
menyatakan kumpulan dari mana contoh diambil, sedangkan Husch mengatakan
populasi merupakan kumpulan keseluruhan anggota dan individu yang akan
diteliti atau dipelajari.
Sampel merupakan bagian populasi yang secara statistik dianggap
refresentatif untuk mewakili karakteristik atau menggambarkan parameter
populasi tersebut. Sedangkan parameter adalah ciri suatu populasi, seperti harga
rata-rata populasi atau simpangan baku populasi.
Diameter merupakan salah satu parameter pohon yang mempunyai arti
penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan
pengelolaan. Dengan keterbatasan alat yang tersedia, seringkali pengukuran
keliling (K) lebih banyak dilakukan, baru kemudian dikonversi ke diameter (D),

8
dengan menggunakan rumus yang berlaku untuk lingkaran yaitu D = k/π (Kadri
Wartono Ir., DKK, 1992).
Selain pengukuran keliling dan diameter, tinggi pohon juga merupakan
variabel dari parameter pohon yang mempunyai arti yang tak kalah pentingnya
dalam melakukan pengukuran dan penaksiran potensi tegakan hutan dan hasil
hutan. Tinggi pohon merupakan parameter lain yang mempunyai arti penting
dalam penaksiran hasil hutan. Bersama diameter, tinggi pohon diperlukan untuk
menaksir volume dan riap. Secara khusus tinggi pohon dapat dihubungkan
dengan umur hutan tanaman untuk menentukan kelas kesuburan tanah (bonita)
(Simon H., 2007).
Dalam inventarisasi hutan biasanya dikenal beberapa macam tinggi yaitu
tinggi total, tinggi batang bebas cabang, tinggi batang komersil dan tinggi
tunggak. Dalam kegiatan praktikum inventarisasi hutan di hutan produksi Desa
Oloboju variable tinggi pohon yang diamati adalah tinggi batang bebas cabang
dan tinggi total pohon. Tinggi batang bebas cabang yaitu tinggi pohon dari
pangkal batang di permukaan tanah sampai cabang pertama, sedangkan tinggi
total yaitu tinggi dari pangkal pohon di permukaan tanah sampai puncak pohon
(Simon H., 2007).
Pengukuran keliling, diameter dan tinggi pohon merupakan data
inventarisasi yang diperoleh langsung di lapangan. Setelah data-data tersebut
terkumpul selanjutnya akan dilakukan analisis data untuk mendapatkan hasil
perhitungan volume dari setiap pohon sampel pada masing-masing petak ukur dan
perhitungan volume rata-rata dari semua pohon sampel pada keseluruhan petak
ukur. Agar hasil yang diperoleh dari perhitungan volume pohon dapat
memberikan keyakinan bagi si penaksir maka diperlukan analisis data yang lain
berupa perhitungan ragam (varians), simpangan baku (standar deviasi), galat baku
(standard error), kesalahan pengambilan contoh (sampling error), tingkat
kecermatan dan konviden interval (selang kepercayaan).
Volume merupakan salah parameter yang paling penting dalam melakukan
inventarisai hutan secara obyektif. Dalam menentukan volume dari sebatang
pohon yang ditaksir maka digunakan suatu tabel volume. Tabel volume disususn

9
berdasarkan suatu persamaan yang menggambarkan hubungan antara beberapa
parameter pohon yang mudah untuk diukur dengan volume pohon tersebut.
Dalam melakukan penyusunan tabel volume diperlukan perhitungan volume
pohon yang masih berdiri untuk menentukan hubungan volume dengan parameter
pohon lainnya seperti keliling, diameter, dan tinggi pohon.
Secara alami volume kayu dapat dapat dibedakan menurut berbagai
macam klasifikasi sortimen. Jenis sortimen kayu yang lazim dipakai sebagai
dasar penaksiran ada lima macam, yaitu volume kayu tunggak, kayu batang
komersil, kayu cabang komersial, kayu batang non-komersial dan kayu ranting
(Simon H., 2007).
Pada dasarnya ada dua macam cara untuk menaksir volume kayu yaitu
penaksiran secara langsung dan tidak langsung. Penaksiran secara tidak langsung
dilakukan dengan menggunakan tabel volume sedangkan dengan cara langsung
dilakukan dengan mengukur parameter individu pohon di lapangan, kemudian
dihitung volumenya dengan menggunakan metode rumus analisis data kuantitatif
(matematis-statistik). Dalam penaksiran volume pohon yang masih berdiri
seluruhnya hanya dapat dilakukan secara langsung dengan ketinggian 2 meter,
selebihnya harus menggunakan taksiran.

