REGITA TANARA
102015121
ii
KEASLIAN SKRIPSI
(Regita Tanara)
iii
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA FAKULTAS
KEDOKTERAN
Oleh:
Nama : Regita Tanara
NIM : 102015121
Jurusan : Kedokteran Umum
Telah diperiksan dan disetujui untuk diajukan dan dipertahankan dalam ujian komprehensif
guna mencapai gelar Sarjana Strata Satu pada Fakultas Kedokteran Universitas Kristen
Krida Wacana – Jakarta.
Jakarta, 22 Februari 2019
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
iv
Lembar Pengesahan Karya Tulis Akhir (Skripsi)
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat yang telah diberikan
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi dengan judul “Perbedaan
Pengetahuan Ibu Mengenai Asi Eksklusif Sebelum Dan Sesudah Penyuluhan Di
Puskesmas Pekayon Bekasi Provinsi Jawa Barat Tahun 2019” ditujukan untuk
memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Kedokteran pada Fakultas
Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, tugas ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1) dr. Antonius Ritchi Castilani, MSI., DFM selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Ukrida.
2) dr. Handy Winata, M. Biomed., selaku Ka. Prodi Kedokteran
3) dr. Edwin Perdana, SpOG, selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan banyak masukan kepada penulis.
4) dr. Melda Suyana, M. Epid, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan banyak masukan kepada penulis.
5) dr. Irene Maria Elena, Sp.OG, selaku dosen penguji yang telah meluangkan
waktu dan memberikan masukan dalam penyempurnaan skripsi ini
6) Para pengurus puskesmas Pekayon, Bekasi dan para kader posyandu yang telah
mengizinkan dan membantu saya dalam melakukan penelitian di puskesmas
Pekayon, Bekasi.
7) Kedua orang tua saya, keluarga dan teman-teman yang selalu memberikan
dukungan dalam hal moril maupun materil, semangat, saran, dan segala bantuan
teknis selama berjalannya penyusunan skripsi ini.
8) Semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih
untuk segala bantuan dan dukungan yang telah di berikan.
Akhir kata, saya berharap Tuhan yang Maha Esa berkenan membalas semua
kebaikan kalian. Semoga skripsi ini juga dapat membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.
Regita Tanara
vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 15 Februari 2019
Yang menyatakan
( Regita Tanara )
ABSTRAK
PERBEDAAN PENGETAHUAN IBU MENGENAI ASI EKSKLUSIF
SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN DI PUSKESMAS
PEKAYON BEKASI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2019
Regita Tanara
102015121
viii
Abstract
THE DIFFERENCE IN MOTHER'S KNOWLEDGE OF EXCLUSIVE
BREASTFEEDING BEFORE AND AFTER SOCIALIZATION IN
PUSKESMAS PEKAYON, BEKASI, WEST JAVA 2019
Regita Tanara
102015121
ix
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii
PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI
iii
LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS AKHIR (SKRIPSI)
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR DIAGRAM ix
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I PENDAHULUAN
xiii
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah xiv
1.3 Tujuan Penelitian 1
1.3.1 Tujuan Umum
4
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat Penelitian 4
1.4.1 Bagi penulis
4
1.4.2 Bagi pelayanan masyarakat
1.4.3 Bagi institusi 4
2.1. ASI 5
2.1.1 ASI eksklusif
5
2.1.2 Komposisi ASI
2.1.3 Manfaat pemberian ASI 5
2.1.4 Konsep perilaku
x
2.2. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan tentang ASI eksklusif 6
2.2.1. Usia
6
2.2.2. Pekerjaan
2.2.3. Kesibukan 6
2.2.4. Pendidikan 8
2.2.5. Sosial ekonomi
10
2.2.6. Pengetahuan
2.2.7. Budaya
2.2.8. Penyuluhan
11
2.2.9. Pasangan dan keluarga
11
2.3. Masalah – masalah dalam menyusui
2.4. Kerangka teori 12
2.5. Kerangka konsep
13
13
BAB III KERANGKA DAN METODE PENELITIAN
14
3.1. Desain Penelitian
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 14
3.3. Populasi dan subjek penelitian 15
3.3.1. Kriteria inklusi
16
3.3.2. Kriteria ekslusi
3.4. Sampling t 17
Bahan, alat, dan cara pengambilan data
17
3.5.1 Bahan penelitian
3.5.2 Alat penelitian 19
xi
3.10 Definisi operasional 20
xii
30
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 30
5.3 Saran t
DAFTAR PUSTAKA 32
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
halaman 33
34
35
35
36
xiii
37
42
xiv
DAFTAR DIAGRAM
Halaman
Diagram 4.1 Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu mengenai ASI
Eksklusif Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di Wilayah
Puskesmas Pekayon Bekasi Tahun 201926
xv
6
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Ethical Clearance56
Lampiran 2. Kuesioner57
Lampiran 3. Validasi Kuesioner66
Lampiran 4 Karakteristik Responden67
Lampiran 5. Gambaran Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan68
Lampiran 6. Gambaran Tingkat Pengetahuan Setelah Penyuluhan68
Lampiran 7. Gambaran Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan
Menurut Usia68
Lampiran 8. Gambaran Tingkat Pengetahuan Setelah Penyuluhan Menurut Usia69
Lampiran 9.Gambaran Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Menurut
Pekerjaan69
Lampiran 10.Gambaran Tingkat Pengetahuan Setelah Penyuluhan Menurut
Pekerjaan70
Lampiran 11. Gambaran Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Menurut tempat
bekerja54
Lampiran 12. Gambaran Tingkat Pengetahuan Setelah Penyuluhan Menurut Tempat
Bekerja55
Lampiran 13. Gambaran Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Menurut Lama
Bekerja55
Lampiran 14. Gambaran Tingkat Pengetahuan Setelah Penyuluhan Menurut Lama
Bekerja56
Lampiran 15. Gambaran Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Menurut
Kesempatan Menyusui Anak56
Lampiran 16. Gambaran Tingkat Pengetahuan Setelah Penyuluhan Menurut
Kesempatan Menyusui Anak56
Lampiran 17. Gambaran Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Menurut Lama
Waktu Tidak Dapat Menyusui Anak57
Lampiran 18. Gambaran Tingkat Pengetahuan Setelah Penyuluhan Menurut Lama
Waktu Tidak Dapat Menyusui Anak57
Lampiran 19. Gambaran Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Menurut
Perlakuan Ibu Saat Tidak Bersama Anak untuk ASI58
Lampiran 20. Gambaran Tingkat Pengetahuan Setelah Penyuluhan Menurut Perlakuan
Ibu Saat Tidak Bersama Anak untuk ASI58
Lampiran 21. Gambaran Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Menurut
Pendidikan58
Lampiran 22. Gambaran Tingkat Pengetahuan Setelah Penyuluhan Menurut
Pendidikan59
Lampiran 23. Gambaran Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Menurut Sosial
Ekonomi59
Lampiran 24. Gambaran Tingkat Pengetahuan Setelah Penyuluhan Menurut Sosial
Ekonomi59
Halaman
Lampiran 1. Ethical Clearance56
Lampiran 2. Kuesioner57
Lampiran 3. Validasi Kuesioner66
Lampiran 4 Karakteristik Responden67
Lampiran 5. Gambaran Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan68
Lampiran 6. Gambaran Tingkat Pengetahuan Setelah Penyuluhan68
Lampiran 7. Gambaran Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan
Menurut Usia68
Lampiran 8. Gambaran Tingkat Pengetahuan Setelah Penyuluhan Menurut Usia69
Lampiran 9.Gambaran Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Menurut
Pekerjaan69
Lampiran 10.Gambaran Tingkat Pengetahuan Setelah Penyuluhan Menurut
Pekerjaan70
Lampiran 11. Gambaran Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Menurut tempat
bekerja54
Lampiran 12. Gambaran Tingkat Pengetahuan Setelah Penyuluhan Menurut Tempat
Bekerja55
Lampiran 13. Gambaran Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Menurut Lama
Bekerja55
Lampiran 14. Gambaran Tingkat Pengetahuan Setelah Penyuluhan Menurut Lama
Bekerja56
Lampiran 15. Gambaran Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Menurut
Kesempatan Menyusui Anak56
Lampiran 16. Gambaran Tingkat Pengetahuan Setelah Penyuluhan Menurut
Kesempatan Menyusui Anak56
Lampiran 17. Gambaran Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Menurut Lama
Waktu Tidak Dapat Menyusui Anak57
Lampiran 18. Gambaran Tingkat Pengetahuan Setelah Penyuluhan Menurut Lama
Waktu Tidak Dapat Menyusui Anak57
Lampiran 19. Gambaran Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Menurut
Perlakuan Ibu Saat Tidak Bersama Anak untuk ASI58
Lampiran 20. Gambaran Tingkat Pengetahuan Setelah Penyuluhan Menurut Perlakuan
Ibu Saat Tidak Bersama Anak untuk ASI58
Lampiran 21. Gambaran Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Menurut
Pendidikan58
Lampiran 22. Gambaran Tingkat Pengetahuan Setelah Penyuluhan Menurut
Pendidikan59
Lampiran 23. Gambaran Tingkat Pengetahuan Sebelum Penyuluhan Menurut Sosial
Ekonomi59
Lampiran 24. Gambaran Tingkat Pengetahuan Setelah Penyuluhan Menurut Sosial
Ekonomi59
BAB I
PENDAHULUAN
Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu
sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan bayi. Kebutuhan nutrisi bayi sampai 6 bulan
dapat dipenuhi hanya dengan memberikan ASI saja atau yang dikenal dengan “ASI
Eksklusif”. ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan atau cairan lain
(termasuk susu formula) kecuali obat, vitamin, dan mineral lain pada bayi berumur 0-6
bulan.1,2,3
Upaya peningkatan penggunaan ASI telah disepakati secara global. WHO dan
UNICEF dengan Deklarasi Innocenti (1990) dan Konferensi Puncak untuk anak (1991)
menetapkan bahwa untuk mencapai status kesehatan ibu dan anak yang optimal, semua
wanita harus dapat memberikan ASI saja sampai bayi berusia 4-6 bulan (menyusui
secara eksklusif), memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) tepat pada
waktunya dan terus memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun.4
Bayi mendapatkan manfaat yang besar dari ASI. Selain memberikan nutrisi terbaik
yang dibutuhkan bayi, ASI juga berperan penting dalam melindungi dan meningkatkan
kesehatan bayi. UNICEF menyatakan bahwa ASI menyelamatkan jiwa bayi terutama
di negara-negara berkembang. Keadaan ekonomi yang sulit, kondisi sanitasi yang
buruk, serta air bersih yang sulit didapat menyebabkan pemberian susu formula
menjadi penyumbang risiko terbesar terjadap kondisi malnutrisi dan munculnya
berbagai penyakit (seperti diare) akibat penyiapan dan pemberian susu formula yang
tidak higenis. Laporan WHO juga menyebutkan bahwa hampir 90% kematian balita
terjadi di negara berkembang dan lebih dari 40% kematian tersebut disebabkan diare
dan infeksi saluran pernapasan akut, yang dapat dicegah dengan pemberian ASI
eksklusif.5
Data UNICEF tahun 2006 menyebutkan bahwa kesadaran ibu untuk memberikan
ASI di Indonesia baru 14%, itupun diberikan hanya sampai bayi berusia 4 bulan.
Penurunan pemberian atau penggunaan ASI di negara berkembang atau di pedesaan
terjadi karena adanya kecenderungan dari masyarakat untuk meniru sesuatu yang
dianggapnya modern yang datang dari negara yang telah maju atau yang datang dari
kota besar.7
Di Indonesia, pemberian ASI di lapangan masih belum sesuai target yang
diharapkan. Capaian ASI eksklusif belum mencapai angka yang diharapkan yaitu
sebesar 80%. Berdasarkan laporan SDKI tahun 2012 pencapaian ASI eksklusif adalah
42%. Menurut dinas kesehatan provinsi jawa Barat Tahun 2016, pemberian ASI
eksklusif di Jawa Barat sebanyak 349.968 bayi umur 0-6 bulan dari 754.438 jumlah
bayi 0-6 bulan atau sekitar 46,4%, gambaran ini masih dibawah cakupan nasional,
target nasional adalah sebesar 90%, kota yang telah melampaui target nasional yaitu
kota Bandung 97,4% dan kota Sukabumi 85,1%.8
Menurut penelitian Umboh, Wilar, dan Mantik tentang pengetahuan ibu mengenai
manfaat asi pada bayi, penyebab lain rendahnya pemberian ASI eksklusif yaitu
kurangnya pengetahuan ibu yang berdampak pada perilaku ibu dalam menyusui.
Untuk mengubah perilaku ibu dalam pemberian ASI tersebut diperlukan banyak
upaya, salah satunya melalui pendidikan kesehatan (Penkes), pemberian Penkes
tentang ASI eksklusif mampu merubah perilaku, sikap ibu dalam menyusui dan dapat
menambah pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif.9
Pada penelitian Fikrawati, Sandra, dan Syafiq ditemukan pendidikan,
pengetahuan, dan pengalaman ibu adalah faktor predisposisi yang berpengaruh positif
terhadap keberhasilan ASI eksklusif. Dari segi faktor pendorong, dukungan tenaga
kesehatan yang membantu persalinan paling nyata pengaruhnya dalam keberhasilan
ASI Eksklusif.10 Hasil Penelitian Yuli dan Vitri yang berjudul gambaran
pengetahuan ibu tentang menyusui dan dampaknya terhadap pemberian ASI eksklusif
diketahui dari 401 ibu yang diwawancarai, hanya 22.9 persen yang pengetahuannya
tinggi tentang cara menyusui yang benar. Sementara lain diketahui hanya sebagian
kecil (15.5 %) ibu yang memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai posisi menyusui
yang benar. Berdasarkan hasil penelitian ini, dikatakan bahwa pengetahuan ibu tentang
menyusui masih dalam katagori rendah 10,11
Sedangkan pada penelitian Meri Oktaria tahun 2012 terlihat bahwa pengetahuan
responden tentang ASI eksklusif sudah cukup baik. Namun pengetahuan responden
tentang kolostrum masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari responden yang pernah
mendengar tentang kolostrum sebanyak 23,3% dan yang mengetahui arti kolostrum
hanya 22,1%12. Pada penelitian Amelia tahun 2009, dari 30 responden sebagian besar
memiliki pengetahuan kurang baik tentang manfaat ASI pada ibu yaitu sebanyak 13
orang (43,4%) dan sebagian kecil memiliki pengetahuan tidak baik tentang manfaat
ASI pada ibu yaitu sebanyak 1 orang (3,3%)13
Ada juga ibu yang paham tentang ASI Eksklusif namun dalam praktiknya mereka
tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Banyak alasan klasik yang membuat
mereka tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, antara lain bayi sudah tidak
mau lagi, ASI ibu kurang sehingga bayi nangis terus karena lapar, dan ada juga yang
menyatakan sejak lahir bayi sudah diperkenalkan dengan susu formula sehingga bayi
cenderung memilih susu formula dibanding ASI seperti pada penelitian Ingan Ukur
Tarigan dan Aryastami14.
