Anda di halaman 1dari 2

ACARA V

PROSES PENGERINGAN KAYU DALAM TANUR PENGERING


A. LATAR BELAKANG
Pengeringan di dalam tanur pengering dilaksanakan dengan mengeringkan
kayu dalam kondisi segar pada pengering yang disebut Kiln Dry atau tanur
pengering atau over pengering. Tanur pengering tersebut merupakan alat yang
tertutup, yang didalamnya suhu dan kelembaban serta sirkulasi udara dapat diatur
sesuai dengan skedul suhu dan kelembaban yang diperlukan oleh kayu yang
sedang dikeringkan. Alat tersebut dilengkap dengan pintu sebagai sarana untuk
memasukkan dan mengeluarkan kayu yang dikeringkan. Dengan demikian, suhu
udara, kelembaban udara serta sirkulasi udara yang menentukan cepat-lambatnya
kayu mongering dapat dikendalikan sepenuhnya. Oleh karena itu kecepatan
pengeringan kayu dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Pengeringan di dalam tanur pengering dilakukan dengan menumpuk kayu
segar di dalam tanur pengering tersebut. Di dalam tumpukan, kayu-kayu segar
tersebut diberi jarak antar sortimen dengan cara memberikan ganjal di antara
sortimen-sortimen tersebut, sebagaimana tumpukan kayu yang dikeringkan
dengan metode lainnya. Kayu yang sedang dikeringkan diupayakan untuk
terhindar dari berbagai perubahan bentuk yang mungkin terjadi. Hal ini dilakukan
dengan memberikan beban yang diletakkan pada bagian atas tumpukan. Dalam
pengeringan ini, juga diperlukan contoh-uji berukuran sortimen penuh untuk
memantau laju pengeringan atas sortimen-sortimen kayu yang dikeringkan. Pada
sortimen ini, contoh uji diamati perubahan kadar air dengan cara menusukkan dua
jarum yang sambung dengan kawat tembaga, sehingga ujung masing-masing
kawat tembaga itu menjulur ke luar dari tanur pengering. Pada ujung kawat inilah
kadar air dapat diukur secara periodis.

B. TUJUAN
1. Memahami tata cara pengamatan terhadap sortimen berukuran penuh untuk
memantau laju pengeringan kayu dalam tanur pengering
2. Memahami karakter kayu yang akan dikeringkan
3. Menghayati perubahan yang dialami oleh kayu sebagai akibat proses
pengeringan di dalam tanur pengering.

C. ALAT DAN BAHAN


1. tanur pengering
2. gergaji potong
3. kantong plastik
4. kaliper
5. busur derajat
6. spidol bertinta permanen
7. Timbangan berkapasitas 25 kg
8. timbangan analitis
9. tanur
10. pembeban terhadap tumpukkan
11. ganjal berjumlah banyak dan seragam dalam dimensi
12. paku reng
13. tang dan palu besi
14. moisture mater
15. kabel kawat pemantau kadar air,.
16. kayu bersortimen papan dengan ukuran panjang 2 meter dan lebar 20 cm serta
ketebalan 1,5 cm dalam kondisi segar.

D. CARA KERJA
1. Mengambil sebuah papan kayu segar.
2. Mengamati papan kayu tersebut untuk mengetahui karakter dan kondisi kayu
tersebut dalam hal: (a) keberadaan kayu teras dan kayu gubal yang menyusun
kayu tersebut, proporsi masing-masing kayu teras dan kayu gubal dalam
sortimen tersebut, (b) pola penggergajiannya, yakni papan radial atau papan
tangensial (c) mengukur sudut yang dibentuk oleh garis lingkaran
pertumbuhan dan salah satu sisi sortimen. Menggambar hasil pengamatan ini
pada Blangko Pengamatan 1.
3. Memotong kayu tersebut dengan pola pemotongan pada Gambar 3 untuk
mendapatkan dua contoh uji pengukur kadar air kayu dalam kondisi
segar.Contoh uji pengukur kadar air berukuran panjang 2 cm pada arah sumbu
longitudinal.
4. Mengambil dua kantong plastik, diberilah tanda masing-masing kantong itu
dengan spidol dan timbanglah untuk mengetahui berat masing-masing kantong
tersebut.
5. Memasukkan ke dalam kantong plastik sebuah contoh uji untuk mengukur
kadar air. Menutup sesegera mungkin mulut kantong plastik tersebut secara
rapat agar tidak terjadi proses penguapan dari contoh uji tersebut. Ulangi
langkah ini untuk contoh uji berikutnya.
6. Menimbang masing-masing contoh uji kadar air dan nyatakanlah sebagai berat
awal. Hitunglah berat awal netto masing-masing contoh uji.
7. Memasukkan contoh uji tersebut ke dalam oven, dan panaskan selama jangka
waktu tertentu kemudian ditimbang lagi. Langkah ini diulangi beberapa kali
sampai dengan berat contoh uji itu menjadi konstan, yang berarti telah
mencapai kering mutlak. Menghitung kadar air masing-masing contoh uji.
8. Memberi tanda pada bagian-bagian tertentu pada diri sortimen kayu yang
dikeringkan tersebut sebagaimana terlihat pada Gambar 4 .Penandaan yang
dilakukan dengan menggunakan spidol ini difungsikan sebagai posisi untuk
mengukur dimensi contoh uji. Mengukur dimensi contoh uji tersebut, untuk
mengetahui ukuran tebal dan lebar contoh uji.
9. Mengukur dimensi tangensial dan radial.
10. Menimbang sortimen kayu ini.
11. Meletakkan sortimen tersebut di dalam tanur pengering. Peletakan secara
kolektif dengan sortimen milik praktikan lainnya diatur dalam bentuk
tumpukkan kayu dengan pemberian ganjal di antara kayu-kayu tersebut. Pada
bagian atas tumpukkan di letakkan beban agar kayu tidak mudah melangkung.
12. Mengamati perubahan kadar air sortimen ini secara periodis setiap hari selama
proses pengeringan berlangsung.
13. Mencatat data yang diperoleh pada Blangko Pengamatan 2.
14. Mengamati dan ukurlah perubahan bentuk dan cacat yang terjadi akibat proses
pengeringan.

Anda mungkin juga menyukai