Anda di halaman 1dari 142

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


GASTROENTERITIS DI RSUD Dr. KANUJOSO
DJATIWIBOWO BALIKPAPAN
TAHUN 2023

Oleh:

FARAH AFRIYANI HUSNA


NIM. P07220120072

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2023
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


GASTROENTERITIS DI RSUD Dr. KANUJOSO
DJATIWIBOWO BALIKPAPAN
TAHUN 2023

Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)


Pada Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

Oleh:

FARAH AFRIYANI HUSNA


NIM. P07220120072

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2023

ii
iii
iv
v
DATA RIWAYAT HIDUP

A. Data Diri

1. Nama : Farah Afriyani Husna

2. Jenis Kelamin : Perempuan

3. Tempat, Tanggal Lahir : Balikpapan, 19 Desember 2001

4. Agama : Islam

5. Suku Bangsa : Jawa / Warga Negara Indonesia

6. Alamat : Perum. Batu Ampar Permai Adiguna

B. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 2008-2009 : TK Permata Kasih

2. Tahun 2009-2014 : SD Negeri 014 Balikpapan Utara

3. Tahun 2014-2017 : SMP Negeri 11 Balikpapan Utara

4. Tahun 2017-2020 : SMA Negeri 2 Balikpapan

5. Tahun 2020-2023 : Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

rahmat dan karunia-Nya, sehingga KTI saya dengan judul “Asuhan Keperawatan

Pada Anak Dengan Gastroenteritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan Tahun 2023” dapat terselesaikan. KTI ini di susun dalam rangka

menyelesesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar Ahli Madya di Program

Studi D-III Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur.

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini tersusun atas upaya maksimal saya sebagai

penulis dan petunjuk pembimbing, serta arahan berbagai pihak yang telah

membantu saya dalam penulisan KTI ini. Bersama dengan ini perkenankan saya

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. M H. Supriadi B, S.Kp, M.Kep, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes

Kalimantan Timur.

2. Dr. Edy Iskandar, Sp.Pd., FINASIM., MARS, selaku Direktur RSUD Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

3. Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes

Kemenkes Kalimantan Timur.

4. Ns. Andi Lis Arming Gandini, M.Kep, selaku Ketua Program Studi D-III

Keperawatan Samarinda Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan

Timur.

5. Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep., Sp.Kep.Mat, selaku penanggung jawab

prodi D-III Keperawatan Kelas B Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur dan

selaku ketua penguji dalam seminar KTI.

vii
6. Ns. Rus Andraini, A.Kp.,MPH, selaku pembimbing Utama dalam penyelesaian

KTI.

7. Ns. Siti Nuryanti, S.Kep., M.Pd, selaku pembimbing Pendamping dalam

penyelesaian KTI.

8. Dosen-dosen dan seluruh staf Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan

Timur yang telah mendidik dan membimbing saya dalam masa pendidikan.

9. Ayah Edi, Ibu Dwi dan Deika yang selalu mendukung dan mendoakan saya

hingga tahap ini.

10. Rekan-rekan mahasiswa/i Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur Jurusan

Keperawatan Prodi D-III Keperawatan Kelas B angkatan 2020.

Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu

masukan, saran serta kritik sangat diharapkan guna kesempurnaan KTI. Akhirnya

hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala kita kembalikan semua urusan dan

semoga memberikan manfaat dan kebaikan bagi banyak pihak dan bernilai ibadah

dihadapan Tuhan.

Samarinda, 14 Juni 2023

Penulis

viii
ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GASTROENTERITIS


DI RSUD Dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN
TAHUN 2023

Pendahuluan : Dalam proses tumbuh kembang seorang anak, menjaga kebersihan


yang sulit serta sistem kekebalan tubuh yang belum terbentuk secara sempurna,
menyebabkan anak lebih rentan terkena virus, bakteri ataupun parasit, kemudian
akan menyebabkan berbagai macam infeksi, salah satunya yaitu gastroenteritis.
Penelitian ini bertujuan mempelajari dan memahami Asuhan Keperawatan pada
Anak dengan Gastroenteritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

Metode : Penelitian ini menggunakan metode studi kasus pendekatan Asuhan


Keperawatan dengan 2 kasus sebagai analisis anak gastroenteritis. Lokasi
penelitian dilakukan di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan pada tanggal
8-11 Maret 2023. Metode pengambilan data berupa wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan pemeriksaan penunjang.