Di RSUD kota Bekasi proporsi responden terbanyak memiliki tingkat pengetahuan
cukup yaitu sebesar 63%, hasil ini menunjukan angka yang lebih baik dari penelitian
Ginna pada tahun 2009 di puskesmas Ciputat sebesar 49,2% memiliki pengetahuan
yang cukup.14
Kurangnya pengetahuan tentang pentingnya ASI Eksklusif juga tergambar pada
penelitian Windiyati tahun 2016 yaitu 70% dari responden memilih pernyataan bahwa
ibu yang bekerja boleh memberikan susu formula kepada bayinya, padahal pada ibu
yang bekerja Air Susu Ibu (ASI) tetap harus diberikan kepada bayi.15
Dari uraian diatas maka dapat menjadi sebuah dasar penulisan penelitian tentang
perbedaan pengetahuan ibu terhadap pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi
sebelum dan sesudah penyuluhan di Puskesmas Pekayon Bekasi provinsi Jawa Barat
Tahun 2019, karena masih kurangnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif, adapun
data yang menunjukkan peningkatan angka pengetahuan Ibu tentang ASI eksklusif
setelah dilakukannya penyuluhan, selain itu alasan dilakukannya penelitian ini adalah
belum adanya penelitian tentang ASI Eksklusif di Puskesmas Pekayon Bekasi Provinsi
Jawa Barat tahun 2019.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASI
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi segera setelah lahir.
Kelebihan dan kehebatan ASI sudah tidak disangsikan lagi, ASI mengandung hampir
semua zat gizi yang diperlukan oleh bayi dengan komposisi sesuai dengan kebutuhan
bayi. ASI adalah makanan cair, lengkap gizi dan sebagai makanan tunggal pada
umumnya dapat memenuhi fisiologis sampai umur 6 bulan16
2.1.1 ASI eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja dari lahir sampai bayi berusia enam
bulan. ASI eksklusif berarti tidak memberikan makanan atau minuman lain selain ASI,
termasuk air putih kecuali obat-obatan, vitamin, atau mineral tetes. Organisasi
Kesehatan Dunia / WHO mengelompokkan pola menyusui menjadi tiga kategori yaitu
menyusui eksklusif meyusui predominan dan menyusui parsial. Menyusui predominan
adalah menyusui bayi tetapi bayi pernah diberikan sedikit air atau minuman berbasis
air seperti teh ataupun makanan atau minuman prelakteal sebelum keluarnya ASI.
Sedangkan menyusu parsial adalah menyusui bayi serta diberikan makanan ain selain
ASI seperti susu formula, bubur atau makanan lain sebelum bayi berusia enam bulan
baik secara kontinyu maupun sebagai makanan prelakteal17
2.1.2 Komposisi ASI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, antibodi dan
garam-garam organic/ bahan-bahan lain yang disekresi oleh kedua belah kelenjar
payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi. Komposisi ASI tidak konstan dari
waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi air susu ibu adalah:
stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi, diet ibu.7
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
A. Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae
yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam
alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah
melahirkan anak.
- Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau
keempat, dari masa laktasi.
- Komposisi colostrum dari hari ke hari berubah.
- Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan,
lebih kuning dibandingkan ASI Mature.
- Merupakan suatu laxanif yang ideal untuk membersihkan meconeum usus
bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk
menerima makanan selanjutnya.
- Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature, tetapi
berlainan dengan ASI Mature dimana protein yang utama adalah casein
pada colostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat
memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
- Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature yang dapat
memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
- Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI
Mature.
- Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58 kalori/100 ml
colostrum.
- Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat
lebih tinggi atau lebih rendah.
- Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak.
- PH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature.
- Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di bandingkan
ASI Mature.
- Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi
menjadi kurang sempurna, yang akan menambah kadar antobodi pada bayi.
- Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.
hormone oksitosin yang menyebabkan kontraksi otot polos di sekitar rahim untuk
mengerut sehingga mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan.
b. Mempercepat Involusi Uterus
Involusi uterus adalah kembalinya uterus ke kondisi sebelum hamil.
Mekanisme involusi uterus ini dipengaruhi oleh hormone oksitosin yang dihasilkan
saat menyusui yang menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus yang
memicu rahim kembali ke posisi semula.
c. Mengurangi Risiko Kanker Ovarium dan Payudara
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa semakin lama
dan sering ibu menyusui memberikan efek protektif terhadap kanker ovarium dan
payudara. Review 47 studi di 30 negara mengindikasikan risiko relative kanker
payudara berkurang sejumlah 4,3% untuk setiap 12 bulan periode menyusui.
sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi,
kebudayaan dan sebagainya21
Pemberian ASI tak terlepas dari tatanan budaya. Menurut saswono dalam
berbagai perilaku menyusui pada masyarakat seperti perilaku membuang kolostrum
atau susu jolong, yakni cairan yang keluar pertama kali, dan tidak membersihkan
payudara dengan anjuran petugas kesehatan. Kolostrum dianjurkan untuk diberikan
dan ibu disarankan untuk membersihkan payudaranya dulu sebelum menyusui.22
Menurut Soeparmanto, ibu yang mempunyai pengetahuan tentang ASI atau
menyusui yang baik bisa memberi ASI secara eksklusif dan memberikan kolostrum
pada bayi. Namun apabila pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif rendah maka
perilaku pemberian ASI secara eksklusif tidak dapat diberikan pada bayi. Untuk
meningkatkan perilaku pemberian ASI eksklusif perlu di lakukan intervensi dengan
meningkatkan penyuluhan tentang ASI kepada ibu-ibu dan keluarganya secara berkala,
yang didasarkan kondisi sosial budaya setempat.22
2.2 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan tentang ASI eksklusif
Faktor yang mempengaruhi pengetahuan tentang ASI eksklusif terdiri dari
faktor internal dan faktor eksternal. Fakor internal yang mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif terdiri dari;
2.2.1 Usia
Faktor usia termasuk dalam aspek perkembangan kehidupan manusia
menentukan bagaimana pola dan cara berkomunikasi seorang individu, usia yang
semakin tua maka seseorang semakin banyak pengalamannya, sehingga
pengetahuannya semakin bertambah karena pengetahuannya banyak maka seseorang
akan lebih siap mendapatkan sesuatu. Penelitian ini menggunakan kategori usia
menurut Depkes RI tahun 2009 yaitu:
Masa remaja Akhir =17 - 25 tahun
Masa dewasa Awal =26- 35 tahun.
Masa dewasa Akhir =36- 45 tahun.
