Anda di halaman 1dari 38

STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA USIA BALITA AN. A


DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIARE DI UNIT PELAKSANA TEKNIS
(UPT) PUSKESMAS KALAMPANGAN

Oleh
Dila
NIM 2020-01-14401-010

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
TAHUN 2023
STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA USIA BALITA AN. A


DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIARE DI UNIT PELAKSANA TEKNIS
(UPT) PUSKESMAS KALAMPANGAN

Dibuat Sebagai Syarat Dalam Menempuh Ujian Praktik Kerja Lapangan Pada
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya

Oleh
Dila
NIM 2020-01-14401-010

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN
TAHUN 2023
SURAT PERNYATAAN

Saya Bersumpah Bahwa Laporan Asuhan Keperawatan Ini Adalah Hasil Karya
Sendiri Dan Belum Pernah Dikumpulkan Oleh Orang Lain Untuk Memperoleh
Gelar Dari Berbagai Jenjang Pendidikan Di Perguruan Tinggi Manapun.

Palangka Raya, 03 April 2023

Yang Menyatakan,

(Dila)
HALAMAN PENGESAHAN
Diajukan oleh:
Nama : : Dila

NIM : 2020-01-14401-010

Program Studi : Diploma Tiga Keperawatan

Judul Askep : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada


Keluarga Usia Balita An. A Dengan Diagnosa Medis
Diare di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas

Ditetapkan di : Palangka Raya

Tanggal : 03 April 2022

Dibuat Sebagai Syarat dalam Menempuh Ujian Praktik Kerja Lapangan Pada
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya

Pembimbing I Pembimbing II

Kepala Prodi Diploma Tiga Keperawatan

(Siti Santy Sianipar, S.Kep., M.Kes.) (Endang Lestari, S.Kep., Ns.)

(Vina Agustina, S.Kep., Ns., M.Kep.)


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Laporan Pendahuluan dan Asuhan
Keperawatan Pada Keluarga Usia Balita An. A Dengan Diagnosa Medis Diare di
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Kalampangan ini dapat selesai tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari Laporan Pendahuluan ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
sehingga dalam penulisan berikutnya dapat meningkatkan kualitasnya.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Pendahuluan Asuhan
Keperawatan ini. Semoga Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.

Palangka Raya, 03 April 2023

(Dila)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan
masalah dalam laporan pendahuluan ini adalah : Bagaimana pemberian asuhan
keperawatan dengan Diare pada An.A di UPT Puskesmas Kalampangan?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman
langsung tentang bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan pada pasien Diare
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa dapat melengkapi Asuhan Keperawatan pada An. A dengan
diagnose medis Diare.
1.3.2.2 Mahasiswa dapat melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnose medis
Diare
1.3.2.3 Mahasiswa dapat menganalisa kasus dan merumuskan masalah keperawatan
pada pasien dengan diagnose medis Diare
1.3.2.4 Mahasiswa dapatmenyusun asuhan keperawatan yang mencakup intervensi
pada pasien dengan diagnose medis Diare.
1.3.2.5 Mahasiswa dapatmelakukan implementasi atau pelaksanaan tindakan
keperawatan pada pasien dengan diagnose medis Diare
1.3.2.6 Mahasiswa dapat mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan yang
diberikan kepada pasien dengan diagnose medis Diare
1.3.2.7 Mahasiswa dapat mendokumentasikan hasil dari asuhan keperawatan yang
telah dilaksanakan pada pasien dengan diagnose medis Diare
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi DIII Keperawatan Stikes
Eka Harap Palangka Raya.
1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan diagnosa
medis Diare secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan mandiri.
1.4.3 Bagi Institusi
3.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan tentang Diare dengan Asuhan Keperawatannya.
3.4.3.1 Bagi Institusi Rumah Sakit
Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan Meningkatkan
mutu pelayanan perawatan di Puskesmas Kalampangan kepada pasien dengan
diagnosa medis Diare melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan secara
komprehensif.
1.4.4 Bagi IPTEK
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan pada pasien dengan diagnose medis
Diare yang berguna bagi status kesembuhan klien.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Konsep Dasar Keluarga


2.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan. (Depkes RI 2012).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-
masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. (Salvicion G bailon dan
Aracelis Maglaya 2017).
Dari kedua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah :
1. Unit terkecil masyarakat
2. Terdiri dari dua orang atau lebih
3. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
4. Hidup dalam satu rumah tangga
5. Di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga
6. Berinteraksi diantara sesame anggota keluarga
7. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
8. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.
2.1.2 Tipe Keluarga
1. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak.
2. Keluarga besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman,
bibi dan sebagainya.
3. Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
4. Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
6. Keluarga kabitas (Cahabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
2.1.3 Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
e. Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan suami atau istri
2.1.4 Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
keluarga, kelompok dan masyarakat.Berbagai peranan yang terdapat di dalam
keluarga adalah sebagai berikut :
1) Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2) Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lngkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3) Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai tingkat perkembangannya
baik fisik, mental, social dan spiritual
2.1.5 Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :
1. Fungsi Biologis
a Untuk meneruskan keturunan
b Memelihara dan membesarkan anak
c Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d Memelihara dan merawat anggota keluarga
2. Fungsi Psikologis
a Memberikan kasih saying dan rasa aman
b Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi sosialisasi
a Membina sosialisasi pada anak
b Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak
c Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
4. Fungsi ekonomi
a Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
b Pengaturan penggunaan pengahasilan keluarga untuk memnuhi kebutuhan
keluarga
c Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan
datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
5. Fungsi pendidikan
a Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilkinya.
b Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan dating dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
2.1.6 Ciri-ciri Keluarga
1. Diikat dalam suatu tali perkawinan
2. Ada hubungan darah
3. Ada ikatan batin
4. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya
5. Ada pengambil keputusan kerjasama diantara anggota keluarga
6. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
7. hinggal dalam suatu rumah.
2.1.7 Tahap-tahap Perkembangan Keluarga
Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai berikut :
1. Tahap pembentukan keluarga
Tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam membentuk rumah
tangga
2. Tahap menjelang kelahiran anak
Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi
penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang
merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.
3. Tahap menghadapi bayi
Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang
kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung
kepada kedua orangtuanya. Dan kondisinya masih sangat lemah.
4. Tahap menghadapi anak prasekolah
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai
bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan,
karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase
ini anak sangat sensitive terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga
adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan, norma-norma agama,
norma-norma social budaya dan sebagainya.
5. Tahap menghadapi anak sekolah
Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari
anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara
teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan
umum anak.
6. Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini adalah tahap yan paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan
mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri
tauladan dari kedua orangtua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling
pengerti antara kedua orangtua dengan anak perlu dipelihara dan
dikembangkan.
7. Tahap melepaskan anak ke masyarakat
Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan
pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke
masyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap
ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga
8. Tahap berdua kembali
Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri,
tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi
dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi
dan stress.
9. Tahap masa tua
Tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orangtua mempersiapkan diri
untuk meninggalkan dunia yang fana ini.
2.1.8 Tugas-tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3) Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya
masing-masing
4) Sosialisasi antar anggota keluarga
5) Pengaturan jumlah anggota keluarga
6) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
7) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
8) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga
2.1.9 Tugas-tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling
memelihara. 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga, yaitu :
1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
3. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang
tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu
muda.
4. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga
5. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan Lembaga-
lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
fasilitas kesehatan yang ada.
2.1.10 Kelompok Keluarga Risiko Tinggi
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, yang menjadi prioritas
utama adalah keluarga-keluarga yang tergolong risiko tinggi dalam bidang kesehatan,
meliputi:
1. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah
sebagai berikut :
1) Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah
2) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri
3) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga dengan penyakit
keturunan
2. Keluarga dengan ibu dengan risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil :
1) Umur ibu (16 tahun atau lebih 35 tahun)
2) Menderita kekurangan gizi/anemia, hipertensi
3) Primipara atau multipara
4) Riwayat persalinan dengan komplikasi
3. Keluarga dimana anak manjadi risiko tinggi, karena :
1) Lahir premature/BBLR
2) Berat badan sukar naik
3) Lahir dengan cacat bawaan
4) ASI kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi
5) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya.
4. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga
1) Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan
2) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga sehingga sering
timbul cekcok dan ketegangan
3) Ada anggota keluarga yang sering sakit
2.2. Konsep Dasar Penyakit
2.2.1 Pengertian
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan
konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih
sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari. (DEPKES RI, 2011).
Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feses.
Seseorang dikatakan menderita diare bila feses lebih berair dari biasanya, dan bila
buang air besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak
berdarah dalam waktu 24 jam. (Dinkes, 2016).
2.2.1 Anatomi Fisiologi
Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.
2.2.3 Etiologi
Diare terjadi karena adanya Infeksi (bakteri, protozoa, virus, dan parasit)
alergi, malabsorpsi, keracunan, obat dan defisiensi imun adalah kategori besar
penyebab diare. Pada balita, penyebab diare terbanyak adalah infeksi virus terutama
Rotavirus (Permatasari, 2012).
1) Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70-80%). Beberapa
jenis virus penyebab diare akut antara lain Rotavirus serotype 1,2,8, dan 9
pada manusia, Norwalk Virus, Astrovirus, Adenovirus (tipe 40,41), Small
bowel structure virus, Cytomegalovirus.
2) Bakteri
Enterotoxigenic E.coli (ETEC), Enteropathogenic E.coli (EPEC).
Enteroaggregative E.coli (EaggEC), Enteroinvasive E coli (EIEC)
Enterohemorragic E.coli (EHEC), Shigella spp., Camphylobacterjejuni
(Helicobacter jejuni), Vibrio cholera 01, dan V. Cholera 0139, salmonella
(non-thypoid).
3) Parasit
Protozoa, Giardia lambia, Entamoeba histolityca, Balantidium coli,
Cryptosporidium, Microsporidium spp., Isospora belli, Cyclospora
cayatanensis.
4) Heliminths
Strongyloides sterocoralis, Schitosoma spp., Capilaria philippinensis,
Trichuris trichuria.
5) Non Infeksi
Malabsorbsi, keracunan makanan, alergi, gangguan motilitas, imonodefisiensi,
obat dan lain-lain.
2.2.4 Patofisiologi
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik
(makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga
usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi
rongga usus berlebihan sehingga timbul diare). Selain itu menimbulkan gangguan
sekresi akibat toksin didinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian menjadi diare. Gangguan motilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit
(dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis
metabolik dan hypokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih),
hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah (Zein dkk, 2004).
Menurut Tanto dan Liwang (2006) dan Suraatmaja (2007), proses terjadinya
diare disebabkan oleh berbagai factor diantaranya :
1) Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam
saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel
mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus.
Selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan
gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan
adanya toksin bakteri akan menyebabkan transpor aktif dalam usus sehingga sel
mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat.
2) Faktor malabsorpsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorpsi yang mengakibatkan tekanan
osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus
yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
3) Faktor makanan
Faktor ini dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan
baik. Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan
penurunan kesempatan untuk menyerap makan yang kemudian menyebabkan
diare.
4) Faktor psikologis
Faktor ini dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang
akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat
menyebabkan diare.
2.2.5 Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir dan tidak
menutup kemungkinan diikuti keluarnya darah, anus lecet, dehidrasi (bila terjadi
dehidrasi berat maka volume darah berkurang, nadi cepat dan kecil, denyut
jantung cepat, tekanan darah turun, keadaan menurun diakhiri dengan syok), berat
badan menurun, turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun cekung, mulut dan
kulit menjadi kering (Octa dkk, 2014).
2.2.6 Komplikasi
Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi beberapa
hal sebagai berikut.
a. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan
(input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme
lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya
penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme
yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal
(terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan
ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.
c. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih sering pada
anak yang sebelumnya telah menderita Kekurangan Kalori Protein (KKP). Hal
ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen
dalam hati dan adanya gangguan etabol glukosa. Gejala hipoglikemia akan
muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 % pada bayi dan 50 %
pada anak-anak.
d. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan
oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah
yang bertambah hebat, walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan
pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama, makanan yang
diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.
e. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera
diatasi klien akan meninggal.
Menurut Ngastiyah (2014) sebagai akibat diare baik akut maupun kronik
akan terjadi kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibatkan
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolis, hipokalemia), gangguan
gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah), hipoglikemia,
gangguan sirkulasi darah.
2.2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Wijayaningsih, 2013:82) adalah :
1) Pemeriksaan tinja.
a. Makroskopis dan mikroskopis.
b. PH dan kadar gula dalam tinja.
c. Bila perlu diadakan uji bakteri.
2) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah,
dengan menentukan pH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3) Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal
ginjal.
4) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan posfat.
Menurut (Sudoyo, 2009:552) Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau
toksisitas berat atau diare berlangsung lebih dari beberapa hari, diperlukan
beberapa pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut adalah pemeriksaan darah
tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar
elektrolit serum, ureum, dan kreatinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan
Enzym-linkid immunnosorbent assay (ELISA) mendeteksi giardiasis dan test
serologic amerbiasis, dan foto x-tray abdomen
2.2.7 Penatalaksanaan
Penalaksanaan pasien diare akut dimulai dengan terapi simptomatik,
seperti rehidrasi dan penyesuaian diet. Terapi simptomatik dapat diteruskan
selama beberapahari sebelum dilakukan evaluasi lanjutan pada pasien tanpa
penyakit yang berat, terutama bila tidak dijumpai adanya darah samar dan leukosit
pada fesesnya (Medicinus, 2009). 1) Terapi Farmakologik a. Antibiotik
Antibiotik diberikan jika terdapat indikasi seperti kolera, diare berdarah, atau
diare dengan disertai penyakit lain (Depkes RI, 2011).
Menurut Suraatmaja (2007), pengobatan yang tepat terhadap penyebab diare
diberikan setelah diketahui penyebab diare dengan memperhatikan umur
penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja. Pada penderita diare, antibiotic boleh
diberikan bila :
a) Ditemukan bakteri patogen pada pemeriksaan mikroskopik dan
atau biakan.
b) Pada pemeriksaan mikroskopis dan atau mikroskopis ditemukan
darah pada tinja.
c) Secara kinis terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi
maternal.
d) Di daerah endemic kolera.
e) Neonatus yang diduga infeksi nosokomial
b. Obat antipiretik
Menurut Suraatmaja (2007), obat antipiretik seperti preparat salisilat (asetosol,
aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/ tahun/ kali) selain berguna untuk
menurunkan panas akibat dehidrai atau panas karena infeksi, juga mengurangi
sekresi cairan yang keluar bersama tinja.
c. Pemberian Zinc
Pemberian zinc selama diare terbuki mampu mengurangi lama dan tingkat
keparah diare, mengurangi frekuensi buang air besar (BAB), mengurangi
volume tinja, serta menurunkan kekambuhan diare pada tiga bulan berikutnya
(Lintas diare, 2011).
Terapi rehidrasi oral terdiri dari rehidrasi yaitu mengganti kehilangan air
dan elektrolit: terapi cairan rumatan yaitu menjaga kehilangan cairan yang sedang
berlangsung. Bahkan pada kondisi diare berat, air dan garam diserap terus
menerus melaui absorbsi aktif natrium yang ditingkatkan oleh glukosa dalam usus
halus. Larutan-larutan pengganti oral akan efektif jika mengandung natrium,
kalium, glukosa, dan air dalam jumlah yang seimbang, glukosa diperlukan untuk
meningkatkan absorbsi elektrolit (Wiffen, 2014).
Oralit diberikan untuk mengganti cairan elektrolit yang banyak dibuang
dalam tubuh yang terbuang pada saat diare. Meskipun air sangat penting untuk
mencegah dehidrasi, air minum tidak mengandung garam elektrolit yang
diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga
lebih diutamakan oralit. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam
oralit dapat diserap dengan baik oleh usus penderita diare (Depkes RI, 2011).

2) Terapi Non Farmakologi Diare


Pencegahan Diare dapat diupayakan melalui berbagai cara umum dan
khusus/imunisasi. Termaksut cara umum antara lain adalah peningkatan higiene
dan sanitasi karena peningkatan higiene dan sanitasi dapat menurunkan insiden
diare, jangan makan sembarangan terlebih makanan mentah, mengonsumsi air
yang bersih dan sudah direbus terlebih dahulu, mencuci tangan setelah BAB dan
atau setelah bekerja. Memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan dan diteruskan
sampai 2 tahun. Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur, untuk
mencegah dehidrasi bila perlu diberikan infus cairan untuk dehidrasi. Buang air
besar dijamban, Membuang tinja bayi dengan Dengan benar Memberikan
imunisasi campak (Kasaluhe et al, 2015).
2.3 Manajemen Keperawatan
2.3.1 Pengkajian
Anamnesis: pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir,
umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua,
dan penghasilan.
1) Keluhan Utama
Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali
sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan
cair (dehidrasi ringan/ sedang), atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan kemungkinan
timbul diare.
b) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah.
Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Adanya riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan
(antibiotik), makan makanan basi, karena faktor ini merupakan salah
satu kemungkinan penyebab diare.
b) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2
tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi
sebelumnya, selama, atau setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk
melihat tanda dan gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti
OMA, tonsilitis, faringitis, bronkopneumonia, dan ensefalitis
(Nursalam, 2008).

4) Riwayat Kesehatan Keluarga


Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang dapat
menular ke anggota keluarga lainnya. Dan juga makanan yang tidak
dijamin kebersihannya yang disajikan kepada anak. Riwayat keluarga
melakukan perjalanan ke daerah tropis (Nursalam, 2008; Wong, 2008).
b. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
a) Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar
b) Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
c) Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sadar
2) Berat badan
3) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi,
ubunubunnya biasanya cekung.
b) Mata
Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya
normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang kelopak
matanya cekung (cowong). Sedangkan apabila mengalami dehidrasi
berat, kelopak matanya sangat cekung.
c) Hidung
Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak
sianosis, tidak ada pernapasan cuping hidung.
d) Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.
e) Mulut dan Lidah
(1) Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah
(2) Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering
(3) Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering
f) Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada
kelainan pada kelenjar tyroid.
g) Thorak
1) Jantung
a) Inspeksi
Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
b) Auskultasi
Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare
dehidrasi ringan atau sedang denyut jantung pasien normal
hingga meningkat, diare dengan dehidrasi berat biasanya pasien
mengalami takikardi dan bradikardi.
2) Paru-paru
Inspeksi :
Diare tanpa dehidrasi biasanya pernapasan normal, diare dehidrasi
ringan pernapasan normal hingga melemah, diare dengan dehidrasi
berat pernapasannya dalam.
h) Abdomen
1) Inspeksi
Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.
2) Palpasi
Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada pasien
diare dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi
berat kembali > 2 detik.
3) Auskultasi
Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya meningkat.
i) Ekstremitas
Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal,
akral teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT kembali
< 2 detik, akral dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT kembali > 2
detik, akral teraba dingin, sianosis.
j) Genetalia
Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan
pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.
c. Pemeriksaan laboratarium
1) Pemeriksaan laboratrium
a) Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum
Biasanya penderita diare natrium plasma > 150 mmol/L, kalium > 5
mEq/L
b) Pemeriksaan urin
c) Pemeriksaan tinja Biasanya tinja pasien diare ini mengandung
sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat.
d) Pemeriksaan pH
2) Pemeriksaan penunjang\
Endoskopi, Radiologi dan pemeriksaan lanjutan..
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pada data pengkajian, diagnose keperawatan, bagi pasien dapat
mencakup yang berikut:
1) Diare berhubungan dengan infeksi Virus, Parasit, Bakteri,
Mikroorganisme. SDKI, D.0020 Hal. 58
2) Resiko Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan, dehidrasi.
SDKI, D.0034 Hal.85
3) Risiko Ketidakseimbangan Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan.
SDKI, D.0036 Hal.87
4) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi
nutrien, peningkatan kebutuhan metabolisme. SDKI, D.0019 Hal.56
5) Gangguan Pertukaran Gas berhubungan dengan sesak. SDKI, D.0003
Hal.22
2.2.3 Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi
1. Diare berhubungan dengan infeksi - Kontrol pengeluaran feses Observasi
Virus, Parasit, Bakteri, meningkat
- Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi
Mikroorganisme. - Distensi abdomen menurun gastrointestinal, iritasi gastrointestinal, proses
SDKI, D.0020 Hal. 58 - Nyeri abdomen menurun infeksi, malabsorpsi, ansietas, stres, efek
- Konsistensi feses membaik obatobatan, pemberian botol susu)
- Frekuensi defekasi membaik - Identifikasi riwayat pemberian makanan
- Identifikasi gejala invaginasi (mis. tangisan
- Peristaltik usus membaik
keras, kepucatan pada bayi)
SLKI, L.04033 Hal. 23
- Monitor warna, volume, frekuensi, dan
konsistensi tinja
- Monitor tanda dan gejala hypovolemia (mis.
takikardia, nadi teraba lemah, lekaran turun,
turgor kullit turun, mukosa mulut kering, CRT
melambat, BB menurun)
- Monitor iritasi dan ulserasi kulit di daerah
perianal Monitor jumlah pengeluaran dlare
- Monitor keamanan penyiapan makanan
Terapeutik

- Berikan asupan cairan oral (mis. larutan garam


gula, oralit, pedialyte, renalyte)
- Pasang Jalur intravena
- Berikan cairan intravena (mis. ringer asetat,
ringer laktat), jika perlu
- Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah lengkap dan elektrolit
- Ambil sampel feses untuk kultur, jika perlu
Edukasi

- Anjurkan makanan porsi kecil dan sering


secara bertahap
- Anjurkan menghindari makanan pembentuk
gas, pedas dan mengandung laktosa
- Anjurkan melanjutkan pemberian ASI
Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian obat antimotilitas


(mis. loperamide, difenoksilat)
- Kolaborasi pemberian obat antispasmodic
/spasmolitik (mis. papaverin, ekstak bela
mebeverine)
- Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
(mis, atapulgit, smektit, kaclin-pektin)
SIKI, 1.03101. Hal. 164
2. Resiko Hipovolemia berhubungan - Frekuensi nadi membaik Observasi
dengan kehilangan cairan, - Turgor kulit meningkat
dehidrasi. - Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
- Pengisian vena meningkat frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
SDKI, D.0034 Hal.85
- Intake caian membaik tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
SLKI, L.03028 Hal. 107 turgor kulit menurun, membran mukosa kering,
volume urin menurun, hematokrit meningkat,
haus, lemah)
- Monitor intake dan output cairan Terapeutik

- Hitung kebutuhan cairan


- Berikan posisi modified Trendelenburg
- Berikan asupan cairan oral Edukasi

- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral


- Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV Isotonis
(mis.
NaCl, RL)
- Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis
(mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
- Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
albumin, Plasmanate)
- Kolaborasi pemberian produk darah SIKI,
I.03116 Hal. 184

3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan - Dehidrasi menurun Observasi


berhubungan dengan kehilangan - Mata cekung membaik
cairan. - Monitor status hidrasi (mis. frekuensi nadi,
- Turgor kulit membaik
SDKI, D.0036 Hal.87 akral, pengisian kapiler, kekuatan nadi,
- Berat badan membaik kelembapan
SLKI, L.08064 Hal. 110 mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
- Monitor berat badan harian
- Monitor berat badan sebelum dan sesudah
dialisis Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
(mis. hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urine,
BUN)
- Monitor status hemodinamik (mis. MAP,
CVP,
PAP, PCWP jika tersedia)
Terapeutik
- Catat intake-output dan hitung balans cairan
24 jam Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
- Berikan cairan intravena, jika perlu

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu SIKI,
I.03098 Hal. 159
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan - Porsi makanan yang dihabiskan Observasi
ketidakmampuan mengabsorbsi meningkat
nutrien, peningkatan kebutuhan - Identifikasi status nutrisi
- Nyeri abdomen menurun
metabolisme. - Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
SDKI, D.0019 Hal.56 - Diare menurun
- Identifikasi makanan yang disukai
- Berat badan membaik
- Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
- Indeks Masa Tubuh (IMT) nutrien
membaik
- Identifikasi perlunya penggunaan selang
- Frekuensi makan membaik
nasogastrik
- Nafsu makan membaik
- Monitor asupan makanan
- Bising usus membaik
- Monitor berat badan
SLKI, L.03030 Hal. 121
- Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik

- Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika


perlu
- Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
piramida makanan)
- Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesual Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
- Berikan suplemen makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogatrik jika asupan oral dapat ditolerans
Edukasi

- Anjurkan posial duduk, jika mampu


- Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian medikasl sebelum


makan (mis, pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahll gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuh jika perlu
SIKI, I.03119 Hal. 200

5. Gangguan Pertukaran Gas - Tingkat kesadaran meningkat Observasi


berhubungan dengan sesak. - Pusing menurun
SDKI, D.0003 Hal.22 - Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
- Gelisah menurun
- Pola napas membaik - Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
SLKI, L.01003 Hal. 94 hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-Stokes, Biot,
ataksik)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD - Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik

- Atur interval pemantauan respirasi sesuai


kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi

- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan


- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu SIKI,
I.01014 Hal. 247
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi dalam keperawatan adalah kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan , untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukurhasil dari proses keperawatan.Untuk
mempermudah proses mengevaluasi/ memantau perkembangan klien. Digunakan
komponen SOAP menurut (Lisa & Heni ) adalah sebagai berikut:
1. S : data sujektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
2. O : data objektif
Data berdasarkan hasil pengkajian atau observasi perawat secara langsung
kepada pasien dan yang dirasakan pasien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
3. A : analisa
Merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi,
atau juga dapat dilakukan suatu masalah / diagnosis baru yang terjadi
akibat perubahan status kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanta
dalam data subjektif dan objektif
4. P : Planning
Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan dihentikan, dimodifikasi atau
ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan
sebelumnya, tindakan yang telah menunjukkan hasil yang memuaskan data tidak
memerlukan tindakan ulang pada umumnya dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2018). Konsep dasar keperawatan.Jakarta:EGC


Deswani. (2019). Proses keperawatan dan berfikir kritis.Jakarta: Salemba Medika
Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Felicia Risca Ryandini, elly Nurachmah, Tuti Herawati, Muhammad Adam, Rita
Sekar Sari. (2016). “Penerapan Teori Self Care Untuk Mengatasi
Intoleransi Aktivitas Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler”. Fakultas IlmuKeperawatan Universitas Indonesia : Hal.
1-8
Gracia Herni Pertiwi. (2017). “Hubungan Tekanan Darah Dengan Tingkat
Kecemasan Pada Lansia Santa Angela Di Samarinda”. Media Sains,
Volume 10Nomor 1, April2017. ISSN ELEKTRONIK 2355-9136
Hidayat, Aziz, A., Uliyah, Musrifatul. (2019). Pengantar kebutuhan dasar
manusia. Jakarta: Salemba Medika
Hawari, Dadang. (2013). Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta :
Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Manuaba, Ida A.C. (2013). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk
Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta : EGC
Mubarok, Wahit., Chayatin, Nurul. (2018). Buku ajar kebutuhan dasar manusia
teori
& aplikasi dalam praktik.Jakarta: EGC
Nurarif, H, A., Kusuma, Hardhi. (2018). Asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis
Ni Putu Sumartini1,Ilham Miranti2. (2016). “Pengaruh Slow Deep Breathing
Terhadap Tekanan Darah Lansia Hipertensi Di Puskesmas Ubung Lombok
Tengah”. Integrated Nursing Journal p-ISSN:2406-9698(Print)e-ISSN:
2685-0710 (Online)
PPNI. (2017). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.
PPNI. (2017). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
Richard K. Kati, Hendri Opod, Cicilia Pali. 2015. Gambaran Emosi dan Tingkat
Kecemasan pada Pasien Hipertensi di Puskesmas Bahu. Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado. Pudiastuti, Ratna, Dewi.(2017). Waspadai penyakit pada anak.
Jakarta: Indeks
Tri Cahyo Sepdianto , Elly Nurachmah, Dewi Gayatri. (2010). “Penurunan
tekanan darah dan kecemasan melalui latihan slow deep breathing pada
pasien hipertensi primer”. Idea Nursing Journal

Anda mungkin juga menyukai