PENDAHULUAN
Eksploitasi kayu yang berlebihan yang telah berlangsung cukup lama telah
menyebabkan kondisi hutan alam rusak parah dan memprihatinkan. Kondisi ini
berimplikasi terhadap berkurangnya produksi kayu dari hutan alam, sehingga
ketersediaan kayu berdiameter besar yang berasal dari hutan alam dewasa ini
semakin terbatas. Di lain pihak, kebutuhan kayu untuk berbagai keperluan semakin
meningkat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. (Herawati,
Massijaya, & Nugroho, Karakteristik Balok Laminasi dari Kayu Mangium, 2008)
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kayu dengan
dimensi yang diinginkan adalah dengan teknik laminasi. Salah satu produk laminasi
yang biasa digunakan sebagai bahan struktural adalah balok laminasi. Selain
dimensi, kayu yang digunakan untuk keperluan struktural juga memerlukan
persyaratan tertentu menyangkut kekuatannya dalam menahan suatu beban
(Herawati, Balok Laminasi Sebagai Bahan Struktural, 2008). Dalam pembuatan
balok laminasi, penyusunan setiap lapisan (lamina) dapat diatur sedemikian rupa
sehingga bisa meningkatkan sifat-sifat kekuatan kayu yang digunakan (Hoyle,
1978).
1.3.Tujuan
ISI
2.1. Pengertian
Kayu lamina atau gluelam adalah papan yang direkan dengan lem tertentu
secara bersama-sama dengan arah paralel menjadi satu unit papan Kayu laminasi
terbuat dari potongan-potongan kayu yang relatif kecil yang dibuat menjadi produk
baru yang lebih homogen dengan penampang kayu dapat dibuat menjadi lebih lebar
dan lebih tinggi serta dapat digunakan sebagai bahan konstruksi. Tujuan dasar
pembuatan kayu lamina adalah untuk menciptakan kayu dengan berbagai dimensi
yang cocok untuk digunakan (Sucipto, 2009).
Bahan baku pembuatan kayu laminasi yaitu kayu baik berukuran besar
maupun kecil seperti waste material atau kayu merdiameter kecil, bahkan kayu-
kayu yang kurang dikenal (lesser known species) juga memiliki kemungkinan
sebagai bahan baku pembuatan kayu laminasi.
Bahan lain yang sangat penting dalam pembuatan kayu laminasi adalah
perekat.Perekat yang digunakan dalam pembuatan balok laminasi harus memenuhi
persyaratan untuk pemakaian pada kondisi kering (kadar air <16%) maupun konsidi
basah (kadar air>16%) (APA 2003).
a. Bahan baku. semakin seragam serat dan berat jenis dari bahan-bahannya,
semakin kuat.
b. Lem dan proses pengeleman. Lem yang digunakan harus sesuai dengan
penggunaan kayu laminasinya pengeleman juga harus dilakukan secara
baik, tidak sembarangan.
c. Bentuk sambungan. Ada berbagai bentuk sambungan seperti sambungan
tegak (butt joint), sambungan jari (finger joint), sambungan miring (scarf
joint), sambungan lidah dan alur (tongue and groove joint), sambungan
bangku (desk joint), dll.
(Sucipto,2009)
Laminasi yang tersusun dari kayu yang berbeda kualitasnya atau biasa
disebut dengan laminasi laminasi biasanya digunakan untuk menahan gaya lentur.
Jenis ini dikembangkan untuk menghasilkan bahan yang ekonomis dan efisien
untuk menahan gaya lentur yang diakibatkan oleh beban tegak lurus sisi lebar kayu.
Laminasi jenis ini biasa digunakan untuk komponen yang dipasang horizontal.
Untuk mengoptimalkan kekakuan dari kayu, sejumlah kayu dengan kualitas bagus
dapat ditambahkan di sisi luar dengan jumlah yang sama antara sisi atas dan
bawah.Untuk mengoptimalkan kekuatan lentur dari balok, jumlah lapisan kayu
kualitas bagus dapat diperbanyak pada sisi tekan dari struktur.
b. Struktur tekan
Laminasi juga didesain untuk menahan gaya tekan dan gaya lentur yang
searah dengan sisi lebar dari kayu laminasi. Laminasi jenis ini biasanya digunakan
untuk komponen yang dipasang vertikal. Tidak seperti struktur lentur yang didesain
dengan kualitas kayu yang seragam, laminasi untuk struktur tekan dibuat dari kayu
yang kualitasnya seragam. Karena penempatan jenis material yang salah dapat
menyebabkan kurangnya efisiensi dan keuntungan ekonomi yang didapat bila
dibandingkan dengan struktur lentur.
d. Struktur runcing
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
1.2. Saran
Herawati, E., Massijaya, Y., & Nugroho, N. (2008). Karakteristik Balok Laminasi dari
Kayu Mangium. Medan: Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian USU,
Medan.
Sinaga, M. (1994). Pengaruh Bentuk Sambungan dan Jumlah Paku Terhadap Kekuatan
Sambungan Kayu.
Sucipto, T. (2009). Kayu Laminasi dan Papan Sambung. Medan: Fakultas Pertanian
Fakultas Sumatera Utara.