Berdasarkan penelitian Riska Vyronica, Wagiyo dan Purnomo yang berjudul
perbedaan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif sebelum dan setelah
diberikan pendidikan kesehatan, usia responden terbanyak adalah usia 27-33 orang
yaitu sebanyak 37 orang (46,8%)26. Responden dengan usia paling sedikit adalah 41-
47 tahun yaitu sebanyak 4 orang (5,1%) dan menurut tingkat pengetahuannya
didapatkan rata-rata tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan Penkes adalah
9,23. Hasil ini termasuk dalam kategori baik. Dari total responden diperoleh nilai
terendah adalah 6 sebanyak 1 orang (1,3%), nilai 7 sebanyak 1 orang (1,3%),
nilai 8 sebanyak 7 orang (8,9%), nilai 9 sebanyak 40 orang (50,6%), dan nilai
10 sebanyak 30 orang (38,0%). Dan rata-rata tingkat pengetahuan responden setelah
diberikan Penkes adalah 9,71. 20
Berdasarkan penelitian Yuyum Rumiasari, distribusi berdasarkan karakteristik
responden diperoleh gambaran usia yaitu 56 orang (60,9%) berusia muda dan 36 orang
(39,1%) berusia tua. Dari hasil analilis data tersebut didapatkan sebagian besar
responden berusia muda. Dan dalam tingkat pengetahuan, lebih dari separuh responden
dalam kategori tingkat pengetahuan tinggi berjumlah 54 orang (58,7%) sedangkan 38
orang (41,3%) dalam kategori tingkat pengetahuan rendah33. Sedangkan pada
penelitian Nur Asiah dengan total responden yang berjumlah 235 orang, yang usia
respondennya paling banyak berada di kelompok 20-35 tahun (77%), 70,6% responden
memiliki pengetahuan rendah tentang ASI eksklusif.18
2.2.2 Pekerjaan
Menurut Markum bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu,
bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.27 Pada
penelitian Amelia yang berjudul pengetahuan ibu tentang pemberian asi eksklusif pada
bayi umur 0-6 bulan di puskesmas grajagan kecamatan purwoharjo banyuwangi, di
dapatkan data dari 30 responden sebagian besar 16 orang (53,3%) IRT dan sebagian
kecil 14 orang (46,7%) tani, sebagian besar memiliki pengetahuan cukup baik tentang
pengertian ASI eksklusif yaitu sebanyak 12 orang (40%) dan sebagian kecil memiliki
pengetahuan tidak baik tentang pengertian ASI eksklusif yaitu sebanyak 2 orang
(6,7%).12 Dalam penelitian Annisa Mardhiyyah karakteristik pekerjaan responden
yang mengikuti penelitian ini terdiri dari PNS, wiraswasta, dan ibu rumah tangga.
Responden yang bekerja sebagai PNS sebanyak 16,95%, responden dengan pekerjaan
wiraswasta 9,32%, sedangkan paling banyak responden yang menjadi ibu rumah
tangga 73,73%. Didapatkan bahwa kelompok responden ibu yang tidak memberikan
ASI ekslusif lebih banyak 80,6% adalah ibu yang bekerja dibandingkan ibu yang tidak
bekerja (37,9%). Kelompok responden ibu yang memberikan ASI ekslusif lebih
banyak 62,1% pada kelompok ibu yang tidak bekerja dibandingkan ibu bekerja hanya
19,4%.21
2.2.3 Kesibukan
Bekerja di luar rumah mengurangi hubungan Ibu dengan anak, akibatnya ibu
cenderung memberikan susu formula daripada menyusui anaknya. Pada ibu-ibu yang
bekerja di luar rumah tidak ada waktu untuk menyusui bayinya selama masa jam kerja.
Oleh karena itu, banyak yang menghentikan pemberian ASI kepada bayinya. Proporsi
ibu yang tidak patuh memberikan ASI eksklusif pada ibu yang bekerja adalah 60%,
dengan risiko 1,5 kali dibandingkan ibu yang tidak bekerja.35
2.2.4 Pendidikan
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang
ASI eksklusif antara lain kurangnya informasi dari tenaga kesehatan kepada ibu,
kurang jelasnya informasi yang disampaikan oleh tenaga kesehatan kepada ibu,
kurangnya kemampuan dari ibu untuk memahami informasi yang diberikan
dikarenakan tingkat pendidikannya masih rendah. Makin tinggi pendidikan seseorang
makin mudah menerima informasi, sehingga makin banyak pula pengetauan yang
dimiliki. Pendidikan bertujuan untuk mengubah pengetahuan/pengertian, pendapat,
konsep-konsep, sikap dan persepsi serta menanamkan tingkah laku atau kebiasaan
yang baru pada pendidikan rendah serta meningkatkan pengetahuan yang
cukup/kurang.26 Berdasarkan penelitian Nova Rachmaniah yang berjudul hubungan
tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan tindakan ASI eksklusif, Ibu dengan
pendidikan SMA yaitu 34 orang (47,2%), SMP 19 orang (26,4%), Perguruan tinggi 11
orang (15,3%), dan tamat SD sebanyak 8 orang (11,1%). Terdapat 47 orang (65,3%)
yang berpengetahuan buruk tentang ASI, sedangkan yang berpengetahuan baik tentang
ASI sebanyak 25 orang (34,7%) 25
Pada penelitian Rumiasari, dari 92 responden terdapat 59 orang (64,1%)
responden yang berpendidikan tinggi (>=SMA) dan 33 responden (35,9%) yang
berpendidikan rendah (<=SMP). Berdasarkan tingkat pengetahuan tentang ASI, lebih
dari separuh responden dalam kategori tingkat pengetahuan tinggi berjumlah 54 oang
(58,7%) sedangkan 38 orang (41,3%) dalam kategori tingkat pengetahuan rendah. 26
2.2.5 Sosial Ekonomi
2.2.7 Budaya
Permasalahan utama dalam pemberian ASI ekslusif adalah sosial budaya
yaitu berupa kebiasaan dan kepercayaan seseorang dalam pemberian ASI eksklusif.
Adapun kebiasaan ibu yang tidak mendukung pemberian ASI adalah kebiasaan
memberikan susu formula sebagai pengganti ASI apabila bayi ditinggal ibunya atau
bayi rewel dan kebiasaan memberikan makanan padat/sereal pada bayi sebelum usia
6 bulan agar bayi cepat kenyang dan tidak rewel sedangkan kepercayaan ibu yang
tidak mendukung pemberian ASI adalah seperti adanya kepercayan minum wejah
(sejenis minuman dari daun-daunan tertentu) dengan keyakinan bahwa ASI akan
lebih banyak keluar.22 Salah satu mitos kebudayaan yang beredar dalam pemberian
ASI eksklusif yaitu salah kaprah yang menganggap bahwa menyusui merupakan
perilaku primitive.23
Menurut Oktaviani, hasil penelitian hubungan antara pengetahuan dan sosial
budaya dengan pemberian ASI eksklusif, dimana hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa sosial budaya berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif yaitu sebesar
50% responden dengan budaya yang baik terkait pemberian ASI eksklusif dan
60,4% responden dengan budaya yang kurang baik tidak memberikan ASI
eksklusif.24 Terdapat pula penelitian Hidayati dengan hasil Sosial Budaya di Desa
Srigading, Sanden, Bantul sebagian besar memiliki sosial budaya yang baik yaitu
sejumlah 41 (74,5%), dengan keberhasilan pemberian ASI Eksklusif sebagian besar
kategori tidak berhasil memberikan ASI secara Eksklusif yaitu sejumlah 28 (50,9%).
Maka disimpulkan ada hubungan antara sosial budaya dengan keberhasilan
pemberian ASI Eksklusif di Desa Srigading, Sanden, Bantul dengan nilai signifikasi
(p) 0,004.25
2.2.8 Penyuluhan
Penggunaan media dalam penyuluhan kesehatan langsung dan melalui media
massa harus mempertimbangkan usia dan minat peserta. Media yang dapat digunakan
dalam penyuluh- an kesehatan dapat menggunakan media power point, flip chart,
media audiovisual, koran, majalah, televisi, radio, dan media lainnya.
