Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Eksploitasi kayu yang berlebihan yang telah berlangsung cukup lama telah
menyebabkan kondisi hutan alam rusak parah dan memprihatinkan. Kondisi ini
berimplikasi terhadap berkurangnya produksi kayu dari hutan alam, sehingga
ketersediaan kayu berdiameter besar yang berasal dari hutan alam dewasa ini
semakin terbatas. Di lain pihak, kebutuhan kayu untuk berbagai keperluan semakin
meningkat sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk. (Herawati,
Massijaya, & Nugroho, Karakteristik Balok Laminasi dari Kayu Mangium, 2008)

Penggunaan kayu sebagai bahan struktural diantaranya adalah untuk


keperluan bahan bangunan rumah atau bangunan lain, pembuatan kuda-kuda,
rangka jembatan hingga hanggar pesawat terbang. Untuk berbagai keperluan
struktural tersebut dibutuhkan dimensi kayu yang cukup besar dengan bentang yang
panjang (Sinaga, 1994).

Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan kayu dengan
dimensi yang diinginkan adalah dengan teknik laminasi. Salah satu produk laminasi
yang biasa digunakan sebagai bahan struktural adalah balok laminasi. Selain
dimensi, kayu yang digunakan untuk keperluan struktural juga memerlukan
persyaratan tertentu menyangkut kekuatannya dalam menahan suatu beban
(Herawati, Balok Laminasi Sebagai Bahan Struktural, 2008). Dalam pembuatan
balok laminasi, penyusunan setiap lapisan (lamina) dapat diatur sedemikian rupa
sehingga bisa meningkatkan sifat-sifat kekuatan kayu yang digunakan (Hoyle,
1978).

Penggunaan balok laminasi di beberapa Negara untuk berbagai keperluan


telah lama dikenal. Balok laminasi digunakan sebagai balok penyangga pada rangka
rumah sampai elemen struktur pada bangunan non perumahan.
1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan yang timbul adalah ketersediaan kayu solid untuk memenuhi


kebutuhan konstruksi kayu semakin berkurang. Hal ini menyebabkan para produsen
mulai menawarkan bahan kayu alternatif seperti LVL dan plywood. Sementara itu
para peneliti mengoptimalkan penggunaan produk-produk kayu laminasi. Oleh
karena itu, kita harus mengetahui kelebihan dan kekurangan yang dimiliki kayu
laminasi sebagai produk alternatif selain kayu solid.

1.3.Tujuan

Memberikan informasi kepada pembaca tentang kayu laminasi sebagai


produk alternatif selain kayu solid.
BAB II

ISI

2.1. Pengertian

Kayu lamina atau gluelam adalah papan yang direkan dengan lem tertentu
secara bersama-sama dengan arah paralel menjadi satu unit papan Kayu laminasi
terbuat dari potongan-potongan kayu yang relatif kecil yang dibuat menjadi produk
baru yang lebih homogen dengan penampang kayu dapat dibuat menjadi lebih lebar
dan lebih tinggi serta dapat digunakan sebagai bahan konstruksi. Tujuan dasar
pembuatan kayu lamina adalah untuk menciptakan kayu dengan berbagai dimensi
yang cocok untuk digunakan (Sucipto, 2009).

2.2. Keunggulan dan Kelemahan

Dalam aplikasinya, kayu laminasi memiliki beberapa keunggulan, yakni,


ukuran kayu dapat dibuat sesuai keinginan, tidak tergantung besar pohon, dan bisa
membuat penampang lengkung; material mudah didapat dan harganya terjangkau,
karena dibuat dari potongan-potongan kayu; penggunaan kayu lebih efisien, tidak
menyisakan waste material; mudah dilakukan pemeriksaan cacat. Walaupun ada
cacat kayu bisa diolah dan tetap bisa digunakan untuk konstruksi, karena bahan
baku penyusun laminasi kecil dan tipis; kekedapan terjamin, sehingga kayu lebih
kaku dan peribahan dimensi dapat teratasi dengan pengaturan arah serat kayu; lebih
tahan terhadap serangan serangga karena memiliki lapisan lem (Manik, 1997).

