Anda di halaman 1dari 51

PENGARUH PRIMARY RATIO DALAM MEMPERKUAT RISK

AVERSION PERUSAHAAN TERHADAP NET INTEREST


MARGIN (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN SUB SEKTOR
PERBANKAN BEI PADA TAHUN 2016-2019)

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi


Jurusan Akuntansi

Disusun oleh:

Iis Ariska

BCA 116 249

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan
karunia serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan proposal ini
sebatas dengan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.

Saya Sangat Berharap Proposal Ini Dapat Berguna Dalam Rangka Menambah
Wawasan Serta Pengetahuan Kita Mengenai ” Pengaruh Primary Ratio Dalam
Memperkuat Risk Aversion Perusahaan Terhadap Net Interest Margin (Studi
Empiris Pada Perusahaan Sub Sektor Perbankan Bei Pada Tahun 2016-2019)”

Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam proposal ini terdapat


kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang saya harapkan. Untuk itu, saya
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan dimasa yang akan datang
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga proposal ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya proposal yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dimasa depan.

Palangka Raya, Maret 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii


DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................5
1.1 Latar Belakang .........................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian .....................................................................................9
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................11

2.1 Teori Dealership Approach……………………………………………...11

2.2 Pengertian Bank…………………………………………………………12

2.3 Fungsi Bank……………………………………………………………..14

2.4 Jenis – Jenis Bank……………………………………………………….15

2.5 Net Interest Margin……………………………………………………...19


2.6 Risk Aversion…………………………………………………………….22
2.7 Primary Ratio…………………………………………………………....24
2.8 Penelitian Terdahulu……………………………………………………..24
2.9 Kerangka Pemikiran……………………………………………………...27
2.10 Hipotesis Penelitian…………………………………………………….28
2.10.1 Pengaruh Risk aversion terhadap net interest margin. .................28
2.10.2 Peran Primary Ratio dalam memperkuat pengaruh Risk aversion
terhadap net interest margin ........................................................29
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................31
3.1 Jenis Penelitian .........................................................................................31
3.2 Populasi dan Sampel penelitian................................................................31
3.2.1 Populasi ..........................................................................................32

iii
3.2.2 Sampel ............................................................................................32
3.3 Jenis Data .................................................................................................33
3.4 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................33
3.5 Definisi Operasi........................................................................................33
3.5.1 Definisi Operasional .......................................................................33

3.6 Teknik Analisis Data ................................................................................34

3.6.1 Uji Asumsi Klasik ..........................................................................34


3.6.1.1 Uji Multikolinieritas .............................................................35
3.6.1.2 Uji Heteroskedastisitas .........................................................36
3.6.1.3 Uji Autokorelasi ...................................................................37
3.6.1.4 Uji Normalitas ......................................................................49
3.6.2 Pengujian Hipotesis ........................................................................40

3.6.2.1 Analisis Regresi Linier Sederhana .......................................40

3.6.2.2 Uji t-statistik .........................................................................41

3.6.2.3 Koefisien Determinasi (Adjusted R2) ...................................42

3.6.2.4 Moderated Regression Analysis (MRA) ...............................42

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................44

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana masyarakat dan

menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan dan mempunyai peranan yang

sangat penting dalam sistem perekonomian yang semakin bertumbuh seiring dengan

semakin bertumbuhnya kebutuhan masyarakat. Lembaga perbankan juga berperan

sebagai Agen Pembangunan (Agent of Development) dalam pembangunan nasional,

dimana bank menyalurkan dananya kepada masyarakat dalam bentuk kredit, guna

meningkatkan kemampuan mobilitas dana, serta menciptakan iklim yang lebih baik

bagi dunia usaha.

Bank Sentral (Bank Indonesia) menetapkan bunga SBI pada bulan September

tetap pada tingkat bunga sebesar 5,75 persen. Artinya, bunga SBI pada bulan Oktober

tidak berubah dari bunga SBI sebelumnya yang ditetapkan sebesar 5,75 persen. Tidak

adanya perubahan tingkat bunga yang dilakukan oleh Bank Indonesia akan

berpengaruh terhadap tingkat bunga yang ditetapkan oleh bank-bank sebagai

pelaksana atau intermediary institution di perekonomian nasional.Biasanya

penurunan atau kenaikan tingkat bunga SBI akan berpengaruh terhadap tingkat bunga

tabungan dan pinjaman pada perbankan. Tingkat bunga yang ditentukan Bank

Indonesia melalui SBI menjadi salah satu faktor yang menentukan perbankan untuk

menentukan tingkat bunganya.

5
Pada sisi lain, Bank Indonesia juga meminta kepada bank-bank untuk

mengumumkan tingkat bunga yang diberikan kepada konsumen baik itu tingkat

bunga tabungan dan juga tingkat bunga pinjaman. Transparansi atas tingkat bunga

yang diminta oleh Bank Indonesia menjadi sebuah fenomena terbaru pada perbankan

nasional. Adanya transparansi tingkat bunga ini membuat bank harus jelas

menentukan tingkat bunganya. Penentuan tingkat bunga tersebut juga akan

memasukkan penentuan net interest margin.Walaupun Bank bisa melakukan

pengenaan fee atas transaksi yang dilakukan investor di bank.

Pada tahun 2015 suku bunga kredit di Indonesia masih tinggi dibandingkan

dengan beberapa negara di Asia. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan bahwa

dibandingkan dengan negara Malaysia, Singapura, dan Thailand tingkat suku bunga

bank di Indonesia jauh lebih tinggi.Suku bunga kredit di Malaysia Singapura, dan

Thailand berada pada kisaran 3% -7%, sedangkan Indonesia suku bunga kredit berada

pada kisaran12%.

Dinamika net interest margin di Indonesia mulai menjadi sorotan pasca krisis

keuangan global pada tahun 2008–2009. Di tahun 2009, atas himbauan Bank

Indonesia (BI), semua bank sepakat untuk menjaga tingkat suku bunga dana pihak

ketiga di tingkatan 6%–7% atau 0,5% diatas BI rate. Hal ini terjadi untuk

mengantisipasi persaingan tidak sehat dalam pasar dana pihak ketiga, khususnya

dalam menghadapi nasabah besar (premium). Namun di sisi lain, bank tidak

melakukan penyesuaian terhadap suku bunga kredit, sehingga spread antara suku

bunga kredit dengan suku bunga dana pihak ketiga semakin melebar.

6
Rasio net interest margin merupakan rasio yang penting dalam kelangsungan

hidup perbankan yakni bagi emiten (manajemen bank) dan bagi pihak investor.Rasio

net interest margin dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan strategi

investasi bank dan investor.Net interest margin merupakan salah satu indikator

profitabilitas bank, khususnya dalam usaha menghasilkan pendapatan

bunga.Tingginya imbal hasil yang didapatkan dari pemberian kredit serta masih

rendahnya proporsi pendapatan yang berasal dari fee based income membuat bank-

bank di Indonesia mengandalkan net interest margin untuk memperoleh profitabilitas

yang tinggi, sehingga perbankan harus menjaga agar rasio net interest margin tetap

pada posisi yang tinggi.

Menurut Nijhawan dan Taylor (2005), net interest margin merupakan salah

satu indikator yang paling penting untuk menentukan profitabilitas bank.Dimana

rasio net interest margin dengan tingkat kesehatan bank searah, ketika rasio net

interest margin tinggi maka tingkat kesehatan tinggi pula. Apabila pendapatan bunga

pinjaman naik, maka akan berpengaruh pula pada kenaikan net interest margin,

sehingga profitabilitas bank juga naik.Tinggi rendahnya net interest margin suatu

bank dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal dan faktor

internal.Faktor eksternal bank yang memengaruhi net interest margin yaitu kondisi

makro ekonomi, seperti inflasi, suku bunga BI dan kurs, sedangkan faktor internal

bank seperti primary ratio, risk aversion.

Risk aversion merupakan sikap dimana bank tidak menyukai risiko atau

berhati-hati dengan risiko, sehingga bank berusaha untuk menjauhkan diri dari risiko

7
yang dihadapi dalam menjalankan kegiatannya. Walaupun bank memiliki sikap tidak

menyukai risiko, bank tetap harus menghadapi risiko tersebut dengan pengelolaan

yang baik.Dengan demikian,bank harus mampu menutupi kerugian yang akan timbul

dari risiko yang dihadapi.Ketika bank mampu menyalurkan kredit yang lebih banyak

dan mampu menutupi kerugian yang akan timbul dari penyaluran tersebut, bank dapat

meningkatkan pendapatan bunga bersihnya, sehingga rasio NIM akan meningkat.

Bank merupakan lembaga yang risk averse dalam menjalankan kegiatan

operasionalnya, begitu pula dalam hal meningkatkan profitabilitas. Sebisa mungkin

bank akan meminimalkan risiko –risiko yang ada. Sehubungan dengan kondisi risk

averse ini, Maudos & Fernández de Guevara (2004) dan Entrop et al (2015)

menemukan bahwa margin bank berhubungan positif dengan risk aversion.Meskipun

bank tidak menyukai risiko, namun bank harus tetap mengadapi risiko –risiko yang

kemungkinan terjadi tersebut. Bank harus mampu menutup kerugian yang mungkin

akan muncul karena disebabkan oleh timbulnya risiko. Ketika sebuah bank sanggup

menyalurkan jumlah kredit yang lebih besar dari kemungkinan kerugian –kerugian

yang mungkin akan timbul dari kegiatan penyaluran kredit tersebut maka bank

mampu meningkatkan pendapatan bunga bersih mereka. Yang mana hal tersebut akan

diikuti dengan meningkatnya rasio NIM.

Risk aversion diukur dengan financing to asset ratio Rasio ini adalah

merupakan salah satu ratio likuiditas yang digunakan untuk mengetahui kemampuan

bank dalam memenuhi permintaan kredit dari para debitur dengan aktiva yang

tersedia Suwarsi (2007). Ukuran bank merupakan salah satu rasio penting dalam

8
rangka meningkatkan profitabilitas bank. Menurut Kos midou & Zopounidis (2008),

bank yang memilki ukuran aset lebih besar akan memperoleh keuntungan yang lebih

besar dari pada bank yang ukuran asetnya lebih kecil. Ukuran bank dapat

menggambarkan kemampuan suatu bank dalam mendanai sebuah investasi yang

menguntungkan dan memperbesar kekuatan pasar mereka. Ukuran bank diukur dari

total aset yang dimiliki oleh suatu bank.

Primary Ratio (PR) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur apakah

permodalan yang dimiliki sudah memadai atau sejauh mana penurunan yang terjadi

dalam total asset masuk dapat ditutupi oleh capital equity.Semakin tinggi tingkat

rasio ini, menunjukkan tingkat solvabilitas suatu bank semakin baik. Primary Ratio

(PR) juga merupakan salah satu rasio solvabilitas bank yang digunakan untuk

mengetahui tingkat presentase perbandingan antara modal dan total asset. Modal yang

digunakan dalam rasio ini yaitu modal sendiri atau modal yang dimiliki oleh bank itu

sendiri yaitu dari cadangan umum, laba tahun berjalan, sisa laba tahun lalu, laba

ditahan dan lain-lain. Dengan menggunakan Primary Ratioini hasilya dapat

mengetahui suatu bank dalam keadaan yang solvabel atau tidak. Sehingga bank dapat

menentukan tindakan atau kebijakan apa yang akan dilakukan untuk kebaikan bank

yang bersangkutan.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas bahwa primary ratio (pr) dan

risk aversion yang diproksikan oleh financing to assets ratio (far) mempunyai

dampak pengaruh terhadap net interest margin. Oleh karena itu penulis memilih judul

“pengaruh primary ratio dalam memperkuat risk aversion perusahaan terhadap net

9
interest margin (studi empiris pada perusahaan sub sektor perbankan bei pada tahun

2016-2019)”

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Apakah Risk aversion berpengaruh terhadap net interest margin?

2. Apakah Primary ratio berperan memoderasi pengaruh risk aversion terhadap

net interest margin?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini yaitu :

1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh Risk aversion yang diproksikan

financing to assets ratio terhadap net interest margin

2. Mengetahui dan menganalisis Primary ratio berperan memoderasi pengaruh

risk aversion yang diproksikan financing to assets ratio terhadap net interest

margin

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan penelitian tersebut manfaat dari penelitian ini adalah:

10
1.Bagi penulis, untuk menambah pengetahuan dan penerapan dalam ilmu yang

telah penullis pelajari selama dibangku kuliah dan dapat menjadi sarana

tambahan wawasan dan pengalaman penulis,dan

2.Bagi perusahaan, sebagai bahan referensi dan memberikan ilmu pengetahuan

maupun informasi guna memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu

pengetahuan juga perekonomian bangsa, khususnya dalam hal perbankan.

3.Bagi pihak lain, Dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam menentukan

Net Interest Margin dari bank yang bersangkutan, sehingga dapat menjadi

bahan pertimbangan dalam menilai bank.

11
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dealership Approach

Dealership approach telah lama dikembangkan oleh Ho dan Saunders pada

tahun 1981 untuk mempelajari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Margin

Bank. Mereka berpendapat bahwa dalam memainkan perannya sebagai dealer

dan menetapkan bagi hasil pinjaman dan deposito, bank menghadapi

ketidakpastian dan biaya yang ditimbulkan oleh permintaan pinjaman dan

penyediaan simpanan adalah stokastik dalam arti bahwa mereka tiba pada waktu

yang berbeda. Dengan demikian, bank harus memegang posisi panjang atau

pendek di pasar uang antar bank untuk menyeimbangkan ketidakpastian yang

membuatnya terkena risiko bagi hasil dan pastimempengaruhi margin bank. Hal

ini menunjukkan bahwa risk aversion yang lebih besar, ukuran transaksi bank

yang lebih besar dan variasi yang lebih besar dari tingkat bagi hasil terkait

dengan spread bank yang lebih besar. Ini menyiratkan bahwa meskipun pasar

perbankan sangat kompetitif, asalkan manajemen bank mau menanggung risiko

dan menghadapi ketidakpastian transaksi, margin bank positif akan tetap ada

karena bank menyediakan dan menghubungkan antara simpanan dan pinjaman

(Hutapea dan Kasri, 2010).

Menurut Saunders dan Schumacher (2000) keengganan bank menghadapi

risiko pada waktu kedatangan asimetris permintaan pinjaman dan kebutuhan

12
simpanan membuat bank harus menetapkan suku bunga atau bagi hasil yang

tepat untuk pinjaman dan simpanan untuk meminimalkan risiko dari pinjaman

atau ketidakcukupan simpanan. Hal tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

RL = (r+b)

RD = (r-a)

dan marginnya : RL-RD = (a+b)

• RL: tingkat bagi hasil pinjaman

• RD:tingkat bagi hasil simpanan

• r:tingkat bagi hasil bebas risiko

• a dan b: biaya yang dibebankan oleh bank untuk menyiapkan danmenanggung


risiko bagi hasil.

α/β adalah simbol penyebaran risiko bank atau biaya bagi hasil. Ketika α lebih

besar dari β akan menghasilkan α/β yang besar dan penyebaran yang besar (s).

Rasio α/β adalah simbol terhadap market power atau monopoli pinjaman yang

terkait dengan margin bank atau spread, R adalah simbol tingkat keengganan bank

menghadapirisiko atau risk averse, o2adalah simbol tingkat variasi bagi hasil

pinjaman dan simpanan bank, dan Q adalah simbol dari ukuran transaksi pinjaman

perbankan. Penyesuaian risiko bank tergantung pada tiga faktor yaitu R, o2dan Q.

Persamaan diatas mempunyai implikasi penting sebagai landasan bagi intermediasi

keuangan.(Saunders dan Schumacher, 2000).

Disamping mengembangkan model teoritis, Ho dan Saunders juga menguji

validitas modelnya pada 53 sampel bank di Amerika menggunakan data kuartalan

13
pada periode1976-1979. Hasilnya faktor-faktor utama yang mempengaruhi margin

bank adalah ketidakpastian transaksi (pure spread) dan implicit interest rate. Pure

spread lebih kecil pada kasus bank besar dibandingkan bank kecil, karena

perbedaan struktur pasar perbankan di Amerika daripada risk aversion dan ukuran

transaksi bank (Hutapea dan Kasri, 2010)

2.2 Pengertian Bank

Bank berasal dari bahasa Italia yaitu banca,yang berarti tempat penukaran

uang. Secara umum, bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha

pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat

dalam bentuk kredit serta memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan

peredaran uang. Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang

Perbankan, bank merupakan lembaga keuangan yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk

pinjaman (kredit) dan atau bentuk lainnya, dengan tujuan untuk meningkatkan

taraf hidup orang banyak.

Menurut Hasibuan (2005), bank adalah badan usaha yang kekayaannya

terutama dalam bentuk aset keuangan (financial assets) serta bermotif profitjuga

sosial, jadi bukan hanya mencari keuntungan saja. Selain itu Kasmir (2008)

berpendapat bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian

menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.

Berdasarkan ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bank adalah

14
usaha yang berbentuk lembaga keuangan yang menghimpun dana dari

masyarakat yang memiliki kelebihan dana (surplus of fund) dan menyalurkannya

kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana (lack of fund), serta

memberikan jasa-jasa bank lainnya untuk motif profitjuga sosial demi

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Kegiatan bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana merupakan

kegiatan pokok dari bank, sedangkan memberikan jasa bank lainnya sebagai

kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana

dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Hal ini

dilakukan dengan memberikan balas jasa yang menarik, seperti bunga dan hadiah

sebagai rangsangan bagi masyarakat agar lebih senang menabung. Kegiatan

menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan

jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan

utama tersebut.

2.3 Fungsi Bank

Menurut Sigit dan Budisantoso (2016) secara lebih spesifik bank dapat

berfungsi sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of services.

1. Agent of trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik

dalam hal menghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat mau

15
menitipkan dananya di bank apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan.

Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank,

uangnya akan dikelola dengan baik, bank tidak akan bangkrut, dan pada saat

yang telah dijanjikan simpanan tersebut dapat ditarik kembali dari bank. Pihak

bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur

atau masyarakat apabila dilandasi adanya unsur kepercayaan. Pihak bank

percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjamannya, debitur

akan mengelola dana pinjaman saat jatuh tempo, dan debitur mempunyai niat

baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat

jatuh tempo.

2. Agent of Development

Kegiatan perekonomian masyarakat di sektor moneter dan di sektor

riil tidak dapat dipisahkan. Kedua sektor tersebut selalu berinteraksi dan

saling memengaruhi. Sektor riil tidak akan dapat berkinerja dengan baik

apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Kegiatan bank berupa

penghimpunan dan penyaluran dana sangat diperlukan bagi lancarnya

kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut

memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan

distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa

kegiatan investasi-distribusi-konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya

penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi, dan konsumsi

16
ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu

masyarakat.

3. Agent of Service

Di samping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana,

bank juga memberikan penawaran jasa perbankan yang lain kepada

masyarakat. Jasa ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan

perekonomian secara luas. Jasa ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman

uang, penitipan barang berharga, pemberian jaminan bank, dan

penyelesaian tagihan.

2.4 Jenis – Jenis Bank

Kegiatan utama bank sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dana dan

menyalurkan dana dari masyarakat tidak terlalu beda satu sama lain. Menurut

Kasmir (2010), jenis-jenis bank dapat dibagi menjadi:

1. Dilihat dari fungsinya


a. Bank Umum

Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

b. Bank Perkreditan Rakyat

17
Bank perkreditan rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha

secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Kegiatan BPR lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank

umum.

c. Bank Sentral

Fungsi bank sentral di Indonesia di pegang oleh Bank Indonesia (BI),

Bank Sentral tidak termasuk kedalam Undang-undang Republik

Indonesia No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, hal ini dikarenakan

pada prinsipnya Bank Indonesia merupakan lembaga Negara yang turut

berfungsi mengawasi pelaksanaan Undang-undang tersebut, yaitu dalam

kapasitasnya selaku pembinaan dan pengawas bank. Bank sentral

bersifat tidak komersial seperti halnya bank umum dan bank perkreditan

rakyat

2. Dilihat Dari Segi Kepemilikan


a. Bank Milik Pemerintah

Bank milik pemerintah adalah bank yangakta pendirian maupun

modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank

ini dimiliki oleh pemerintah pula.

18
b.Bank Milik Swasta Nasional

Bank milik swasta nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian

besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun

didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil

oleh swasta pula.

c. Bank Milik Asing

Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri,

baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu Negara.

d. Bank Milik Campuran

Bank milik campuran adalahbank yang kepemilikan sahamnya dimiliki

oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Dimana kepemilikan

sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga Negara Indonesia.

3. Dilihat Dari Segi Status

a. Bank Devisa

Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar

negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara

keseluruhan.

19
b. Bank Non Devisa

Bank non devisa adalah bank yang belum mempunyai izin untuk

melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat

melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.

4. Dilihat Dari Segi Cara Menentukan Harga


a. Bank yang berdasarkan Prinsip Konvensional

Bank yang berdasarkan prinsip konvensional adalah bank yang

menetapkan bunga sebagai harga jual, menggunakan atau menerapkan

berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu.

b. Bank yang berdasarkan Prinsip Syariah

Bank yang berdasarkan prinsip syariah adalah bank yang menerapkan

aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak

lain.

Berdasarkan jenis-jenis bank dapat dijelaskan bahwa bank terbagi kedalam

beberapa bagian, hal ini dikarenakan spesifikasi bank dalam jalur lalu lintas

keuangan. Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan

17 dan dari segi menentukan harga. Dari segi fungsi perbedaan yang terjadi

terletak pada luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan

maupun jangkaun wilayah operasinya. Kemudian kepemilikan perusahaan dilihat

dari segi kepemilikan saham yang ada serta akta pendiriannya.Sedangkan dari

20
menentukan harga yaitu antara bank konvensional berdasarkan bunga dan bank

syariah berdasarkan bagi hasil.

2.5 Net Interest Margin

Net Interest Margin (NIM) yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur

jumlah pendapatan bunga bersih yang diperoleh bank dalam menggunakan aktiva

produktif (Achmad dan Kusumo,2013). Rasio NIM menunjukkan kemampuan

manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan

pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan

bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya

pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga

kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Almilia dan

Herdiningtyas,2015).

Menurut Rose (2012) Net Interest Margin mengindikasikan seberapa baik

kemampuan manajemen dan staff bank dalam memperoleh pendapatan (terutama

dari kredit, investasi) dibandingkan dengan biaya (yang pada dasarnya berasal

dari bunga deposito). Menurut Koch dan Scott (2016) Net Interest Margin

penting untuk mengevaluasi kemampuan bank dalam mengelola risikoterhadap

suku bunga. Saat suku bunga berubah, pendapatan bunga dan biaya bunga bank

akan berubah. Sebagai contoh saat suku bunga naik, baik pendapatan bunga

manupun biaya bunga akan naik karena beberapa aset dan liabilitibank akan

dihargai pada tingkat yang lebih tinggi.

21
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei

2004, net interest margin merupakan perbandingan antara pendapatan bunga

bersih terhadap rata-rata aktiva produktifnya.Pendapatan bunga bersih diperoleh

dari selisih antara bunga pinjaman yang diperoleh dari kegiatan penyaluran

kreditnya dengan bunga simpanan yang dibayarkan kepada masyarakat karena

telah menyimpan dananya di bank.Suatu bank dikatakan sehat apabila memiliki

NIM diatas 2%. Semakin besar rasio ini maka pendapatan bunga atas aktiva

produktif yang dikelola bank pun akan meningkat,sehingga kemungkinan bank

dalam kondisi bermasalah semakin kecil.

Menurut Darmawi (2012), terdapat tiga ukuran yang paling banyak dipakai

untuk interest margin yaitu:

a. Net interest margin dalam rupiah

Net interest margin dalam rupiah merupakan selisih antara semua penerimaan

bunga dan semua biaya bunga yang dinyatakan dalam rupiah.

b. Net interest margin dalam persentase

Net interest margin dalam persentase merupakan total net interest margin

dalam rupiah dibagi dengan total earningsassets.

c. Interest spread Interest spread merupakan selisih penerimaan bunga dengan

pengeluaran bunga.

22
Net interest margin memiliki hubungan positif terhadap tingkat kesehatan

bank, karena semakin tinggi NIM yang dimiliki oleh bank, hal ini

mengindikasikan semakin baik kinerja yang dihasilkan, dengan demikian tingkat

kesehatan bank juga mengalami peningkatan. NIM merupakan ukuran yang

sangat penting bagibank karena akan menyumbang sebesar 70-85% dari total

pendapatan bank. Sehingga apabila terjadi perubahan kecil dalam margin maka

akan sangat berdampak besar pada profitabilitas. NIM digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya

untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Aktiva produktif terdiri dari surat

berharga, penempatan pada bank lain, kredit yang diberikan, dan penyertaan.

Rasio net interest margin dirumuskan sebagai berikut (sesuai SE No.6/23/DPNP

tanggal 31 Mei 2004):

Pendapatan bunga bersih


NIM = × 100%
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓

2.6 Risk Aversion

Risk aversion merupakan istilah yang memandang bank sebagai lembaga yang

bersikap risk averse sebagai perantara antara pasar kredit dengan pasar dana

pihak ketiga.Risk averseadalah kondisi dimana bank sangat berhati-hati dalam

risikoyang timbul dari penyaluran kredit, dapat dikatakan pula bahwa bank tidak

menyukai risiko. Dalam kondisi risk averse, maka semakin tinggi risiko yang

dihadapi oleh bank, maka kompensasi marjin terhadap risiko tersebut juga akan

semakin besar, begitu juga dengan kondisi sebaliknya.

23
Dalam penelitian ini risk aversion diproksikan dengan Financing to Asset

Ratio (FAR) merupakan salah satu ratio likuiditas yang digunakan untuk

mengetahui kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit dari para

debitur dengan aktiva yang tersedia Suwarsi(2007). Selanjutnya FAR merupakan

ratio yang digunakan untuk memperlihatkan kemampuan suatu bank dalam

memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aset yang dimiliki bank

Rivai (2007:163). Sedangkan menurut Harianto (2010), FAR merupakan ratio

yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukan

tingkat kemampuanbank untuk memenuhi permintaan kredit dengan

menggunakan total aset yang dimiliki bank. Semakin tinggi ratioini, tingkat

likuiditasnya semakin kecil karena aset yang diperlukan untuk membiayai

kreditnya menjadi semakin besar.

Financing to Assets Ratio menurut Abdullah (2004:126) digunakan untuk

mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit melalui jaminan

sejumlah aset yang dimiliki. Semakin tinggi FAR maka tingkat performa

perkreditan semakin baik karena semakin besar komponen pinjaman yang

diberikan dalam struktur total aktivanya. Dengan demikian semakin tinggi rasio

ini maka penyaluran pembiayaan oleh bank syariah akan semakin besar.Semakin

tinggi financing to asset ratio atau FAR maka tingkat likuiditasnya rendah karena

jumlah aset yang diperlukan untuk membiayai kreditnya makin besar. Besarnya

jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank. Jika bank

tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun banyak maka

24
akan menyebabkan bank tersebut rugi (Pratiwi, 2012).Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan Pramudita (2012), Shingjergji (2013) dan Santosa, dkk

(2013) FAR berpengaruh positif terhadap pembiayaan bermasalah.

FAR atau dikenal juga dengan tangible asset, merupakan rasio antara aktiva

tetap perusahaan dengan total aktiva (assetnya). Perusahaan yang memiliki aktiva

dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang yang lebih besar karena memiliki

aktiva sebagai penjaminnya. FAR memiliki pengaruh yang positif terhadap

pembiayaan, jika FAR meningkat maka pembiayaanpun akan meningkat dan

Total Pembiayaan
FAR = × 100%
Total Asset

2.7 Primary Ratio

Primary ratio dapat memberikan gambaran perbandingan jumlah modal

dengan total aktiva.Rasio ini mengindikasikan jumlah modal yang ada didalam

bank.Modal adalah pos ekuitas yang tercantum pada neraca bank. Total aktiva

adalah pos jumlah aktiva yang tercantum pada neraca bank. Primary ratio

digunakan untuk mengukur kemampuan modal bank untuk menutup penurunan

asset akibat kerugian yang tidak dapat dihindari, Primary ratio dapat dirumuskan

sebagai berikut (Hutapea dan Kasri, 2010) :

Ekuitas
Primary Ratio = × 100%
Total Asset

25
Primary ratio ini merupakan Rasio solvabilitas merupakan rasio yang

menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangya

atau mengetahui kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya

jika terjadi likuidasi. Rasio solvabilitas juga digunakan sebagai ukuran

kemampuan suatu bank untuk menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat

dihindarkan dan sebagai alat ukur besar kecilnya kekayaan bank yang dimiliki

oleh para pemegang sahamnya.

2.8 Penelitian Terdahulu

Dapat dilihat beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa

peneliti. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran nyata

terhadap pengaruh primary ratio dalam memperkuat risk aversion perusahaan

terhadap net interest margin .

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Elisabeth Dewi Analisis Faktor-Faktor Yang Hasil Npl Tidak Berpengaruh Terhadap
Kusumaningrum Memengaruhi Net Interest Nim. Bopo Berpengaruh Negatif Terhadap
(2016) Margin. Nim. Far Berpengaruh Positif Terhadap
Nim, Transaction Size Tidak Berpengaruh
Terhadap Nim.
2. Anisa (2017) Peran primary ratio dalam Hasil analisis penelitian ini menunjukan
memperkuat pengaruh bahwa financing to asset ratio terbukti
financing to asset ratio mempunyai pengaruh negatif dan
terhadap net interest margin. signifikan terhadap net interest
margin,primary ratio todak mampu
memperkuat pengaruh dari financing to
asset ratio terhadap net interest margin.
3. Putri (2019) Pengaruh financing to asset Hasil dari analisis penelitian ini
ratio terhadap net interest menunjukan bahwa financing to asset ratio

26
margin dengan primary ratio terbukti mempunyai pengaruh dan
sebagai moderasi signifikan terhadap net interest
margin,primary ratio tidak mampu
memperkuat pengaruh dari financing to
asset ratio terhadap net interest margin.
4. Puspitasari(2014) analisis faktor-faktor yang Variabel operating cost mempunyai
memengaruhi net interest pengaruh positif dan signifikan terhadap
margin. net interest margin, Variabel risk aversion
tidak berpengaruh terhadap net interest
margin, Variabel transaction size
berpengaruh positif signifikan terhadap net
interest margin,
5. Nindhita Rafianti Determinan net interest Hasil dari penelitian ini menunjukkan
Putri(2018) margin pada bank perkreditan bahwa risiko likuiditas, dan financing to
rakyat di indonesia. asset ratio berpengaruh positif signifikan
terhadap net interest margin. Sementara
itu, risiko kredit, efficiency ratio, dan
ukuran bank berpengaruh negatif terhadap
net interest margin.
6. Faizal Irvan Diversifikasi pendapatan, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
Zulfikar (2018) risiko kredit,loan todeposit diversifikasi pendapatan, risiko kredit,
ratio, risk aversion dan net rasio pinjaman terhadap simpanan, dan
interest margin. penghindaran risiko berpengaruh positif
dan signifikan terhadap marjin bunga
bersih.

7. Cut Dewi Sartika Pengaruh rasio efisiensi, risk Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
(2017) aversion, risiko kredit dan rasio efisiensi berpengaruh negatif dan
transaction size terhadap net signifikan terhadap net interest margin, (2)
interest margin risk aversion berpengaruh positif dan
signifikan terhadap net interest margin, (3)
risiko kredit berpengaruh positif tetapi
tidak signifikan terhadap net interest
margin.(4) dan ukuran transaksi
berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap marjin bunga bersih.

8. Devi Widyawati Pengaruh risiko kredit, Npl berpengaruh positif terhadap nim. Far
(2014) minimalisasi risiko, tidak berpengaruh terhadap nim. Pdb
pertumbuhan produk berpengaruh positif terhadap nim. Inflasi
domestik bruto, dan inflasi tidak berpengaruh terhadap nim.
terhadap pendapatan bunga
bersih

27
9. Gustiana Harahap Analisis faktor-faktor yang Ukuran bank berpengaruh 28egative dan
(2017) mempengaruhi netinterest tidak signifikan terhadap margin bunga
margin. bersih, variabel ldr dan bopo berpengaruh
28egative dan signifikan terhadap margin
net interest margin , sedangkan npl
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap margin bunga bersih.
10. Bambang Faktor penentunet interest Hasil panelitian variabel loan to deposit
indriawan (2018) margin. ratio(ldr), operating cost(oc), non
performing loan(npl), dan rekening antar
kantor (rak)secara bersama-sama
mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap net interest margin (nim).

2.9 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka variabel yang terkait

dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu kerangka pemikiran sebagai

berikut :

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Pengaruh primary ratio dalam memperkuat risk aversion perusahaan terhadap net
interest margin .

Fenomena Tingginya imbal hasil yang didapatkan dari pemberian kredit serta masih
rendahnya proporsi pendapatan yang berasal dari fee based income membuat bank-
bank di Indonesia mengandalkan net interest margin untuk memperoleh
profitabilitas yang tinggi, sehingga perbankan harus menjaga agar rasio net interest
margin tetap pada posisi yang tinggi.

Basic Teori : Teori Dealership Approach

28
risk aversion (X) net interest margin (Y)

primary ratio (M)

Hipotesis

Berdasarkan uraian dan tinjauan pustaka yang dikemukakan, maka variabel

yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu model

penelitian sebagai berikut :

Gambar 2.2 Model Penelitian

H1

risk aversion (X) net interest margin (Y)

H2

Primary Ratio (M)

Keterangan :

H1: Risk aversion berpengaruh terhadap net interest margin.

29
H2 : Primary Ratio memperkuat pengaruh Risk aversion terhadap net interest
margin.

2.10 Hipotesis Penelitian

2.10.1 Pengaruh Risk aversion terhadap net interest margin.

Net Interest Margin (NIM) yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur

jumlah pendapatan bunga bersih yang diperoleh bank dalam menggunakan aktiva

produktif (Achmad danKusumo,2013). Rasio NIM menunjukkan kemampuan

manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan

pendapatan bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan

bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya

pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga

kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil (Almilia dan

Herdiningtyas,2015).

Risk aversion merupakan sikap dimana bank tidak menyukai risiko atau

berhati-hati dengan risiko, sehingga bank berusaha untuk menjauhkan diri dari

risiko yang dihadapi dalam menjalankan kegiatannya. Walaupun bank memiliki

sikap tidak menyukai risiko, bank tetap harus menghadapi risiko tersebut dengan

pengelolaan yang baik.Dengan demikian,bank harus mampu menutupi kerugian

yang akan timbul dari risiko yang dihadapi.Ketika bank mampu menyalurkan

kredit yang lebih banyak dan mampu menutupi kerugian yang akan timbul dari

30
penyaluran tersebut, bank dapat meningkatkan pendapatan bunga bersihnya,

sehingga rasio NIM akan meningkat.

Dealership approach telah lama dikembangkan oleh Ho dan Saunders pada

tahun 1981 untuk mempelajari faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Margin

Bank.Mereka berpendapat bahwa dalam memainkan perannya sebagai dealer dan

menetapkan bagi hasil pinjaman dan deposito, bank menghadapi ketidakpastian

dan biaya yang ditimbulkan oleh permintaan pinjaman dan penyediaan simpanan

adalah stokastik dalam arti bahwa mereka tiba pada waktu yang berbeda.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh putri (2019) menyatakan bahwa

financing to asset ratio mempunyai pengaruh dan signifikan terhadap net interest

margin Penelitian ini juga di dukung oleh penelitian lilis (2017) bahwa financing

to asset ratio mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap net interest

margin. Dari uraian diatas hipotesis yang diajukan adalah :

H1 : Risk aversion berpengaruh positif terhadap net interest margin.


2.10.2 Peran Primary Ratio dalam memperkuat pengaruh Risk aversion terhadap

net interest margin

Menurut Saunders dan Schumacher (2000) keengganan bank menghadapi

risiko pada waktu kedatangan asimetris permintaan pinjaman dan kebutuhan

simpanan membuat bank harus menetapkan suku bunga atau bagi hasil yang

tepat untuk pinjaman dan simpanan untuk meminimalkan risiko dari pinjaman

atau ketidakcukupan simpanan.

31
Risk aversion diukur dengan financing to asset ratio Rasio ini adalah

merupakan salah satu ratio likuiditas yang digunakan untuk mengetahui

kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit dari para debitur dengan

aktiva yang tersedia Suwarsi (2007). Ukuran bank merupakan salah satu rasio

penting dalam rangka meningkatkan profitabilitas bank. Menurut Kos midou &

Zopounidis (2008), bank yang memilki ukuran aset lebih besar akan memperoleh

keuntungan yang lebih besar dari pada bank yang ukuran asetnya lebih kecil.

Ukuran bank dapat menggambarkan kemampuan suatu bank dalam mendanai

sebuah investasi yang menguntungkan dan memperbesar kekuatan pasar mereka.

Ukuran bank diukur dari total aset yang dimiliki oleh suatu bank.

Menurut penelitian yang dilakukan lilis (2017) bahwa primary ratio

mampu memperkuat pengaruh risk aversion yang diproksikan financing to asset

ratio terhadap net interest margin. Dari uraian diatas hipotesis yang diajukan

adalah :

H2 : Primary Ratio memperkuat pengaruh Risk aversion terhadap net interest margin.

32
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif. Instrumen

pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti

dalam kegiatan mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi lebih mudah dan

sistematis.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

3.2.1 Populasi

Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun

pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu

mengenai sekelompok objek yang jelas dan lengkap. (Sudjana, 2016:12),

mendefinisikan populasi sebagai totalitas semua nilai yang mungkin, hasil

menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai

karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas yang

ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perbankan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2016 sampai dengan 2019 yang

berjumlah 40 perbankan yang diperoleh dari pojok Bursa Efek Indonesia atau

melalui website www.idx.co.id.

33
3.2.2 Sampel

Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai

sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Sampel adalah bagian dari

jumlah atau karakteristik tertentu yang diambil dari suatu populasi yang akan

diteliti secara rinci (Sugiyono, 2018:23). Pemilihan sampel dilakukan dengan

menggunakan purposive sampling method. Purposive sampling method

digunakan untuk mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria

yang ditentukan. Adapun kriteria sampel yang akan digunakan yaitu:

1. Perbankan yang terdaftar di BEI untuk tahun 2016-2019.

2. Menyediakan laporan tahunan lengkap selama tahun 2016-2019.

3. Menyatakan laporan tahunan dalam Rupiah atau Jutaan Rupiah.

4. Perbankan yang memiliki kelengkapan data untuk menghitung risk aversion

Primary Ratio,dan net interest margin.

Tabel. 3.1 Proses Seleksi Sampel

No Kriteria Sampel
Perbankan yang terdaftar di BEI untuk tahun 2016-2019 40
1.
Perbankan yang tidak menyediakan laporan tahunan lengkap 5
2. selama tahun 2016-2019.
Perbankan yang tidak menyatakan laporan tahunan dalam satuan 3
3. Rupiah
Perbankan yang tidak memiliki kelengkapan data untuk risk 7
4. aversion menghitung Primary Ratio,dan net interest margin.
25
Jumlah Sample Perbankan
100
Jumlah sample perbankan tahun 2016-2019

34
3.3 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perbankan yang

listing di BEI, yaitu mengambil data berupa annual report selama tahun 2016-

2019.Jenis data yang digunakan adalah data sekunder.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

dokumentasi yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data

serta di publikasikan pada masyarakat pengguna data.Data dalam penelitian ini

diperoleh dari hasil publikasi Bursa Efek Indonesia.

3.5 Definisi Operasi

3.5.4 Definisi Operasional

Operasionalisasi variabel diperlukan guna menentukan jenis dan

indikator dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini.

Disamping itu, operasionalisasi variabel bertujuan untuk menentukan

skala pengukuran dari masing-masing variabel, sehingga pengujian

hipotesis dengan menggunakan alat bantu dapat dilakukan dengan tepat.

35
Tabel 3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Indikator Skala

Financing merupakan ratio yang 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 Rasio


𝐹𝐴𝑅 = × 100%
to assets digunakan untuk 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡
ratio memperlihatkan kemampuan
suatu bank dalam memenuhi
permintaan kredit dengan
menggunakan total aset yang
dimiliki bank

Net menunjukkan kemampuan 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ Rasio


𝑁𝐼𝑀 = × 100%
Interest manajemen bank dalam 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓
margin mengelola aktiva produktifnya
untuk menghasilkan
pendapatan bunga bersih.

Primary perbandingan jumlah modal 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠


𝑃𝑅 = × 100%
Ratio dengan total aktiva.Rasio ini 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡
mengindikasikan jumlah
modal yang ada didalam bank

3.6 Teknik Analisis Data

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

analisis regresi linier berganda.Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan

software SPSS versi 21. Berikut ini dijelaskan tahapan-tahapan pengujian dalam

penelitian ini:

3.6.1 Uji Asumsi Klasik

Menurut (Suteja dan Gunardi, 2016:39) model regresi linier memiliki

beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk menghasilkan estimasi yang

36
baik atau dikenal dengan Best Linear Unbiased Estimator (BLUE). Dalam

melakukan estimasi persamaan linier dengan menggunakan metode Ordinary

Least Square (OLS), asumsi-asumsi dasar OLS harus dipenuhi yang mencakup

tidak terjadi gejala normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan

autokorelasi. Jika asumsi OLS tidak terpenuhi, maka tidak akan menghasilkan

nilai parameter yang BLUE. Dengan demikian, perlu dilakukan pengujian asumsi

klasik antara lain, normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan

autokorelasi.

3.6.1.1Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar

variabel independen. Jika antar variabel independen X terjadi

multikolinieritas sempurna, maka koefisien regresi variabel X tidak dapat

ditentukan dan nilai standar error menjadi tak terhingga. Jika

multikolinieritas antar variabel X tidak sempurna tapi tinggi, maka

koefisien regresi X dapat ditentukan, tetapi memiliki nilai standar

errortinggi yang berarti nilai koefisien regresi tidak dapat diestimasi

dengan tepat.

Hipotesis untuk uji Multikolinearitas adalah:

H0: tidak terjadi multikolinearitas

Ha : terjadi multikolinearitas

37
Adanya multikolinieritas dapat dideteksi dengan beberapa cara, salah

satunya adalah Tolerance dan Variance Inflation Factor(VIF). Rumus

perhitungan VIF adalah sebagai berikut:

VIF=1(1−R2)

Tolerance mengukur variabilitas variabel independen terpilih yang

tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, toleranceyang

rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi. Nilai cutoff yang umum

dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah Tolerance <

0,10 atau sama dengan VIF > 10. Setiap peneliti harus menentukan

tingkat kolinearitas yang masih dapat ditolerir. Sebagai misalnya nilai

Tolerance = 0,10 sama dengan tingkat kolinearitas 0,90. (Ghozali,

2016:80).

Dasar pengambilan keputusan untuk melihat ada tidaknya

multikolinearitas adalah dengan menggunakan matriksnilaikorelasi. Jika

nilai korelasi berada di atas 0,90 maka diduga terjadi multikolinearitas

dalam model. Sedangkan jika beradadi bawah 0,90 maka diduga dalam

model tidak terjadi multikolinearitas.

3.6.1.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika variance dalam model regresi

adalah sama, maka disebut homoskedastisitas. Menurut Ghozali (2013:

142 dalam Utomo, 2015) salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya

38
heteroskedastisitas adalah dengan melakukan uji Glejser. Uji Glejser

secara umum dinotasikan sebagai berikut:

|e| = b1 + b2 X2 + v

Dimana:
|e| = Nilai Absolut dari residual yang dihasilkan dari regresi model
X2 = Variabel penjelas

Untuk uji Heteroskedastisitas, dasar pengambilan keputusan yang

dilakukan adalah dengan melihat nilaisignifikansi antar variabel

independen. Uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan antara

variabel independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai

signifikansi antara variabel independen dengan absolut residual lebih

besar dari 0,05 maka tidak terjadi masalah heteroskedastisitas.

Sebaliknya, Jika Jika nilai signifikansi antara variabel independen dengan

absolut residual lebih kecil dari 0,05 maka terjadi masalah

heteroskedastisitas dalam penelitian.

3.6.1.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi ada korelasi antar kesalahan pengganggu (residual) pada

periode t dengan kesalahan pada periode t-1(sebelumnya). Jika terjadi

korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul

karena observasi yang berurutan sepanjang waktu yang berkaitan satu

sama lain (Ghozali, 2016:137).

39
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau

tidaknya autokorelasi yaitu Uji Durbin-Watson (DW autokorelasi

Breusch-Godfrey. Dalam penelitian ini uji autokorelasi dilakukan dengan

uji Durbin-Watson. Rumus perhitungan Durbin-Watson adalah sebagai

berikut:

d=Σ(et−et−1)

2t−Nt−2Σet2

Dimana:

d = nilai Durbin-Watson

et = residual tahun t

et-1 = residual 1 tahun sebelumnya

Nilai uji Durbin-Watson disebut dengan DWhitung. Nilai DW hitung

tersebut akan dibandingkan dengan kriteria penerimaan atau penolakan

yang akan dibuat dengan nilai dL dan dU ditentukan berdasarkan jumlah

variabel bebas dalam model regresi (k) dan jumlah sampelnya (n). Nilai

dL dan dU dapat dilihat pada Tabel DW dengan tingkat signifikansi

(error) 5% (α = 0,05).

Hipotesis untuk uji Autokorelasiadalah:

H0: tidak ada autokorelasi

Ha : ada autokorelasi

40
Tabel 3. 3
Durbin Watson d test: Pengambilan Keputusan
Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 > d > dL


Tidak ada autokorelasi positif No decision dL ≤ d ≤ dU
Tidak ada autokorelasi negative Tolak 4 –dL< d <4
Tidak ada autokorelasi negative No decision 4 –dU ≤ d ≤ 4 –dL
Tidak ada autokorelasi positif Tidak ditolak dU < d < 4 –dU
atau negative

dU: Durbin-Watson Upper (batas atas)

dL: Durbin-Watson Lower (batas bawah)

1. Bila nilai DW hitung terletak antara batas atas (dU) dan (4 –dU),

maka koefisien autokorelasi sama dengannol, maka artinyatidak

adaautokorelasi.

2. Bila nilai DW hitung < batas bawah (dL), maka koefisien autokorelasi

lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif.

3. Bila nilai DW hitung > (4 –dL), maka koefisien autokorelasi lebih

kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW hitung terletak di antara batas atas (dU) dan batas

bawah (dL) atau DW terletak antara (4 –dU) dan (4 –dL), maka

hasilnya tidak dapat disimpulkan (Ghozali, 2013:38).

3.6.1.4 Uji Normalitas

Dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Adapun uji normalitas

yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov

untuk menguji kebaikan sesuai (goodness of fit). Dalam hal ini yang

41
diperhatikan adalah tingkat kesesuaian antara distribusi nilai sampel dengan

distribusi nilai teoritis tertentu (normal, uniform, eksponensial atau poisson).

3.6.2 Pengujian Hipotesis

Untuk melakukan pengujian hipotesis dilakukan pengujian secara

parsial dan simultan. Pengujian tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:

3.6.2.1 Analisis Regresi Linier Sederhana

Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secara linear

antara satu variabel independen (X) dengan variabel dependen

(Y).Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen apakah positif atau negatif dan

untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel

independen mengalami kenaikan atau penurunan. Teknik analisis ini

sangat dibutuhkan dalam berbagai pengambilan keputusan baik dalam

perumusan kebijakan manajemen maupun dalam telaah ilmiah.

Hubungan fungsi antara satu variabel dependent dengan satu

variabel independent dapat dilakukan dengan analisis regresi linier

sederhana, dimana Profitabilitas sebagai variabel dependent sedangkan

Cash Conversion Cycle sebagai variabel independent. Persamaan

regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

42
Y = a + β1 X + e

Dimana :

α = Konstanta

β = Koefisien regresi

Y = Net interest margin

X = Financing to asset ratio

e = Standard error

3.6.2.2 Uji t-statistik

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui secara parsial

pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel

dependen.Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2016).Penerapan uji

ini didasarkan pada hipotesis nol (H0) yang akan diuji hipotesis

alternatifnya (Ha). Pengujian dilakukan dengan menggunakan tingkat

signifikansi 0,05 (α = 5%). Dasar pengambilan keputusan pada uji

statistik t adalah sebagai berikut:

• Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (sig < 0,05) maka

hipotesis terdukung, yang berarti secara individual variabel

independen memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.

43
• Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (sig > 0,05) maka

hipotesis tidak terdukung, yang berarti secara individual variabel

independen tidak memiliki pengaruh terhadap variabel dependen.

3.6.2.3 Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Nilai koefisien determinasi ditunjukkan dengan nilai Adjusted

R Square bukan R Square dari model regresi karena R Square bias

terhadap jumlah variabel dependen yang dimasukkan ke dalam model,

sedangkan Adjusted R Square dapat naik turun jika suatu variable

independen ditambahkan dalam model (Ghozali, 2018:36).

3.6.2.4 Moderated Regression Analysis (MRA)

Moderated Regression Analysis (MRA) atau uji interaksi

merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear dimana dalam

persamaan regresinya mengandung unsur interaksi (perkalian dua atau

lebih variabel independen).Hubungan fungsi antara satu variabel

dependent dengan lebih dari satu variabel independent dapat dilakukan

dengan analisis regresi linier berganda, dimana Primary ratio sebagai

variabel dependen sedangkan Net Interest Margin sebagai variabel

independen dan Risk Aversion sebagai variabel moderasi. Persamaan

regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = a + β1 X + β2 X Z + e

44
Dimana : α = Konstanta

β = Koefisien regresi

Y = Profitabilitas
X = Cash Conversion Cycle
Z = Firm Size
e = Standard error

45
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Tarmidzi dan Kusumo. (2003). Analisis Rasio-Rasio Keuangan Sebagai


Indikator Dalam Memprediksi Potensi Kebangkrutan Perbankan di Indonesia.
Media Ekonomi dan Bisnis. Vol 15 No. 1.
Abdullah (2004), Kemampuan Bank, Bogor: Ghalia Indonesia.
Ali, Masyhud. (2004). Asset Liability Management, Menyiasati Risiko Pasar dan
Risiko Operasional dalam Perbankan.Jakarta: PT. Elex Media Kompetindo
Kelompok Gramedia.
Ariyanto, Taufik. (2011). Faktor Penentu Net Interest MarginPerbankan Indonesia.
Finance and Banking Journal. Vol 13 No. 1.
Achmad danKusumo,(2013), Net Interst Margin,Jakarta: Bumiaksara.
Darmawi, Herman. (2012).Manajemen Perbankan. Jakarta: Bumiaksara.
Dendawijaya, Lukman. (2005). Manajemen Perbankan.Edisi Kedua. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Ghozali, Imam. (2018). Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM
SPSS 25 (Edisi 8). Cetakan ke VIII. Semarang : Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Ghozali, (2018:36), Koefisien Determinasi (Adjusted R2). Edisi 8). Cetakan ke
VIII. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hasibuan, Melayu SP. (2005). Dasar-dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara.
Hidayat, Taufik., Hamidah., & Mardiyati, Umi.(2012). Analisis Pengaruh
Karakteristik Bank dan Inflasi Terhadap Net Interest MarginStudi Kasus Pada
Bank Konvensional Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-
2010. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI), Vol. 3 No.1.
Ismail. (2010). Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju Aplikasi.Jakarta:
Kencana
Kuncoro, Mudrajad. & Suhardjono. (2011). Manajemen PerbankanTeori dan
Aplikasi. Yogyakarta: BPFE.
Kasmir (2008),Lembaga Perbankan, Yogyakarta: BPFE
Nijhawan dan Taylor (2005), Manajemen Perbankan Dari Teori Menuju
Aplikasi.Jakarta: Purwokerto
Suteja dan Gunardi, (2016:39), Model Regresi Linier, Yogyakarta: BPFE.

46
Sigit dan Budisantoso (2016),Fungsi-fungsi Bank, Jakarta: Bumi Aksara.
Saunders dan Schumacher (2000), Keagenan Bank , Jakarta.

Sugiyono, (2018:23), Metode Purposeve Sampling, Jakarta: Bumi Aksara.


Sudjana, (2016:12), Teknik Pemilihan Populasi, Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.

47
LAMPIRAN
PEMILIHAN SAMPEL
Perusahaan Yang
Perusahaan Yang Perusahaan Yang Perusahaan Yang
Menyatakan
No. Terdaftar di BEI Menyediakan Memiliki Sampel
Laporan Dalam
2016-2019 Laporan Lengkap Kelengkapan Data
Satuan Rupiah
1. AGRO √ √ √ Sampel 01
2. AGRS - √ - X
3. BABP √ - - X
4. BACA - √ - X
5. BBCA √ √ √ Sampel 02
6. BBHI √ √ - X
7. BBKP √ √ √ Sampel 03
8. BBMD √ √ √ Sampel 04
9. BBNI √ √ √ Sampel 05
10. BBRI √ √ √ Sampel 06
11. BBTN √ √ √ Sampel 07
12. BBYB √ √ √ Sampel 08
13. BCIC √ √ - X
14. BDMN √ √ √ Sampel 09
15. BEKS √ √ - X
16. BINA √ √ √ Sampel 10
17. BJBR √ √ √ Sampel 11
18. BJTM √ √ - X
19. BKSW - √ - X
20. BMAS √ √ √ Sampel 12
21. BMRI √ √ √ Sampel 13
22. BNBA √ √ √ Sampel 14
23. BNGA √ √ √ Sampel 15
24. BNII √ √ √ Sampel 16
25. BNLI √ √ √ Sampel 17
26. BRIS √ √ - X
27. BSIM √ √ √ Sampel 18
28. BSWD √ √ - X
29. BTPN √ √ √ Sampel 19
30. BVIC √ √ √ Sampel 20
31. DNAR √ √ - X
32. INPC √ √ - X
33. MAYA √ √ √ Sampel 21
34. MCOR √ √ - X
35. MEGA - - - X

48
36. NISP √ √ √ Sampel 22
37. NOBU √ √ √ Sampel 23
38. PNBN √ √ √ Sampel 24
39. PNBS √ √ √ Sampel 25
40. SDRA √ √ - X

49
LAMPIRAN
SAMPEL PERUSAHAAN
No. Kode Emiten Nama Emiten
1. AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk
2. BBCA Bank Central Asia Tbk
3. BBKP Bank Bukopin Tbk
4. BBMD Bank Mestika Dharma Tbk
5. BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
6. BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
7. BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
8. BBYB Bank Neo Commerce Tbk
9. BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk
10. BINA Bank Ina Perdana Tbk
11. BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk
12. BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk
13. BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk
14. BNBA Bank Bumi Arta Tbk
15. BNGA Bank CIMB Niaga Tbk
16. BNII Bank Maybank Indonesia Tbk
17. BNLI Bank Permata Tbk
18. BSIM Bank Sinarmas Tbk
19. BTPN Bank BTPN Tbk
20. BVIC Bank Victoria International Tbk
21. MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk
22. NISP Bank OCBC NISP Tbk
23. NOBU Bank Nationalnobu Tbk
24. PNBN Bank Pan Indonesia Tbk
25. PNBS Bank Panin Dubai Syariah Tbk

50
51

Anda mungkin juga menyukai