Hasil penelitian Sri Haryani, Junaiti Sahar, dan Sukihananto menunjukkan
bahwa ada hubungan bermakna antara penyuluhan kesehatan melalui media dengan
perawatan kesehatan. Usia dewasa yang mendapatkan penyuluhan kesehatan melalui
media secara efektif mempunyai kemungkinan 3,4 kali melakukan perawatan yang
efektif dibandingkan dengan usia dewasa yang tidak mendapatkan penyuluhan
kesehatan melalui media. Hadi, Sugiarto, Mula, dan Rahmah menyatakan bahwa
adanya peningkatan kognitif, afektif dan psikomotor setelah diberikan penyuluhan
kesehatan dengan menggunakan media.27
juga terjadi retakan dan pembentukan celah-celah. Dalam penelitian yang berjudul
Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Menyusui dan Dampaknya Terhadap Pemberian
ASI Eksklusif oleh Yuli dan Vitri (2012), dari 401 ibu yang diwawancarai, hanya 22.9
persen yang pengetahuannya tinggi tentang cara menyusui yang benar. Sementara lain
diketahui hanya sebagian kecil (15.5 %) ibu yang memiliki pengetahuan yang tinggi
mengenai posisi menyusui yang benar, untuk cara mengatasi putting datar hanya 5.7%
yang punya pengetahuan tinggi, dan untuk cara mengatasi puting lecet hampir
separohnya mempunyai pengetahuan tinggi, terdapat 7.7% ibu yang punya
pengetahuan tinggi dalam mengatasi payudara bengkak, 27.7% ibu yang memiliki
pengetahuan tinggi tentang tanda-tanda radang payudara dan ada 38.4% yang memiliki
pengetahuan tinggi untuk mengatasi radang payudara.21
Selain lecet masalah lain yang kerap ditemui adalah payudara bengkak, saluran
susu tersumbat dan abses payudara. Payudara yang bengkak & nyeri atau penuh terjadi
karena edema ringan oleh hambatan vena atau saluran limfe akibat ASI yang
menumpuk di dalam payudara. Namun, hal ini jarang terjadi kalau pemberian ASI
sesuai dengan kemauan bayi. Sebagai pencegahan, sebaiknya susui bayi atau pompa
ASI sesering mungkin. 22
Masalah menyusui pada masa pasca persalinan lanjut diantaranya adalah ibu
merasa bahwa ASI kurang dengan berbagai alasan seperti payudara kecil dan bayi
yang sering menangis ibu menduga bahwa bayi yang sering menangis artinya
kekurangan ASI, padahal bayi menangis bisa karena berbagai penyebab misalnya
karena bayi ingin kehangatan dan kasih sayang.29
Sosial-ekonomi
Pekerjaan Pendidikan
Sumber
Kesibukan Informasi Penyuluhan
Budaya Media
Pasangan,
Pengetahuan
keluarga
Sikap
Perilaku
2.4 Kerangka Konsep
Faktor yang
mempengaruhi
Usia
Pekerjaan
Kesibukan
Pendidikan
Sosial ekonomi
Penyuluhan tentang
Pengetahuan ASI Universitas Kristen Krida Wacana
eksklusif
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Subjek dalam penelitian ini adalah ibu hamil, ibu menyusui 0-6 bulan, ibu menyusui
>6 bulan di Puskesmas Pekayon Bekasiyang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.4 Sampling
Parameter yang diperiksa adalah Usia ibu, pekerjaan ibu, kesibukan ibu, pendidikan
terakhir ibu, penghasilan (sosial ekonomi) ibu, pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif
(sumber informasi).
Transportasi Rp 50.000
Alat
Variabel Definisi Operasional Hasil Ukur Skala
Ukur
Tinggi:Perguruan
Pendidikan yang ditempuh tinggi
Kuision
Pendidika oleh responden yaitu SD, Sedang : SMA
e Ordinal
n SMP, SMA, Perguruan Rendah : SD-SMP
r
Tinggi
1. Tempat kerja
2. Waktu kerja
3. Pekerjaan
membuat jadwal
menyusui
Kegiatan yang dilakukan Kuision terganggu/tdk ordinal
Kesibukan responden menyangkut e 4. Dapat menyusui
kesibukan sehari-harinya r setiap bayi
memerlukan/tdk
5. Berapa jam tidak
dapat menyusui
bayi selama
bekerja
Pendapatan per kapita per
bulan diperoleh dari total
pendapatan keluarga (ayah,
1. Ekonomi
ibu, dan anak-anak) setiap
rendah
bulan dibagi jumlah
Sosial Kuision ≤401.220
tanggungan keluarga. Dasar Ordinal
Ekonomi er 2. Ekonomi
pengukuran diambil dari garis
tinggi
kemiskinan yang ditetapkan
>401.220
oleh Badan Pusat Statistik
pada bulan Maret 2018 (Rp.
401.220/kap/bln)
1. Baik bila
Tingkat pemahaman Kuision
Tingkat skor total :
responden tentang ASI er
pengetahu ≥50% Ordinal
eksklusif dari pertanyaan (20
an 2. Buruk bila
yang diberikan Soal)
skor total:
<50%
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesibukan
Tempat bekerja 67 74,4%
Dalam rumah
23 25,6%
Luar rumah
>7 jam
2 jam 2 2,2%
2 2,2%
3 jam
5 5,6%
5 jam 5 5,6%
2 2,2%
6 jam
2 2,2%
7 jam
8 jam
12 jam
4.2.2 Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif sebelum dan sesudah penyuluhan
di Puskesmas Pekayon tahun 2019
Berdasarkan jawaban responden, maka nilai rata-rata pengetahuan
responden sebelum dan sesudah penyuluhan di Puskesmas Pekayon dapat
dilihat pada diagram 4.1:
46 sebelum penyuluhan
sesudah penyuluhan
23
0
tingkat pengetahuan
15 28 1
17-25 14 (15,5%)
(16,6%) (31,1%) (1,1%)
22 33 48 7
Usia 26-35
(24,4%) (36,6%) (53,3%) (7,7%)
2 4 3 3
>35
(2,2%) (4,4%) (3,33%) (3,3%)
16 14 26 4
Bekerja
(17,7%) (15,5%) (28,8%) (4,4%)
Pekerjaan
Tidak 22 38 53 7
bekerja (24,4%) (42,2%) (58,8%) (7,7%)
Kesibukan
Dalam 25 42 59 8
Tempat rumah (27,7%) (46,6%) (65,5%) (8,8%)
kerja 3
Luar 13 10 20
Rumah (14,4%) (11,1%) (22,2%) (3,3%)
1 10 9 2
1-3 jam
(1,1%) (11,1%) (10%) (2,2%)
3 8 9 2
Lama kerja 3-5 jam
(3,33%) (8,8%) (10%) (2,2%)
20 19 35 4
5-7 jam
(22,2%) (21,1%) (38,8%) (4,4%)
14 15 26 3
>7 jam
(15,5%) (16,6%) (28,8%) (3,3%)
Belum 8 6 14 0
punya anak (8,8%) (6,6%) (15,5%) (0%)
Kesempatan
18 33 45 6
menyusui Setiap saat
(20%) (36,6%) (50%) (6,6%)
anak
Tidak 12 13 20 5
setiap saat (13,3%) (14,4%) (22,2%) (5,5%)
Dapat
menyusui 6
setiap saat / 26 39 59
(28,8%) (43,3%) (65,5%) (6,6%)
belum
punya anak
0 1 0 1
30 menit
(0%) (1,1%) (0%) (1,1%)
0 5 4 1
1 jam
(0%) (5,5%) (4,4%) (1,1%)
1 0 1 0
2 jam
Lama (1,1%) (0%) (1,1%) (0%)
waktu tidak
1 1 1 1
dapat 3 jam
(1,1%) (1,1%) (1,1%) (1,1%)
menyusui
anak 0
5 jam 1 1 2
(1,1%) (1,1%) (2,2%) (0%)
3 2 4 1
6 jam
(3,33%) (2,2%) (4,4%) (1,1%)
4 1 5 0
7 jam
(4,4%) (1,1%) (5,5%) (0%)
1 1 1 1
8 jam
(1,1%) (1,1%) (1,1%) (1,1%)
1 1 2 0
12 jam
(1,1%) (1,1%) (2,2%) (0%)
Yang Tidak 24 36 55
5
dilakukan melakukan (26,6%) (40%) (61,1%)
Susu 5 6 9 2
formula (5,5%) (6,6%) (10%) (2,2%)
Diberi 1 2 1 2
makanan (1,1%) (2,2%) (1,1%) (2,2%)
Diberi air 0 1 1 0
minum (0%) (1,1%) (1,1%) (0%)
9 26 31 4
SD-SMP (4,4%)
(10%) (28,8%) (34,4%)
24 24 43 5
Pendidikan SMA (5,5%)
(26,6%) (26,6%) (47,7%)
Perguruan 5 2 5 2
Tinggi (5,5%) (2,2%) (5,5%) (2,2%)
4 12 12 4
Rendah (4,4%)
Sosial (4,4%) (13,3%) (13,3%)
ekonomi 34 40 67 7
Tinggi (7,7%)
(37,7%) (44,4%) (74,4%)
4.3 Pembahasan
Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian yang dibandingkan dengan teori dan
hasil penelitian sebelumnya.
