Anda di halaman 1dari 11

Mata Kuliah : MIKROTEKNIK

TUGAS : REKAYA IDE


KELOMPOK 3 :
- M.Akram Sya’rawi
- Fadilla
- Dian Nelsri Omphusunggu
- Elfrida Br Purba
- Dea Elfert Laroza
- Gracia

 JUDUL PENELITIAN

STUDI PENGUKURAN LINGKAR TUMBUH (DENDROKRONOLOGI)


POHON DI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN DENGAN METODE EDGE
LINKING DAN CHAIN CODE

 TUJUAN PENELITIAN
1. Menemukan dan mencari kemungkinan spesies pohon di
kawasan hutan Universitas Negeri Medan yang memiliki
lingkar tahun yang dapat diindikasikan sebagai indikator
perubahan iklim di daerah Sumatera Utara.
2. Mengetahui cara pengukuran lingkar tahun dengan teknik
pemrosesan gambar dengan metode Edge Lingking dan Chain
Code

 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan memiliki peran yang aktif dalam siklus karbon
global dan iklim, namun sejarah pertumbuhannya kurang
dikarakterisasi dibandingkan ekosistem yang ada di planet ini.
Pohon merupakan kandidat utama yang dapat mengekstraksi
arsip paleoclimate, terdistribusi luas dan mampu hidup lebih
dari 1400 tahun (Chambers et al., 1998).
Kondisi iklim disimpan dan direkam secara permanen
dalam struktur biomasa, sehingga pohon dapat memantau
keadaan lingkungan dalam struktur lingkaran pohon (Fritts,
1976). Hal ini dapat dikaji dalam studi dendrokronologi yang
mengaitkan hubungan antara pohon dengan iklim maupun
kondisi ekologi setempat. Pohon beradaptasi agar mampu
bertahan hidup, tetapi dengan pola iklim dan kondisi
lingkungan yang abnormal dapat menyebabkan stres pada
pohon. Proses regenerasi dan terjadinya perubahan secara
mendadak ataupun bertahap akan mempengaruhi
pertumbuhan anakan pohon. Kegagalan dalam memahami

