Anda di halaman 1dari 12

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kayu lapis merupakan produk komposit yang terbuat dari lembaran-lembaran


vinir yang direkat bersama dengan susunan bersilangan tegak lurus. Kayu lapis
termasuk kedalam salah satu golongan panel struktural, dimana arah penggunaan
kayu lapis ini adalah untuk panel-panel struktural. Cikal bakal munculnya kayu
lapis terjadi di Mesir sekitar tahun 1500 SM, dimana pada masa tersebut orang-
orang Mesir telah mampu membuat vinir untuk menghiasi perabot rumah tangga
mereka. Selanjutnya disusul bangsa Yunani dan Roma kuno mengembangkan alat
pemotong vinir (Haygreen and Bowyer, 1993).

Di Indonesia sendiri, perkembangan industri kayu lapis terjadi sekitar tahun


1980-an semenjak diberlakukannya larangan ekspor kayu bulat oleh pemerintah.
Pada tahun tersebut kondisi hutan di Indonesia masih sangat mendukung
perkembangan industri kayu lapis, ketersediaan log-log berdiameter besar dan
silindris yang berasal dari hutan alam sebagai syarat utama bahan baku dalam
pembuatan kayu lapis masih cukup melimpah (Iswanto, 2008).

Saat ini, kebutuhan kayu sebagai bahan baku industri kayu lapis semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, terutama kebutuhan
terhadap kayu bulat berdiameter besar. Akan tetapi potensi kayu bulat berdiameter
besar dan memiliki kualitas bagus yang terdapat di hutan alam semakin berkurang
sehingga ketersediaannya menjadi terbatas. Hal ini menimbulkan permasalahan di
industri perkayuan terutama industri kayu lapis yang menggunakan kayu bulat
berdiameter besar sebagai bahan baku. Jika hal ini tetap dibiarkan
berkelanjutan, masa depan industri kayu lapis dapat terancam kesulitan bahan baku
(Arsadi, 2011).

Upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ketersediaan


kayu bulat berdiameter besar yaitu dengan memanfaatkan kayu bulat berdiameter
kecil (Small Diameter Logs) yang berasal dari hutan rakyat maupun hutan
tanaman industri. Akan tetapi dalam pemanfaatannya terdapat kendala yakni kayu

1
bulat berdiameter kecil banyak mengandung kayu juvenile yang menyebabkan
kerapatan dan kekuatannya lebih rendah dari kayu mature. Selain itu, stabilitas
dimensi Small Diameter Logs (SDL) lebih rendah dari Large Diameter Logs
(LDL) (Massijaya et al. 2010). Oleh karena itu, dibutuhkan teknologi yang
baik dan pengolahan yang tepat agar diperoleh produk yang berkualitas (Arsadi,
2011).

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui cara pembuatan,
bahan yang digunakan, mutu serta kegunaan dari kayu lapis struktural.

2
PEMBAHASAN

A. Definisi Kayu Lapis (Plywood)

Hing (1992) mendefinisikan kayu lapis adalah sebuah papan tiruan yang
terbuat dari lembaran-lembaran tipis atau vinir kayu yang terdiri dari tiga
lapis atau lebih dimana setiap lapisan ditumpuk dan direkatkan satu sama lain
dengan arah serat berlawanan atau tegak lurus. Namun, menurut Bowyer et al.
(2003) kayu lapis merupakan sebuah produk panel dari lembaran vinir yang
direkatkan bersama-sama sehingga arah seratnya tegak lurus dari beberapa vinir
kayu dan sejajar atau searah panel.

Kebanyakan jenis plywood, orientasi seratnya dari setiap lembaran saling


tegak lurus satu sama lain. Pada umumnya kayu lapis dibuat dengan jumlah
lapisan ganjil, tetapi ada beberapa kayu lapis yang dibuat dengan jumlah
lapisan genap seperti empat dan enam lapis (Bowyer et al. 2003).

Sifat dan kinerja kayu lapis dipengaruhi beberapa faktor. Menurut Faherty
dan Williamson (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi sifat dan kinerja
kayu lapis berasal dari komposisi kayu lapis itu sendiri, antara lain ketebalan
lapisan, jumlah lapisan, jenis vinir dalam satu panel, orientasi lapisan, kualitas kelas
vinir dan jenis perekat. Kombinasi dari komposisi tersebut memungkinkan
produsen untuk menyesuaikan produk sesuai tujuan penggunannya.

Contoh kayu yang dapat digunakan sebagai bahan baku kayu lapis antara
lain meranti, kamper, mersawa, mengkulang, gerunggang, mahoni, agathis,
trembesi, sengon, mindi dan sebagainya. Diameter log yang digunakan
disarankan diatas 30 cm, tetapi saat ini mesin-mesin yang lebih modern dapat
mengolah log dengan diameter yang lebih kecil.