10
BAB III
METODE PRAKTEK

3.1 Waktu dan tempat

Pelaksanaan Praktikum Inventarisasi Hutan ini dilaksanakan pada hari Minggu


26 April 2015, Pukul 09.00- 10.00 WITA. bertempat di Desa Labuan Kunguma,
Kecamatan Labuan, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah, Palu.
3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum Inventarisasi Hutan adalah sebagai


berikut :
1) Meteran Roll
2) Kompas Bidik
3) Parang
4) Pita Ukur
5) Hagameter
6) Alat Tulis Menulis
7) Kayu
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1) Tally Sheet
2) Tali Rafia

3.3 Cara kerja


1) Pertama-tama kita menentukan plot dengan ukuran 20 m x 20 m untuk
menganalisis tingkat pohon, 10mx10m untuk tingkat tiang, 5m x 5m untuk
tingkat panacang, dan 2m x 2m untuk tingkat semai.
2) Kemudian untuk plot berukuran 20m x 20m kita mengukur keliling pohon
satu persatu untuk menentukan diameter pohon tersebut nantinya.
3) Pohon yang telah diukur diameternya, diberi label gantung. Setelah itu
dlakukan pengukuran tinggi bebas cabang pohon dan tinggi total pohon.
Dengan menggunakan alat hagameter.

11
4) Untuk melakukan pengukuran TBC dan TT pohon pertama-tama kita
menentukan jarak antara pengukur dan pohon yang akan diukur.
5) Setelah itu kita mengukur tinggi mata pengamat dari ujung kaki sampai
ke mata pengamat/pengukur.
6) Setelah itu kita membidik TBC dan TT pohon antara mata pengukur
dengan TBC ataupun TT pohon, untuk menentukan berapa besar sudut
yang terbentuk dengan menggunakan alat hagameter.
7) Setelah dilakukannya pengukuran pada plot 20m x 20m untuk tingkat
pohon, kita menganalisis tingkat tiang pada plot yang berukuran 10 m x 10
m. Pengukuran yang dilakukan sama perlakuannya dengan tingkat pohon,
hanya saja pengukuran yang dilakukan hanya pada tingkat tiang,
begitupun pengukuran yang dilakukan pada tingkat pancang pada plot
yang berukuran 5m x 5m.
8) Untuk tingkat semai penkuran yang dilakukan hanya menentukan berapa
tinggi dar semai tersebut pada plot dengan ukuran 2m x 2m.
9) Semua hasil data dilapangan dicatat pada tali sheet, dan kita perlu
menggambar skema pengkuran kita.

3.4 Metode pengumpulan data


Pembuatan Plot 20x20 untuk pohon, 10x10 untuk tiang, 5x5 untuk pancang,
2x2 untuk semai, Menggunakan Metode sampling untuk mengidentifikasi potensi
tegakan dalam plot. Mengukur Keliling pohon, Tinggi Total pohon, Batang Lepas
Cabang, dan menghitung jumlah vegetasi dan diameter pohon, tiang dan pancang.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh hasil


sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Pengukuran tiap-tiap vegetasi.

No Keliling Diameter TBC Tinggi total


Jenis
(m) (m) (m) (m)
1 Pohon Jenis 1 1,05 0,334 8,0 12,5
2 Pohon Jenis 1 0,96 0,305 6,0 10,0
3 Pohon Jenis 2 0,85 0,271 7,0 9,5
4 Pohon Jenis 2 0,71 0,225 6,5 8,5
5 Tiang Jenis 1 0,45 0,142 - 5,5
6 Tiang Jenis 2 0,55 0,176 - 6,0
7 Pancang Jenis 2 0,19 0,059 - 4,5
8 Pancang Jenis 1 0,20 0,064 - 3,5
9 Semai Jenis 1 - - - 0,25
10 Semai Jenis 2 - - - 0,15

 Perhitungan Volume Rata-rata Pohon pada plot 5:

1. Pohon Jenis 1 :
1
V = 4 πd2 . t . fk

1
V =( 4 x 3,14 x 0,3342 )x 12,5 x 0,7

= 0,77 m3.