1
interaksi perubahan iklim dan fisiologi pohon dapat
menyebabkan kepunahan pada beberapa spesies pohon
(Pumijumnong, 2012).
Menurut Stahl et al. (1999) dan Worbes (1999),
dendrokronologi dengan menggunakan lingkar tumbuh untuk
menentukan umur pohon telah memberi kontribusi besar
terhadap pemahaman dinamika hutan dan potensi hasil suatu
daerah di berbagai negara. Kajian dendrokronologi cukup
jarang dilakukan di daerah tropis karena informasi pada
dinamika populasi pohon tropis kurang bernilai terhadap
industri kehutanan, pelaku konservasi, dan pemilik lahan.
Hayden (2008) menambahkan bahwa prasyarat dalam
memperoleh informasi dinamika populasi harus mengetahui
periodisitas lingkar tumbuh pohon sehingga dapat dinyatakan
sebagai lingkaran tahun. Dendrokronologi telah digunakan
secara luas untuk memahami hubungan antara pertumbuhan
radial dan lingkungan masa lalu, iklim di masa lalu, serta
bidang hidrologi (Fritts and Swetnam, 1989; Fritts and Dean,
1992), dapat digunakan untuk menentukan umur (Keeley,
1993), rekonstruksi paleoenvironment (Nash, 2002),
pemodelan pengaruh iklim (Rybníček et al., 2009), memahami
perubahan komunitas hutan (Guindon and Kit 2012),
mengestimasi sequestrasi karbon (Bascriettoet et al. 2004;
Martinelli, 2004).
Lingkar tumbuh merupakan produk yang dapat dibaca
dari variasi iklim terhadap pertumbuhan pohon terutama
disebabkan oleh biasanya tampak jelas saat mengalami
perubahan suhu dan kelembaban ekstrem (cekaman suhu dan
kelembaban). Prinsip umum dalam penggunaan lingkar
tumbuh pohon sebagai penduga perubahan iklim didasarkan
pada fakta kondisi pertumbuhan yang menguntungkan
sehingga lingkar kayu yang terbentuk menjadi lebih luas dan
jelas. Lingkaran kayu terbentuk akibat aktivitas kambium,
yang dipengaruhi oleh perubahan musim (Přemyslovská et al.,
(2008).
Akhir-akhir ini, karakter anatomi lingkaran kayu (tree
ring) mulai menjadi perhatian di daerah tropis. Hal ini terjadi
setelah ditemukan spesies yang menghasilkan lingkaran
tumbuh setiap tahunnya. Worbes (1999), melaporkan bahwa
ada korelasi yang signifikan antar indeks lebar lingkar tumbuh
dengan curah hujan pada Pinus caribea, Pterocarpus vernalis,
Cedrela dourata, Swietenia macrophylla. Selain itu, Baguinon
et al. (2009) melaporkan di negara pilipina ditemukan 40
2
spesies lokal yang memiliki lingkaran tumbuh, di Malaysia
ditemukan 2 spesies lokal yang memiliki lingkaran tumbuh, di
Thailand ditemukan 28 spesies, india 13 spesies dan srilanka
16 spesies. Penelitian serupa juga telah dilakukan pada Cassis
fistula, Pterocarpus indicus, Toona sureni, Melia azedarach,
Homalium tomentosum, Lagerstromia speciosa, Tectona
grandis dan Peronema canescens, Burkea Africana, Acacia
senegal, Acacia seyal, Afzelia Africana, Pterocarpus erinaceus
dan Pinus kwangtungensis (Dalimunthe, 2005; Rozendaal dan
Zuidema, 2011; Pumijumnong, 2012), dan beberapa genus
Dalam family Burseraceae, Caesalpiniaceae,
Dipterocarpaceae, Ebenaceae, Euphorbiaceae, Moraceae, dan
Verbenaceae (Palakit et al., 2012).
Di Indonesia informasi tentang jenis pohon yang
memiliki lingkar tumbuh masih terbatas. Hanya beberapa
spesies yang telah di diteliti seperti Jati (Tectona grandis) di
pulau jawa (Poussart et al., 2004; Hennig et al., 2011),
Suren(Toona sureni) (Baguinon et al., 2009), and sungkai
(Peronema canescens Jack) di jawa (Watanabe et al., 2013).
Baru-baru ini juga telah dilakukan penelitian oleh Yulizah
(2014) yang melaporkan bahwa Melia azedarach dan Aleurites
moluccanadi sumatera barat juga memiliki lingkar tumbuh,
selain itu Sandri (2015) juga telah melaporkan bahwa Pinus
mercusii varian Kerinci dan Tapanuli bisa digunakan untuk
dendrokronologi. Masih banyak kesempatan untuk
menemukan spesies yang dapat dijadikan sebagai indikator
perubahan iklim di daerah sumatera utara salah satunya
kawasan hutan Universitas Negeri Medan mengingat daerah
ini memiliki iklim pancaroba.
Saat ini ada berbagai macam kebutuhan kayu.
Contohnya, ada perusahaan yang memerlukan berbagai jenis
kayu yang lebih muda supaya nantinya harga produk jadinya
tidak terlalu mahal, ada juga yang memerlukan kayu yang
umurnya tua supaya kualitas produknya benar-benar terjaga.
Karena permintaan kayu dari perusahaan yang bermacam-
macam, maka pihak perhutani perlu mengetahui informasi
tentang umur kayu jati, supaya pada waktu pemotongan dapat
langsung diketahui umur dari kayu jati.
Oleh sebab itu, dibuatlah analisis mengenai hal ini.
Dengan mengambil gambar lingkaran tahun akan diambil
dengan menggunakan kamera digital. Kemudian gambar
tersebut akan diproses pada komputer menggunakan teknik
pemrosesan gambar. Semua informasi yang ada akan
3
dikumpulkan dan diproses dengan menggunakan metode
grayscale, median filtering, edgedetection, edgelinking,
thresholding, dan chaincode.

B. Urgensi Penelitian
Pohon merupakan salah satu organisme yang
terpengaruh oleh iklim. Lingkar tumbuh yang merupakan
komponen pohon dapat merekan perubahan iklim sehingga
dapat dijadikan sebagai sumber informasi paleoclimatic atau
yang disebut proxi iklim yang dapat digunakan untuk
merekonstruksi iklim. Proxi iklim merupakan indikator iklim
yang dapat terekam oleh sediment danau, lapisan es, lingkar
tumbuh/lingkar tahun pohon, dan lain-lain (Le Treut et al.,
2007).
Analisa lingkar pohon merupakan salah satu metode
penting dalam menentukan umur dan mendokumentasikan
(merekam) tren pertumbuhan pohon jangka panjang (Brandez
et al., 2016). Pada awalnya dendrochronology digunakan untuk
menentukan umur pohon (Stokes and Smiley, 1968).
Grissino(2003) menambahkan bahwa hingga saat ini aplikasi
dendrochronology semakin banyak digunakan, contohnya saja
untuk menganalisis kejadian di masa lalu (rekonstruksi iklim,
hidrologi, kebakaran hutan, serangan serangga, arkeologi, dan
lain-lain).
Penelitian ini penting dilakukan mengingat kondisi iklim
di kawasan Sumatera Utara dan banyak memiliki kawasan
konservasi. Penelitian tentang dendrikronologi masih sangat
minim dilakukan di negara dengan hutan hujan tropis seperti
asia khususnya di Indinesia. Untuk itu penelitian ini mencoba
memberi kesempatan untuk menemukan spesies pohon yang
dapat dijadikan indikator perubahan iklim di Sumatera Utara.
Pengukuran lingkar tahun (dendrokronologi) dapat dilakukan
dengan pemrosesan gambar dengan komputerisasi, hal ini
memudahkan dalam analisis data dendrokronologi mengingat
kayu merupakan penyumbang devisa terbesar negera.

C. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat
dalam pengetahuan tentang pertumbuhan dan pengukuran
lingkaran tahun dengan metode komputerisasi dan
hubungannya dengan perubahan iklimdiharapkan juga dapat
dijadikan acuan dan referensi dalam pengelolaan dan
penyusunan strategi eksploratif yang efektif dan efisien dalam

4
pemilihan kayu yang berkualitas untuk berbagai aspek
kebutuhan.

 RUANG LINGKUP PENELITIAN

A. Batasan Masalah
Pembatasan suatu masalah digunakan untuk
menghindari adanya penyimpangan maupun pelebaran pokok
masalah agar penelitian tersebut lebih terarah dan
memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian
akan tercapai. Beberapa batasan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1) Luas lingkup hanya meliputi informasi seputar lingkar
tahun dan pengukurannya.
2) Informasi yang disajikan yaitu : spesies pohon yang
memiliki lingkar tahun di kawasan hutan UNIMED,
pertumbuhan lingkar tahun (dendrokronologi),
pengukuran lingkar tahun dengan pemrosesan gambar,
analisis hasil dengan metode Edge Linking dan Chain
Code.

 RANCANGAN PELAKSAAN PENELITIAN


Pertumbuhan Lingkar Tahun

Eksplorasi Tanaman Pengujian Spesies Dengan Teknik Bor

Analisis Anatomi Sepsies


Pengukuran Lingkar Pohon

Analisa Desain Analisis Data

 ALAT DAN BAHAN

A. Alat
1. Alat bor
2. Mikrotom sorong
3. Komputer

B. Bahan
1. Data Spesies Pohon
2. Spesimen pohon
3. Larutan Pewarna Safranin 1%
4. Alkohol 30% - Absolut
5. Xylol
5
 PROSEDUR PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di kawasan hutan UNIMED, Propinsi


Sumatera Utara. Metoda penelitian yang digunakan adalah metoda
survey pada spesies pohon yang mampu membentuk lingkar
tumbuh. Koleksi sampel kayu (core) untuk pengujian spesies pohon
yang mampu membentuk lingkar tumbuh dilakukan dengan teknik
bor. Langkah –langkah pengerjaan, dapat dilihat sebagai berikut.

1. Eksplorasi Pohon di kawasan hutan dengan referensi.


2. Jika sudah catat dan cari informasi mengenai spesies terkait.
3. Mulai lakukan pengeboran sampai menembus inti pohon (pith)
pada bagian batang dengan ketinggian 130 cm dari permukaaan
tanah (Woretma, 2009).
4. Sampel core kemudian ditempelkan pada kayu spesimen dan di
haluskan.
5. Spesies pohon yang berpotensi kemudian dilanjutkan dengan
pengamatan anatomi kayu dengan penyediaan sayatan
menggunakan mikrotom sorong pada sayatan melintang.
6. Sayatan diwarnai dengan 1% Safranin dalam larutan alkohol 30%,
7. kemudian didehidrasi dengan seri larutan alkohol sampai alkohol
absolut dan berakhir dalam xilol (Sass, 1958).
8. Data curah hujan untuk lokasi penelitian diperoleh dari Stasiun
Klimatologi.
9. Rekonstruksi iklim di masa lampau dapat diselesaikan melalui
beberapa tahap: (1) membandingkan data dari badan
meteorologi dengan lebar lingkar tumbuh yang dihasilkan selama
periode waktu yang sama; (2) membuat sebuah persamaan
statistik untuk hubungan antara keduanya; (3) mengganti lebar
lingkar pohon pada persamaan untuk memperoleh perkiraan
statistik dari iklim pada tahun sebelumnya. Dengan demikian,
perkiraan iklim dari lingkar pohon bisa menggantikan data
meteorologi dan menyediakan informasi berharga tentang
periode dan area dimana infromasi meteorologi tidak tersedia
(Fritts, 1976).

Pengukuran Lingkar Tahun (Teknik Analisis Produk)

1. Analisa, Sebelum memulainya, terlebih dahulu menganalisa


masalah yang ada ada. Setelah itu mencari dan mempelajari
algoritma-algoritma yang akan dipakai untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Algoritma tersebut antara lain: grayscale
dengan luminosity, median filtering, edge detection dengan
prewitt, edge linking dengan local processing, dan chain code.

2. Design
6
a) Grayscale dengan Luminosity, Merupakan proses pertama
yang akan dilakukan. Gambar masukan dari user diubah
menjadi keabuan. Salah satu cara dengan algoritma
luminosity, dengan rumus : GRAYSCALE = (0,3 x RED) +
(0,59 x GREEN) + (0,11 x BLUE).

b) Median Filtering, Setelah gambar menjadi keabuan


kemudian dilakukan median filtering. Digunakan untuk
menghilangkan noise dan memperhalus gambar. Median
filtering dilakukan dengan cara mengambil seluruh nilai
tetangganya secara 3x3 dan mencari nilai tengahnya.
c) Edge Detection dengan Prewitt, Setelah melalui 2 proses
tersebut lalu dilakukanlah proses edge detection. Dengan
proses ini garis / tepian pada gambar akan terdeteksi dan
terlihat jelas.

d) Edge Linking dengan Local Processing, Ini merupakan


proses lanjutan dari edge detection. Agar pixel tepian yang
putus karena noise atau hal lainnya dapat tersambungkan.
Edge Lingking merupakan optimalisasi dari proses edge
detection untuk menyambungkan pixel-pixel yang terputus.
Di sini menggunakan algoritma local processing. Dengan
cara membandingkan suatu pixel yang sedang diproses
dengan tetangganya, bisa secara 3x3 atau 5x5.
Sebelum membandingkan pixel tersebut dengan
tetangganya, terlebih dahulu mencari arah dari vektor
gradien, dengan rumus :
7
Kondisi yang harus dipenuhi ada 2, antara lain :
1. Membandingkan nilai value pixel

dimana T adalah batas positif yang ditetapkan.


2. Membandingkan nilai arah vektor gradien

dimana A adalah batas positif yang ditetapkan. Suatu


titik yang menjadi tetangga dari (x,y) dihubungkan
dengan titik (x,y) jika memenuhi kedua kriteria di atas.
e) Thresholding, Proses ini dilakukan setelah beberapa proses
di atas. Dengan tujuan untuk memisahkan objek garis
lingkaran tahun dengan background yang ada.
f) Penghitungan dengan Chain Code, Proses penghitungan ini
adalah proses terakhir dengan menggunakan chain code,
agar noise dan objek kecil lain tidak ikut terhitung. Dan
menghasilkan jumlah dari lingkaran tahun tersebut. Chain
Code merupakan metode untuk pendeteksian pola pada
tepian sebuah gambar, dengan cara melihat arah dari
masing – masing pixel. Maka, sebelumnya harus
menentukan kode masing-masing arah dari setiap pixel.

Setelah kode masing – masing arah ditentukan mulai lah


mengidentifikasi dari pixel pertama, menelusuri
berdasarkan arah pixel yang diutamakan dan mencatat
kode semua arah hingga kembali ke titik awal.

 DAFTAR PUSTAKA

8
Baguinon N.T., H. Borgaonkar, N. Gunatilleke, K. Tenakoon, K.
Duangsathaporn, B.M. Buckley, W.E. Wright and M. Maid. 2009.
Collaborative Studies in Tropical Asian Dendrochronology:
Addressing Challenges in Climatology and Forest Ecology. Final
Report for APN Project: ARCP2008- 03CMY-Baguinon. 48p.

Chambers, T. Carrick, Andrew N. Drinnan and Stephen McLoughlin.


1998. Some morphological features of wollemi pine (Wollemia
nobilis: Araucariaceae) and their comparison to Cretaceous
plant fossils. International Journal of Plant Sciences 159: 160-
171.

Dalimunthe, P. 2005. Pertumbuhan Diameter Kayu Jati (Tectona


grandis L.f): Pengaruh Iklim Dan Topografi Terhadap Sifat Fisis
Dan Anatomis. Tesis Pascasarjana IPB. Bogor.

Fritts, H.C. 1976. Tree Rings and Climate. Academic Press Inc.
London.

Hennig K., G. Helle, I. Heinrich, B. Neuwirth, O. Karyanto and M.


Winiger. 2011. Toward multi-parameter records (ring width,
13C, 18O) from tropical tree-rings - A case study on Tectona
grandis from Java, Indonesia. TRACE - Tree Rings in
Archaeology, Climatology and Ecology, 9:158 - 165.

Mansyurdin, dkk. 2016. Studi Lingkar Tumbuh Pohon Di Kawasan


Hutan Taman Nasional Siberut Kepulauan Mentawai. Jurnal
Metamorfosa, 3(1): 8-14.

Palakit, K.S., Siripattanadilok and K. Duangsathaporn. 2012. Internal


and External Factors Affecting Tree-Ring Formation of Six Tree
Species in Northeastern Thailand. Procedings in 1st ASEAN Plus
Three Graduate Research Congress. Thailand.

Poussart P.F., M.N. Evans and D.P. Schrag. 2004. Resolving


seasonality in tropical trees: multi-decade, high-resolution
oxygen and carbon isotope records from Indonesia and
Thailand. Earth and Planetary Science
Letters, 218: 301-316.

Přemyslovská, E., J. Šlezingerová and L. Gandelová. 2008. Tree ring


width and basic density of wood in different forest types.
TRACE - Tree Rings in Archaeology, Climatology and Ecology,
Vol. 6: Proceedings of the Dendro Symposium 2007, May 3rd–
6th 2007, Riga, Latvia. GFZ Potsdam. p: 118 -122.

9
Pumijumnong, N. 2012. Teak tree Ring Widths:Ecology and
Climatology Research in Northwest Thailand. Science
Technology and Deveelopment, 31 (2): 165-174.

Sandri, Y. 2015. Kajian Anatomi dan Dendrokronologi pada Tiga


Ekotipe Pinus merkusii Jungh. Et de Vriese Sumatera. Tesis
Pascasarjana Universitas Andalas. Padang.

Sass, J. E. 1958. Botanical Microtechnique. 3rd ed. IOWA: Iowa State


College Press.

Stepanus,P. Shinta. 2017. Penghitungan Lingkaran Tahun Dengan


Edge Linking Dan Chain Code. Proxies, 1(1): 7-14.

Worbes, M. 1999. Annual Growth Rings, Rainfall-Dependent Growth


And Long-Term Growth Patterns Of Tropical Trees The Caparo
Forest Reserve In Venezuela. J. Ecol., 87: 391-403.

Watanabe Y., S. Tamura, T. Nakatsuka, S. Tazuru, J. Sugiyama, B.


Subiyanto, T. Tsuda and T. Tagami. 2013. Comparison of
Sungkai Tree-Ring Components and Meteorological Data from
Western Java, Indonesia. Journal of Disaster Research, 8(1): 95-
102.

Woretma, M. 2009. Kelayakan Penggunaan Kayu Nyatoh (Palaquium


amboinense Burch.) Sebagai Bahan Baku Pulp Dan Kertas.
Skripsi Sarjana Kehutanan. Universitas Negeri Papua.
Manokwari.

Yulizah. 2014. Analisa Pertumbuhan Lingkaran Tumbuh Beberapa


Jenis Pohon di Kenagarian Saniangbakar, Kabupaten Solok
Sebagai Indikator Perubahan Iklim. Tesis Pascasarjana
Universitas Andalas. Padang.

 Pertanyaan Pegayaan/Pendukung

1. Jelaskan hubungan dendrokronologi dengan usia pohon dan


perubahan iklim!

2. Jelaskan mengapa curah hujan yang tinggi dapat


mempengaruhu pertumbuhan lingkar tumbuh pohon!

3. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pertumbuhan


lingkar tahun pohon? Jelaskan!

4. Jelaskan tahap-tahap dalam merekonstruksi iklim di masa


lampau dari dendrokronologi!

10
5. Uraikan prinsip-prinsip dasar dalam kajian dendrkronologi
menurut Cook dan Kairiukstis (1989)!

6. Jelaskan teknik pengukuran lingkar tahun dengan teknik


pemrosesan gambar melalui komputerisasi!

11

Anda mungkin juga menyukai