4.3.1 Pengetahuan Ibu tentang ASI Eksklusif sebelum dan sesudah penyuluhan
di Puskesmas Pekayon tahun 2019
Pada penelitian ini terjadi peningkatan pengetahuan setelah dilakukan
penyuluhan mengenai ASI eksklusif sebesar 35,8%. Berdasarkan data tersebut
diketahui bahwa penyuluhan kesehatan dapat mempengaruhi pengetahuan ibu
mengenai ASI eksklusif. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Widha di Kabupaten Blitar tahun 2014 yang mengatakan bahwa
terdapat pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan ibu dalam
pemberian ASI eksklusif di Keamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar.42 Hal ini
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ismi di Puskesmas
Tegalrejo Yogyakarta tahun 2014 yang mengatakan bahwa ada perbedaan yang
signifikan sesudah penyuluhan tentang ASI eksklusif pada kelompok
eksperimen, maka ada pengaruh penyuluhan tentang ASI eksklusif.43
Berdasarkan distribusi jawaban responden sesudah penyuluhan diketahui bahwa
sebagian besar responden (100%) sudah memiliki pengetahuan yang baik
mengenai ASI eksklusif. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hendra, Tjutju dan Yuyun di kabupaten cianjur tahun 2013 yang
mengatakan bahwa sebagian besar responden (83,3%) memiliki pengetahuan
yang baik mengenai ASI eksklusif.44
Hal ini sejalan dengan penelitian Rika di Mukim Laure-E tahun 2018 yang
mengatakan bahwa terdapat perbedaan antara pengetahuan sebelum dan
sesudah diberikan penyuluhan ASI eksklusif, diketahui bahwa pengetahuan
sebelum penyuluhan ASI eksklusif hanya 11,5% yang memiliki pengetahuan
baik. Setelah diberikan penyuluhan ASI eksklusif semua responden (100%)
memiliki pengetahuan baik. Jika dilihat dari tingginya persentase ibu hamil
yang mempunyai tingkat pengetahuan tentang ASI eksklusif masih rendah,
menurut Rika hal ini disebabkan rendahnya penyebaran informasi melalui
45
media cetak dan elektronik. Hal ini juga sejalan dengan penelitian Unique
tahun 2018 tentang perubahan pengetahuan tentang ASI eksklusif pada ibu
hamil yang mengatakan adanya peningkatan pengetahuan ibu hamil multipara
maupun primipara tentang ASI eksklusif, 12 dari 15 yang di cantumkan
memperlihatkan peningkatan yang signifikan antara pengetahuan ibu sebelum
dan sesudah penyuluhan kesehatan.46 Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian Hendra, Tjutju dan Yuyun yang menunjukan terdapat pengaruh
penyuluhan ASI eksklusif terhadap pengetahuan ibu hamil, dimana terdapat
Hal ini sejalan dengan penelitian Rika tahun 2008 menyatakan distrbusi
pengetahuan responden yang berusia di atas 30 tahun mempunyai pengetahuan
baik sebelum dilakukan penyuluhan45
tinggi yang signifikan sebesar 36,7%, dan pada kelompok sosial ekonomi
rendah terdapat peningkatan pengetahuan sebesar 8,9%
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian perbedaan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif sebelum
dan sesudah penyuluhan di Puskesmas Pekayon Bekasi provinsi Jawa Barat tahun
2019, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian besar responden (61,6%) berusia 26-35 tahun dan hanya sebagian
kecil responden (6,7%) yang berusia lebih dari 35 tahun.
2. Sebagian besar responden (60%) tidak bekerja dan hanya sebagian kecil (30%)
yang bekerja.
3. Sebagian besar responden (53,3%) mengeyam pendidikan sampai SMA, dan
hanya sebagian kecil (7,8%) mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi.
4. Sebagian besar responden (82,2%) berstatus sosial ekonomi tinggi dan sebagian
kecilnya berstatus sosial ekonomi rendah (17,8%).
5. Tingkat pengetahuan responden sebelum penyuluhan di wilayah Puskesmas
Pekayon Bekasi tentang ASI eksklusif sebesar 44,34% dan setelah dilakukan
penyuluhan nilai rata-rata responden meningkat menjadi 79,77%.
6. Ada perbedaan yang signifikan antara rata – rata pengetahuan sebelum dan
sesudah penyuluhan.
5.3 Saran
1. Dalam penelitian ini, diambil kesimpulan bahwa penyuluhan kesehatan dapat
meningkatkan pengetahuan mengenai ASI eksklusif. Diharapkan bagi petugas
promosi kesehatan di Puskesmas agar memberikan penyuluhan tentang ASI
eksklusif serta penyuluhan gizi lainnya kepada masyarakat terutama dengan
metode penyuluhan guna membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat
serta membantu mewujudkan pencapaian pemberian ASI eksklusif.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat meneliti lebih lanjut dengan
menggunakan variabel yang berbeda dan mengusahakan agar penelitian
dilaksanakan di tempat yang lebih kondusif.
DAFTAR PUSTAKA
11. Amran Y, Amran VYA. Gambaran pengetahuan ibu tentang menyusui dan
dampaknya terhadap pemberian ASI eksklusif. Jakarta: FKIK UIN Syarif
Hidayatullah. 2012
12. Oktaria M. hubungan pengetahuan ibu tentang asi eksklusif, inisiasi menyusui dini,
tempat persalinan dan penolong persalinan terhadap pemberian makanan prelakteal
pada bayi 0-5 bulan di wilayah puskesmas balai agung kota sekayu kabupaten musi
banyuasin tahun 2012. 2012. Fakultas kesehatan masyarakat universitas Indonesia
Depok..
13. Amelia, LE. KTI: Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Ekslusif Pada BayiUmur
0-6 Bulan di Puskesmas Grajagan Kecamatan Purwoharjo Banyuwangi. Mojokerto:
Poltekes Majapahit, 2009.
14. Tarigan IU, Aryastami NK. (2012). Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu bayi terhadap
pemberian ASI Eksklusif, bulletin penelitian sistem kesehatan, 15(4), 394.
15. Winarno FG. Gizi dan Makanan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 2008.
16. Faraghta A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pemberian
ASI eksklusif di RSUD kota Bekasi tahun 2011. Fakultas kedokteran universitas
islam negri syarif hidayatullah jakarta, 2011.
17. Windiyati, Melyani. Hubungan antara pengetahuan ibu tentang ASI dengan sikap
dalam pemberian susu formula terhadap kejadian diare pada bayi usia 0-6 bulan.
Jurnal kebinanan-ISSN 2252-8121, 6(2), 102. 2016.
18. Roesli U. Inisiasi menyusu dini plus ASI eksklusif. Jakarta: Pustaka bunda; 2008.
19. Roesli U. Mengenal ASI eksklusif. Jakarta: trubus agiwidya; 2013.
20. Asiah N. Pengetahuan ibu tentang pemberian asi eksklusif di desa bojong, karang
tengah, cianjur. Jakarta: arkesmas: 2006. 39.
21. Matsum I. Determinan perilaku kesehatan. Jakarta: EGC; 2008.
22. Nilakesuma A, Jurnalis YD, Rusjdi SR. Hubungan Status Gizi Bayi dengan Pemberian
ASI Ekslusif, Tingkat Pendidikan Ibu dan Status Ekonomi Keluarga di Wilayah Kerja
Puskesmas Padang Pasir. Jurnal kesehatan andalas, 2015. 4(1), 42-43
23. Mardhiyyah A. analisis peran keluarga terhadap perilaku pemberian asi eksklusif pada
bayi usia 6-24 bulan di wilayah kerja puskesmas way halim kota bandar lampung.
Surakarta. 2014.
36. Clarren SK, Astley SJ, Bowden DM. Physical anomalies and developmental delays in
nonjuman priate infants expose, Philadelphia; 2010.
37. Pudjiadi, dkk. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta:
IDAI; 2010.
38. Rachmaniah N. Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang ASI dengan tindakan ASI
eksklusif. Fakultas kedokteran universitas muhammadiyah surakarta. 2014.
39. Rumiasari Y. Gambaran pemberian ASI eksklusif di puskesmas jati rahayu bekasi.
Jakarta: Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Keperawatan: 2012. 11-12.
40. Arif N. ASI dan tumbuh kembang bayi. Yogyakarta: MedPress, 2009.
41. Green LW, Kreuter MW. Health promotion planning an educational and
environmental approach; second edition. Houston: Mayfield publishing company,
2012.
42. Merdhika WAR. Pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap pengetahuan ibu
tentang ASI eksklusif dan sikap ibu menyusui di kecamatan kanirogo kabupaten
blitar. Jurnal teknologi dan kejuruan, vol 37 (1), 2014. 65-72.
43. Khasanah IN. Pengaruh penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan tentang ASI
eksklusif di puskesmas tegalrejo Yogyakarta 2014. Naskah publikasi, Yogyakarta:
sekolah tinggi ilmu kesehatan ‘aisyiyah, 2014.
44. Hendra Rumijati T, Sarinengsih Y. pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap
pengetahuan ibu hamil di desa sindangraja kecamatan sukaluyu kabupaten cianjur
tahun 2013. Jurnal bhakti medika, vol. 4(1), 2014. 1-74.
45. Emilia RC. Pengaruh penyuluhan ASI eksklusif terhadap pengetahuan dan sikap ibu
hamil di mukim laure-e kecamatan simeulue tengah kabupaten simeulue (NAD) tahun
2008. Medan: fakultas kesehatan masyarakat universitas sumatera utara, 2009.
46. Claudia UG. gambaran perubahan pengetahuan tentang asi eksklusif pada ibu hamil
antara sebelum dan sesudah penyuluhan menggunakan media leaflet di puskesmas
parigi kecamatan pondok aren tahun 2018. Jakarta: program studi kesehatan
masyarakat, fakultas ilmu kesehatan universitas islam negeri syarif hidayatullah
Jakarta, 2018.
47. Wawan A, Dewi M. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Manusi.Cetakan II. Yogyakarta : Nuha Medika, 2011.
48. Erfandi. Pengetahuan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: for better
health, 2009
49. Rosyadi DW. Hubungan antara pengetahuan ibu bekerja, jam kerja ibu dan dukungan
tempat kerja dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja
puskesmas banyudono I. Surakarta: program studi kesehatan masyarakat fakultas ilmu
kesehatan universitas muhammadiyah Surakarta, 2016.
50. Notoatmodjo, Soekidjo. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta,
2003.
51. Widiyanto S, Aviyanti, Tyas AM. Hubungan pendidikan dan pengetahuan ibu tentang
ASI eksklusif dengan sikap terhadap pemberian ASI eksklusif.
52. Indriani AY. Gambaran pengetahuan ibu mengenai pemberantasan sarang nyamuk 4M
plus sebelum dan sesudah penyuluhan di Wilayah Puskesmas Grogol Petamburan
tahun 2018. Jakarta: Program studi sarjana kedokteran fakultas kedokteran univestitas
Kristen krida wacana, 2018.
53. Fatmawati AP. Hubungan status ekonomi orangtua dengan pemberian ASI eksklusif
pada bayi usia 0-6 bulan di baki sukoharjo. Surakarta: fakultas ilmu kesehatan
universitas muhammadiyah surakarta, 2013.
54. Sari TW, Wulandari FS, Hidayat MH, Amelia N, Nasution S, Yuriati Y. Perbedaan
pengetahuan ibu sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan tentang asi eksklusif di
wilayah kerja puskesmas sidomulyo rawat inap kota pekanbaru 2018. Collaboreative
medical journal (CMJ), vol. 1 (2), 2018.
55. Septyasrini N. Hubungan antara tingkat pengetahuan dan status pekerjaan dengan
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja puskesmas banyudono 1 boyolali
universitas muhammadiyah Surakarta. Surakarta: program studi keperawatan s1
fakultas ilmu kesehatan universitas muhammadiyah Surakarta,2016.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance
Lampiran 2. Kuisioner
PERNYATAAN KESEDIAAN UNTUK IKUT PENELITIAN
Sehubungan dengan adanya penyusunan skripsi, saya Regita Tanara hendak
melakukan penelitian berjudul “Perbedaan Pengetahuan Ibu Mengenai ASI Eksklusif
Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di Puskesmas Pekayon Bekasi Provinsi Jawa Barat
Tahun 2019”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan ASI
eksklusif terhadap pengetahuan ibu sebelum dan sesudah dilakukannya penyuluhan. Pada
penelitian ini, akan diadakan penyuluhan mengenai ASI Eksklusif, ibu diminta untuk
mengisi kuesioner sebelum dan sesudah penyuluhan dengan sebenar-benarnya, dimana
hasil dari kuesioner tersebut akan dicantumkan pada skripsi serta poster secara singkat, dan
akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan disalahgunakan. Terima kasih atas kesediaan ibu
menjadi responden dalam penyuluhan ini.
Nama responden :
Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan serta memahami penelitian
yang dilakukan, dengan ini saya bersedia untuk berperan serta menjadi subjek penelitian
dan bersedia menjawab pertanyaan dengan sebenar-benarnya sesuai dengan data yang
diperlukan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa ada paksaan dari
pihak manapun.