Namun selain kelebihan, kayu laminasi juga memiliki kelemahan yakni,


biaya yang besar untuk pembuatan kayu berlapis banyak; diperlukan alat-alat
khusus dan juga tenaga ahli untuk pembuatannya, karena kekuatannya tergantung
pada kekuatan sambungannya; dan pengangkutannya susah karena ada bentuk-
bentuk yang cukup susah untuk dibawa seperti lengkung.
2.3. Bahan dan Cara Pembuatan

Bahan baku pembuatan kayu laminasi yaitu kayu baik berukuran besar
maupun kecil seperti waste material atau kayu merdiameter kecil, bahkan kayu-
kayu yang kurang dikenal (lesser known species) juga memiliki kemungkinan
sebagai bahan baku pembuatan kayu laminasi.

Bahan lain yang sangat penting dalam pembuatan kayu laminasi adalah
perekat.Perekat yang digunakan dalam pembuatan balok laminasi harus memenuhi
persyaratan untuk pemakaian pada kondisi kering (kadar air <16%) maupun konsidi
basah (kadar air>16%) (APA 2003).

Dalam pembuatannya, ada hal-hal yang mempengaruhi kualitas kayu


laminasi, di antaranya :

a. Bahan baku. semakin seragam serat dan berat jenis dari bahan-bahannya,
semakin kuat.
b. Lem dan proses pengeleman. Lem yang digunakan harus sesuai dengan
penggunaan kayu laminasinya pengeleman juga harus dilakukan secara
baik, tidak sembarangan.
c. Bentuk sambungan. Ada berbagai bentuk sambungan seperti sambungan
tegak (butt joint), sambungan jari (finger joint), sambungan miring (scarf
joint), sambungan lidah dan alur (tongue and groove joint), sambungan
bangku (desk joint), dll.
(Sucipto,2009)

Jadi, dengan memperhatikan hal di atas, proses pembuatan kayu laminasi


dilakukan dengan cara :

a. Menentukan dimensi kayu laminasi. Kayu yang akan dibentuk ditentukan


ukurannya dan bahan dicocokkan / disesuaikan dengan kebutuhan dimensi
yang telah ditentukan. (CWC 2000).
b. Pengeringan dan pemilahan. Bahan-bahan yang akan digunakan
dikeringkan hingga 7-15% dan dipilih yang berat jenisnya tidak terlalu
berbeda serta arah seratnya relatif sama. Diusahakan bahan tidak memiliki
cacat.
c. Penyambungan ujung. Bagian ujung dari bahan disambung menggunakan
sambungan tertentu seperti yang dipaparkan di atas.
d. Perekatan Permukaan. Untuk memperoleh permukaan yang bersih, sejajar
dan dapat direkat, kayu laminasi harus diketam pada kedua permukaannya.
Tekanan yang diberikan juga harus merata.
e. Penyelesaian akhir (finishing) dan pabrikasi setelah selesai, permukaan
diketam atau diamplas. Setelah itu akan dilakukan pemotongan akhir,
pelubangan, penambahan sambungan dan pemberian penutup.

2.4.. Jenis-Jenis Kayu Laminasi


a. Struktur lentur

Laminasi yang tersusun dari kayu yang berbeda kualitasnya atau biasa
disebut dengan laminasi laminasi biasanya digunakan untuk menahan gaya lentur.
Jenis ini dikembangkan untuk menghasilkan bahan yang ekonomis dan efisien
untuk menahan gaya lentur yang diakibatkan oleh beban tegak lurus sisi lebar kayu.
Laminasi jenis ini biasa digunakan untuk komponen yang dipasang horizontal.
Untuk mengoptimalkan kekakuan dari kayu, sejumlah kayu dengan kualitas bagus
dapat ditambahkan di sisi luar dengan jumlah yang sama antara sisi atas dan
bawah.Untuk mengoptimalkan kekuatan lentur dari balok, jumlah lapisan kayu
kualitas bagus dapat diperbanyak pada sisi tekan dari struktur.