2. Pohon Jenis 1 :
1
V = 4 πd2 . t . fk

13
1
V = ( 4 x 3,14 x 0,3052 )x 10,0 x 0,7

= 0,51 m3.

3. Pohon Jenis 2 :
1
V = 4 πd2 . t . fk

1
V = ( 4 x 3,14 x 0,2712 )x 9,5 x 0,7

= 0,38 m3.

4. Pohon Jenis 2 :
1
V = 4 πd2 . t . fk

1
V = ( 4 x 3,14 x 0,2252 )x 8,5 x 0,7

= 0,24 m3.

 Volume rata-rata pohon :

∑ Vi
̅=
V
n

1,90
=
4

= 0,47 m3.

 Perhitungan Rata-rata Tiang

1. Tiang jenis 2
1
V = 4 πd2 . t . fk

1
V = ( 4 x 3,14 x 0,1422 )x 5,5 x 0,7

= 0,06 m3.

2. Tiang jenis 2

14
1
V = 4 πd2 . t . fk

1
V = ( 4 x 3,14 x 0,1762 )x 6 x 0,7

= 0,10 m3.

 Volume rata-rata tiang :

∑ Vi
̅=
V
n

0,163
=
2

= 0,08 m3.

 Perhitungan Rata-rata Pancang

1. Pancang jenis 2
1
V = 4 πd2 . t . fk

1
V = ( 4 x 3,14 x 0,0592 )x 4,5 x 0,7

= 0,01 m3.

2. Pancang jenis 2
1
V = 4 πd2 . t . fk

1
V = ( 4 x 3,14 x 0,0642 )x 3,5 x 0,7

= 0,01 m3.

 Volume rata-rata Pancang :

∑ Vi
̅=
V
n

0,016
=
2

15
= 0,008 m3.

Keterangan :

V = Volume pohon

d = Diameter pohon

t = Tinggi total pohon

fk = Faktor koreksi

n = Jumlah pohon

4.1 Pembahasan

Metode yang dikembangkan dalam kegiatan inventarisasi hutan baik teknik


pengambilan data, penggunaan bentuk unit contoh, maupun pengolahan
datanya adalah metode line plot sampling karena tatanan cara dalam
pengambilan contoh hanya dilakukan pada sebagian elemen dari populasi,
tidak semua elemen dalam populasi diukur atau dengan kata lain pendugaan
karakteristik suatu populasi berdasarkan contoh (sample) yang diambil dari
populasi tersebut yang digunakan untuk memperoleh nilai dugaan dari
populasi yang sedang dipelajari. Cenderung menguntungkan karena
menghemat sumberdaya (biaya, waktu, dan tenaga), kecepatan mendapatkan
informasi (up to date), ruang lingkup (cakupan) lebih luas, data/informasi
yang diperoleh lebih teliti dan mendalam serta pekerjaan lapangan lebih
mudah.

Penentuan metode sampling jalur sistematik berkaitan dengan penandaan


petak ukur pengamatan. Petak ukur ini berbasis pada plot persegi yang
umumnya dibuat tegak lurus garis kontur atau sungai yang mengarah ke
puncak gunung atau bukit agar keragaman karakteristik tegakan yang diukur
dapat terwakili. Adanya penentuan petak ukur ini tidak lepas dari
pengamatan, pengukuran , dan penandaan pohon inti yang meliputi jumlah,
jenis, keliling, diameter, tinggi bebas cabang, tinggi total, dan volume
tegakan pohon.

16
Kawasan hutan Desa Labuan Kunguma merupakan kawasan hutan alam yang
wilayahnya cukup luas, oleh karena itu diperlukan suatu pengamatan potensi
tegakan hutan. Dan untuk mengetahui potensi tegakan tersebut maka diadakan
inventarisasi hutan dengan melakukan pengamatan, pengukuran, dan penaksiran
dari sampel (contoh) yang diambil.