Bekasi, ……………………
Peneliti, Responden,
1. Nama responden :
c. 5-7 jam
d. lain-lain….. (tuliskan)
12. Apa yang dilakukan selama berjauhan dengan bayi untuk ASI?
Jawab:
5. Usia : Status :
6. Usia : Status :
15. No Telp/HP :
PENGETAHUAN
1. Apa pengertian ASI eksklusif menurut ibu ?
a. Makanan alamiah bagi bayi sampai usia 2 tahun
b. Pemberian ASI ditambah susu formula sampai usia 6 bulan
c. Pemberian ASI ditambah susu formula dan makanan padat sampai usia 2
tahun
d. Pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain atau makanan padat sampai
usia 6 bulan
e. Pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain atau makanan padat sampai
usia 4 bulan
2. Menurut ibu kapan kah seorang bayi harus segera diberikan ASI pertamanya?
a. Segera setelah bayi lahir
b. Menunggu ibu untuk benar-benar siap memberikan ASI
c. Setelah bayi diberikan susu formula untuk latihan menghisap, barulah
diberikan ASI pertama
d. Menunggu bayi menangis terus karena kelaparan
e. Menunggu ASI yang keluar sampai berwarna putih baru diberikan kepada bayi
3. Menurut ibu apa saja kandungan yang terdapat dalam ASI ? (boleh pilih lebih dari
satu)
a. Kolostrum
b. Antibodi
c. Protein
d. Lemak
e. Laktosa
f. Vitamin
g. Karbohidrat
4. Manfaat apa saja yang terkandung dalam kolostrum? (boleh pilih lebih dari satu)
a. Antibodi untuk melindungi bayi dari infeksi dan alergi
b. Sel darah putih untuk melindungi bayi terjangkit infeksi
c. Kolostrum membantu mengeluarkan kotoran bayi yang pertama berwarna kehijauan
d. Tidak ada manfaatnya karena kolostrum adalah ASI kotor yang tidak boleh
diberikan kepada bayi
e. Kolostrum hanyalah tanda ASI keluar, tidak bermanfaat bagi ibu maupun bayi
5. Kenapa harus memberikan ASI eksklusif? (boleh pilih lebih dari satu)
a. Bayi belum memiliki enzim pencernaan sempurna untuk mencerna
makanan/minuman lain
b. Semua nutrisi yang dibutuhkan oleh bayi sudah bisa dipenuhi dari ASI
c. Mengurangi kemungkinan gangguan penernaan pada bayi
d. Makanan lain dapat membuat bayi tersedak
e. Untuk mengikuti tren ibu modern
f. Setau saya tidak harus
6. Manfaat apa saja yang didapat bayi dari pemberian ASI? (boleh pilih lebih dari
satu)
a. Memberi nutrisi
b. Meningkatkan kecerdasan
c. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi
d. Meningkatkan jalinan kasih sayang
e. Menghemat biaya
f. Tidak menimbulkan alergi
7. Manfaat apa yang didapatkan oleh ibu kalau memberikan ASI? (boleh pilih lebih
dari satu)
a. Mencegah Perdarahan Pasca Persalinan
b. Mempercepat involusi uterus
c. Mengurangi Risiko Kanker Ovarium dan Payudara
d. Memberikan rasa dibutuhkan
e. Lebih cepat langsing
8. ASI berwarna kuning dalam 1-3 hari pertama berguna untuk? (boleh pilih lebih
dari satu)
a. Tidak ada gunanya karena kotor
b. Sebaiknya tidak diberikan ke bayi, tunggu hingga berwarna putih
c. Memberikan antibodi pada bayi
d. Melindungi bayi dari infeksi dan alergi
e. Membantu mengeluarkan kotoran pertama bayi yang berwarna hitam kehijauan
9. Menurut ibu, kapan sebaiknya bayi pertama kali disusui setelah dilahirkan?
a. Segera, terutama dalam 1 jam pertama
b. 1 jam- 24 jam
c. 1 hari setelah melahirkan
d. 1 minggu setelah melahirkan
e. Tidak tahu/tidak jawab
10. Menurut ibu frekuensi yang tepat dalam menyusui berapa kali d a l a m s e h a r i ?
a. 1 kali
b. Sesering mungkin
c. 3-5 kali
d. Tiap 2 jam
e. Tiap 4 jam
f. Tiap 6 jam
11. Menurut ibu, dari segi apa saja kelebihan ASI disbanding susu formula? (boleh
pilih lebih dari satu)
a. Zat kekebalan tubuh
b. Tidak menimbulkan alergi
c. Mudah cerna
d. Biaya
e. Jalinan kasih sayang ibu & anak
12. Manakah posisi menyusui yang BENAR? (boleh pilih lebih dari satu)
a. Muka bayi tidak menghadap ke payudara
b. Perut/dada bayi menempel pada perut/dada ibu
c. Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi membentuk garis
lurus dengan lengan dan leher bayi
d. Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik
e. Ada kontak mata antara ibu dengan bayi
f. Badan bayi menjauhi badan ibu
g. Hanya leher dan kepala yang tersanggah
13. Pada saat seperti apakah ibu dianjurkan untuk memerah ASI? (boleh pilih lebih
dari satu)
a. Ibu malas menyusui bayi
b. Bayi selalu rewel sehingga ibu hanya memberikan dot/ botol susu
c. Puting sangat lecet
d. Payudara sangat bengkak
e. Bayi untuk sementara tidak dapat minum
f. Pompa setiap 3 jam sebelum dan sesudah menyusui untuk merangsang pengeluaran
ASI
14. Menurut ibu, cara apa saja yang dapat memperbanyak ASI? (boleh pilih lebih dari
satu)
a. Pengurutan payudara
b. Menyusui sesering mungkin
c. Penggunaan bra yang pas
d. Ibu dalam keadaan relaks
e. Hindari pemberian susu formula
f. Hindari penggunaan dot
g. Konsumsi makanan bergizi
h. Minum air putih minimal 3,5L
i. Konsumsi sayur hijau
j. Konsumsi suplemen penambah ASI
15. Makanan apa saja yang dianjurkan untuk memperbanyak produksi ASI? (boleh
pilih lebih dari satu)
a. Daging
b. Telur
c. Produk susu
d. Ikan
e. Jantung pisang
f. Daun katuk
g. Vitamin A,C,D,B12
h. Makanan cepat saji
i. Pepaya muda
j. Bayam
16. Untuk apa saja manfaat vitamin A untuk ibu nifas? (boleh pilih lebih dari satu)
a. Kekebalan tubuh
b. Mempercepat proses pemulihan ibu setelah melahirkan
c. Mencegah anemia pada ibu karena kehilangan darah saat persalinan
d. Memperbanyak produksi ASI
e. Meningkatkan kekuatan tulang
17. Untuk apa saja manfaat vitamin A untuk bayi? (boleh pilih lebih dari satu)
a. Kekebalan tubuh
b. Sistem penglihatan
c. Tumbuh kembang
d. Meningkatkan kekuatan tulang
18. Apa saja obat herbal di bawah ini yang dapat melancarkan produksi ASI? (boleh
pilih leih dari satu)
a. Daun jinten (bangun-bangun)
b. Daun katuk
c. Jantung pisang
d. Klabet
e. Daun jeruk
f. Daun pisang
19. Menurut ibu, apa dampaknya kalau MPASI diberikan pada bayi kurang dari 6
bulan? (boleh pilih lebih dari satu)
20. Menurut ibu, apa dampaknya kalau tidak menyusui? (boleh pilih lebih dari satu)
a. Risiko kanker ovarium dan payudara pada ibu
b. Meningkatkan resiko alergi pada bayi
c. Meningkatkan pengeluaran biaya
d. Meningkatkan kemungkinan diare dan infeksi saluran pencernaan bayi
e. Kekebalan tubuh anak tidak maksimal
f. Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan) pada bayi
g. Kurangnya jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi
Pendidikan
yang_dilakukan_ibu_saat_tidak_bersama_anak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak melakukan apa-apa 60 66.7 66.7 66.7
pumping 15 16.7 16.7 83.3
susu formula 11 12.2 12.2 95.6
diberi makanan 3 3.3 3.3 98.9
diberi air minum 1 1.1 1.1 100.0
Total 90 100.0 100.0
ekonomi_sosial
tingkat_pengetahuan_setelah_pen
yuluhan
pengetahuan pengetahuan
baik buruk Total
kesempatan_menyusui_anak belum mempunyai anak 14 0 14
setiap saat 45 6 51
tidak setiap saat 20 5 25
Total 79 11 90