Anda di halaman 1dari 45

KAYU, KITA, DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar


dalam Bidang Teknologi Hasil Hutan
pada Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada

Disampaikan pada Pengukuhan Guru Besar


Universitas Gadjah Mada
Tanggal 20 Januari 2022

oleh:
Prof. Dr. Ir. Sri Nugroho Marsoem., M.Agr.Sc.
1

Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Yang Terhormat,
Ketua, Sekretaris, dan para Anggota Majelis Wali Amanat Universitas
Gadjah Mada
Rektor dan para Wakil Rektor Universitas Gadjah Mada
Ketua, Sekretaris, dan para Anggota Senat Akademik Universitas
Gadjah Mada
Ketua, Sekretaris, dan para Anggota Dewan Guru Besar Universitas
Gadjah Mada
Para dosen, tamu undangan, kawan sejawat, handai tolan, dan segenap
sanak saudara yang berbahagia

Assalaamu’alaikum Wr. Wb.

Terlebih dahulu marilah kita panjatkan puji syukur kepada


Allah SWT, karena nikmat dan karunia-Nya, kita dapat
berkumpul bersama di Balai Senat Universitas Gadjah Mada pada hari
ini untuk mengikuti rapat terbuka Majelis Guru Besar. Terima kasih
yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada Ketua Dewan Guru
Besar yang telah memberikan kesempatan dan kehormatan kepada saya
untuk menyampaikan pidato pengukuhan sebagai Guru Besar
Teknologi Hasil Hutan pada Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah
Mada. Para hadirin yang terhormat, perkenankanlah saya
menyampaikan pidato pengukuhan yang berjudul:

KAYU, KITA, DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN

Hadirin yang berbahagia,

Kayu merupakan bahan yang sangat penting dalam kehidupan


manusia karena keistimewaan yang dimilikinya. Namun, pemanfaatan
kayu menimbulkan banyak tantangan sekaligus peluang bagi
penggunaannya. Dari segi kelestarian lingkungan, kayu memiliki sifat
dapat diperbaharui. Kayu memiliki bentuk dan ukuran yang beragam;
mudah dipotong dan diolah menjadi berbagai wujud hanya dengan
menggunakan alat sederhana, begitu mudah dan sederhananya cara dan
2

alat yang digunakan untuk mengolah, sehingga sering digarap di


tempat kayu dihasilkan dan tidak memerlukan energi untuk
mengangkut kayu ke pabrik pengolahan. Keadaan demikian, pada
gilirannya, menunjukkan bahwa kayu merupakan bahan yang ramah
lingkungan. Keramah lingkungan kayu akan semakin jelas jika kita
membandingkan energi (dalam KWH/metrik ton) (Marra, 1981) yang
diperlukan untuk memproduksi hasil-hasil berikut.
Kayu, termasuk pembalakannya 1.000
Semen 1.400
Kaca/kontainer 3.900
Baja 4.000
Plastik 8.000
Aluminium utama 71.000
Energi yang diperlukan juga dapat dipenuhi dari bahan itu
sendiri, yaitu dari residu kayu selama pengolahannya karena setiap
metrik ton produk kayu rata-rata dapat menghasilkan sebesar 6,03 GJ
energi (Marra, 1972). Sifat pengisolasian kayu dapat menghemat lebih
banyak lagi energi selama siklus penggunaannya. Biaya sosial dari ke-
rusakan lingkungan yang disebabkan oleh ekstraksi dan pengolahan
kayu cukup rendah, yaitu hanya sebesar 2% dibanding baja, aluminium,
dan beton yang berturut-turut sebesar 9%, 28%, dan 48% (Cliff, 1973).
Pemanfaatan kayu secara lestari perlu didasari dengan pengetahuan
tentang karakteristiknya, sehingga dapat memberi nilai tambah
setinggi mungkin. Karakteristik kayu yang dikutip antara lain, dari
Panshin dan de Zeeuw (1980), Shmulsky dkk. (2019) adalah kayu
memiliki struktur seluler dengan dinding sel yang tersusun atas
campuran khas polymer sellulose, karbohidrat nonsellulose, dan lignin
berupa kerangka (matriks) yang kokoh. Struktur tersebut
mengakibatkan respons elastis dan plastis dari dinding sel terhadap
gaya yang mengenainya. Artinya, respons elastis atau plastis yang
akan kita jadikan pertimbangan utamanya tergantung pada tujuan
penggunaannya.
Karakteristik lainnya adalah kayu bersifat higroskopis, yaitu
dapat menyerap dan melepaskan air (kelembapan) sebagai akibat dari
perubahan suhu dan kelembapan di sekitarnya. Kayu yang baru
ditebang umumnya memiliki kandungan atau kadar air sampai lebih
dari 60% (Marsoem, 1992, Marsoem dkk., 2002; Mpapa dan
Marsoem, 2012; Ridho dan Marsoem, 2015). Kadar air kayu akan
3
memengaruhi respons elastis dan plastis kayu. Kayu dengan kadar air
lebih tinggi biasanya lebih plastis. Alhasil, ketika mengolah kayu yang
keras seperti kayu bangkirai, para tukang kayu akan lebih memilih
untuk mengerjakannya dalam keadaan basah. Demikian pula dengan
industri veneer dan kayu lapis yang akhir-akhir ini semakin sering
mengolah kayu dari hutan alam dengan kerapatan serta kekerasan
tinggi dan biasanya lebih sulit diolah. Untuk memudahkan pengupasan
veneer pada log, mereka biasanya meningkatkan plastisitas dengan
terlebih dahulu merendam bahan baku log ke dalam air; terkadang
bahkan direndam ke dalam air panas. Sementara itu, untuk
memanfaatkan kayu sebagai gelagar dalam keadaan aman, misalnya,
kita akan menggunakan suatu kayu pada keadaan kering dan tidak
melebihi modulus elastisitasyang ditunjukkan olah batas proporsi kayu
tersebut (Daian dkk., 2012;Marsoem, 2018a; Shmulsky dkk., 2019).
Perubahan kadar air kayu pada kisaran tertentu (0%-30%) atau
di bawah titik jenuh serat (fiber saturation point) akan menyebabkan
perubahan dimensi. Sementara itu, struktur dan organisasi sellulose
pada dinding sel, bentuk memanjang dari sel-sel kayu dan susunan
longitudinal-radial yang terjadi dari simetri radial batang pohon telah
membuat kayu bersifat ansiotropis (Panshin dan de Zeeuw, 1980;
Shmulsky dkk., 2019), yaitu menunjukkan sifat fisik yang berbeda jika
diuji pada tiga sumbu arah utamanya (longitudinal, radial, dan tangen-
sial). Oleh karena itu, perubahan kadar air kayu di bawah titik jenuh
serat akan mengakibatkan perubahan dimensi kayu yang tidak sama
pada tiga arah aksialnya, seperti pada kayu jati, yaitu pada arah longi-
tudinal, radial, dan tangensial berturut-turut sebesar 0,39-0,88%; 2,75-
3,93%; dan 4,30-6,68% (Marsoem dkk., 2014) serta banyak jenis kayu
lainnya (Marsoem, 1995; Dwianto dan Marsoem, 2008). Perubahan ka-
dar air dan dimensi akan memengaruhi kekuatan dan sejumlah sifat
fisika lainnya, seperti daya hantar/konduktivitas listrik kayu tersebut.
Kadar air kayu juga harus benar-benar diperhatikan dalam kai-
tannya dengan karakteristik kayu yang biodegradable, yaitu kayu dapat
diubah menjadi komponen gula sederhana dan elemen lignin oleh or-
ganisme seperti jamur/fungi, bakteri, dan serangga tertentu (misalnya
rayap). Keadaan tersebut dapat menyebabkan rusaknya kayu. Namun,
4

organisme tersebut akhir-akhir ini telah dicoba untuk dimanfaatkan da-


lam pengolahan kayu menjadi pulp & kertas (Alberto dkk., 2005; Is-
tikowati & Marsoem, 2008). Pemanfaatan jamur dalam pembuatan pulp
diharapkan akan dapat mengurangi pencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh penggunaan bahan kimia dan energi untuk pen-
golahannya. Kayu juga dapat terdegradasi oleh hidrolisis dan oksidasi
yang terjadi di lokasi kayu berada. Pada tempat yang dirancang dengan
baik, kayu dapat bertahan untuk digunakan dalam waktu yang sangat
lama. Contohnya a.l. bangunan kayu yang ada di Keraton Yogya, Kuil
di Jepang (Marsoem, 2018a), dan makam Raja Gordius di Ankara
(Turki) berumur lebih dari 2700 tahun (Panshin dan de Zeeuw (1980)
Sifat lainnya adalah kayu sangat lembam/inert terhadap
pengaruh dari sebagian besar bahan kimia. Oleh karena itu, kayu sangat
sesuai untuk banyak pemanfaatan (kegunaan) industri yang memer-
lukan ketahanan terhadap aksi disintegrasi dari bahan kimia dan korosi.
Namun demikian, jika kayu dikenai keadaan udara (atmosfer) karena
pengaruh cuaca maka akan secara berangsur-angsur terkikis dengan
laju pengikisan, yaitu sekitar 6–7 mm per abadnya. Keadaan demikian
biasanya dicegah dengan cara pengecatan permukaannya; perlindungan
yang juga menambah keunggulan dekoratif dan mengurangi porositas
permukaannya (Panshin dan de Zeeuw, 1980).

Pohon dan Lingkungan


Hadirin yang berbahagia,
Kayu, pohon, dan hutan memiliki banyak fungsi dan manfaat.
Pada proses photosynthesis (fotosintesis), yang mulai terjadi sejak ke-
hadiran pertama dalam kehidupannya, pohon menyerap CO2 dari udara
(Kikata dan Marsoem, 1999; Raven dan Karley, 2006; Koberstein dan
Applegate, 2019; Pugh dkk., 2019; Bennett dan Turner, 2020; Pilegaard
dan Ibrom, 2020). Ada berbagai faktor, seperti jenis, tempat tumbuh,
dan umur yang dapat memengaruhi jumlah serapan CO2 dan jumlah
oksigen yang dapat dihasilkan oleh sebatang pohon hidup. Di daerah
dengan empat musim, dalam satu tahun, satu pohon dewasa menyerap
sekitar 48 pon (22 kg) karbon dioksida dan dapat menyediakan pasokan
oksigen hingga empat orang (Stancil, 2019). CO2 yang diserap dan
oksigen yang dilepaskan oleh pohon yang ada di Indonesia per tahun
5

diperkirakan lebih besar karena masa pertumbuhan di daerah tropis


lebih panjang.
CO2 di atmosfer dapat disimpan dalam bahan organik tanah dan
tanaman yang berfotosintesis (Raven dan Karley, 2006) dan
menghasilkan sellulose berderajat polimerisasi tinggi (Brookshire,
2020) berupa produk berbentuk kayu yang mempunyai banyak manfaat
bagi kehidupan manusia, juga mahluk hidup lainnya (Unwin dan
Kriedemann, 2020). Dengan manfaatnya yang begitu banyak, apakah
berarti kita tidak boleh menebang pohon dan apakah lebih baik mem-
prioritaskan konservasi hutan tua daripada penanaman kembali hutan
muda? Pendapat para peneliti dalam hal ini terbagi dua. Cukup banyak
pihak yang menyatakan agar pohon di hutan dibiarkan untuk terus tum-
buh seperti apa adanya dan kita tidak melakukan penebangan pohon
(Koberstein dan Applegate, 2019). Ada juga pihak yang menyatakan
sebaiknya dilakukan peremajaan. Perlu diingat bahwa pohon mempu-
nyai masa produktif dan batas usia yang pada saatnya akan mati. Kalau
tidak dimanfaatkan, pohon yang mati akan roboh atau busuk yang se-
bagian memang dapat menjadi penyubur. Namun, kebusukannya akan
menguapkan gas yang meskipun jumlahnya kecil, tetapi akan mence-
mari lingkungan. Lebih dari hal tersebut, selain pohon tua, penebangan
juga perlu dilakukan pada pohon yang terkena penyakit (Marsoem dan
Kikata, 1997; Rahayu, 1999). Untuk pertumbuhan yang lebih baik,
pohon juga harus dipangkas dan dijarangi.

Penebangan dan Penanaman Pohon


Penebangan pohon akan memberi kesempatan kerja. Di Ciamis,
penebangan pohon dengan diameter 19,3 cm dan tinggi 12,7 m
sejumlah 20 m3 memerlukan tanaga sebanyak lima orang (Sukadaryati,
2018). Kondisi yang hampir sama juga dijumpai pada penebangan di
hutan tanaman Perhutani.
Penanaman kembali juga akan memberi kesempatan kerja. Pada
lahan hutan tanaman Perhutani, tanah pesanggem seluas masing-mas-
ing 0,25 ha biasanya digarap oleh satu kepala keluarga (KK) yang
terdiri dari 2-3 orang. Kegiatan agroforestry yang umumnya melibat-
kan LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) ternyata dapat mem-
berikan kontribusi pendapatan rumah tangga sebesar 41,32% dan
6

penyerapan tenaga kerja 2,39 orang per ha (Mayrowani dan Ashari,


2011).
Kayu hasil penebangan kemudian diolah menjadi berbagai ben-
tuk produk. Produk kayu tersebut, selain dimanfaatkan di sekitar tempat
tumbuhnya, banyak juga yang kemudian dimanfaatkan di tempat lain
yang jauh dari tempat tumbuhnya, bahkan dikirim/diekspor ke negara
lain serta memberikan pendapatan uang. Pemanfaatan produk kayu di
tempat (di negara) lain berarti CO2 yang diserap di negara kita
kemudian dititipkan di negara lain. Sementara itu, di Indonesia,
perannya sebagai penyerap CO2 sambil menghasilkan O2; kayu juga
tetap berlanjut bahkan dengan kapasitas yang lebih atau tetap baik ka-
rena tegakan muda akan memiliki kemampuan penyerapan CO2 yang
lebih baik (Unwin dan Kriedemann, 2019). Tindakan pemangkasan,
penjarangan, dan penebangan pohon, oleh karena itu, bukan hal yang
terlarang. Artinya, tindakan tersebut harus dilakukan, tetapi dengan
cara yang tepat dan benar.

Hadirin yang berbahagia,


Pelestarian Lingkungan
Pelestarian lingkungan merupakan segala usaha untuk
melindungi bumi dan melestarikan sumber daya alam (United Nations,
New York, 1997) sehingga setiap mahluk hidup dapat memiliki kualitas
hidup yang lebih baik. Selama beberapa dasawarsa terakhir, kesadaran
masyarakat dunia terhadap pelestarian lingkungan semakin meningkat.
Salah satu wilayah/negara yang banyak mendapat perhatian adalah
negara kita, negara dengan hutan tropis terluas ketiga dunia dengan
keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya (FAO dan UNEP, 2020).
Oleh masyarakat internasional, perubahan iklim dunia dan
meningkatnya suhu udara, salah satunya, sering dikaitkan dengan
pengelolaan hutan tropik yang kurang baik (Meka, 2008; Castillo dkk.,
2012; Chow dkk., 2013; Aragao dkk., 2018), seperti yang ada di negeri
kita. Sementara itu, illegal logging sering dijadikan alasan yang paling
mudah untuk mengatakan penyebab terjadinya banjir, seperti terjadi di
Kabupaten Lebak pada Januari 2020 (Ulum & Arjanto, 2020).
7

Kayu sebagai Sumber Dana Pembangunan


Hadirin yang berbahagia,
Hutan di Indonesia cukup berpotensi sebagai penghasil kayu,
baik untuk konsumsi dalam negeri maupun internasional sebab selain
wilayahnya yang cukup luas, jenis pohon kayu penyusunnya juga san-
gat beragam. Ada sekitar 4.000 jenis pohon kayu yang tumbuh di dalam
hutan kita dan banyak di antaranya bernilai komersial tinggi (Martawi-
jaya dkk., 2005). Hutan sebagai sumber kayu di negara kita dapat be-
rasal dari hutan alam, hutan tanaman, atau dari hutan rakyat.
Pemanfaatan hutan alam yang mulai marak akhir tahun 60-an
dengan pemberian konsesi dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan
(HPH) kepada para pengusaha telah mengundang banyak kritik dan
kekhawatiran terhadap terjadinya kerusakan hutan dan lingkungan. Un-
tuk menjaga kelestarian hutan, ketika itu pemerintah telah menetapkan
pedoman Tebang Pilih Indonesia (TPI) (Departemen Pertanian, 1972).
Akan tetapi, kenyataannya, pedoman tersebut banyak dilanggar. TPI se-
bagai pedoman kemudian mengalami beberapa perbaikan, namun keru-
sakan hutan yang sering disebut dengan illegal logging masih tetap ter-
jadi.
Pada tahun 1970/1971, hutan alam kita memproduksi kayu bulat
sebanyak 10,89 juta m3 dan mencapai puncaknya pada tahun 1997/1998
sebanyak 29,52 juta m3 serta menghasilkan devisa sebanyak US$ 6,53
miliar atau sebesar 13,6% dari total perolehan devisa Indonesia pada
tahun tersebut (BPS, 2007; APHI, 2020). Pemanfaatan yang kurang
memperhatikan kelestarian telah menyebabkan menurunnya prduktivi-
tas hutan alam sehingga produksi pada tahun 2006 turun menjadi 20,50
juta m3. Sejak tahun 2007 sampai tahun 2019 produksinya hanya pada
kisaran 5-7 juta m3/tahun (BPS, 2020).
Jenis kayu yang dimanfaatkan juga semakin beragam dan
meningkat. Jika pada tahun 1970-an dari ribuan jenis kayu tersebut
hanya 400 jenis yang diperkirakan penting (Kartasudjana & Martawi-
jaya, 1973), awal November 2016, jumlah jenis kayu yang di-
perdagangkan di Indonesia yang tercatat dalam License Information
Unit (LIU) sudah mencapai 1.044 jenis (Djarwanto dkk., 2017). Identi-
fikasi dan pengenalan sifat-sifat serta pengembangan kayu Indonesia di
UGM masih terus kami lakukan bersama Prof. Ganis Lukmandaru,
8

Bapak Harry Praptoyo, M.P., Dr. Widyanto Dwi Nugroho, dan Dr.
Fanny Hi- dayati. Sementara itu, pengembangan hasil hutan lainnya
sedang dil- akukan oleh Dr. Sigit Sunarta, Bapak Oka Karyanto M.Sc.,
dan Dr. Rini Pu- jiarti.
Penerapan dari perkembangan iptek untuk mengolah kayu yang
dipanen telah meningkatkan nilai tambah produk kayu dan membuat
tetap tingginya devisa yang diberikan. Pengolahan kayu sengon men-
jadi veneer untuk kayu lapis merupakan salah satu contohnya. Hingga
tahun 1990-an, veneer umumnya diperoleh dari kayu kelompok meranti
(dari hutan alam) yang memiliki berat jenis (BJ) di kisaran 0,5. Ketika
itu, pengolahan kayu sengon menjadi veneer dianggap sulit karena
kayunya yang lunak dan dengan BJ 0,34 (Marsoem, 1992). Usaha dan
ketekunan iptek yang dimiliki kemudian membuat kita mampu men-
golah kayu sengon menjadi veneer. Dalam dua dasawarsa terakhir,
peran industri kayu sengon sangat menonjol, baik sebagai penghasil de-
visa, penyerapan tenaga kerja, maupun pelestarian lingkungan. Devisa
dari seluruh produk kayu bersertifkat SVLK pada tahun 2016 sebesar
US$ 9,2 miliar dan pada tahun 2018 meningkat menjadi US$12,13 mil-
iar (Nasution dan Zuraya, 2020). Akhir-akhir ini, kayu balsa dengan
BJ 0,2 juga semakin laku di pasaran.

Hutan Tanaman, Hutan Rakyat, dan Perkebunan


Ada berbagai usaha yang telah dilakukan untuk mencukupi per-
mintaan kayu dengan tetap memperhatikan kelestarian dan keane-
karagaman hayati. Salah satunya adalah membangun Hutan Tanaman
Industri (HTI) di luar Jawa. Pada HTI, pohon yang ditanam umumnya
dari spesies cepat tumbuh dan dapat cepat dipanen seperti Acacia man-
gium, A. crassicarpa, dan Eucalyptus spp. Kayu yang dihasilkan lebih
banyak digunakan sebagai bahan baku industri pulp dan kertas. Ke-
cepatan pertumbuhan dan inovasi serta hasil dari kegiatan pemuliaan
pohon pada spesies tersebut telah membuat A. mangium yang semula
dipanen pada umur setidaknya delapan tahun (Marsoem, 2004), kini te-
lah dipanen pada umur enam atau lima tahun, tetapi dengan tetap mem-
perhatikan kelestarian lingkungan.
Masalah yang dikhawatirkan berkaitan dengan HTI adalah ban-
yak di antaranya yang ditanam di lahan bergambut yang rentan dengan
9

kebakaran hutan. Banyak usaha yang masih harus dilakukan agar pem-
bangunan HTI di lahan gambut tidak mengakibatkan kerusakan ling-
kungan dan tidak mudah menimbulkan bencana (terutama kebakaran
hutan). Misalnya, penggunaan jenis yang dapat tumbuh pada lahan
yang relatif basah, tetapi dengan produktivitas yang tetap tinggi. Usaha
lain yang dilakukan untuk mempertahankan produksi kayu di hutan
alam adalah melalui program Silvikultur Intensif seperti yang digagas
oleh Prof. Dr. Ir. Soekotjo (2008).
Di Jawa, budi daya tanaman hutan telah dilakukan jauh sebelum
kemerdekaan RI dengan jenis (utama) a.l jati, mahoni, pinus, dan
agathis. Usaha untuk meningkatkan ketersediaan kayu, khususnya kayu
jati, telah dilakukan sejak 1983 oleh pihak Perhutani bekerja sama
dengan Fakultas Kehutanan UGM, yaitu untuk mendapatkan progeni
dan klon cepat tumbuh dengan bentuk batang lurus. Hasilnya, pada ta-
hun 1997 diperoleh dua klon (nomor 97 dan 110) terbaik (Na'iem 2001)
yang kini telah banyak dibudidayakan di berbagai tempat di pulau Jawa.
Di beberapa wilayah, hutan rakyat telah menjadi alternatif
sumber kayu yang potensial dengan kelestarian yang (karena kearifan
lokal) secara alami dapat dikatakan terjaga. Di Daerah Istimewa Yog-
yakarta, misalnya, hutan rakyat menempati wilayah seluas 78.400 ha,
jauh lebih luas dari hutan negara yang hanya 18.499 ha. Potensi kayu
dari semua jenis pohon dengan diameter > 20 cm di hutan DIY adalah
52,65 m3/ha, sementara di hutan rakyat Kulon Progo potensinya
mencapai 93,98 m3/ha (Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Daerah
Daerah Istimewa Yogyakarta, 2019).
Perkebunan dapat menjadi alternatif sumber kayu karena ter-
dapat pada lahan yang cukup luas. Areal perkebunan karet di Indonesia
pada tahun 2019 ialah seluas 3,67 juta ha dan pada tahun 2021 di-
perkirakan akan mencapai 3,69 juta ha. Selain arealnya yang luas, saat
ini sekitar 20-30% dari kebun karet berumur tua dan perlu diremajakan
(Listyarini, 2020). Tiong dkk. (1985) melaporkan bahwa dari sebatang
pohon karet berumur 24 tahun yang diolah/digergaji dapat dihasilkan
(rendemen) papan 0,0435 m3/log atau sekitar 16,21 m3/ha dan bila dio-
lah menjadi gelagar (beams) rendemen per hektarnya adalah sebesar
13,12 m3.
10

Kebun sawit dengan lahan seluas 14,85 juta ha (BPS, 2020)


dapat menjadi alternatif. Namun, masalah utamanya yang masih harus
diselesaikan, antara lain, adalah sebaran perbedaan berat jenis
(kerapatan dasar) melintang batangnya yang sangat besar, yaitu tinggi
(0,90 ) di dekat kulit dan rendah (0,20) di dekat pusat batangnya.
Kandungan pati yang tinggi pada batangnya juga menyebabkan
munculnya jamur pada papan hasil olahannya.
Batang tumbuhan kopi yang tua juga dapat menjadi alternatif.
Namun, karena ukuran batangnya relatif kecil maka pemanfaatannya
lebih ditujukan untuk produk seperti papan partikel atau Medium
Density Fiberboard. Residu atau “limbah” dari pemanfaatan kayu juga
dapat menjadi alternatif pemenuh tambahan untuk produk kayu, seperti
pulp-kertas, papan partikel, MDF, dan OSB.

Hadirin yang berbahagia,


Kayu sebagai Bahan Konstruksi
Salah satu usaha untuk mempertahankan produksi kayu dari
hutan agar tetap lestari adalah dengan membatasi jumah kayu yang
dipanen, yaitu tidak melebihi riap (pertambahan) pertumbuhan kayu di
suatu luasan. Pada kenyataannya, praktik tersebut kadang dilanggar
karena target uang yang diperlukan. Kayu dari hutan rakyat, misalnya,
sering diberi harga murah karena dianggap bermutu rendah sehingga
untuk jumlah uang tertentu yang dibutuhkan, pemilik hutan harus
menebang lebih banyak pohonnya. Rendahnya mutu kayu tersebut
terjadi, antara lain, karena cacat berupa retak pada batang pohon yang
baru ditebang atau melengkungnya papan hasil gergaji. Cacat berarti
akan mengurangi rendemen kayu bermutu baik dan menurunkan harga
yang diperoleh.
Cacat, terutama terjadi karena besarnya regangan pertumbuhan
yang disebabkan oleh tegangan pertumbuhan (growth stress) yang
tinggi pada suatu pohon (Marsoem, 1999) dan umum terjadi pada kayu
keras (kayu daun lebar/Angiosperm) seperti banyak terdapat di negara
kita. Pada pohon muda berdiameter kecil seperti sering dipanen dari
hutan rakyat, kemungkinan cacat karena tegangan pertumbuhan akan
semakin besar terjadi. Pada industri kayu lapis, retak dan pecah pada
kayu bulat yang dipanen dari hutan alam juga telah menurunkan hasil
11

veneer bermutu tinggi yang dihasilkan. Cacat lain dapat disebabkan


oleh proses pengeringan yang kurang layak. Studi mengenai usaha
memperbaiki mutu kayu melalui proses pengeringan di Fakultas Kehu-
tanan UGM dilakukan oleh Dr. Tomy Listyanto dkk. (2013) dan
pengawetan kayu oleh Dr. Y. Suranto.
Ada beberapa cara yang dapat diterapkan untuk mengurangi
dampak buruk dari besarnya regangan pertumbuhan yang disebabkan
oleh tegangan pertumbuhan. Peneresan pohon yang semula ditujukan
untuk mengurangi kadar air (pengeringan alami) kayu pada pohon jati
berdiri ternyata setelah diteres selama 15 bulan memperlihatkan pengu-
rangan besarnya regangan pertumbuhan tekanan pada empulur setid-
aknya 40% dari regangan tekan awal (Marsoem dkk., 2016); dan mes-
kipun peneresan selama tiga bulan belum memperlihatkan dampaknya,
tetapi pada peneresan enam bulan, penurunan regangan pertum-
buhannya telah tampak secara nyata, baik pada regangan pertumbuhan
tarik maupun tekannya (Marsoem dkk., 2014).
Cara lainnya ialah berupa pengasapan menggunakan asap bu-
angan pembuatan arang yang dapat mengurangi regangan pertumbuhan
tekan pada bagian empulur sebesar 50% (Marsoem dkk, 2018b).
Semen- tara itu, perebusan log pada suhu 80oC selama 10 jam dan 14
jam telah mengurangi besarnya regangan pertumbuhan tekan berturut-
turut sebanyak 34,9% dan 59,33% (Marsoem dkk., 2020).
Penyambungan dan perekatan merupakan usaha lain yang dapat
dilakukan untuk mengatasi keterbatasan yang disebabkan oleh bentuk
dan sifat kayu serta kecilnya ukuran (diameter) batang yang tersedia.
Kedua perlakuan tersebut juga sering digunakan untuk menyesuaikan
dan meningkatkan hasil serta bentuk produk kayu yang dituju.
Penyambungan dapat dilakukan dengan menggunakan pengencang
(fasteners), pengikat (bindings), atau perekat, tetapi ada juga yang
hanya menggunakan elemen kayu dan penerapannya tergantung dari
bentuk dan kekuatan produk yang diinginkan.
Penyatuan kayu dengan perekat menghasilkan produk yang
secara umum disebut komposit kayu (Zhiyong dan Roos, 2010).
Tindakan tersebut merupakan usaha untuk memperoleh produk kayu
(panel) dengan ukuran (panjang, lebar, dan tebal) lebih besar dan/atau
dengan bentuk tertentu. Produk dalam kelompok ini dapat berupa kayu
12

lapis, LVL, glulam, OSB, papan partikel (particle board) Blockboard,


dan Medium Density Fiberboard (MDF). Empat produk komposit yang
disebut terakhir (OSB dan sebagainya) bahkan dibuat untuk
mengefisienkan pemanfaatan kayu karena kecilnya ukuran kayu yang
digunakan sebagai bahan baku. Pengembangan produk yang berkaitan
dengan papan komposit di UGM, antara lain, dilakukan oleh Prof. T.A.
Prayitno, Prof. Ragil Widyorini, dan Dr. Muhammad Navis Rofii; dan
di IPB olehProf. Yusuf Sudohadi dkk.

Kayu sebagai Sumber Energi atau Bahan bakar


Hadirin yang berbahagia,
Kayu yang mudah terbakar telah membuatnya menjadi salah
satu sumber bahan bakar utama dalam perekonomian dunia karena
jumlahnya yang relatif melimpah dan dapat diperbaharui. Untuk me-
masak dan menghangatkan rumah tangga pribadi, kayu bakar mewakili
sepertiga dari konsumsi energi terbarukan global dan merupakan energi
yang paling terdesentralisasi di dunia (FAO, 2021). Pada tahun 2019,
volume produksinya melebihi produksi kayu bulat industri (FAO,
2019). Di Indonesia, kayu bakar digunakan juga dalam pembuatan
genting, batu bata, kapur, dan industri ekstraksi, seperti minyak kayu
putih dan minyak cengkih.
Akhir-akhir ini, energi kayu telah memasuki fase baru yang san-
gat penting dan jelas kaitannya dengan masalah perubahan iklim dan
keamanan energi (FAO, 2021). Kebijakan iklim di Eropa dan Amerika
Utara berkontribusi pada meningkatnya permintaan bahan bakar kayu
(FAO, 2012).
Sebagai sumber energi (bahan bakar), nilai kalor bersih (NCV0)
kayu kering oven dari berbagai spesies bervariasi, yaitu antara 18,5
hingga 19 MJ per kg (4400—4541 kilokalori/kg). Kayu konifer
umumnya memiliki nilai kalor sebesar 2% lebih tinggi dari kayu daun
lebar karena kandungan lignin yang lebih tinggi; sebagian juga karena
kandungan resin, lilin, dan minyaknya yang lebih tinggi. Dibandingkan
dengan penyusun kayu yang berupa selulosa (17,2—17,5 MJ per kg)
dan hemiselulosa (16 MJ per kg), lignin memiliki kandungan energi
yang lebih tinggi (26—27 MJ per kg) (Kaltschmitt dkk., 2009; Krajnc,
2015). (1MJ/kg = 239,006 kilokalori/kg).
13

Beberapa spesies pohon yang memiliki nilai kalor per kilogram


cukup tinggi adalah Calliandra calothyrsus (4500—4750), Gliricidie
sepium (4900), Dalbergia sissoo (4900—5200), dan Albizia lebbek
(5200) (Ruskin, 1983). Namun, selain dari nilai kalor, pemilihan spe-
sies yang akan ditanam dan digunakan sebagai kayu energi perlu juga
mempertimbangkan bahwa spesies terpilih dapat beradaptasi dengan
baik di lokasi yang berbeda, mudah tumbuh, tidak dimakan oleh satwa
liar, dan hanya membutuhkan perawatan minimal, serta dapat bertahan
hidup di lingkungan yang sulit, penanamannya dapat secara coppice,
dapat menambat nitrogen, dan tidak menimbulkan percikan api atau
asap beracun (Ruskin, 1983); disertai dengan kehati-hatian terhadap
kemungkinan menjadi spesies yang invasif, seperti Acacia nilotica
yang tumbuh di padang rumput Mitchell (Bolton dan James, 1985;
Reynold dan Carter, 1990) dan Taman Nasional Baluran, Situbondo.
Pengamatan terhadap Acaia mangium dan A. auriculiformis, dua jenis
cepat tumbuh yang banyak ditanam masyarakat, menunjukkan bahwa
bagian ujung kedua jenis tersebut cukup berpotensi menjadi bahan ba-
kar, bahkan ketika pohon tersebut masih berumur tiga tahun (Marsoem
dan Irawati, 2016).
Penggunaan serbuk kayu sebanyak 5.679 ton yang digunakan
untuk campuran batu bara sebagai pembangkit listrik di PLTU Paiton,
selama Juni hingga awal November 2019, telah menghasilkan listrik
sebanyak 6.000 MWh (Sugiyanto, 2020). Serbuk kayu termasuk netral
karbon sehingga diharapkan tidak akan menambah jumlah karbon di
udara dan mengurangi emisi rumah kaca. Hasil uji yang dilakukan
dengan menggunakan batu bara 100% menghasilkan 536,2 mg/Nm3,
sedangkan saat menggunakan serbuk kayu sebanyak 5%, kadar SO2
turun menjadi 285 mg/Nm3. Keberhasilan pemanfaatan biomassa (kayu)
ini diharapkan dapat membantu target peran energi baru terbarukan
(EBT) sebanyak 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050. Ser-
buk kayu juga telah dicoba untuk diolah menjadi etanol (Irawati dkk.,
2013a: 2013b) dan bioetanol (Pradipta dan Irawati, 2019).
Kayu yang digunakan sebagai kayu bakar sebaiknya diambil
dari cabang dan rantingnya karena cara ini akan sekaligus memperbaiki
mutu kayu dari bagian batang yang dipangkas cabangnya, sementara
diameter batang pohonnya terus bertambah yang kelak dapat digunakan
14

sebagai sumber bahan baku untuk pembuatan bahan bangunan, mebel,


dan kegunaan lain yang bernilai tambah lebih besar lagi. Selain itu, ba-
tang pohon yang dibiarkan tetap berdiri dan tumbuh dapat tetap turut
berperan sebagai pengendali erosi.
Penggunaan kayu sebagai sumber energi juga dilakukan dalam
bentuk arang. Arang juga dapat digunakan untuk mempertahankan
kesegaran udara di ruangan, untuk campuran kompos dan mulsa, serta
menghindari pengkaratan.
Dibanding arang, penggunaan kayu dalam bentuk kayu bakar
memang lebih hemat karena tiap pengubahan 1 kg kayu menjadi arang
melalui karbonisasi (tergantung jenis dan kondisi kayunya) hanya akan
menghasilkan arang sebanyak 16—30% (Keita, 1987). Namun, dampak
negatif dari emisi kayu bakar terhadap kesehatan lebih besar daripada
arang atau LPG (WHO, 2010), terutama bila digunakan dalam ruangan
tertutup. Keunggulan lain dari arang terletak pada volumenya yang
lebih kecil dari bahan asalnya sehingga lebih memudahkan
pengangkutannya, lebih awet, dan penyimpanannya yang mudah. Nilai
kalor arang ialah sebesar 7500 Kkal/kg, sedangkan nilai kalor kayu ba-
kar dari kayu kering hanya sebesar 4770 Kkal/kg dan pada kayu basah
bahkan lebih rendah lagi, yaitu hanya 3500 Kkal/kg. Sebagai per-
bandingan, nilai kalor minyak bumi adalah sebesar 10.000 Kkal/l.
(13.568 Kkal/kg) (Keita, 1987). Kelemahan lain dari kayu bakar ter-
hadap arang ialah hasil energi panas (thermal energy yield) kayu bakar
sebesar 8% bahkan kadang hanya 5%, sedangkan pada arang nilainya
dapat mencapai 28%. Dari sisi kesempatan kerja, untuk setiap satu tera
joule (TJ) energi yang dikonsumsi rata-rata dapat menyerap tenaga
kerja sebanyak 275 (200—350) orang, sedangkan kayu bakar hanya
menyerap 140, minyak tanah 10, dan LPG 15 pekerja (Bank Dunia/ES-
MAP, 2020).
Beberapa usaha untuk membuat agar bentuk produk arang men-
jadi lebih nyaman dan multiguna, antara lain, ialah dengan men-
golahnya menjadi briket dan arang aktif. Dengan cara yang juga seder-
hana, serbuk gergaji kayu yang merupakan limbah telah diolah menjadi
sumber energi dengan dikempa menjadi pelet kayu. Pelet kayu rata-rata
memiliki kadar abu sebesar 0,5—2%, nilai kalor 4400 Kkal/kg yang
hampir sama dengan kayu. Namun, karena memiliki kerapatan sebesar
15

1,1—1,3 g/cm3 yang jauh lebih besar dari umumnya kayu (Woodco,
2021; Tico 2021) maka untuk volume yang sama, panas yang diberikan
oleh pelet kayu akan lebih tinggi. Penelitian yang berkaitan dengan ke-
tiga produk tersebut di Fakultas Kehutanan UGM banyak dilakukan
oleh para mahasiswa dengan bimbingan Dr. J.P. Gentur Sutapa dan Dr.
Denny Irawati.
Bahan bakar kayu padat (pelet kayu, briket) dan serpihan khu-
susnya menjadi semakin penting karena semakin banyaknya
penggunaan pemanas dan pembangkit listrik di negara maju yang me-
manfaatkan bahan bakar kayu (FAO, 2012).

Kayu sebagai Bahan Baku Pulp dan Kertas


Hadirin yang berbahagia,
Industri pulp dan kertas di Nusantara telah hadir sejak sebelum
kemerdekaan Republik Indonesia, yaitu tahun 1922 dengan kapasitas
10 ton per hari. Dari sisi penggunaan bahan baku ketika itu dapat
dikatakan bahwa pabrik tersebut tidak begitu mengganggu lingkungan
karena bahan baku jerami yang digunakan merupakan “limbah/residue”
pemanenan padi yang tersisa dari kebutuhan untuk pakan ternak.
Industri pulp dan kertas di Indonesia saat ini berjumlah 84 pe-
rusahaan dengan kapasitas terpasang sebesar 7,93 juta ton pulp/tahun
dan 12,98 juta ton kertas/tahun (BBPK, 2021) sehingga telah menjadi-
kan negara kita sebagai salah satu dari sepuluh produsen pulp dan kertas
terbesar dunia. Perannya dalam perekonomian nasional juga penting
karena pada tahun 2014, ekspor kertas (dari Indonesia) menghasilkan
devisa sebesar US$3,75 miliar dan dari pulp sebesar US$1,72 miliar
(Sugiharto, 2015); dan pada tahun 2016 memberi kontribusi sebesar 6,7%
terhadap total PDB industri pengolahan (Industri ini menyerap
sebanyak 260.000 orang tenaga kerja langsung dan 1,1 juta tenaga kerja
tak langsung) (May, 2021).
Memasuki tahun 2045 (100 tahun kemerdekaan RI), kehadiran
industri pulp dan kertas di Indonesia diharapkan akan tetap dan semakin
penting dengan meningkatnya permintaan kertas dunia. Hal ini, antara
lain, karena terus bertambahnya penduduk dan berkurangnya penduduk
yang buta huruf serta meningkatnya taraf hidup penduduk dunia. Di
16

negara dengan literasi penuh, konsumsi kertas memadai yang diper-


lukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan informasi cetak dan
publikasi budaya setidaknya adalah sebanyak 30 kg per kapita (United
Nations, 1979). Komputerisasi dan kehadiran jaringan internet di-
perkirakan akan mengurangi konsumsi kertas dunia, tetapi ternyata
hanya menyebabkan berkurangnya penggunaan kertas untuk mencetak
surat kabar, buku, dan majalah (Andrés dkk., 2014). Di Amerika Serikat
dan negara-negara OECD, konsumsi berkurang karena hadirnya inter-
net, tetapi efeknya di Asia dapat diabaikan. Sementara itu, di Afrika dan
Amerika Latin konsumsi kertas meningkat (Greg dkk., 2015) sehingga
produksi kertas dunia pada tahun 2021 diperkirakan mencapai 490 juta
ton (Team Linchpin, 2021). Kenaikan permintaan pulp dan kertas dunia
menjadi peluang, sekaligus tantangan bagi industri pulp dan kertas kita.
Tantangan yang utama adalah penyediaan bahan baku karena meskipun
hutan kita cukup luas, tetapi perlu dipertimbangkan dampaknya ter-
hadap kelestarian lingkungan. Sebagai gambaran kasar (awal) untuk
memproduksi satu lembar kertas A4/80 gsm dari kayu dengan ke-
rapatan dasar sebesar 0,5 g/cm3 yang diolah dengan proses sulfat dan
dengan rendemen sebesar 50% akan diperlukan kayu sebanyak 0,04
dm3 atau untuk 1 rim kertas A4/80 gsm akan memerlukan kayu
sebanyak 0,02 m3.
Dari pohon mangium umur lima tahun sampai bagian batang
berdiameter 7 cm dapat diproleh volume biomassa (kayu) sebanyak
0,202 m3 (Krisnawati dkk., 1997; 2011). Oleh karena itu, dari sebatang
pohon mangium diperkirakan akan dapat diproduksi kertas A4/80 gsm
sebanyak 10,1 rim. Apabila kita ingin meningkatkan produksi kertas,
misal sebanyak 1 juta ton per tahun, maka berarti setiap tahunnya kita
harus menebang pohon mangium setara 19,802 juta pohon. Bila pohon-
pohon tersebut ditanam dengan jarak tanam 3 m x 3 m, daur lima tahun,
maka (dengan sedikit pembulatan) akan diperlukan lahan seluas 89.109
ha untuk tempat tumbuhnya atau sekitar 1,55 kali luas Kabupaten
Sleman. Luas lahan yang tidak sedikit, tetapi akan dapat dipenuhi bila
pencadangan lahan untuk HTI yang selama ini mandek dan banyak la-
han tidur dapat diaktifkan.
17

Selain dari hutan, sebetulnya sumber bahan baku di Indonesia


dapat berasal dari kayu-kayu perkebunan, hutan rakyat, dan sisa pen-
golahan pada industri kayu. Ketiga sumber tersebut memiliki potensi
yang cukup besar, tetapi masih perlu beberapa persiapan dan pedoman
untuk penerapannya. Sumber lainnya adalah jerami yang merupakan
limbah pemanenan padi dan kertas daur ulang. Selain itu, bambu juga
dapat menjadi sumber alternatif lainnya. Beberapa percobaan pembu-
atan pulp yang telah dilakukan di UGM di antaranya menggunakan
bambu (Marsoem dkk., 2009; Marpaung dan Marsoem, 2012) dan
kayu-kayu cepat tumbuh (Fardani dan Marsoem, 2018) serta kurang
dikenal.
Kertas bekas juga harus semakin menjadi tambahan sumber ba-
han baku alternatif. Namun serat (daur ulang) yang semakin sering dik-
eringkan akan semakin pendek dan membuatnya kurang lunak serta ku-
rang menyerap. Kertas tisu yang terbuat dari kertas bekas, hasil
kertasnya tidak sebaik (selunak) yang dibuat dari serat biomassa (kayu)
baru karena warna yang lebih gelap dan tekstur yang lebih kasar. Untuk
kertas tisu dengan harga jual mahal biasanya memang dibuat tanpa
menggunakan serat daur ulang. Selain itu, hal yang perlu menjadi per-
hatian adalah karena konsumsi kertas tisu per kapita dunia yang
sebanyak 5,2 kg merupakan rata-rata dari 26 kg di wilayah seperti
Amerika Utara dengan 1 kg di wilayah Asia dan Afrika (Morris, 2019),
kemungkinan terus meningkatnya konsumsi kertas tisu dan permintaan
kayu dunia (sebagai bahan bakunya) hanya tinggal masalah waktu.
Dengan demikian, keadaan demi lestarinya lingkungan perlu di-
antisipasi oleh para pengelola hutan dan kehutanan, apalagi
penggunaan kertas tisu sangat berkaitan dengan gaya hidup.
Antisipasi lain yang perlu dipersiapkan adalah permintaan kayu
untuk memasok industri pulp yang ditujukan untuk membuat rayon. Sa-
lah satu industri rayon di Riau yang berkapasitas 240.000 ton/tahun te-
lah merencanakan untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi
600.00 ton/tahun (Tari, 2020). Kenaikan kapasitas yang lebih dari dua
kali lipat serta kemungkinan permintaan kayu bagi industri rayon
lainnya perlu segera dipersiapkan agar bahan baku dapat tersedia, tetapi
kelestarian lingkungan dapat tetap terjaga.
18

Hadirin yang berbahagia,


Penutup
Kayu telah memperlihatkan perannya yang sangat penting da-
lam kehidupan kita, mulai dari pembentukan, keberadaan, hingga
produk yang dapat dihasilkan. Kayu yang semula lebih banyak dijual
ke negara lain dalam bentuk kayu bulat, berkat perkembangan iptek ter-
masuk kebijakan di Indonesia, telah dapat dijual dalam bentuk produk
yang bernilai tambah dan perolehan devisa yang lebih baik. Namun hal
tersebut masih disertai dengan kekawatiran terhadap kelestarian ling-
kungannya.
Tugas para ilmuwan dan pengolah kayu selanjutnya adalah terus
meningkatkan peran dan nilai tambah kayu karena masih banyak jenis
kayu yang belum dimanfaatkan dengan baik dan terus meningkatkan
manfaatnya kepada masyarakat, baik sebagai pemberi kesempatan kerja,
penerimaan yang adil, maupun dalam memperbaiki kelestarian ling-
kungan.

Hadirin yang berbahagia,


Sebelum menutup pidato ini, sekali lagi puji syukur saya ucap-
kan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan karunia Nya-lah saya
masih bisa menikmati umur dan kesempatan untuk membacakan pidato
pelengkap tugas sebagai guru besar, di hadapan para hadirin yang mulia.
Perkenankanlah pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya pada Pemerintah Re-
publik Indonesia, khususnya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset dan Teknologi yang telah memberikan jabatan Guru Besar dalam
bidang Teknologi Hasil Hutan di Fakultas Kehutanan UGM.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat Rektor, Dewan Guru Besar, dan Senat Akade-
mik UGM yang telah menyetujui dan mengusulkan diri saya sebagai
Guru Besar. Ungkapan terima kasih yang tulus juga saya sampaikan
kepada Dekan dan Senat Fakultas Kehutanan UGM, serta kepada Ketua
Departemen Teknologi Hasil Hutan yang telah menyetujui usulan ke-
naikan jabatan saya.
19

Kepada para guru yang telah mendidik dan membimbing sejak


bersekolah di Taman Kanak-Kanak Vincentius Jakarta, SD Strada Ja-
karta, SMP Negeri 14 Jakarta, dan SMA Negeri 22 Jakarta, saya
menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
karena didikan dan bimbingannyalah saya dapat diterima di Fak. Ke-
hutanan UGM.
Terima kasih kepada pembimbing skripsi, Bapak Alm. Ir. Eko
Hendrarto, M.Sc., atas ilmu dan bimbingan yang diberikan. Selanjutnya
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pihak
MONBUKAGAKUSHO Jepang yang telah memberikan kesempatan
untuk melanjutkan program Master dan Doktor di Nagoya University,
dengan pembimbing program Master Prof. Yoji Kikata yang bukan
hanya memberi pengetahuan yang mendalam mengenai Ilmu Kayu
tetapi juga tentang nilai-nilai dalam kehidupan, dan juga Pembimbing
Program Doktor alm Prof. Takashi Okuyama, sehingga ilmu yang telah
diberikan selanjutnya menjadi bidang kepakaran saya.
Kepada para guru dan senior yang luar biasa, Alm. Bapak Prof.
Dr. Soenardi Prawirohatmodjo, Alm. Prof. Dr. Achmad Sumitro, Alm.
Prof. Dr. Achmad Sulthoni, Alm. Ir. Moch. Joesoef, Alm. Ir. Haryanto
Yudodibroto, Alm. Ir. P. Burhanudin Siagian, Alm. Ir. Anwar Chu-
maedi, dan Alm. Ir. Soeparno, serta alm Dik Dr. Joko Sulistyo terima
kasih seraya mendoakan semoga almarhum diterima di sisi Allah SWT.,
selanjutnya ucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Soetjipto Ahmad Had-
ikusumo, dan Ir. Kasmudjo, MS., serta Dr. Ir. Agus Setyarso.
Kepada Dr. Sigit Sunarta selaku Dekan, Dr. Rini Pujiarti selaku
ketua Departemen Hasil Hutan dan Dr. Widyanto Dwi Nugroho selaku
kepala lab Pembentukan dan Peningkatan Kualitas Kayu dan Dr. Denny
Irawati serta Dik Widi Andi Setiawan dan teman-teman di Departeman
(Jurusan) Teknologi Hasil Hutan dan Laboratorium Pembentukan dan
Peningkatan Kualitas Kayu Fakultas Kehutanan UGM, yang tidak saya
sebutkan satu persatu terima kasih atas pertemanan, kerjasama dan
dukungan yang sangat baik selama ini, serta teruslah berusaha untuk
meningkatkan peran hasil hutan di Indonesia bagi kebaikan kita semua.
Kepada Prof. Suryo Hardiwinoto dan Prof. Ganis Lukmandaru yang te-
lah mereview naskah ini terima kasih.
20

Kepada Prof. Dr. Ir.Yusuf Sudo Hadi, M.Agr.Sc., terima kasih


telah setia mendukung dan menyemangati sejak sama-sama kuliah Pas-
casarjana di Nagoya University - Jepang, juga kepada Prof Hiroyuki
Yamamoto yang telah berteman sejak jaman mahasiswa hingga ker-
jasama penelitian saat ini dan juga Prof Satoru Tsuchikawa yang kini
sedang menjadi Dekan di Univ. Nagoya terima kasih untuk kerjasa-
manya selama ini dan mudah-mudahan dapat bermanfaat dalam
pengembangan kayu yang menyejahterakan manusia dan ramah ling-
kungan.
Kepada Alm. Prof. Suhardi, dan Dr. Sofyan P. Warsito serta
Prof Dr. Mohammad Na’iem di Fak. Kehutanan UGM terima kasih
atas kerjasamanya. Ucapan terima kasih tidak lupa saya sampaikan
kepada teman-teman di cakruk FKT’70, yang tidak henti-hentinya
memberikan dukungan sejak saya duduk di bangku kuliah hingga saat
ini.
Rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga saya
persembahkan kepada kedua orang tua: (Alm.) H. Marsoem dan ibunda
tercinta (Almh.) Hj. Sumarmi yang sejak saya SD harus merawat ayah
yang sakit cukup lama dan wafat ketika saya SMA, namun tetap be-
rusaha dengan sekuat tenaga membimbing, menyemangati dan men-
dukung serta mendoakan saya hingga memperoleh gelar Doktor. Tetapi
sayangnya beliau tidak bisa hadir di tempat terhormat ini karena beliau
telah berpulang ke rahmatullah. Saya mendoakan semoga bapak ibu
mendapatkan tempat terbaik di sisi Nya. Kepada kakak-kakak tercinta :
Kel. (Alm) Mas Djoko Aminoto M.Sc., Kel. (Alm.) Mas Tedi Sutisna,
B.Sc., Kel. Mas Prof. Dr. Soedarsono, Kel. (Alm) Mas Ir. Hadimartono,
Kel. (Alm.) Mas Ir. Soebagio Marsoem, dan Kel. Mas Ir. Wiswokarman,
Dipl.Eng., serta kedua adik saya Kel. Dik Dr. Bambang Santoso Mar-
soem, Kel. Dik Drs. Kabul Triwibowo dan (Almh.) Widaningsih, yang
telah memotivasi kegiatan pendidikan saya.
Rasa terima kasih yang tak terhingga juga saya haturkan kepada
kedua mertua saya, (Alm.) Bapak H. Totok Soekadi Ranuwardojo dan
Ibu Hj. Istiti Ismonosiwi, yang telah merelakan putrinya untuk men-
dampingi saya dan dengan penuh ikhlas mendoakan saya. Terima kasih
kepada Kel. Mas Ir. Triwibowo, Kel. Mas Ir. Haryono Kusumo, M.M.,
Kel. Dik drg. Bambang Yulianto, dan Kel. Dik Ir. Mardam, atas semua
doa, pengertian, dan dukungan yang telah diberikan.
21

Akhirnya, untuk istri tercinta, Erry Etikawati, yang telah men-


dampingi selama lebih dari 40 tahun, dan membesarkan anak-anak
dengan segala kesabaran, kasih sayang, perhatian, doa, dukungan, serta
pengorbanan yang tak terhingga, sehingga saya dapat berada di posisi
ini. Mohon maaf bila selama ini ada hal-hal yang kurang berkenan yang
telah saya lakukan.
Selanjutnya, untuk anak dan menantu, terima kasih atas kasih
sayang, pengertian, dan kekompakan kalian yang membuat bapak
selalu kangen untuk menikmati Yogya sambil saling bertukar pan-
dangan bersama. Pada kesempatan yang berbahagia ini ada sedikit pe-
san kepada anak dan menantuku tersayang. Untuk Dewi Sekar Rukmi,
jalankan tugasmu di BPK dengan sebaik-baiknya, Pengky Adie Per-
dana yang sedang bertugas di Pertamina Balikpapan, walaupun jauh
dari keluarga jalanilah tugasmu dengan tanggung jawab dan penuh se-
mangat. Untuk anak kedua, Aichiro Suryo Prabowo beserta keluarga
kecilnya yang saat ini tinggal di Washington DC, walaupun sedang
mengajar di University of Maryland, bapak berharap Chiro dapat me-
nyelesaikan program doktornya tepat waktu untuk kemudian dapat
kembali lagi mengajar di FE UI. Untuk Yurike Fajaretha Wahyudi,
yang sedang memperdalam pendidikan metode Montessori semoga
mencapai keberhasilan dan semangat selalu. Untuk anak ketiga, Akbar
Suryo Sadarpo yang berkarir di GMF jangan pernah menyerah dan
selalu istiqomah, dan Hanan Ashrafi Noviandari yang baru saja memu-
lai pendidikan dokter spesialis di UGM, walau berat Insya Allah kamu
bisa melewati masa pendidikan dengan baik. Serta untuk anak bung-
suku, Dewi Prathita Rachmi, yang selama ini berkarir di Pustral UGM,
selamat memulai karir baru sebagai dosen di FT UNY. Semoga Allah
SWT senantiasa melindungi, memberikan keberkahan, serta keberhasi-
lan dalam hidup kalian semua. Untuk cucu-cucu tercinta yang
Yangkung sayangi, Argya, Sadina, Athifa, Banyan, dan Erudit, semoga
menjadi anak yang sholih-sholihah dan bermanfaat untuk nusa, bangsa,
dan agama. Aamiin YRA.
22

Hadirin Sekalian yang Berbahagia,


Pengangkatan Guru Besar ini saya terima sebagai amanah yang
menuntut tanggung jawab yang sangat besar. Oleh karena itu, saya mo-
hon doa restu dari para hadirin sekalian yang berbahagia agar saya dapat
menunaikan amanah ini dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan sabda
Nabi Muhammad SAW, yaitu : “Sebaik-baik manusia adalah mereka
yang dapat memberikan manfaat optimal kepada lingkungannya,” Insya
Allah.
Akhir kata, atas nama pribadi dan keluarga, perkenankanlah
saya menghaturkan terima kasih atas keikhlasan, kesabaran dan per-
hatian hadirin sekalian dalam menyimak uraian saya yang panjang ini.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak/Ibu/Saudara/i sekalian
dengan yang jauh lebih baik, dan semoga kita semua selalu dalam lin-
dungan Allah SWT. Mohon maaf atas segala kekurangan yang ada.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


23

DAFTAR PUSTAKA

Alberto, E., S. N. Marsoem, dan Kuswanto. 2005. “Jamur Pembusuk


Putih Phanerochaete chrysosporium Sebagai Perlakuan Awal
Dalam Pembuatan Pulp Biosulfat Kayu Gmelina (Gmelina
arborea)”. Skripsi. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta (tidak dipublikasikan).
Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia. 2020. Road Map
Pembangunan Hutan Produksi Tahun 2019 - 2045. APHI.
Aragão, L. E., L. O. Anderson, M. G. Fonseca, T. M. Rosan, L.
B. Vedovato, F. H. Wagner, dan S. Saatchi. 2018. “21st
Century drought-related fires counteract the decline of
Amazon deforestation carbon emissions”. Nature
communications, 9(1): 1-12.
Badan Pusat Statistik (BPS). 2007. “Statistik Produksi. Produksi Kayu
Bulat Perusahaan Hak Pengusahaan Hutan (HPH) Menurut
Jenis Kayu (M3), 2006-2008”. Dalam
https://www.bps.go.id/indicator/60/502/5/produksi-kayu-bulat-
perusahaan-hak-pengusahaan-hutan-hph-menurut-jenis-
kayu.html
Badan Pusat Statistik (BPS). 2020. Statistik Produksi Kehutanan.
Statistics of Forestry Production. Katalog/Catalog : 5601005.
ISSN:2580-1740 No. Publikasi/Publication Number:
05200.2107
Balai Besar Pulp dan Kertas, Kementerian Perindusterian Republik
Indonesia. 2021. “Investasi Baru Industri Kertas dan Industri
Ban”. Dalam http://www.bbpk.go.id/berita_tampil.php?id=F
SfYYMgbmkhi9g2LnxOFOztPqiZjKOM86Kldbiz0Lg
Bolton, M. P. dan P. A. James. 1985. “A survey of prickly acacia
(Acacia nilotica) in five Western Queensland shires”. Stock
Routes and Rural Lands Protection Board, Brisbane. Internal
Report, November 1985.
24

Brookshire, B. 2020. Plants make sugar and oxygen with the power of
water, carbon dioxide and sunligh. Explainer: How
photosynthesis works. Diakses pada 23 Desember 2021.
Cai, Z. dan R. J. Ross. 2010. Mechanical properties of wood-based
composite materials. Wood handbook: wood as an engineering
material: chapter 12. Centennial ed. General technical report
FPL; GTR-190. Madison, WI: U.S. Dept. of Agriculture, For-
est Service, Forest Products Laboratory, hlm. 12.1-12.12.
Cliff, E. P. 1973. Timber the Renewable Material. National
Commission on Materials Policy.
Daian, M., V. Bucur, B. Ozarska, dan G. Daian. 2012. “Static strength
characteristics (MOR and MOE) of Australian Pinus
ponderosa wood from plantation: A comparison of green, dry
an and re-wet specimens: A technical note”. Journal of The
Indian Academy of Wood Science, 9(2).
de Villiers, C., S. Chen, dan Y. Zhu. 2014. “Carbon sequestered in the
trees on a university campus: a case study”. Sustainability
Accounting, Management and Policy Journal.
Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.
2019. Buku Statistik Kehutanan.
Djarwanto, dkk. 2017. Pengelompokan Jenis Kayu Perdagangan Indo-
nesia. Penerbit FORDA PRESS.
Dwianto, W. dan S. N. Marsoem. 2008. “Tinjauan Hasil-hasil
Penelitian Faktor-faktor Alam yang Mempengaruhi Sifat
Fisik dan Mekanik Kayu Indonesia Review of Researches on
Natural Factors Affecting the Physical and Mechanical
Properties of Indonesian Wood”. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kayu Tropis, 6(2): 85-100.
Fardani, R. A. dan S. N. Marsoem. 2018. “Rendemen dan Sifat Fisik
kayu Jabon (Anthocephalus cadamba Miq) Berdasarkan
Konsentrasi Alkali Aktif dan Sulfiditas”. Skripsi. Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada (tidak dipublikasikan).
Food and Agriculture Organization of The United Nations. 1987.
Simple technologies for charcoal making. Forest Industries
Division, FAO Forestry Department, FAO Forestry Paper 41.
25

Food and Agriculture Organization of The United Nations. Simple


technologies for charcoal making FAOhttps://www.fao.org ›
Food and Agriculture Organization of The United Nations. 2012. FAO
Statistical Yearbook 2012.
https://www.fao.org/3/i2490e/i2490e00.htm
Food and Agriculture Organization of The United Nations. 2017. Sus-
tainable woodfuel for food security A smart choice
green, renewable and affordable.
Food and Agriculture Organization of The Unit Nations. 2019. Global
production of wood products posts highest growth in 70 year
https://www.fao.org/news/story/en/item/1256261/icode/
Food and Agriculture Organization of The United Nations and
UNEP. 2020. The State of the World’s Forests 2020. Forests,
biodiversity and people. Rome.
https://doi.org/10.4060/ca8642en
Food and Agriculture Organization of The United Nations. 2021.
Wood Energy Catalogue.
https://www.fao.org/forestry/energy/catalogue/
Greg, S. L, A. J. Plantinga, dan M. R. Sloggy. 2015. “The Effect of
Internet Use on Global Demand for Paper Products”. Journal of
Forestry. Oxford Academic, 114: 433-440.
Irawati, D., Y. Takashima, T. Ueda, J. P. Sutapa, S. N. Marsoem, F.
Ishiguri, K. Iizuka, N. Yoshizawa, dan S. Yokota. 2013. “Ozone
treatment of spent medium from Auricularia polytricha
cultivation for enzymatic saccharification and subsequent
ethanol production. Journal Wood Science, 59: 522-527.
Irawati, D., J. P. G. Sutapa, A. B. Firmansyah, P. A. Mardika, F. W.
Nugroho, dan S. N. Marsoem. 2013. “Produksi Etanol dari
serbuk kayu dengan perlakuan kalsium hidroksida
menggunakan metode SSF”. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kayu
Tropis, 11(1).
Istikowati, W. T. dan S. N. Marsoem. 2008. “Pengaruh Inkulasi Jamur
Phanerochaete chrysosporium Burds Terhadap Sifat Serat dan
Pulp Kayu Randu (Caiba pentandra Gaertn)”. Tesis.
Program Ilmu Kehutanan Fakultas Kehutanan. Program Pasca
26

Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (tidak dipub-


likasikan).
Kaltschmitt, M. dan W. Streicher. 2009. “Energie aus biomasse”. Da-
lam Regenerative Energien in Österreich. Vieweg+ Teubner.
Kartasudjana, I. dan A. Martawijaya. 1979. “Kayu perdagangan
Indonesia sifat dan kegunaannya. Penerbitan ulang gabungan
pengumuman No. 3 tahun 1973 dan No. 56 tahun 1975”.
Lembaga Penelitian Hasil Hutan Bogor. Badan Penelitian
Pengembangan Departemen Pertanian Republik Indonesia.
Keita, J. D. 1987. “Unasylva Vol 39, Unasylva - No. 157-158 - Small-
scale forest enterprises; Keita JD (1987) Wood or charcoal—
which is better. Unasylva 157/158, vol 39 1987/3 (4): 61–66.
Kikata, Y. dan S. N. Marsoem. 1999. “Carbon Sinking in Tropical
Area (Indonesia)”. Bulletin of JIFPRO. Tokyo, Japan.
Koberstein, P. dan J. Applegate. 2019. “Tall and old or dense and
young: Which kind of forest is better for the climate?”.
Mongabay; News and Inspiration from Nature’s Frontline.
Krajnc, N. 2015. Wood Fuel Handbook. Pristin FAO.
Krisnawati, H., D. Wahjono, dan D. Iriantono. 1997 “Tabel Isi Pohon
dan Taper Batang Acacia mangium Willd di Kebun Benih
Parungpanjang, Bogor, Jawa Barat”. Buletin Teknologi
Perbenihan, 4: 12-27.
Krisnawati, H., M. Kallio, dan M. Kanninen. 2011. Acacia mangium
Willd: ecology, silviculture and productivity. CIFOR.
Listyanto, T., K. Ando, H. Yamauci, dan N. Hattori. 2013.
“Microwave ans Steam Injection Drying of C)2 Laser
Incised Sugi Lumber”. Journal of Wood Sciences, 59(4): 282-
289.
Listyarini, T. 2020. “30% Kebun Karet Harus Diremajakan”. Inves-
tror.id, diakses pada 25 Januari 2020, pukul 10.51 WIB.
Marpaung, Y. T. I dan S. N. Marsoem. 2012. “Pengaruh Konsentrasi
Larutan Pemasak dan Lama Pemasakan Terhadap Sifat Fisik
dan Rendemen Pulp Bambu Ampel (Bambusa vulgaris Schard.)
Melalui Proses Soda”. Skripsi. Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada (tidak dipublikasikan).
27

Marra, G. G. 1972. “The Future of Wood as an Engineered Material”.