Dalam praktikum ini kondisi hutan yang ada didesa Labuan Kunguma
termasuk hutan sekunder karena vegetasi dalam hutan dalam proses
perkembangan dan jumlah vegetasi yang masih sedikit.
Dari hasil praktikum inventarisasi hutan di hutan produksi Desa Labuan
Kunguma yang telah dilaksanakan diperoleh hasil pengukuran volume rata-rata
pohon dengan pengambilan sampel sebanyak 4 pohon pada petak ukur (plot).
Pada pelaksanaan praktikum yang pertama kali dilakukan adalah menentukan
jalur dan jarak antar jalur dengan menggunakan alat meteran roll, selanjutnya jika
jalur telah ditentukan kemudian menetukan arah jalur dengan menggunakan
kompas bidik. Selanjutnya membuat petak ukur dengan ukuran 20 m x 20 m.
Setelah petak ukur dibuat selanjutnya mengamati dan menghitung jumlah pohon
yang akan dijadikan sampel, terdapat 4 pohon sampel yang masing-masing akan
dilakukan pengukuran dan penaksiran pada parameter pohon tersebut.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam pelaksanaan praktikum dapat
diketahui potensi tegakan pohon dalam hal ini volume pohon dengan
menggunakan plot yang berukuran 20 m x 20 m dengan melakukan pengukuran
atau penaksiran pada parameter pohon yang terdiri dari diameter, tinggi total dan
tinggi bebas cabang, penambahan nilai phi (π (3,14)) dan faktor koreksi (fk (0,7))
adalah sebesar 1,90 m3
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam praktikum ini dapat diketahui selain
potensi tegakan pohon, juga diperoleh volume tegakan rata-rata tiang sebesar 0,08
m3 dan volume rata-rata tegakan pancang sebesar 0,008 m3.

17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas maka diambil suatu kesimpulan:


1. Kondisi hutan yang ada didesa Labuan Kunguma termasuk hutan sekunder
karena vegetasi dalam hutan dalam proses perkembangan dan jumlah
vegetasi yang masih sedikit.
2. Sampling merupakan tatanan cara dalam penarikan contoh yang metode
pengukurannya hanya dilakukan pada sebagian elemen dari populasi,
tidak semua elemen dalam populasi diukur atau dengan kata lain
pendugaan karakteristik suatu populasi berdasarkan contoh (sample) yang
diambil dari populasi tersebut yang digunakan untuk memperoleh nilai
dugaan dari populasi yang sedang dipelajari.
3. Pembuatan petak ukur dengan ukuran 20 m x 20 dan diperoleh 8 hasil
jumlah pohon yang akan dijadikan sampel, dari jenis pohon sebanyak 4,
tiang sebanyak 2, pancang sebanyak 2, dan semai sebanyak 2.
4. Volume rata-rata pohon adalah sebesar 1,90 m3. volume tegakan rata-rata
tiang sebesar 0,08 m3 dan volume rata-rata tegakan pancang sebesar 0,008
m3 .

5.2 Saran

Untuk kelancaran praktikum berikutnya sebaiknya fasilitas seperti alat dan


bahan yang digunakan dalam praktikum lebih dilengkapi agar hasil yang
diperoleh dalam pengambilan data lebih maksimal dan kesalahan dalam
pengambilan data juga dapat berkurang. Selain itu agar praktikum dapat berjalan
dengan maksimal sebaiknya disediakan penuntun praktikum bagi praktikkan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Inventarisasi hutan.2013. www.dephut.go.id

Diakses tanggal 1 Mei 2015

Kadri Wartono Ir., DKK. 1992. Buku Ajar Inventarisasi Hutan. Universitas

Tanjungpura.

Madyana Th. 1989. Macam-macam Bentuk Petak Ukur.Penerbit Djambatan,

Jakarta.

Simon H. 2007, Metode Inventore Hutan. Pustaka Pelayar, Yogyakarta

Usman, H., 2008. Metode Sampling Inventarisasi Hutan. Universitas Gadjah

Mada. Yogyakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai