Anda di halaman 1dari 5

JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA ISSN: 1979-536X

Vol. 11 Edisi Khusus Oktober 2006

PENGARUH PENGERINGAN KONVEKSI (CONVECTIVE DRYING) TERHADAP


KECEPATAN PENGERINGAN KAYU

Diman Sihole 1

ABSTRACT
Natural wood drying or traditional drying by using solar energy be cause it is very
cheap and easy to get, is usually used in Indonesia. Because Indonesia is in the tropical
region, the air condition is humid with temperatur 18 – 300C and relative humidy around
60-80% then it is not advantage to do a natural wood drying system. To reaching the
wood water content 12 % is very difficult and need very long time, thus kiln dryer
existence is very important to replace the natural drying system.
Convective drying is usually used as a one alternative to dry the wood in the and
medium furniture industries, because this drying system is relative easy to be performed
and cheap. This drying system is called conventional Drying (Conventional kiln dryer).
For obtaining a convective drying model it’s influence on the wood drying rate,
then in this research, to be performed the measurements of the air velocity, wood width
and slit distance with constant temperature, the obtaining result is by increasing the air
velocity, wood width and slit distance them, the convective drying is increasing.

Keywords: Wood drying rate, Convective drying

INTISARI
Pengeringan kayu secara alami atau pengeringan tradisional dengan meng-
gunakan energi matahari karena sangat murah dan mudah didapat banyak dilakukan di
Indonesia terutama pada pertukangan kayu kecil, karena Indonesia terletak di daerah
tropis kondisi udara lembab dengan temperatur 18 – 30 derajat Celsius dan kelembaban
relatif berkisar 60 – 80% tidak menguntungkan dilakukan system pengeringan kayu
secara alami, karena untuk mencapai kadar air kayu 12% sangat sulit dan dibutuhkan
waktu yang relatif panjang. Sehingga keberadaan mesin pengering buatan (Kiln Dryer)
diperlukan untuk menggantikan sistem pengeringan secara alami.
Pengeringan konveksi (convective drying) sering digunakan sebagai salah satu altematif
untuk mengeringkan kayu pada industri furnitur kecil dan menengah, karena pengeringan
ini relatif mudah dibuat dan murah. Sistem pegeringan ini disebut juga dengan sistem
pengeringan konvensional (Conventional Kiln Dryer). Untuk mendapatkan suatu model
pengeringan konveksi dan pengaruhnya terhadap kecepatan pengeringan kayu, maka
dalam penelitian ini dilakukan pengukuran kecepatan udara, tebal kayu dan jarak celah
pada suhu konstan. Hasil yang didapatkan adalah semakin tinggi kecepatan udara, tebal
kayu dan jarak celah semakin tinggi kecepatan pengeringan konveksi

Kata kunci: Laju pengeringan kayu, Pengeringan konveksi

PENDAHULUAN Pengeringan kayu secara alami


Sistem pengeringan kayu (Tim- atau pengeringan tradisional banyak di-
ber Drying) merupakan proses terpen- lakukan di Indonesia terutama pada per-
ting dalam proses produksi mebel pada tukangan kayu kecil, karena energi ma-
industri furnitur, yang tujuan utamanya tahari sangat murah dan mudah didapat.
adalah meningkatkan mutu kayu dan Kondisi di Indonesia yang lembab kare-
mempermudah pengerjaan berikutnya. na terletak di daerah tropis dengan tem-
Pengeringan dilakukan untuk menurun- peratur 18° - 30° C dan kelembaban re-
kan kadar air kayu hingga mencapai latif berkisar 60% - 80%, sangat tidak
10%, karena produk furnitur menuntut menguntungkan dilakukannya sistem
kemutlakan pengeringan kayu dengan pengeringan kayu secara alami. Karena
kadar air maksimum berkisar antara 8% - untuk mencapai kadar air kayu 12% sa-
12% (Kollmann, 1984). ngat sulit dan dibutuhkan waktu yang re-