Forest Product Journal, 22(9).
Marra, G. G. 1981. Wood composites. Forest Service.
Marsoem, S. N. 1992. “The effect of the early harvesting on the
physical properties of teak wood from different localities. One
Century of Sustainable Forest Management with Special
Reference to Teak in Java”. Procedings of an International
Symposium on Sustainable Forest Management, September
21-24, 1992 Yogyakarta. In Cooperation Between Perum
Perhutani and Faculty of Forestry Gadjah Mada, hlm. 250-253.
Marsoem, S. N. 1995. “Radial and axial physical properties variation
of eight years rotation paraserianthes falacata plantation”.
Procedings of Japan Wood Research Institute International
Conference, Tokyo, Japan.
Marsoem, S. N. dan Y. Kikata. 1997. “Detection of the Existence of
Heartrot on Acacia mangium wood of forest plantation on
Indonesia”. Buletin of JIFPRO, hlm. 237-251.
Marsoem, S. N. 1999. “Pengaruh Teresan Terhadap Sifat Fisika dan
Tegangan Pertumbuhan Kayu Jati”. Prosiding Mapeki
(Masyarakat Peneliti Kayu). Buku 1.
Marsoem S. N, G. Lukmandaru, M. Hasyimoto, D. Irawati, dan T. Mori.
2002. “Moisture Distribution in The Trees of Merkusii, Teak,
and Falcataria growing in Central Java”. Procedings of Japan
Wood Research Institute International Conference, Gifu, Japan.
Marsoem, S. N. 2004. Pembangunan Hutan Tanaman Accacia
mangium: Pengalaman di PT Musi Hutan Persada Sumatera
Selatan (E. B. Hardiyanto & H. Arisman (eds.)).
Marsoem, S. N. (2005). “Tropical wood from Indonesia”. Proc.
Intern. Workshop on Enhancement of CO2 Sink and Wood
Production, hlm. 13-22.
Marsoem, S. N, V. E. Prasetyo, W. B. Rachman, dan D. Sudarwoko.
2009. Pemanfaatan Serat Monokotil Bambu Legi(Gigantochloa
atter) sebagai Bahan Baku Pulp secara Mekano-Organosolv.
Prosiding Seminar Nasional Mapeki XII.
28

Marsoem, S. N. 2013. “Studi Mutu Kayu Jati di Hutan Rakyat


Guningkidul I. Pengukuran Laju Pertumbuhan”. Jurnal Ilmu
Kehutanan. Vol. VII, No. 2.
Marsoem, S. N., V. E. Prasetyo, J. Sulistyo, Sudaryono, dan G.
Lukmandaru. 2014. “Studi Mutu Kayu Jati di Hutan Rakyat
Gunungkidul III. Sifat Fisika Kayu”. Jurnal Ilmu Kehutanan,
Vol. 8, No. 2.
Marsoem, S. N., V. E. Prasetyo, J. Sulistyo, Sudaryono, dan G.
Lukmandaru. 2014. “Studi Mutu Kayu Jati di Hutan Rakyat
Gunungkidul II. Pengukuran Tegangan Pertumbuhan”. Jurnal
Ilmu Kehutanan, Vol. 8, No. 1.
Marsoem, S. N., V. E. Prasetyo, J. Sulistyo, Sudaryono, dan G.
Lukmandaru. 2015. “Studi Peningkatan Kualitas Kayu Jati di
Hutan Rakyat Gunungkidul: IV. Mekanika Kayu”. Jurnal Ilmu
Kehutanan, 2014: IX(2).
Marsoem, S. N., J. Sulistyo, dan G. Lukmandaru. 2016. “Peneresan
Pohon Sebagai Cara untuk Mengurangi Tegangan
Pertumbuhan dan Cacat Kayu Jati”. Laporan Akhir Penelitian
Kompetensi. Direktorat Riset dan Pengabdian
Masyarakat. Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan
Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi.
Marsoem, S. N. 2018a. Sifat-sifat Dasar Kayu. Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada.
Marsoem, S. N., D. Irawati, dan S. Sunarta. 2018b. “Pengurangan
Tegangan Pertumbuhan Penyebab Cacat Kayu Dengan
Menggunakan Asap dan Panas Buangan Pembuatan Arang”.
Laporan Akhir. Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi.
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat. Direktorat
Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Marsoem, S. N, D. Irawati, dan S. Sunarta. 2020. “Pengurangan Cacat
Kayu Akibat Tegangan Pertumbuhan (Growth Stress) dengan
Cara Perendaman Air Panas Buangan Industri Minyak Kayu
Putih”. Laporan Akhir. Penelitian Terapan Unggulan Perguruan
Tinggi. Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat.
29

Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan


Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Martawijaya, A., I. Kartasujana, K. Kadir, dan S. A. Prawira. 2005.
Atlas Kayu Indonesia Jilid 1. Departemen Kehutanan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.
Mayrowani, H. dan Ashari. 2011. “Pengembangan Agroforestry
untuk Mendukung Ketahanan Pangan dan Pemberdayaan
Petani Sekitar Hutan”. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 29(2):
83-98.
May, E. 2021. Bagaimana Potensi Saham Sektor Kertas Saat ini?. Balai
Besar Pulp dan Kertas (BBPK) dan Kementerian Perindustrian
Republik Indonesia.
http://bbpk.go.id/berita_tampil.php?id=UgU9 G7nPwrh5_Ai
bc9DWa-yYxnZJFJHhlW_lBM -4fx0
Meka, Z. E. dan S. Johnson. 2008. “Putti sustainability into practice”.
Envtl. Pol'y & L., 38: 261.
Morris, H. 2019. “Global average per capita tissue consumption stands
at above 5 kg - but 10 kg is possible”.
https://www.tissueworldmagazine.com/departments/marketiss
ues/global-average-per-capita-tissue-consumption-stands-at-
above-5kg-but-10kg-is-possible/
Mpapa, B. L. dan S. N. Marsoem. 2012. “Laju Pertumbuhan, sifat
anatomi dan sifat fisika kayu jabon merah (Anthocephalus
macrophyllus) yang tumbuh di Kabupaten Banggai Sulawesi
Tengah”. Tesis. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada
(tidak dipublikasikan).
Na’iem, M. 2001. “Early performance of clonal test of teak”. Paper
presented at the Third Regional Seminar on Teak, July 31 to
August 4, Yogyakarta, Indonesia.
Nasution, D. D. dan N. Zuraya. 2020. “Ada Perang Dagang, Ekspor
Kayu Olahan RI Turun 4 Persen”. Republika. Dalam
https://www.republika.co.id/berita/q3j2l9383/d a-perang-
dagang-ekspor-kayu-olahan-ri-turun- 4-persen
Panshin, A. J. dan C. de Zeeuw. 1980. Textbook of Wood Technology:
Structure, identification, properties, and uses of the commercial
woods of the United States and Canada. 4th ed.McGraw-
30

HillSeries in Forest Resources. New York: McGraw-Hill Book


Co.
Pilegaard, K. dan A. Ibrom. 2020. “Net carbon ecosystem exchange
during 24 years in the Sorø Beech Forest – relations to phenol-
ogy and climate”. Environmental Science. Tellus B: Chemical
and Physical Meteorology.
DOI:10.1080/16000889.2020.1822063 Corpus ID:
224970058
Pradipta N. N dan D. Irawati. 2019. “Reducing Sugar
Production of 3 Species Mushrooms Spet Media for
Bioethanol”. International EnergyConference ASTECHNOVA.
By AIP Publishing.
Pugh, P. A. M., M. Lindeskog, B. Smith, B. Poulter, A. Arneth, V.
Haverd, dan L. Calle. 2019. “Role of forest regrowth in global
carbon sink dynamics”. Proceedings of the National Academy
of Sciences of the United States of America. PNAS March 5,
2019, 116(10) 43824387; first published February 19, 2019;
https://doi.org/10.1073/pnas.1810512116
Rahayu, S. 1999. Penyakit Tanaman Hutan di Indonesia; Gejala,
Penyebab, dan Teknik Pengendaliannya.
Reven, J. A dan A. J. Karley. 2006. “Carbon Sequestration: Photosyn-
thesis and Subsequent Processes”. Current Biology, 16(5):
R165-R167.
Reynolds, J. A. dan J. O. Carter. 1990. “Woody weeds in central
western Queensland”. Proceedings 6 th Biennial Conference,
Australian Rangelands Society, Carnarvon, Western Australia,
hlm. 304-306.
Ridho, M. R. dan S. N. Marsoem. 2015. “Variasi Aksial dan Radial
Sifat Fisika dan Mekanika Kayu Jabon (Anthocephalus
cadamba Miq.) yang Tumbuh di Kabupaten Sleman”. Prosiding
Seminar Nasional XVIII MAPEKI, 4: 5.
Ruskin, F. R. 1983. Mimosa Mower (Black Wattle) Acacia decurrens
Willd. National Academy Press.
Schwarcz, J. 2017. Charcoal is one of the most important substances
ever discovered. Office for Science and Society. Separating
31

Sense from Nonsense. McGill University. 801


Sherbrooke Street West Montreal, Quebec H3A 0B8.
Shmulsky, R. dan P. D. Jones. 2019. Forest Products and Wood
Science An Introduction. Wiley Blackweel.
Soekotjo. 2008. Teknik Silvikultur Intensif (SILIN). Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Sugiharto, A. 2015. Laporan Triwilan I Balai Besar Pulp dan Kertas
2015. Balai Besar Pulp dan Kertas.
Sugiyanto. 2020. PLTU Indonesia Gunakan Bahan Baku Biomassa.
Tempo.co, 6 November 2020.
https://nasional.tempo.co/read/1402867/pltuind onesia
gunakan-bahan-bakubiomassa/full& view=ok
Sukadaryati, S., Yuniawati, Dulsalam. 2018. “Pemanenan Kayu Hutan
Rakyat (Studi Kasus di Ciamis, Jawa Barat) Timber”. Jurnal
Ilmu Kehutanan, 12(2) .
Tari, D. W. 2020. “Produksi Rayon Viskosa Terbesar di Dunia Ada di
Riau, Bisa Tekan Impor Tekstil”. Bisnis.com. Diakses pada 21
Februari 2020 pukul 17.22 WIB.
https://sumatra.bisnis.com/read/20200221/534/1204383/produ
ksi-rayon-viskosa-terbesar-di-dunia-ada-di-riau-tekan-impor-
tekstil.
Team Linchpin. 2021. Tren mengubah industri pulp dan kertas pada
2021. Affde. https://www.affde.com/id/trends-pulp-and- paper-
industry.html
Tiong, G. L., Ho Chai Yee, dan Chew Oe Kheng. 1985. “Rubberwood:
Sawntimber Production and Recovery Studies Ebor Research,
Sime Darby Plantation Kuala Lumpur”. Proceeding of The
Second Rubberwood Seminar, Kuala Lumpur Nov. 19-20 1985.
Ulum, W. dan D. Arjanto. 2020. “Banjir bandang di Lebak,
BPBD Banten Sebut Penyebabnya”. Tempo.co.
https://metro.tempo.co/read/1291244/banjir- bandang-di-lebak-
bpbd-banten-sebut- penyebabnya/full&view=ok
United Nations, New York. 1979. United Nation Industrial
Development Organisation; Appropriate Industrial Technology
for Paper Products and Small Pulp Mills.
32

United Nations, New York. 1997. 19th Special Session of the General
Assembly to Review and Appraise the Implementation of
Agenda 21, 23-27 June 1997, New York.
https://www.un.org/en/conferences/environment/newyork1997
Unwin G. L dan P. E. Kriedemann. 2019. Principles and Processes of
Carbon Sequestration by Trees. State Forests of New South
Wales. Research Division.
The World Bank. 2020. ESMAP Renewable Energy Resource
Assessment and Mapping Initiative. 10 November 2020.
https://www.worldbank.org/en/results/2020/11/10/esmapren
wable-energy-resource-assessment-and-mapping-initiative
Traverso, A. dan D. Tucker. 2020. “Biomass”. Dalam Managing
Biological and Ecological Systems. CRC Press.
WHO. 2010. “Health in the green economy - household energy sector
in developing countries”. Geneva, Switzeland.
33

BIODATA

Nama : Sri Nugroho Marsoem


Tempat Lahir : Semarang
Tanggal Lahir : 25 Oktober 1952
NIP 195210251978031001
Pangkat : IV c / Pembina Utama Muda

Alamat Kantor : Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada, Bu-


laksumur, Yogyakarta 55281
Telp. : (0274) 6491428
Alamat Rumah : Jl. Rajawali S 64-65, Perum Sidoarum III, Godean,
Sleman, Yogyakarta, 55564
Telp. Seluler : (0274) 79-8181; 0811-286-042
E-mail :snmarsoem@ugm.ac.id,
snugmarsoem@gmail.com

Nama Istri : Ir. Hj. Erry Etikawati


Nama Anak : Dewi Sekar Rukmi, S.H., M.H., CLA.
Pengky Adie Perdana, S.T., M.Si. (menantu)
Aichiro Suryo Prabowo, S.E., M.P.P.
Yurike Fajaretha Wahyudi, S. Hub. Int. (menantu)
Akbar Suryo Sadarpo, S.T.
dr. Hanan Ashrafi Noviandari (menantu)
Dewi Prathita Rachmi S.T., M.Sc.

Pendidikan Tinggi
1. 1987 Doktor bidang Ilmu Kayu-Hasil Hutan, Nagoya University,
Japan.
2. 1984 Master of Agriculture Science, Nagoya University, Japan.
3. 1977 Insinyur Kehutanan, Universitas Gadjah Mada.
34

4. 1974 Sarjana Muda Kehutanan, Universitas Gadjah Mada.

Pendidikan Dasar
1. SMA Negeri 22, Jakarta.
2. SMP Negeri 14, Jakarta.
3. SD Strada, Jakarta.
4. Taman Kanak-kanak Vincentius, Jakarta.

Pengalaman sebagai Pengajar:


2021—sekarang : Ketua Tim Koordinator Penilaian Angka Kredit
Dosen, UGM.
2021 : Ketua Panitia Seleksi Calon Dekan Fak. Kehu-
tanan UGM.
2020—sekarang : Penilai Penilaian Angka Kredit Kenaikan Jabatan
Akdemik Dosen, Ditjen Pendidikan Tinggi Riset
dan Teknologi.
2020-2021 : Membimbing Tesis Pascasarjana mahasiswa dari
Pakistan.
2018-sekarang : Dosen Luar Biasa di Tokyo University of Agricul-
ture and Technology.
2019 : Penilai Disertasi Doktor Mahasiswa University of
Melbourne, Australia.
2019 : Pembimbing Thesis Master's mahasiswa Tokyo
University of Agriculture & Technology, Tokyo,
Japan.
2017-sekarang : Sekretaris Komisi Pengembangan Ilmu dan Akad-
emik Dewan Guru Besar.
2020 : Visiting Professor at Tokyo University of
Agriculture and Technology.
2015 : Visiting Professor, Nagoya University, Japan.
2013 : Visiting Professor, The Research Institute for Sus-
tainable Humanosphere, Kyoto University.
2012 : Visiting Scientist, Forestry & Forest Products Re-
search Institute, Japan.
35

2000 : Visiting Scientist, Wood Research Institute, Kyoto


University, Japan.
1997 : Visiting Scientist, Forestry & Forest Products Res.
Inst., Tsukuba, Japan.
1993 : Visiting Scientist, Nagoya University, Japan.

Jabatan
2021 – sekarang : Ketua Tim Koordinator Penilaian Angka Kredit
Dosen, UGM.
2021 : Ketua Panitia Seleksi Calon Dekan Fak.Kehutanan
UGM.
2020 – sekarang : Penilai Penilaian Angka Kredit Kenaikan Jabatan
Akdemik Dosen, Ditjen Pendidikan Tinggi Riset
dan Teknologi.
2016 – 2019 :Kepala Laboratorium Pembentukan dan
Peningkatan Kualitas Kayu.
2015 – sekarang : Anggota Komite Penentu Akhir Universitas Gadjah
Mada.
2012 – 2015 : Kepala Laboratorium Kimia Kayu dan Pulp & Ker-
tas.
2010 – 2014 : Anggota Industri Kayu Inovatif Kementerian Kehu-
tanan Republik Indonesia.
2009 – 2011 : Kepala Departemen Teknologi Hasil Hutan.
2008 – sekarang : Anggota Universitas Gadjah Mada, Tim Penilai Jab-
atan Akademik Dosen.
2005 – 2008 : Wakil Dekan Bidang Penelitian, Kerjasama & Uru-
san Alumni, Fakultas Kehutanan, Universitas Gad-
jah Mada.
2004 – 2009 : Anggota Tim Silvikultur Intensif, Departemen Ke-
hutanan.
2001 – 2005 : Wakil Dekan Bidang Akademik, Fakultas Kehu-
tanan, UGM.
1999 – 2001 : Kepala Departemen Teknologi Hasil Hutan,
Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
1994 – 1998 : Direktur Pusat Studi Jepang UGM.
36

1993 – 2011 : Kepala Laboratorium Kimia Kayu, dan Pulp dan Se-
rat.
1991 – sekarang : Mengajar Pulp dan Kertas untuk Mahasiswa Sarjana
dan Pascasarjana.
1989 – 2002 : Dosen Fakultas Kehutanan, Universitas Pertanian
Yogyakarta, INTAN.
1988 – 2005 : Dosen Fakultas Kehutanan, Universitas Pertanian
Yogyakarta, Instiper Yogyakarta.
1984 - 1987 : Mengajar Program S-1 Nagoya University of Com-
merce.
1977 – sekarang : Dosen Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah
Mada.

Jabatan Lain Selama di Jepang


1986-1987 : President of IFSA (International Foreign Students
Association), Nagoya, Japan.
1985-1986 : President of AFSA (Aichi Foreign Students Associ-
ation), Japan.
1985-1987 :Ketua Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang Tengah.

Keahlian
2018 - sekarang : Tim Ahli Control Union Certificate.
2018 - sekarang : IFCC (Indonesian Forestry Certification
Cooperation).
2014 : Panel Ahli TUV Sertifikasi LEI Chain of Custody
(CoC) untuk Industri Pulp & Kertas.
2013 : Reviewer Aciar Research Project FST/2007/119
Mebel Mahoni dan Jati : Action Research to Im-
prove Value Chain Efficiency and Enhance Liveli-
hood in Jepara and Bogor.
2013 : Panel Pakar Sertifikasi Chain of Custody (CoC) LEI
untuk Audit Pengawasan ke-8 CoC LEI Asia Pulp
& Paper (PT Pindo Deli Karawang).
2009 - 2013 : Pakar Industri Hutan Rakyat Inovatif, Departemen
Kehutanan, Republik Indonesia.
37

2012 : Anggota Asosiasi Komite Standar Indonesia untuk


Sertifikasi Kehutanan.
2012 : Studi Status Pasokan Bahan Baku untuk Produksi
Kerajinan Kayu Komodo di Taman Nasional Ko-
modo, Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara
Timur.
2011 : Auditor PT Kimberly-Clark Indonesia
2010 : Panel Pakar PT Indah Kiat Pulp & Paper

Publikasi
Corresponding author
1. Arisandi R, Marsoem S.N*, Lukmandaru G, Sutapa J.P.G. 2022. The
changes of extractive contents of young Swietenia mahagoni (L.)
Jacq trees during heartwood formation. Forestry Studies.
2. Putro, G.S, Marsoem S.N*, Sulistyo J, Hardiwinoto S. 2020. The
growth of three teak (Tectona grandis) clones and its effect on wood
properties. Biodiversitas, 21(6): 2814 -2821.
3. Putro, G.S, Marsoem S.N.*, Sulistyo J, Hardiwinoto S. 2020. Sifat
Kayu Jati Unggul Nusantara (Tectona grandis L.f.) Pada Tiga Kelas
Diameter Pohon.

Penulis pertama
1. Marsoem S. N, Irawati D. 2016. Basic properties of Acacia mangium
and Acacia auriculiformis as a heating fuel. AIP Conference Pro-
ceedings 1755 (1), 130007.
2. Marsoem, S.N., Setiaji F, Kim N.H, Sulistyo J, Irawati D, Nugroho
W.D, Pertiwi Y.A.B. 2015. Fiber Morphology and Physical Charac-
teristics of Gigantochloa atter at Three Different Ages and Height of
Culms For Better Utilization. Journal of the Korean Wood Science
& Technology, 43(2): 144-155.
3. Marsoem, S.N, Prasetyo V.E, Sulistyo J, Sudaryono S, Lukmandaru
G. 2015. Studi Peningkatan Kualitas Kayu Jati di Hutan Rakyat
Gunungkidul: IV. Mekanika Kayu. Jurnal Ilmu Kehutanan, 2014:IX
(2).
4. Marsoem S. N, Sulistyo J, Listyanto T, Irawati D, Kim N.H. 2015.
Physical Properties of Teak (Tectona grandis L.f.) Wood Growing in
38

Java Islan, Indonesia. Proceeding The International Symposium on


The Innovative Utilization of Tropical Forest. Collage of Forest and
Environmental Sciences, Kangwon National Universiti (KNU),
Korea.
5. Marsoem, S.N., Prasetyo, V.E, Sulistyo J, Sudaryono, Lukmandaru
G. 2014. Studi Mutu Kayu Jati di Hutan Rakyat Gunungkidul III.
Sifat Fisika Kayu. Jurnal Ilmu Kehutanan. Vol. 8 No. 2. 2014.
6. Marsoem, S.N., Prasetyo, V.E, Sulistyo J, Sudaryono, Lukmandaru
G. 2014. Studi Mutu Kayu Jati di Hutan Rakyat Gunungkidul II.
Pengukuran Tegangan Pertumbuhan. Jurnal Ilmu Kehutanan. Vol.
8 No. 1. 2014.
7. Marsoem, S.N. 2013. Studi Mutu Kayu Jati di Hutan Rakyat
Guningkidul I. Pengukuran Laju Pertumbuhan. Jurnal Ilmu
Kehutanan. Vol. VII No. 2. September 2013.
8. Marsoem S.N, Sulistyo J, Prasetyo V. E, Pertiwi Y. A. P, Setiaji F.
2012. Growing the Future. Paper Conference and Trade Show 2012
(PaperCon 2012). New orleans, Louisiana, USA. 22-25 april 2012.
Vol. 1 of 2, ISBN : 978-1-62276-843-1.
9. Marsoem SN, Sulistyo J, Prasetyo VE, Andhini Y, Setiaji F. 2012.
Maintaining environmental quality: Fiber characterization as a tool
for verifying pulp fiber composition. Paper Conference and Trade
Show, 733-742, 2012

Penulis bersama (sepuluh tahun terakhir)


1. Arisandi R, Ashitani T, Takahashi, Marsoem S. N, Lukmandaru G.
2020. Lipophilic extractive of the wood and bark from Eucalyptus
pellita F. Muell grown in Merauke, Indonesia. Journal of Wood
Chemistry and Technology, 40(2).
2. Lou B, Imai T, Sugiyama J, Marsoem, S.N, Mulyaningsih T, Itoh T.
2019. The occurrence and structure of radial sive tubes in the sec-
ondary xylem of Aquilaria Gyrinops. IAWA Journal 0(0): 1-16.
https://doi.org/10.1002/ajb2.1297.
3. Arisandi R, Marsoem, S.N, Lukmandaru G, Ashitani T. 2019. The
content of phenolics and cell wall component of Eucalyptus pellita
F. Muell Stemwood and Bark. Wood Research, 64(3): 411-422.
4. Rahman M.H, Nugroho, W.D, Nakaba S, Kitin P, Kudo K,
39