Hasil dan pembahasan : Berdasarkan hasil pengkajian Klien 1 dan Klien 2


ditegakkan 5 diagnosa sama yaitu diare, nausea, nyeri akut, defisit pengetahuan,
risiko ketidakseimbangan elektrolit serta hipertermi yang ada pada Klien 1 dan
ansietas pada Klien 2, sesuai dengan SDKI. Perencanaan serta pelaksanaan
disesuaikan berdasarkan kebutuhan klien, dengan evaluasi yang dilakukan pada 2
Klien didapatkan diagnosa teratasi selama 3 hari perawatan.

Kesimpulan dan Saran : Didapatkan respon yang berbeda dari 2 Klien anak
terhadap gastroenteritis setalah dilakukan pengkajian, penegakkan diagnosa,
intervensi, implementasi, hingga evaluasi. Diharapkan perawat lebih mampu
melakukan Asuhan Keperawatan secara komprehensif, serta meningkatkan
kemampuan dan pengetahuan dalam melakukan Asuhan Keperawatan pada anak
dengan gastroenteritis.

Kata kunci : Asuhan Keperawatan, Gastroenteritis, Anak

ix
ABSTRACT

NURSING CARE FOR CHILDREN WITH GASTROENTERITIS


AT Dr. KANUJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN HOSPITAL
YEAR 2023

Introduction : In the process of growth and development of a child, maintaining


difficult hygiene and an immune system that has not been fully formed, causing
children to be more susceptible to viruses, bacteria or parasites will then cause
various kinds of infections, one of which is gastroenteritis. This study aims to
study and understand Nursing Care in Pediatric Patients with Gastroenteritis at Dr.
Kanujoso Djatiwibowo Hospital Balikpapan.

Method : This study used a case study method of Nursing Care approach with 2
cases as an analysis of gastroenteritis children. The research location was carried
out at Dr. Kanujoso Djatiwibowo Hospital Balikpapan on March 8-11, 2023. Data
collection methods include interviews, observations, physical examinations,
documentation studies and supporting examinations.

Results and Discussion : Based on the results of the assessment of Client 1 and
Client 2, 5 of the same diagnoses were established, namely diarrhea, nausea, acute
pain, knowledge deficit, risk of electrolyte imbalance and hyperthermia in Client 1
and ansietas in Client 2, in accordance with SDKI. Planning and execution are
adjusted based on client needs, with evaluations carried out on 2 clients obtained
diagnoses resolved during 3 days of treatment.

Conclusion and Advice : Different responses were obtained from 2 pediatric


clients to gastroenteritis after assessment, diagnosis, intervention, implementation,
and evaluation. It is expected that nurses are better able to carry out comprehensive
Nursing Care, as well as improve their ability and knowledge in conducting
Nursing Care in children with gastroenteritis.

Keywords : Nursing Care, Gastroenteritis, Children

x
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ................... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

LEMBAR PERSETUJUAN .............. ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

LEMBAR PENGESAHAN ............... ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

DATA RIWAYAT HIDUP................................................................................... VI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... VII

ABSTRAK ............................................................................................................. IX

ABSTRACT ............................................................................................................ X

DAFTAR ISI.......................................................................................................... XI

DAFTAR TABEL ............................................................................................... XV

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................XVII

DAFTAR BAGAN .......................................................................................... XVIII

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... XIX

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ............................................................................................... 6

1. Tujuan Umum ................................................................................................ 6

2. Tujuan Khusus ............................................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 7

1. Bagi Peneliti ................................................................................................... 7

2. Bagi Rumah Sakit .......................................................................................... 7

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan......................................................... 7

xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8

A. Konsep Dasar Medis Gastroenteritis ................................................................. 8

1. Definisi ........................................................................................................... 8

2. Etiologi........................................................................................................... 8

3. Anatomi Fisiologi ........................................................................................ 11

4. Klasifikasi .................................................................................................... 15

5. Patofisiologi ................................................................................................. 17

6. Pathway ........................................................................................................ 19

7. Manifestasi Klinis ........................................................................................ 20

8. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 21

9. Komplikasi ................................................................................................... 21

10. Penatalaksanaan ....................................................................................... 22

B. Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan Gastroenteritis ........................... 27

1. Pengkajian Keperawatan .............................................................................. 27

2. Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 29

3. Intervensi Keperawatan ............................................................................... 35

4. Implementasi Keperawatan .......................................................................... 43

5. Evaluasi Keperawatan .................................................................................. 43

C. Konsep Dasar Keperawatan Anak ................................................................... 44

1. Filososi atau Pradigma Keperawatan Anak ................................................. 44

2. Batasan Usia Anak ....................................................................................... 47

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ....................................................... 47