1 Staf pengajar Jurusan Teknik Mesin, ISTA, Yogyakarta

52
JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA ISSN: 1410-5829
Vol. 9 No. 4 Agustus 2006

latif panjang. Sehingga keberadaan me- hadap penyusutan dan tegangan pe-
sin pengering buatan (Kiln Dryer) diper- ngeringan pada kayu sugi (Cryptomeria
lukan untuk menggantikan sistem penge- Japonica) dalam pengering udara kon-
ringan secara alami atau tradisonal. veksi. Hasil penelitian memperlihatkan
Pengeringan konveksi (convec- bahwa semakin tinggi suhu pengeringan
tive drying) sering digunakan sebagai dan semakin kecil diameter lubang me-
salah satu altematif untuk mengeringkan ngakibatkan kadar air akhir semakin
kayu pada industri furnitur kecil dan me- rendah, tetapi penyusutan tangensial,
nengah, karena pengeringan ini relatif penyusutan radial dan panjang retak
mudah dibuat dan murah Sistem penge- serta tegangan pengeringan semakin
ringan ini disebut juga dengan sistem besar.
pengeringan konvensional (Convention- Secara definitif kadar air meru-
al Kiln Dryer). Atas dasar pemikiran un- pakan perbandingan antara berat sub-
tuk mendapatkan suatu model penge- stansi air yang ada di dalam kayu dan
ringan konveksi dan pengaruhnya terha- berat substansi kayu itu sendiri (dalam
dap kecepatan pengeringan kayu, maka kondisi kering mutlak). Secara matema-
perlu diadakan penelitian secara ekspe- tis dirumuskan :
rimental dengan beberapa variasi varia- wb − wo
bel-variabel yang mempengaruhinya C (%) = x100 % ...(1)
(Blasi, 1998). wo
Spesimen kayu uji yang diguna- Formulasi kadar air kayu dasar
kan adalah kayu Pinus. Sedangkan pe- kering berdasarkan kadar air kayu teru-
ngeringan kayu dilakukan secara penge- kur, yaitu:
ringan konvensional (pengeringan kon- C  kg air  .................(2)
veksi) dengan temperatur udara penge- X=  
1 − C  kg kayu ker ing 
ring dijaga konstan.
Pengeringan adalah proses si- Keadaan air yang terdapat di
multan transfer energi/panas dan massa dalam kayu sendiri terdiri atas dua ma-
yang terjadi pada suatu bahan (Fyhr dan cam yaitu air bebas (unboundwater) dan
Rasmuson, 1996). Selain faktor internal air terikat (boundwater). Air bebas yaitu
dari kayu sendiri, faktor eksternal trans- air yang terdapat dalam rongga-rongga
fer panas berpengaruh secara signifikan sel. Air bebas ini paling mudah dan lebih
pada total waktu pengeringan. Faktor- dahulu keluar. Air bebas umumnya tidak
faktor eksternal tersebut adalah : tem- mempengaruhi sifat dan bentuk kayu
peratur, kelembaban, aliran udara, kon- kecuali berat kayu. Sedang air terikat
disi bahan, kontak antara udara panas yaitu air yang berada dalam dinding-din-
dengan bahan basah (Perry dan Green, ding sel kayu, sehingga sulit untuk dile-
1997). Secara umum faktor-faktor yang paskan. Zat cair pada dinding sel inilah
berpengaruh dalam pengeringan kayu yang berpengaruh pada sifat-sifat kayu
(Budianto, 1996) adalah : faktor kayu (penyusutan). Jika air bebas telah keluar
meliputi jenis kayu dan struktur pori-pori dan masih tertinggal air terikat, dikata-
kayu, ketebalan kayu, kadar air kayu a- kan kayu telah mencapai titik jenuh serat
wal (initial moisture content), kadar air a- (fiber saturated point).
khir kesetimbangan (equilibrium mois- Dari uraian diatas terlihat bahwa
ture content) dan kadar air akhir (final kebasahan atau kekeringan kayu ber-
moisture content}, faktor penyusunan kaitan dengan banyak atau sedikitnya
kayu (Stacking) sehubungan dengan u- kandungan air dari dalam kayu dan hal
kuran tebal ganjal dan cara penyusunan tersebut selalu diekspresikan oleh kadar
dalam oven dan faktor ruang oven me- air kayu. Berikut tingkat kebasahan atau
liputi sirkulasi udara dalam ruang, panas kekeringan kayu berdasarkan kadar air
energi yang dipasok dan kelembaban kayu: kayu jenuh air (lebih besar dari
relatif. 100%), kayu segar (30% -100%), kayu
Suranto (2002) melakukan pe- berkondisi titik jenuh serat (25% - 30%),
nelitian pengaruh diameter lubang pada kayu kering angin (17% - 20%), kayu ke-
pusat kayu dan kondisi pengeringan ter- ring tanur (5% - 15%) dan kayu kering
mutlak(0%).

53
JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA ISSN: 1410-5829
Vol. 9 No. 4 Agustus 2006

Kayu mempunyai sifat higrosko- patan menurun, yaitu bila gerakan air in-
pik, yaitu dapat menyerap atau mele- ternal merupakan faktor penentu kece-
paskan air atau kelembaban. Kelem- patan pengeringan. Hukum kedua Pick
baban kayu sangat dipengaruhi oleh ke- tentang difiisi satu dimensi digunakan
lembaban dan suhu udara pada suatu sebagai model matematika transfer ma-
saat. Kadar air dalam kayu akan me- ssa.
ningkat bila udara di sekitar kayu sangat C A  2C A ..............(3)
lembab (proses adsorpsi) atau kadar air = D AB
t Z
2
akan terevaporasi keluar bila udara di
sekitar kayu lebih kering (proses de- Kondisi awal : CA= CAo (z) pada t = 0, 0 
sorpsi). Makin lembab udara di sekitar- zL
nya makin tinggi pula kelembaban kayu Kondisibatas:CA=CAs pada t > 0, z = 0
atau sebaliknya hingga tercapai kese- CA=CAS pada t > 0, z = L
timbangan dengan lingkungannya. Kan- Kadar air dijabarkan dalam bentuk non
dungan air pada kayu semacam ini dina- dimensional yaitu dalam bentuk
makan kadar air kesetimbangan (EMC = Y = (CA - CA^/( CAo - CAs), maka
Equilibrium Moisture Content). persamaan diferensial parsial menjadi :
Transfer massa secara difusi bi- Y  2Y ................(4)
asanya dapat dianggap sebagai proses =D
t Z
AB 2
transfer yang terjadi pada tahap kece-
Kondisi awal dan kondisi batas menjadi : Dengan mengkonversikan kadar air ka-
Kondisi awal : Y = YAo (z) pada t = 0, 0 < yu terukur menjadi kadar air kayu dasar
z<L kering, maka distribusi kadar air tiap
Kondisi batas : Y = 0 pada t > 0, z = 0 y= waktu dapat dihitung sepanjang slab ka-
0 pada t>0, z = L yu dapat ditentukan.
Penyelesaian transfer massa transien ini
mirip dengan penyelesaian persamaan PEMBAHASAN
transfer panas konduksi (Nasrallah, dan Untuk mengetahui nilai kadar air
Perre, 1988) yaitu : dalam setiap sample digunakan persa-
2   n  z  − (n  / 2 )  n  z  ..... (5) maan (1):
L
Y =  sin  
2
e Yo sin   dz wb − wo
L n=l  L  o  L  C (%) = x100 %
dimana XD adalah relative time ratio, wo
DABt / x12 dan x1 = L/2 Diketahui :
Solusi analitik distribusi kadar air kayu Berat segar Untuk A1 ( Ws ) = 11.030
adalah : gram - Berat kering tanur untuk A1
C A − C A, s 4 
1  nz  − (n / 2 )2 x D (Wo ) = 8.84 gram
C Ao − C A, s
=

 n sin  L 
e 11.030 − 8.84
n=L C( % ) =  100%
n = 1, 3, 5.......(6) 8.84
Sedang laju difusi per satuan luas, NA)Z = 24.773 %
berdasarkan persamaan dibawah ini :
dengan cara yang sama dapat ditabel-
C A
N A, z = − D ... (7) kan sebagai berikut.
z
AB

Sehingga persamaan menjadi Tabel 1 Nilai rata-rata kadar air


 nz  − (n / 2 )2 X D
( )

4D
N A, z = AB C A, s − C Ao  cos e Nilai rata-rata kadar air ( % )
L n=L  L  Keadaan kayu A B C
Berat segar 27.37 46.09 61.88
n = 1, 3, 5……………………….. (8) Sebelum pengeringan 27.15 46.01 61.59
Sesudah pengeringan 24.65 42.76 59.40
Jika DAB adalah koefisien kayu konstan, Kering tanur 1 1 1
maka difusi melalui sebuah slab dengan
ketebalan z adalah integrasi persamaan
(7), yaitu :
DAB (C A1 − C Ao )
N A, z = .........(9)
z

54
JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA ISSN: 1410-5829
Vol. 9 No. 4 Agustus 2006

Untuk menghitung konsentrasi air digu- nakan persamaan (2):


C  kg air 
X=

Laju difusi (Kg m/s)


1− C   0.0100000
 kg kayu ker ing  0.0080000
Berat segar
= 0.24773 
 Kgair  0.0060000
 0.0040000
1 − 0.24773  Kgkayu ker ing  Sebelum
0.0020000 pengeringan

= 0.329  Kgair  0.0000000 Sesudah


  A1 A2 A3 A4 A5 A6 pengeringan
 Kgkayu ker ing 
Sampel uji
Nilai ini menunjukkan bahwa kandungan
air dalam 1 kg kayu kering sebesar 0.329
kg. Nilai ini adalah nilai konsentrasi air
Gambar 1. Grafik laju difusi air dengan
untuk kayu segar.
lama pengeringan 30 menit pada sample
Dengan cara yang sama dapat ditabel-
uji A
kan sebagai berikut :

Tabel 2. Rata-rata nilai konsentrasi air

Keadaan kayu Rata-rata nilai konsentrasi


air (Kg air / Kg Kayu kering)
A B C
Berat segar 0.382 0.957 2.081
Sebelum 0.380 0.953 2.050
pengeringan
Sesudah 0.332 0.830 1.820
pengeringan

Laju difusi dihitung dengan mengguna-


kan persamaan (7):
DAB . (C As − C A0 ) Gambar 2. Grafik laju difusi air dengan
N A, z = lama pengeringan 30 menit pada sample
z uji B
0.26 10 −4 m 2 / s (0.329 kg )
=
0.01 m
Laju difusi (Kg m/s)

0.0050000
= 8.554  10 −4 kg m / s
0.0040000
Dengan cara yang sama dapat dibuat Berat segar
0.0030000
tabel sbb:
0.0020000 Sebelum
0.0010000 pengeringan
Tabel 1.3. Laju rata-rata difusi
0.0000000 Sesudah
C1 C2 C3 C4 C5 C6 pengeringan
Keadaan Rata-rata laju difusi ( Kg m/s )
kayu A B C Sampel uji
Berat segar 0.0010475 0.0012437 0.0018034
Sebelum 0.0022481 0.0012361 0.0016966
pengeringan
Sesudah 0.0008632 0.0010766 0.001576 Gambar 3. Grafik laju difusi air dengan
pengeringan
lama pengeringan 30 menit pada sample
uji C
Dari hasil analisa laju difusi ter-
besar terdapat dalam sampel C, namun
Dari grafik berikut menunjukkan
jika dilihat pada kondisi awal sampel C
bahwa nilai kecepatan pengeringan akan
mempunyai nilai kandungan air yang ja-
semakin meningkat seiring dengan pe-
uh lebih besar dari pada sampel yang
ningkatan laju difusi dan semakin tebal
lainnya. Sehingga jika diprosentasekan
celah yang diberikan proses perpindahan
dengan kondisi awal maka sesungguh-
kalor secara konveksi semakin tidak baik,
nya laju difusi yang terbaik adalah pada
dari gambar tersebut terlihat yang paling
sampel A (Sampel A 86,91%, Sampel B
baik adalah dengan celah sebesar 0,5
86,73%, dan Sampel C 87,46%).
cm.

