Anda di halaman 1dari 2

ACARA VII

PENGERJAAN KAYU
A. LATAR BELAKANG
Pemanfaatan kayu dari bentuk log menjadi produk akhir seperti produk mebel
memerlukan berbagai tahapan proses yang tidak sedikit. Dalam pengerjaan kayu
dikenal berbagai teknik yaitu antara lain pengetaman, pengeboran, pengampelasan,
pembubutan dan pemprofilan. Akan tetapi, tidak jarang, dalam prosesnya ditemukan
banyak sekali kayu yang mengalami cacat yang disebabkan proses tersebut diatas. Hal
ini dikarenakan adanya beberapa faktor, misalnya faktor dalam kayu itu sendiri
meliputi struktur kayu, anatomi kayu, sifat fisika, sifat mekanika, sifat kimia dan
bahkan kondisi mesin dan alat potong serta cara pengumpanan, berkaitan dengan arah
dan sudut pengumpanannya.
1. Pengetaman (planing) adalah pekerjaan meratakan benda kerja (kayu) yang
dilakukan dengan jalan menyayatnya dengan pahat ketam. Pengetaman
dilakukan dengan memperhatikan arah serat, sudut potongan, ketebalan kayu
yang ingin dicapai dan pengumpanan. Tujuannya adalah untuk menghasilkan
permukaan benda kerja yang rata, menampilkan atau menonjolkan kenampakan
kayu, menghilangkan cacat dan menghasilkan ketebalan akhir yang diinginkan
dari kayu gergajian.
2. Pembubutan (turning) adalah kegiatan memotong bahan secara berputar
dengan menggunakan pisau dengan sudut potong tertentu sehingga didapatkan
beberapa aksi potong. Kegiatan pembubutan berguna untuk membentuk kayu
menjadi bulat simetris dengan memberikan lekukan tertentu pada kayu,
misalnya bentuk V, cekungan, ataupun bentuk seperti manik-manik.
3. Pengampelasan (sanding) merupakan pekerjaan yang berfungsi untuk
menghaluskan permukaan kayu atau benda kerja dengan mesin pengampelas.
Pengampelasan merupakan kegiatan akhir sebelum kayu dipoles atau di cat.
4. Pemboran (boring/drilling) merupakan operasi pemotongan kayu yang
menghasilkan pemotongan pada benda kerja dengan hasil berbentuk silinder atau
penampang melintang yang bulat pada benda kerja.
Cacat yang seringkali muncul setelh kayu dikerjakan dengan beberapa cara
diatas, antara lain :
a) Serat terangkat (raised grain) adalah keadaan kasar pada permukaan kayu yang
telah dimesin dimana jaringan kayu akhir terangkat ke atas melebihi
permukaan kayu awal dengan demikian permukaan kayu tampak adanya
konfigurasi yang bergelombang di antara jaringan-jaringan kayu awal dan kayu akhir.
b) Serat berbulu (fuzzy grain) merupakan keadaan permukaan kayu setelah dikerjakan
yaitu berupa kelompok serat-serat kecil atau pertikel kecil yang tetap melekat pada
permukaan kayu, umumnya berasal dari bagian-bagian sel
kayu yang terluka karena proses pembubutan, pengetaman, pengampelasan dan
sebagainya
c) Serat patah/ tercabik (torn grain) adalah cara pengerjaan pada permukaan kayu
karena adanya lembaran-lembaran serat kayu terangkat keluar atau dapat pula berupa
berkas-berkas serpihan yang terangkat karena aktifitas proses pengerjaan kayu. Cacat
berupa sobekan biasanya masih melekat pada permukaan kayu tetapi tidak kuat.
d) Tanda serpih (chip mark) yaitu adanya lekukan dangkal yang disebabkan oleh tatal
kayu yang tidak terbuang dan menyangkut pada pisau pengerat, kemudian tertekan
oleh pisau pada permukaan kayu, sehingga meninggalkan bekas pada permukaan
kayu.
B. TUJUAN
1. Memahami cara pengerjaan kayu melalui proses pengetaman, pemboran dan
pengampelasan.
2. Memahami prosedur di dalam proses pengerjaan kayu dengan menggunakan
proses pengetaman, pemboran dan pengampelasan.
3. Mengetahui macam-macam cacat yang diakibatkan oleh pengerjaan kayu dan cara
penentuannya.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Contoh uji pengeboran 30,5 x 7,6 x 2 cm
2. Contoh uji pengetaman 91,4 x 10,2 x 2 cm
3. Contoh uji pengampelasan 91,4 x 10,2 x 2 cm
4. Mesin amplas
5. Mesin ketam
6. Mesin bor
7. Amplas
8. Millimeter blok
9. Alat tulis
10. Caliper

D. CARA KERJA
1. Memberi kode pada masing-masing contoh uji untuk memudahkan identifikasi
2. Mengeringkan contoh uji yang akan digunakan sampai dengan kadar air kering
udara ± 11%.
3. Mengumpankan masing-masing contoh uji yang telah disiapkan pada mesin bor,
mesin ketam dan mesin amplas, dan jangan lupa untuk memperhatikan
keselamatan kerja serta menggunakan alat keselamatan kerja seperti masker.
4. Memberi penandaan pada masing-masing bagian yang terdapat cacat dan
identifikasi jenis cacatnya. Cacat yang diamati adalah cacat serat berbulu, cacat
serat tercabik, cacat serat terangkat dan serat tanda serpih.
5. Penandaan bagian yang cacat kemudian diproyeksikan dalam mika plastik
transparan kemudian dihitung luasan masing-masing jeins cacatnya dengan
menggunakan kertas berskala. Kemudian hitunglah presentase luasan cacatnya
dengan membagi luasan cacat dengan luas contoh uji dikalikan 100%. Luasan
bebas cacat pemesinan dihitung dengan pengurangan nilai 100% dengan jumlah
persentase cacat.
6. Menentukan kualitas pemesinan berdasarkan persentase cacatnya.

Anda mungkin juga menyukai