Anda di halaman 1dari 5

RISALAH SPESIFIKASI KAYU LAMINASI MENURUT SNI / 1999

Mata Kuliah : Pengelolaan Hasil Hutan

Oleh :

Aditya Pratama

193030404114

KELAS C
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
Nama : Aditya Pratama
NIM : 193030404114
Kelas : C

RISALAH SPESIFIKASI KAYU LAMINASI MENURUT SNI / 1999

Pengertian Kayu Lamina (Glulam = Glue Laminated Lumber) menurut beberapa ahli
adalah :

1.Suatu balok yang tersusun dari sejumlah papan yang disusun pada arah lebar, kemudian
diikat oleh perekat, baut, mur dan alat pengikat ainnya dengan persyaratan arah serat papan
sejajar satu sama lain dan bentuknya dapat lurus, melengkung atau gabungan dari keduanya
(Brown et al, 1952) 2.Penggabungan beberapa lembar kayu memakai perekat dengan arah
serat sejajar, dimana kayu yang dipakai berupa kayu gergajian dan dapat juga finir

Kayu laminasi atau glulam (glue–laminated beam) adalah papan yang direkat dengan
lem tertentu secara bersama-sama dengan arah serat paralel menjadi satu unit papan. Kayu
laminasi merupakan kombinasi beberapa jenis kayu yang terbuat dari potongan-potongan
yang relatif kecil. Dibuat menjadi produk baru yang lebih homogen dengan penampang kayu
dapat dibuat menjadi lebih lebar dan lebih tinggi, serta dapat digunakan sebagai bahan
konstruksi. Kayu lamina banyak digunakan untuk konstruksi bangunan seperti hangar, aula,
gedung olahraga, perabot rumah tangga dan alat-alat olahraga (Sucipto, 2009). Struktur kayu
lamina memiliki beberapa kelebihan dibanding kayu gergajian yang solid, yakni ukuran dapat
dibuat lebih tinggi, lebih lebar, bentangan yang lebih panjang, bentuk penampang lengkung
(curved) dan konfigurasi bentuk lonjong dapat difabrikasikan dengan mudah (Fakhri, 2003).

Gambar 2. Kayu glulam, kayu laminasi

2
Kayu laminasi dapat dirancang dan dibuat dengan mengkombinasikan dua jenis kayu
dengan kelas berbeda sehingga pemakaian kayu akan lebih efisien. Kayu dengan kelas kuat
yang lebih tinggi ditempatkan dibagian tepi yang menahan tegangan yang besar, sedangkan
kayu dengan kelas kuat yang lebih rendah ditempatkan di tengah, pada bagian yang akan
menerima tegangan lebih kecil (Anshari, 2006). Pada awalnya glulam dibuat dari kayu pinus
atau kayu konifer lainnya. Namun sekarang hampir semua jenis kayu dapat dibuat menjadi
glulam. Ada banyak faktor yang mempengaruhi kualitas kayu lamina antara lain adalah
bahan baku memiliki kerapatan serat dan berat jenis yang berdekatan. Selain itu juga lem
yang digunakan harus sesuai dengan tujuan penggunaaan kayu lamina. Hal lain yang harus
diperhatikan adalah betuk sambungan, proses pengleman dan pengempaan (Marutzky, 2002).
Hal ini mempengaruhi kualitas kayu lamina. Untuk itu perlu dilakukan pengujian terlebih
dahulu yang memenuhi standar sebelum kayu lamina digunakan, terutama apabila tujuan
penggunaan adalah untuk struktural.

Untuk menghasilkan suatu balok kayu laminasi yang memenuhi standar struktur, pada
proses perancangan salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah proses pengempaan.
Proses pengempaan ini ditujukan untuk menghasilkan garis perekat setipis mungkin, bahkan
mendekati ketebalan molekul bahan perekat, karena kekuatan meningkat seiring
berkurangnya tebal garis rekatnya. Pengempaan yang terlalu rendah menyebabkan cacat
perekatan, seperti melepuh, perekat tebal, dan pecah muka. Pengempaan terlampau tinggi
juga menyebabkan cacat perekatan seperti kurang perekat atau tembus akibat penetrasi
berlebih (Anshari, 2006).

Laminasi bagian luar dari komponen lentur kayu laminasi lem struktural pada Tabel 5A
dari Spesifikasi supplement umumnya memiliki kekuatan laminasi yang lebih tinggi. Ketika
balok tersebut terpapar api, lapisan laminasi ini adalah yang paling pertama akan berubah
menjadi arang. Untuk menjaga kapasitas batas dari balok pada saat laminasi tersebut telah
menjadi arang sepenuhnya, maka laminasi inti harus diganti dengan laminasi berkekuatan
tinggi di dalam lapisan balok. Untuk balok yang tidak seimbang, hanya laminasi inti yang
berdekatan dengan sisi laminasi bagian tarik yang harus diganti. Untuk balok seimbang,
bagian laminasi yang harus diganti yaitu laminasi inti yang berdekatan dengan bagian luar
dari kedua sisi balok tersebut (SNI 7973-2013, 2013).

3
Balok laminasi mekanik (Gambar 1) tidak menggunakan lem, maka hal ini sangat
berbeda dengan balok glulam (glue–laminated beam) (Trada, 2009). Balok laminasi-baut
disambung secara mekanik, sehingga berbeda dengan balok glulam yang mana sangat
dipengaruhi dan memperhitungkan pengaruh lekatan antara lem (adhesive) dengan jenis
kayu, serta adanya pengaruh faktor kehilangan tahanan geser pada lem akibat temperature
tinggi. Sistem laminasi umumnya digunakan sebagai alternatif dari kayu solid/utuh karena
memberikan beberapa keuntungan yaitu dapat difabrikasi menggunakan kayu dengan bentang
pendek menjadi sistem dengan panjang bentang sesuai yang dibutuhkan, membuat
penampang kayu yang lebih besar, serta kombinasi kayu mutu rendah dan tinggi. Proses
laminasi juga dapat meminimalisasikan pengaruh cacat kayu dan kemiringan serat, yang
mana menghasilkan elemen struktur dengan kekuatan dan kekakuan dengan variabel sedikit
berkurang terhadap elemen solid/utuh (Pranata et al., 2012).

Gambar 2. Skematik sistem balok laminasi-baut

4
Daftar Pustaka

Anshari, Buan. 2006. Pengaruh Variasi Tekanan Kempa Terhadap Kuat Lentur Kayu
Laminasi Dari Kayu Meranti Dan Keruing. Civil Engineering Dimension, 8(1), pp.
25–33.

Fakhri. 2002. Kemampuan Perekatan Resin Urea Formaldehyde pada Laminasi Kayu Sengon
dan Keruing. Pekanbaru: Jurnal Sains dan Teknologi Universitas Riau.

Marutzky, R. 2002. Glued-Laminated Timber. Wilhem-Klauditz-Institut Holzforschung.

Pranata, Y. A., Suryoatmono, B. and Tjondro, J. A. 2012. Rasio Modulus Penampang Elastik
Balok Kayu Laminasi-Baut. Jurnal Teknik Sipil, 19(3), p. 223.

SNI 7973-2013. 2013. Spesifikasi desain untuk konstruksi kayu. Badan Standardisasi
Nasional.

Sucipto, T. 2009. Kayu Laminasi dan Papan Sambung. p. 11.

TRADA Technology Ltd., 2009. Dowel Laminated Hardwood Beams for Bridges, TRAGA
Technology Ltd.

Anda mungkin juga menyukai