b. Struktur tekan

Laminasi juga didesain untuk menahan gaya tekan dan gaya lentur yang
searah dengan sisi lebar dari kayu laminasi. Laminasi jenis ini biasanya digunakan
untuk komponen yang dipasang vertikal. Tidak seperti struktur lentur yang didesain
dengan kualitas kayu yang seragam, laminasi untuk struktur tekan dibuat dari kayu
yang kualitasnya seragam. Karena penempatan jenis material yang salah dapat
menyebabkan kurangnya efisiensi dan keuntungan ekonomi yang didapat bila
dibandingkan dengan struktur lentur.

c. Bagian Lengkung (struktur lengkung)

Kombinasi kualitas kayu yang efisien pada struktur lengkung hampir


sama dengan kombinasi kayu pada struktur horizontal. Tegangan dan tekanan
dianalisa sebagai gaya tangensial yang bekerja pada bagian lengkung dari struktur.
Ada perilaku unik yang ditunjukkan oleh struktur, jika jari –jari kelengkungan
laminasi berkurang, tekanan radial yang terbentuk dibagian lengkung balok akan
meningkat. Karena kekuatan kayu tegak lurus serat yang lebih rendah dari kekuatan
sejajar serat,tekanan radial ini menjadi faktor kritis dari design laminasi lengkung.
Bagian lengkung ini biasa diproduksi dengan ketebalan standar 19 sampai 38 mm.
Normalnya sudut lengkung yang didapat dari kayu dengan tebal 19 mm akan lebih
tebal daripada kayu dengan tebal 38 mm. Disarankan rasio tebal kayu (t) berbanding
jari–jari kelengkungan (R), tidak boleh melebihi 1/100 untuk kayu keras dan 1/125
untuk kayu lunak.

d. Struktur runcing

Balok laminasi seringkali diruncingkan, dikerat sisi- sisinya untuk


memenuhi kebutuhan arsitektur, menyediakan atap lengkung, mempermudah
jalannya drainasi,dan memenuhi persyaratan dinding yang lebih rendah pada ujung
tiang.peruncingan dilakukan dengan menggergaji miring pada sisi yang diinginkan.
Disarankan untuk membuat potongan hanya pada sisi tekan dari balok. Karena
mengusik sisi tarik daribalok dapat menurunkan kekuatan kayu secara keseluruhan.
BAB III

PENUTUP
1.1. Kesimpulan

Ketersediaan sumber daya kayu yang semakin terbatas mengharuskan


menggunaan kayu yang lebih efisien. Oleh karena itu, penggunaan balok laminasi
sebagai bahan structural memiliki potensi yang sangat besar untuk menggantikan
balok kayu solid yang semakin susah didapatkan. Meskipun memiliki beberapa
kelemahan untuk pengembangannya, balok laminasi ini memiliki kelebihan-
kelebihan yang diharapkan dapat menutupi kelemahannya.

1.2. Saran

Dalam penggunaannya sebagai pengganti kayu solid, kayu laminasi tetap


harus dikembangkan metode dan penggunaannya, agar dapat mengurangi
kelemahannya dan menambah kelebihannya.
DAFTAR PUSTAKA

Amrik, A. (2012, Mei 29). Kayu Laminasi. Retrieved from Blogspot.com:


http://ariefsuryadi.blogspot.com/2012/05/kayu-laminasi.html

Herawati, E. (2008). Balok Laminasi Sebagai Bahan Struktural. Medan: Departemen


Kehutanan .

Herawati, E., Massijaya, Y., & Nugroho, N. (2008). Karakteristik Balok Laminasi dari
Kayu Mangium. Medan: Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian USU,
Medan.

Hoyle, R. (1978). Wood Technology in the Design of Structures. Montana: Mounting


Press.

Manik, P. (1997). Teknologi Pembuatan Kapan Kayu Laminasi.


http://www.kapal.ft.undip.aci.id.

Sinaga, M. (1994). Pengaruh Bentuk Sambungan dan Jumlah Paku Terhadap Kekuatan
Sambungan Kayu.

Sucipto, T. (2009). Kayu Laminasi dan Papan Sambung. Medan: Fakultas Pertanian
Fakultas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai