Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 jo. Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2007 jo. Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan
Hutan
3. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.55/Menhut-II/2006
jo. P.63/Menhut-II/2006 tentang Penatausahaan Hasil Hutan
yang Berasal dari Hutan Negara
4. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 87/Kpts-II/2003
tentang Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan
5. Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor :
P.02/VI-BPHH/2005 tanggal 7 Maret 2005 tentang Metode
Pengujian Kayu Gergajian Rimba Indonesia
6. Surat Keputusan Dirjen Bina Produksi Kehutanan Nomor :
58/Kpts/VI-Olah/2003 tentang Peralatan Pengukuran dan
Pengujian Hasil Hutan
B. Tujuan Insruksional Khusus
1. Peserta dapat mengidentifikasi jenis-jenis sortimen kayu
gergajian
2. Peserta dapat melaksanakan pengukuran kayu gergajian dan
menetapkan isi (volume) kayu gergajian
C. Pengertian-Pengertian
1. Kayu gergajian adalah kayu persegi empat dengan ukuran
tertentu yang diperoleh dengan menggergaji kayu bundar
atau kayu lainnya
2. Kayu gergajian rimba adalah kayu gergajian selain jati
3. Partai kayu gergajian adalah sejumlah kayu gergajian yang
akan diperdagangkandan atau diperiksa mengenai kebenaran
jenis, ukuran dan mutunya.
4. Sortimen kayu gergajian adalah kelompok kayu gergajian
dengan ukuran tertentu
5. Bontos adalah penampang melintang pada kedua ujung kayu
gergajian
Pengukuran dan Sortimen Kayu Gergajian Page 1 of 9
BAB II
SORTIMEN KAYU
GERGAJIAN RIMBA INDONESIA

Sortimen KGRI terdiri dari :

1. Papan Lebar (boards)

Kayu gergajian yang mempunyai tebal 5 cm atau kurang


(maksimal 5 cm) dan lebarnya 15 cm atau lebih
(minimal 15 cm)

2. Papan Tebal (Planks)

Kayu gergajian yang mempunyai tebal lebih dari 5 cm dan


lebarnya 15 cm atau lebih (minimal 15 cm) serta tebalnya
kurang dari 1/2 lebarnya

3. Papan Sempit (Narrow boards)

Kayu gergajian yang mempunyai tebal 5 cm atau kurang


(maksimal 5 cm) dan lebarnya antara 10 cm sampai dengan
kurang dari 15 cm

4. Papan Lis (Strips)

Kayu gergajian yang mempunyai tebal kurang dari 1/2 lebarnya


dan lebarnya kurang dari 15 cm

5. Balok (Baulk)

Kayu gergajian yang mempunyai tebal lebih dari 10 cm dan


lebarnya lebih dari 20 cm serta mempunyai hati

Pengukuran dan Sortimen Kayu Gergajian Page 2 of 9


6. Broti (Scantlings)

Kayu gergajian yang mempunyai tebal 1/2 atau lebih dari


lebarnya, terdiri dari :

• Broti besar adalah broti yang luas bontosnya lebih dari 400
cm²

• Broti kecil adalah broti yang luas bontosnya sama atau


kurang dari 400 cm²

7. Kayu Gergajian Pendek


Semua kayu gergajian yang panjangnya kurang dari 1,00 meter,
sehingga akan ditemukan papan lebar pendek, papan tebal
pendek, papan lis pendek dan lainnya

Dalam perdagangan kayu di Indonesia dikenal juga sortimen-


sortimen seperti reng, usuk (kaso) dan skuer

™ Reng adalah broti kecil yang biasanya berukuran


2 cm X 3 cm, 3 cm X 4 cm dan 2 cm X 4 cm
™ Usuk(kaso) adalah broti kecil yang biasanya berukuran
3 cm X 5 cm, 4 cm X 6 cm dan 5 cm X 7 cm
™ Skuer adalah kayu gergajian yang tebal dan lebarnya
sama seperti 2 cm x 2 cm, 4 cm x 4 cm dan lain-lain

Pengukuran dan Sortimen Kayu Gergajian Page 3 of 9


SORTIMEN KAYU GERGAJIAN RIMBA

No. Sortimen Tebal Lebar Ket.