3
B. Penggolongan Kayu Lapis

Berdasarkan penggunaannya, kayu lapis dikelompokkan menjadi dua yaitu


interior dan eksterior plywood. Youngquis (1999) mengelompokkan kayu lapis
menjadi dua bagian yaitu :

a. Kayu lapis konstruksi dan industri

b. Kayu lapis hardwood dan dekoratif

Berdasarkan jenis perekat yang dipergunakan, pengelompokan kayu lapis


dibedakan menjadi dua (Iswanto, 2008) :

a. Kayu lapis interior yaitu kayu lapis yang penggunaanya di dalam ruangan atau
dengan kata lain tidak langsung terekspos oleh kondisi lingkungan luar
ruangan, perekat yang dipergunakan adalah perekat interior seperti UF, MF
dan MUF .

b. Kayu lapis eksterior yaitu kayu lapis yang penggunaanya di luar ruangan yang
terekspos langsung dengan kondisi luar ruangan, perekat yang dipergunakan adalah
perekat eksterior seperti PF.

Berdasarkan finir mukanya, kayu lapis dikelompokkan menjadi :

a. Ordinary plywood yaitu kayu lapis dimana finir mukanya dihasilkan dari
proses rotary cutting.

b. Fancy plywood yaitu kayu lapis dimanafinir mukanya terbuat dari kayu-kayu
indah dan dihasilkan dari proses slice cutting atau half rotary cutting.

C. Kegunaan Kayu Lapis

Menurut Massijya (2006), penggunaan kayu lapis dikelompokkan menjadi :

a. Konstruksi bangunan

· Paneling: penyekat ruang, pintu, jendela

· Bahan pelapis

4
· Lantai

· Sidding : dinding

· Plyform

b. Konstruksi alat-alat transportasi

· Pesawat terbang : pelapis dinding bagian dalam

· Kereta api : atap, lantai, dinding

· Truk dan trailer : body

D. Proses Pembuatan Finir

Proses pembuatan finir dimulai dengan pemotongan kayu menjadi ukuran yang
dikehendaki, pemberian perlakuan pendahuluan, pembersihan, pengirisan atau
pengupasan menjadi finir, pemotongan finir menjadi lembaran yang dikehendaki
untuk kemudian dikeringkan, atau untuk finir-finir muka / face dan belakangan /
back biasanya dari pisau pengupas kemudian finir digulung dan dikeringkan untuk
selanjutnya dipotong menjadi ukuran yang dikehendaki, setelah itu baru finir-finir
tadi dikelompokkan dan bila perlu diperbaiki.

1. Pemanasan

Sebelum diadakan pemotongan finir maka finir terlebih dahulu dipanaskan.


Pemanasan dilakukan untuk melunakkkan kayu dan mata-mata kayunya yang
membuatnya lebih mudah untuk dipotong. Pemanasan juga untuk meningkatkan
kualitas permukaan, dan mengurangi kekasaran.

Baldwin menyebutkan ada empat keuntungan memanasi kayu bulat :

a. Hasil finir yang lebih tinggi dapat diperoleh dari kayu bulat.

b. Kualitas finir meningkat

c. Biaya buruh berkurang

d. Jumlah perekat dapat dikurangi

5
Pemanasan dapat dilakukan dengan mengukus (uap panas), atau
menyemprotkan air panas bersuhu 93o C. Pemanasan ini dilakukan beberapa saat
sebelum blok dikupas menjadi finir.

2. Pengupasan

Pengupasan dilakukan menggunakan pisau statis yang dikasitkan pada blok


kayu yang berputar. Hasil pengupasan ini berupa lembaran tipis kayu yang disebut
finir. Pengupasan dilanjutkan hingga diameter blok tinggal 5,5 sampai 4,0 inchi.
Oleh karena finir hasil pengupasan masih berupa lembaran yang memanjang maka
pada proses selanjutnya finir dipotong-potong sesuai dengam ukuran panjang
plywood yang telah ditentukan.

3. Penyimpanan dan pemotongan

Penyimpanan yang dimaksud di sini adalah bukanlah seperti penyimpanan


barang digudang atau sejenisnya. Yang dimaksudkan hanyalah penyimpanan
sementara sebelum finir dipotong sesuai ukuran.

Penyimpanan dapat dilakukan dengan 2 cara yakni sistem gulungan dan


sistem konveyer. Sistem gulungan dirasakan kurang praktis dan lebih lambat
dibandingkan dengan sistem konveyer. Hal ini disebabkan pada sistem gulungan
finir mesti disusun berbentuk gulungan terlebih dahulu sebelum dibawa ke mesin
pemotong untuk dipotong sesuai ukuran. Sementara pada sistem konveyer mesin
pemotong diletakkan satu jalur dengan mesin pengupas sehingga memungkinkan
pemotong dilakukan lebih cepat.

4. Pengeringan Finir

Pengeringan finir dilakukan dengan menyemprotkan udara panas ke


permukaan finir. Suhu yang dibutuhkan untuk pengeringan ini mencapai

300O C. Dengan suhu setinggi ini diharapkan diperoleh kestabilan yang merata ke
seluruh bagian finir dan memudahkan proses perekatannya.

6
5. Perekatan

Sebelum lembaran disusun seperti yang diinginkan, terlebih dahulu


permukaan finir disemprot dengan perekat. Biasanya digunakan perekat sintesis
thermosetting yang biasa mengeras akibat terkena panas. Jenis perekat yang biasa
digunakan adalah Urea Formaldehide dan Fenol formaldehyde.

Dalam pebuatan kayu lapis bahan perekat merupakan faktor penting kerena
bersifat mempersatukan lembaran-lembaran finir menjadi satu ketebalan tertentu.
Berdasarkan sifat-sifatnya perekat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu :

a. perekat tahan kelembaban (moisture resistance)

b. perekast tahan panas dan cuaca (dry resistance )

c. perekat tahan air (water resistance)

Berdasarkan penggolongannya perekat terbagi atas ;

a. perekat berasal dari tumbuh-tumbuhan : perekat tapioka, kedelai, perekat

biji kapuk dan lain-lain.

b. perekat yang berasal dari hewan : perekat kasein, perekat darah (albumim) dan
lain-lain.

c. perekat sintesis : perekat yang dibuat dari sintesis antara lain ureaformaldehid,
termosetting, fenol formaldehid, resoresinol, formaldehid dan lain-lain.

Jenis-jenis perekat di atas digunakan untuk menghasilkan kayu lapis yang perlu
benar-benar menghasilkan kayu lapis yang yang berkualitas baik, yiatu :

a. kayu lapis yang tahan terhadap air

b. kayu lapis yang tahan udara lembab

c. kayu lapis yang tahan terhadap suhu panas

6. pelaburan dan penyusunan finir

7
Setelah finir muka (face) dan inti (core) disusun seperti yang dikehendaki,
kemudian dilakukan pengepresan menggunakan mesin dengan tekanan berkisar
110 – 200 psi tergantung pada jenis dan kerapatan plywood yang diinginkan.

7. Penyelesaian

Dari mesin press, kayu lapis tersebut menuju mesin gergaji untuk dibuat
ukuran-ukuran standar arah memanjang dan melebar kayu lapis tersebut. Dan
selanjutnya kayu lapis masuk pada mesin amri untuk dihaluskan bidang
permukaannya, sekaligus diadakan pengujian kualitas. Kemudian diangkut dengan
forklift untuk disimpan di dalam gudang, disusun dengan baik dalam susunan
mendatar di atas landasan yang jarak dari lantai 10 – 20. lantai harus terlindungi
dari kelembaban, begitu pula keadaan gudang.

E. Kayu Lapis Struktural (Structural Plywood)

Penggolongan kayu lapis berdasarkan penggunaannya dibagi menjadi dua


kelompok, yaitu kayu lapis penggunaan umum dan kayu lapis penggunaan khusus.
Kayu lapis struktural termasuk kayu lapis penggunaan khusus. Kayu lapis struktural
merupakan suatu tipe kayu lapis tertentu yang strukturnya terdiri atas susunan
lembaran-lembaran finir saling tegak lurus dan digunakan dalam struktur bangunan,
dan dalam pengggunaannya memerlukan perhitungan beban. Kayu lapis struktural
dibuat dengan mengutamakan kemampuan panel memikul beban konstruksi yang
direncanakan (Haryanti, 2002).

Menurut SNI 01-5008.7-1999, kayu lapis struktural adalah kayu lapis yang
terdiri dari susunan venir yang dibuat khusus untuk digunakan sebagai penahan atau
pemikul beban dari suatu kontruksi. Dalam SNI 01-5008.7-1999 juga dijelaskan
beberapa hal menyangkut kayu lapis struktural seperti berikut :

Kayu lapis struktural diklasifikas ikan menjadi dua katagori, yaitu katagori 1
(Tipe kayu lapis struktural) dan katagori 2 (Mutu kayu lapis struktural).

8
1. Kategori 1 (Tipe kayu lapis struktural).

Kayu lapis struktural diklasifikas ikan menjadi 2 tipe, berdasarkan kekuatan ikatan
perekatnya yaitu:

a. Tipe Eksterior I, adalah kayu lapis struktural yang dalam penggunaannya tahan
terhadap cuaca dalam waktu relatif lama.
b. Tipe Eksterior II, adalah kayu lapis struktural yang dalam penggunaannya
tahan terhadap cuaca dalam waktu relatif pendek.
2. Kategori 2 (Mutu kayu lapis struktural).

Berdasarkan penampilannya, mutu kayu lapis struktural diklasifikasikan


menjadi 4 kelas, dengan kode kelas mutu berturut-turut A, B, C, dan D, dengan
ketentuan mutu lapisan luarnya sama atau hampir sama.

Contoh: Mutu A, maksudnya baik lapisan muka maupun lapisan belakangnya


harus memenuhi persyaratan mutu A, sedangkan mutu A/B adalah lapisan
mukanya memenuhi persyaratan mutu A dan lapisan belakangnya memenuhi
persyaratan mutu B.

Syarat mutu kayu untuk plywood yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut:

a. Syarat bahan baku

Jenis kayu yang dapat digunakan untuk pembu atan kayu lapis struktural adalah
jenis-jenis kayu yang berat jenis (BJ) nya lebih dari 0,4.

b. Syarat mutu penampilan

• Syarat Umum

Tidak diperkenankan adanya delaminasi, lapuk dan serangan aktif organisme


perusak kayu.

• Syarat Khusus

c. Kadar Air

Kadar air kayu lapis struktural tidak diperkenankan lebih dari 14%.

9
d. Keteguhan rekat

Keteguhan rekat pada kayu lapis struktural untuk setiap tipenya harus sesuai
dengan persyaratan yang ada.

e. Mutu Keteknikan

Mutu keteknikan kayu lapis struktural harus diuji dengan dua cara yaitu uji
lapangan dan uji laboratories.

F. Perawatan Kekuatan dan Keawetan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan kayu lapis :

1. Kayu lapis hendaknya disimpan secara mendatar dan rata (horizontal)


2. Permukaan kayu lapis dijaga terhadap kemungkinan kerusakan yang
disebabkan oleh benturan, gesekan dan lain sebagainya.
3. Bagian tepi dan sudut dari kayu lapis perlu dilindungi, terutama kayu lapis yang
sudah dironci (dialur).
4. Mengangkat lembaran kayu lapis dengan cara memegang bagian tepinya, dan
hindari terjadinya kerusakan pada permukaan, tepi dan sudut.
5. Melindungi kayu lapis dari sinar matahari langsung, air atau kelembaban yang
berlebihan sewaktu disimpan.
6. Kayu lapis yang akan digunakan, hendaknya dibeli pada saat pengerjaan untuk
itu akan dimulai. Kecuali ada gudang penyimpanan yang memenuhi syarat.

10
PENUTUP

Kayu lapis hadir sebagai inovasi pengggunaan kayu solid agar lebih efektif
dan efisien. Dan kayu lapis struktural hadir untuk memenuhi berbagai kebutuhan
konsumen yang senang memilih kayu sebagai bahan untuk berbagai kebutuhan
konstruksi. Agar kualitasnya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh konsumen,
ketentuan dalam pemilihan bahan baku, perekat, pengawet, dan tata cara pembuatan
kayu lapis struktural harus diperhatikan dengan seksama.

Berbagai penelitian mengenai kayu lapis struktural juga telah dilakukan,


tetapi seiring berkembangnya zaman, kebutuhan informasi dan inovasi mengenai
ini juga sangat dibutuhkan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian-penelitian lain
untuk menjawab berbagai permasalahan dan kebutuhan konsumen.

Kayu lapis struktural dalam penggunaannya lebih mengutamakan kekuatan


dalam menahan beban dibandingkan dengan keindahannya. Oleh sebab itu harus
dipilih jenis kayu yang memiliki kekuatan dan keawetan yang memenuhi syarat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Arsadi, B. 2011. Kualitas Kayu Lapis Dari Kayu Bulat Berdiameter Kecil Jenis
Dadap (Erythrina variegata Lamk.), Kemiri (Aleurites moluccana L.
Willd.) dan Jengkol (Pithecellobium jiringa Benth. I. C. Nielsen). Fakultas
Kehutanan. IPB. Bogor.

Junus, M., A.R. Warasaka, J.J. Franz, M. Rusmaedy, Sudirman, S.N. Digut, M.
Sila. 1989. Dasar Umum Ilmu Kehutanan. Buku II. Badan Kerjasama
Perguruan Tinggi Negeri Indonesia bagian timur. Lembaga Penerbitan
Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang.

12

Anda mungkin juga menyukai