55
JURNAL TEKNOLOGI ACADEMIA ISTA ISSN: 1410-5829
Vol. 9 No. 4 Agustus 2006

dalam mempercepat pengeringan, da-


lam penelitian ini yang paling baik de-
0.0001
pengeringan (m/s)
ngan tebal celah adalah 0,5 cm
0.00008
Semakin tinggi kecepatan aliran
Kecepatan

0.5 cm
0.00006
2 cm udara panas, semakin tinggi perpindahan
0.00004
3 cm kalor atau proses pengeringan semakin
0.00002
cepat
0
1 3 5 7 9
DAFTAR PUSTAKA
Kode sampel (A)
Blasi, C.D., 1998, Multiphase Moisture
Transfer in High - temperature
Gambar 4. Grafik hubungan kecepatan
Drying of Wood Particles, Che-
pengeringan terhadap tebal kayu sampel
mical Engineering Science, Vol.
A adalah dengan tebal celah 0,5 cm.
53, No. 2, 353-366.
Budianto, A.D., 1996., Sistem Pengering-
3.40E-05 an Kayu, Pendidikan Industri kayu
Kecepatan Pengeringan (m/s)

3.30E-05 Atas Semarang, Penerbit Kanisius,


3.20E-05 Yogyakarta.
3.10E-05 Fyhr, C and Rasmuson, A., 1996, Ma-
3.00E-05 themaical Model of Steam Drying of
2.90E-05 Wood Chips and Other Hygroscopic
2.80E-05 Porous Media, AlChE Journal, Vol.
2.70E-05
42, No. 9,2491-2502.
124.94 75.6322 43.128 Kollmann and Cote, 1984, Principles of
Perpindahan Kalor Persatuan Panjang (W/m) Wood Science and Technology, Vo-
lume I: Solid Wood, John Willey and
son, New York.
Gambar 5. Grafik hubungan perpindahan
Nasrallah, S.B. and Perre, P., 1988, De-
kalor persatuan panjang
tailed Study of a Model of Heat and
terhadap kecepatan pengeringan
Mass Transfer During Convective
Drying of Porous Media, Int. J. Heat
nilai laju diffusi kayu pinus terhadap variasi Mass Transfer, Vol. 31, No. 5, 957-
kecepatan
967.
0.016 Perry, R.B. and Green, D.W., 1997, Pe-
N=nilai laju difusi

0.014
0.012 rry's Chemical Engineers' Hand-
(kg/m2.s)

0.01
0.008
nilai laju diffusi kayu (
kg air/m².s )
book, 7th ed., McGraw-Hill, USA.
0.006
0.004 Suranto, Y., 2002, Pengaruh Diameter
0.002
0 Lubang pada Pusat Kayu dan Kon-
kec. 0.8 kec. 1.5 kec. 2
m/s m/s m/s
disi Pengeringan terhadap Penge-
kecepatan aliran udara rutan dan Tegangan Pengeringan
pada Kayu Sugi (Cryptomeria Japo-
nica D.Don) dalam Pengeringan U-
Gambar 6. Grafik hubungan kecepatan dara Konvektif, Thesis S2, Program
udara panas terhadap laju difusi Pascasarjana, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta,.
KESIMPULAN.
Tebal Celah yang diberikan pada
proses pengeringan sangat membantu

56

Anda mungkin juga menyukai