(cm) (cm)
1 Papan lebar (Boards) ≤5 ≥15

2 Papan tebal (Planks) >5 ≥15 t<1/2 l

3 Papan sempit (Narrow boards) ≤5 10-<15

4 Papan lis (Strips) <½ l <15

5 Balok (Baulk) >10 >20 berhati

6 Broti * (Scantlings) ≥½ l -

7 Kayu Gergajian Pendek - - p<1 m

Keterangan : *) terdiri dari broti besar (luas bontos > 400 cm²)
dan broti kecil (luas bontos ≤ 400 cm²)

Pengukuran dan Sortimen Kayu Gergajian Page 4 of 9


BAB III
PENGUKURAN KAYU GERGAJIAN RIMBA INDONESIA

Pelaksana Pengujian kayu gergajian dilakukan oleh seorang Penguji


Kayu Gergajian Rimba Indonesia (PKGRI)
Pelaksana pemeriksaan hasil pengujian kayu gergajian dilakukan
oleh Pengawas Penguji Kayu Gergajian Rimba Indonesia (PPKGRI)
Sistem satuan ukuran yang digunakan adalah Sistem Satuan
Internasional (cm, m dam m³)
Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang sudah dikalibrasi
oleh instansi berwenang terdiri dari meteran (pita ukur/roll meter)
dan jangka sorong (Calliper)
Besarnya dimensi/ukuran : tebal, lebar dan panjang kayu gergajian
sesuai dengan ukuran baku
Toleransi Ukuran :

No. Ukuran Baku Toleransi

1 Tebal : ≤ 3 cm ≤ 3 mm
> 3 cm ≤ 6 mm
2 Lebar : ≤ 8 cm ≤ 3 mm
> 8 cm ≤ 6 mm
3 Panjang : ≤ 1 m ≤ 25 mm (2,5 cm)
>1m ≤ 50 mm (5 cm)

Cara Pengukuran :
¾ Tebal diukur pada bagian tebal tertipis dari kayu
gergajian, dalam satuan cm
¾ Lebar diukur pada bagian lebar tersempit dari kayu
gergajian, dalam satuan cm
¾ Panjanng diukur pada jarak terpendek antara kedua
bontos dalam satuan meter
¾ Isi ditetapkan dengan cara mengalikan : tebal, lebar dan
panjang kayu gergajian dalam satuan m³, dengan 4
desimal (empat angka dibelakang koma).
txlxp
Rumusnya adalah sebagai berikut : Isi =
10.000

Pengukuran dan Sortimen Kayu Gergajian Page 5 of 9


Istilah-istilah yang dikenal dalam ukuran KGRI
1. Ukuran baku adalah ukuran kayu yang telah ditetapkan atau
disepakati dengan permintaan konsumen atau pasar
2. Kayu pas (bare sawn) adalah kayu gergajian yang pada waktu
pemeriksaan mempunyai ukuran yang sama dengan ukuran
baku
3. Kayu kurang (scant sawn) adalah kayu gergajian yang pada
waktu pemeriksaan mempunyai ukuran yang kurang dari
ukuran baku
4. Kayu lebih (full sawn) adalah kayu gergajian yang pada waktu
pemeriksaan mempunyai ukuran yang lebih dari ukuran baku
5. Kayu gergajian contoh adalah kayu gergajian dalam jumlah
tertentu untuk keperluan pemeriksaan
6. Cacat ukuran adalah bagian kayu yang sudah melebihi
toleransi ukuran lebih tetapi belum salah potong
7. Salah potong adalah kayu gergajian yang mempunyai
perbedaan ukuran antara tebal/lebar terkecil dengan
tebal/lebar terbesar telah melebihi toleransi ukuran

Contoh : Ukuran baku sekeping kayu gergajian adalah ;


3 cm x 20 cm x 4,000 m

a b c d
20,2 cm 20,8 cm 21 cm

Keterangan :
= Kayu lebih, masih dalam toleransi

= Cacat ukuran

= salah potong

Pengukuran dan Sortimen Kayu Gergajian Page 6 of 9


BAB IV
PEMERIKSAAN HASIL PENGUJIAN
KAYU GERGAJIAN RIMBA INDONESIA

A. Persiapan Pemeriksaan
1. Kayu ditempatkan dan disusun menurut sortimen/ukuran
dan mutu kayu serta mudah dibolak-balik
2. Pelaksanaan pemeriksaan kayu gergajan dilakukan pada
siang hari atau ditempat yang terang dengan pencahayaan
yang cukup
B. Pelaksanaan Pemeriksaan
1. Pemeriksaan hasil pengujian dilakukan terhadap jumlah
keping, jenis kayu, ukuran kayu dan mutu kayu
2. Pemeriksaan jumlah keping dan jenis kayu dilakukan
secara sensus (100 %)
3. Pemeriksaan ukuran kayu dan mutu kayu dilakukan
terhadap kayu gergajian yang dipakai contoh (sampel
kayu)
4. Kayu gergajian contoh sebagaimana pada point (3) diambil
secara acak dan harus mewakili setiap jenis kayu,
sortimen/ukuran dan kelas mutu dalam satu partai dengan
ketentuan sebagai berikut :

No. Populasi Per Partai Jumlah Kayu


Gergajian Contoh

1 1 – 35 100 %

2 36 – 500 35

3 501 -1000 60

4 1001 – 2000 80

5 2001 – 3000 125

6 > 3000 5%

Pengukuran dan Sortimen Kayu Gergajian Page 7 of 9


BAB V
LULUS UJI

1. Hasil pemeriksaan kayu gergajian contoh dinyatakan benar


atau lulus uji (LU) apabila memenuhi persyaratan :
a. Jumlah keping dan jenis kayu tidak terdapat perbedaan
antara hasil pengujian dengan hasil pemeriksaan
b. Ukuran tebal, lebar dan panjang kayu mempunyai ukuran
lebih yang tidak melebihi toleransi
c. Mutu kayu tidak terdapat perbedaan antara hasil pengujian
dengan hasil pemeriksaan
2. Hasil pemeriksaan partai kayu gergajian dinyatakan benar atau
lulus uji, apabila ≥ 90 % kayu gergajian contoh lulus uji
3. Dalam hal kayu gergajian contoh lulus uji hanya 70 % - < 90
%, maka dilakukan pemeriksaan pengujian ulang dengan
jumlah keping Kayu Gergajian Contoh (2) kali dari jumlah
keping Kayu Gergajian Contoh pertama
4. Dalam hal hasil pengujian ulang sebagaimana point 3 hasilnya
≥ 90 % Kayu Gergajian Contoh dinyatakan lulus uji.
5. Dalam hal hasil pemeriksaan pertama yang lulus ujinya < 70
% dan hasil pemeriksaan kedua < 90 % maka partai kayu
gergajian tersebut dinyatakan Tidak Lulus Uji (TLU)

Pengukuran dan Sortimen Kayu Gergajian Page 8 of 9


Contoh Cara Perhitungan Jumlah Kayu Gergajian Contoh per
Sortimen Serta Kelulusannya :
Diketahui : Satu partai kayu gergajian sesuai DHH sebagai berikut

No. Jenis
Ukuran Jumlah Volume Ket.
Kayu t (cm) x l (cm) x p(m) Batang (m3)

1. Merbau 3 x 20 x 4,00 255 6,1200


2. Merbau 5 x 7 x 4,00 327 4,5780
3. Merbau 8 x 12 x 4,00 152 5,8368
4. Merbau 2 x 8 x 4,00 205 1,3120

Jumlah 939 17,8468

Berdasarkan pemeriksaan terdapat Kayu Gergajian Contoh Tidak


Lulus Uji sebagai berikut :
- No. 1 = 2 batang
- No. 2 = 1 batang
- No. 3 = 1 batang
- No. 4 = 1 batang
Pertanyaan : Berapa batang setiap sortimen yang harus diperiksa
dan bagaimana kelulusan hasil pemeriksaannya ?
Jawab :
Jumlah batang sampel yang diperiksa untuk seluruh partai adalah
60 batang (lihat tabel sampel), jumlah batang setiap sortimen
adalah :
- No. 1 = 255/939 x 60 = 16,29 dibulatkan menjadi 16 batang
- No. 2 = 327/939 x 60 = 20,89 dibulatkan menjadi 21 batang
- No. 3 = 152/939 x 60 = 9,71 dibulatkan menjadi 10 batang
- No. 4 = 205/939 x 60 = 13,09 dibulatkan menjadi 13 batang
Jumlah : 60 batang
Jumlah yang Lulus Uji = 60 – 5 = 55 batang
% Kelulusan = 55/60 x 100 % = 91,66 %
Kesimpulannya partai kayu tersebut Lulus Uji

Pengukuran dan Sortimen Kayu Gergajian Page 9 of 9

Anda mungkin juga menyukai