Yamagishi Y, Begum S, Marsoem, S.N, Funada R. 2019. Changes


in cambial activity are related to precipitation pattern in four tropi-
cal hardwood species grown in Indonesia. American Journal of
Botany, 106(6): 1-12. https://doi.org/10.1163/22941932-00002103
5. Sulistyo J, Praptoyo H, Lukmandaru G, Widyorini R, Widyatno W,
Karyanto O, Marsoem S. N. 2018. Wood Anatomical Features and
Physical Properties of Fast Growing Red Meranti from Line Plant-
ing at Natural Forest of Central Kalimantan. Wood Research
Journal. Vol. 9: 52-59.
6. Sulistyo J, Hata, Imamura Y, Darmaji P, Marsoem S. N. 2018. Pore
Size Distribution and Microstructure of Oil Palm Shell Heat Treated
at 300 C Followed by Slow or Fast Heating TreatmentWood. Re-
search Journal, 9(1): 15-25.
7. Sulistyo J, Marsoem S. N, ListyantoT. NH Kim (Conference Pro-
ceedings) 2018 (1), 45-45.
8. Pertiwi, Y.A.B, Aiso H, Ishiguri F, Marsoem, S.N, Yokata S. 2018.
Radial variation of wood properties in Neolamarckia cadamba trees
from an East Java community forest. Southern Forest 80(4):
351359,https://doi.org/10.2989/20702620.2018.1463151.
9. Hisamochi R, Watanabe Y, Sano M, Nakatsuka T, Kurita N, Mat-
suo-Ueda M, Yamamoto H, Tazuru S, Sugiyama J, Subiyanto B,
Marsoem S.N, Tsuda T, Tagami T. 2018. Cellulose oxygen isotopic
composition of teak (Tectona grandis) collected from Java Island:
A tool for dendrochronological and dendroclimatological analysis.
Dendrochronologia Vol. 52, Pages 80-86.
10. Subiyanto B, Hisamochi R, Watanabe Y, Sano M, Nakatsuka T,
Nurita N, Ueda M.M, Yamamoto H, Tazuru S, Sugiyama J, Mar-
soem, S.N, Tsuda T, Tagami T. 2018. Cellulose oxygen isotopic
composition of teak (Tectona grandis) collected from Java Island: a
tool for dendrochronological and dendroclimatological analysis.
Dendrochronologia 52: 80-86.
11. Nugroho, W.D, Nakaba S, Yamagishi Y, Begum S, Rahman, M.H,
Kudo K, Marsoem, S.N, Funada R. 2018. Stem gravitropism and
tension wood formation in Acacia magnum seedlings inclined at
various angles. Annals of Botany. Annals of Botany, mcy056,
https://doi.org/10.1093/aob/mcy056.
40

12. Sulistyo J, Marsoem SN, Kholik A, Wibowo MN. 2017. Proses


Pengarangan Dari Tungku/Dapur Pengarang Konvensional Dan
Permanen Di Wonosari, Gunungkidul. Proceedings of the Prosed-
ing Seminar Nasional Masyarakat Peneliti Kayu.
13. Sulistyo J, Marsoem SN, Listyanto T, Bhekti Y. 2017. Fire-Retard-
ancy and Thermal Degradation of Three Tropical Wood Species
Overlaid by Sengon Wood Charcoal Sheet. (Conference Proceed-
ings) 2017 (1), 33-33.
14. Indrayanti L, Marsoem S.N, Prayitno T. A, Supriyo H, Radja-
gukguk B. 2017 The Thickness Distribution of Peat Land and the
Properties of Peat Land at Peat Swamp Forest Kalampangan, Cen-
tral Kalimantan. Jurnal Wana Tropika 5(1).
15. Pertiwi, Y.A.B, Aiso H, F Ishiguri, Wedatama S, Marsoem, S.N,
Ohsima J, Lizuka K, Yokota S. 2017. Effect of Radial Growth Rate
on Wood Properties of Neolamarckia cadamba. Journal of Tropical
Forest Science 29(1): 30 - 36
16. Hidayati F, F. Ishiguri, Makino K, Tanabe J, Aiso H, Prasetyo V.E,
Marsoem, S.N, Wahyudi I, Iizuka K, Yokata S. 2017. The Effects
of Radial Growth Rate on Wood Properties and Anatomical Char-
acteristics and an Evaluation of the Xylem Maturation Process in a
Tropical Fast-Growing Tree Species, Gmelina arborea. Forest Prod-
ucts Journal Vol. 67, No 3/4.
17. Hidayati F, F. Ishiguri, Marsoem, S.N. 2017. Anatomical Charac-
teristics and Air dry Density of Young Trees of Teak Clones Planted
in Indonesia. Journal of the Korean Wood Science and Technology.
Volume 45 Issue 4 Pages.463-470.
18. Aprianis Y, Irawati D, Marsoem SN. 2016. Application of Phanero-
chaete chrysosporium on Biochemimechanical Pulping Process of
Terentang Wood (Campnosperma auriculata Hook. f). Jurnal
Penelitian Hasil Hutan 34 (3), 231-239, 2016
19. Supriyati W, Alpian A, Prayitno TA, Sumardi S, Marsoem S N.
2016. Local Wisdom In Utilizing Peat Swamp Soil and Wather To
Improve Quality of Gelam Wood. Tropical weatland Journal 2 (2),
27-37, 2016
20. Hidayati F, Fajrin I. F, Ridho M. R, Nugroho, W. D, Marsoem S.N,
Nai’em M. 2016. Sifat Fisika dan Mekanika Kayu Jati Unggul
41

"Mega" dan Kayu Jati Konvensional yang Ditanam di Hutan Pen-


didikan, Wanagama, Gunungkidul, Yogyakarta. Jurnal Ilmu
Kehutanan. Vol. 10 No. 2. (2016).
21. Ridho MR, Marsoem SN. 2015. Variasi Aksial dan Radial Sifat
Fisika dan Mekanika Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba Miq.)
yang Tumbuh di Kabupaten Sleman. Prosiding Seminar Nasional
XVIII MAPEKI 4, 5, 2015
22. Sukarno A, Hardiyanto E.B, Marsoem, S.N, Na’iem M. 2015. Ole-
oresin Production, Turpentine Yield and Components of Pinus
merkusii from Various Indonesian Provenances. Journal of Tropical
Forest Science, 2015:27(1): 136–141.
23. Supriyati W, Prayitno T.A, Sumardi S, Marsoem, S.N. 2015. Local
Wisdom of Utilization of Gelam Wood on Peatswamp Land of Cen-
tral Kalimantan, J. Manusia dan Lingkungan, Vol 22, No. 1, Maret
2015: 94-99.
24. Sulistyo J, Marsoem SN, Hata T. 2015. The Changes in Microstruc-
ture and Thermal Constant in Conversion of Carbonized Wood to
Silicon Carbide Composite. Wood Research Journal 6 (1), 30-36,
2015.
25. Indrayanti, L., Marsoem, S. N., Prayitno, T. A., & Supryo, H.
(2014). Growth rate and latex yield of lime Jelutung (Dyera Iowii
Hook) that growing at ten peat thickness. Advances in Environmen-
tal Biology, 1881-1890.
26. Hidayati F, F Ishiguri, Iizuka K, Makino K, Marsoem SN, Yokota
S. 2014.Among-clone variations of anatomical characteristics and
wood properties in Tectona grandis planted in Indonesia. Wood and
Fiber Science 46 (3), 385-393.
27. Irawati D, Sutapa J.P.G, Marsoem S.N, Wedatama S, F Ishiguri,
Iizuka K, Yokota S. 2014. The Effect of Storage Time of Cloud Ear
Fungus (Auricularia polytricha) Spent Culture Media Made of
Three Indonesian Tree Species on Their Saccharification Rate.Jour-
nal of the Japan Institute of Energy 93 (4), 340-344, 2014
28. Irawati D, Takashima T,Ueda C, Sutapa JPG, Marsoem SN, F Ishi-
guri, Iizuka K, Yoshizawa N, Yokota S. 2013. Ozone treatment of
spent medium from Auricularia polytricha cultivation for enzymatic
saccharification and subsequent ethanol production. Journal of
42

wood science 59 (6), 522-527, 2013.


29. TA Prayitno, SN Marsoem. 2013. Sifak fisika - mekanika kayu
Gelam yang ditimbun di rawa gambut pada tiga kelas diameter. Bi-
onatura 15 (3), 2013.
30. Nugroho WD, Nakaba S, Yamagishi Y, Begum S, Marsoem SN,
Ko JH, Jin HO, Funada R. 2013.Gibberellin mediates the develop-
ment of gelatinous fibres in the tension wood of inclined Acacia
mangium seedlings. Annals of botany 112 (7), 1321-1329.
31. Sukarno A, Hardiyanto EB, Marsoem SN, Na’iem M. Hubungan
perbedaan ukuran mata bor terhadap produksi getah Pinus merkusii
Jungh et de Vriese Indonesian. Journal of Environment and Sustain-
able Development 4 (1).
32. Hidayati F, F Ishiguri, Iizuka K, Makino K,Tanabe J, Marsoem SN,
Na’iem M, Yokota S, Yoshizawa N. 2013. Growth characteristics,
stress-wave velocity, and Pilodyn penetration of 15 clones of 12-
year-old Tectona grandis trees planted at two different sites in In-
donesia. Journal of wood science 59 (3), 249-254.
33. SN Marsoem, H Feryanto, H Yamamoto. 2013. Cell Proportion and
Dimension of Sukun (Breadfruit)(Artocarpus communis FORST)
Wood “A Potential Multipurpose Tree Species”Wood Research
Journal 4 (1), 1-6.
34. Sulistyo J, Hata T, Honma S, Asakura R, Marsoem SN. 2013.
Green Aromatics from Catalytic Fast Pyrolysis of Fast Growing
Meranti Biomass. Wood Research Journal 4 (1), 13-18, 2013
35. Irawati D, Sutapa JPG, Firmansyah AB, Mardika P A, Nugroho F
W, Marsoem SN. Ethanol Production Using SSF Method from Cal-
cium Hydroxide Pretreated Wood Meal. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Kayu Tropis 11 (1), 38-45, 2013.
36. Nugroho WD, Marsoem SN, Yasue K, Fujiwara T, Nakajima T,
Hayakawa M, Nakaba S, YamagishiY, Jin H. O, Kubo T,Funada R.
2012. Identification of the timbers of Southeast Asia and the West-
ern Pacific Identification of the timbers of Southeast Asia and the
Western Pacific, 2008. Journal of wood science 58 (3), 185-194.
37. Nugroho WD, Marsoem SN, Yasue K, Fujiwara T, Nakajima T,
Hayakawa M, Nakaba S, Yamagashi Y, Jin H.O, Kubo T, Funada
43

R. Applied forest tree improvement Applied forest tree improve-


ment, 1984
38. Nugroho WD, Marsoem SN, Yasue K, Fujiwara T, Nakajima T,
Hayakawa M, Nakaba S, Yamagishi Y, Jin H. O, Kubo T, Funada
R. 2012. Radial variations in the anatomical characteristics and den-
sity of the wood of Acacia mangium of five different provenances
in Indonesia. Journal of Wood Science 58 (3), 185-194, 2012
39. Sukarno A, Hardiyanto EB, Marsoem SN, Na’iem M. 2012.
Pengaruh perbedaan kelas umur terhadap produktivitas getah Pinus
merkusii Jungh et de Vriese ras lahan Jawa melalui penyadapan
getah metode bor. Indonesian Journal of Environment and Sustain-
able Development 3 (1), 2012
40. Nugroho W.D., Yamagishi Y., Nakaba S, Fukuhara S., Begum S.,
Marsoem, S.N., Ko J-H, Jin H-O and Funada R. 2012/ Gibberellin
is required for the formation of tension wood and stem gravitropism
in Acacia mangium seedlings. Annals of Botany 110 (4), 887-895
41. Nugroho W.D., Marsoem S.N, Yasue K., Fujiwara T., Nakajima T.,
Hayakawa M., Nakaba S., Yamagishi Y., JIN H-O, Kubo T.,,
Funada R. 2012. Site adaptability of Acacia mangium, Acacia
auriculiformis, Acacia crassicarpa and Acacia aulocarpa. Journal of
wood science 58 (3), 185-194.

Kemampuan Berbahasa
Bahasa Inggris : Berbicara, Menulis, Membaca
Bahasa Jepang : Berbicara

Lain-lain
2018 : Advisor 2018 SWST/JWRS International Conven-
tion, Nagoya, Japan
2017 : Chairman of the 9th International Symposium of In-
donesian Wood Research Society, Bali
2014 – 2017 : Anggota IAWA (International Association of Wood
Anatomists)
1998 – sekarang : Anggota Masyarakat Penelitian Kayu Indonesia
(Mapeki)
44

1982 - 2011 : Anggota Masyarakat Peneliti Kayu Jepang


1998 – 2005 : Anggota IAWA (International Association of Wood
Anatomists)
1978 - sekarang : Anggota Masyarakat Rimbawan Indonesia (Persaki)

Penghargaan
2020 : Kesetiaan 35 tahun UGM
2019 : Penulis Jurnal Produktif Fakultas Kehutanan Uni-
versitas Gadjah Mada.
2019 : Dosen Terinovatif Fakultas Kehutanan Universitas
Gadjah Mada
2011 : Setyalencana Karya Satya XXX
1991 : Dosen Teladan UGM

Anda mungkin juga menyukai