4. Prinsip Keperawatan Anak .......................................................................... 48

xii
5. Peran Perawat Anak ..................................................................................... 49

6. Hospitalisasi ................................................................................................. 50

7. Family Center Care ..................................................................................... 52

8. Autramatic Care........................................................................................... 53

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 54

A. Pendekatan/Desain Penelitian.......................................................................... 54

B. Subjek Penelitian ............................................................................................. 54

C. Batasan Istilah (Definisi Operasional) ............................................................. 55

1. Gastroenteritis .............................................................................................. 55

2. Asuhan Keperawatan ................................................................................... 55

D. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 56

E. Prosedur Penelitian .......................................................................................... 56

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ..................................................... 57

1. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 58

2. Instrument Pengumpulan Data ..................................................................... 58

G. Keabsahan Data ............................................................................................... 58

H. Analisis Data.................................................................................................... 59

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 60

A. Hasil Studi Kasus............................................................................................. 60

1. Gambaran dan Lokasi Penelitian ................................................................. 60

2. Data Asuhan Keperawatan ........................................................................... 62

B. Pembahasan ........................................................................................................ 93

1. Pengkajian .................................................................................................... 94

xiii
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 96

3. Intervensi Keperawatan ............................................................................. 103

4. Implementasi Keperawatan ........................................................................ 113

5. Evaluasi Keperawatan ................................................................................ 115

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 118

A. Kesimpulan .................................................................................................... 118

1. Pengkajian .................................................................................................. 118

2. Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 118

3. Intervensi Keperawatan ............................................................................. 119

4. Implementasi Keperawatan ........................................................................ 119

5. Evaluasi Keperawatan ................................................................................ 119

B. Saran .............................................................................................................. 119

1. Bagi Peneliti ............................................................................................... 119

2. Bagi Tempat Penelitian .............................................................................. 119

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan..................................................... 120

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 121

LAMPIRAN-LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Derajat Dehidrasi Kehilangan Air .......................................................... 16

Tabel 2.2 Derajat Dehidrasi Dengan Skor WHO.................................................... 16

Tabel 2.3 Derajat Dehidrasi Bedasar Tanda Klinis ................................................ 17

Tabel 2.4 Balance Cairan ........................................................................................ 22

Tabel 2.5 Pemberian Oralit Sesuai Takaran ........................................................... 25

Tabel 2.6 Pemberian Cairan Intravena Pada Dehidrasi .......................................... 26

Tabel 2.7 Konsep Diagnosa Keperawatan Gastroenteritis ..................................... 29

Tabel 2.8 Konsep Intervensi Keperawatan Gastroenteritis..................................... 35

Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan Klien Anak Gastroenteritis di RSUD Dr.


Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023….…….…….…….…62

Tabel 4.2 Pemeriksaan Fisik Klien Anak Gastroenteritis di RSUD Dr.


Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023….……...……………67

Tabel 4.3 Pemeriksaan Penunjang Klien Anak Gastroenteritis di RSUD Dr.


Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023….……...……………69

Tabel 4.4 Terapi Farmakologi Klien Anak Gastroenteritis di RSUD Dr.


Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023….…….…….…….…70

Tabel 4.5 Monitoring Balance Cairan Klien Anak Gastroenteritis di RSUD Dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023….……...……………70

Tabel 4.6 Data Fokus Klien Anak Gastroenteritis di RSUD Dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023….……..................……………71

Tabel 4.7 Analisa Data Klien Anak Gastroenteritis di RSUD Dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023……………..……...……………73

xv
Tabel 4.8 Diagnosa Keperawatan Klien Anak Gastroenteritis di RSUD Dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023….……...……………77

Tabel 4.9 Intervensi Keperawatan Klien Anak Gastroenteritis di RSUD Dr.


Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023….……...……………78

Tabel 4.10 Implementasi Keperawatan Klien Anak Gastroenteritis di RSUD Dr.


Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023….…….……………86

Tabel 4.11 Evaluasi Keperawatan Klien Anak Gastroenteritis di RSUD Dr.


Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023….…….……………90

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Pencernaan ............................................................ 11

Gambar 2.3 Empat Komponen Paradigma Keperawatan Anak .............................. 44

Gambar 4.1 Gambaran Lokasi Rsud Dr. Kanujoso Djatiwibowo .......................... 61

xvii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.2 Pathway Gastroenteritis ......................................................................... 19

xviii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent Klien 1

Lampiran 2 Pengkajian Asuhan Keperawatan Klien 1

Lampiran 3 Satuan Acara Penyuluhan Klien 1

Lampiran 4 Informed Consent Klien 2

Lampiran 5 Pengkajian Asuhan Keperawatan Klien 2

Lampiran 6 Satuan Acara Penyeluhan Klien 2

Lampiran 7 Absensi ruangan Flamboyan C

Lampiran 8 Lembar Konsul

xix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak diartikan sebagai seseorang yang usianya ≤ 18 tahun dalam masa

tumbuh kembang, dengan kebutuhan khusus yaitu kebutuhan fisik, psikologis,

sosial dan spiritual (Damanik & Sitorus, 2019). Perkembangan konsep diri

menurut Yuliastati dan Arnis (2016), sudah ada sejak bayi dan akan mengalami

perkembangan seiring bertambahnya usia anak. Lingkungan mengambil peran

penting dalam perubahan status kesehatan anak, dan terbagi menjadi linkungan

internal (anak lahir dengan kelainan) serta lingkungan ekstrenal (gizi buruk,

peran orang tua, saudara, teman dan masyarakat).

Dalam proses tumbuh dan kembang seorang anak, menjaga kebersihan

yang sulit dan sistem kekebalan tubuh yang belum terbentuk secara sempurna,

menyebabkan anak lebih rentan terkena virus, bakteri ataupun parasit yang

akan menyebabkan berbagai macam infeksi pada anak seperti pilek, infeksi

telinga, bronkitis, penyakit kulit, mata merah, cacar air, sinusitis, radang

tenggorokan, pneumonia dan gastroenteritis (Faradila, 2022). Menurut Rizal

(2021), salah satu infeksi virus yang sering terjadi pada anak yaitu

gastroenteritis atau biasa dikenal dengan istilah Muntah Berak (MuntaBer).

Gastroenteritis didefinisikan secara medis sebagai penyakit diare,

dengan kata lain peningkatan frekuensi buang air besar dengan atau tanpa

muntah, demam dan nyeri perut. Peningkatan frekuensi buang air besar

1
2

didefinisikan ≥ 3 kali dengan konsistetnsi encer dalam 24 jam atau setidaknya

200 g fases/ hari (Sattar & Singh, 2022).

Secara global, di dunia gastroenteritis melibatkan lebih dari 3-5 miliar

anak setiap tahun. Amerika Serikat, menyumbangkan lebih dari 350 juta kasus

gastroenteritis akut setiap tahunnya dan di antaranya, bakteri bawaan makanan

menjadi penyebab 48 juta kasus (Sattar & Singh, 2022). World Health

Organization (2020), mengungkapkan sekitar 7% angka kematian anak-anak di

dunia disebabkan karena gastroenteritis. Profil kesehatan Indonesia (2021),

menyampaikan bahwa diare merupakan penyakit endemis yang berpotensi

menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan menjadi penyumbang kematian

terbanyak yaitu 14% pada post neonatal setelah pneumonia. Sedangkan pada

balita, diare menjadi penyumbang kematian dengan 10,3% dan diikuti oleh

pneumonia sebanyak 9,4%. Banten menjadi penyumbang terbanyak dengan

68,8% untuk semua umur dan 55,3% untuk balita.

Halimatussa’diah, et,al, (2018), mengemukakan hasil penelitiannya di

salah satu sekolah di kota Depok terdapat Panganan Jajanan Anak Sekolah

(PJAS) yang terkontaminasi dengan bakteri Salmonella sp sebanyak 4% dari

46 sampel PJAS. 14% siswa mengkonsumsi PJAS yang terkontaminasi dan

diikuti oleh perilaku tidak bersih dan sehat seperti 44,2% siswa tidak biasa

mencuci tangan sebelum makan, 29% siswa tidak biasa mencuci tangan setelah

buang air besar, 40,8% siswa mengkonsumsi PJAS dari penjamah yang tidak

higeinis dan 60,2% siswa menggunakan air tidak memenuhi syarat.

Berdasarkan penelitiaan tersebut, di dapatkan sebanyak 11,7% siswa


3

mengalami gejala gastroenteritis yang di teliti selama 2 hari setelah

mengkonsumsi PJAS terkontaminasi bakteri Salmonella sp.

Fakta yang di ungkap oleh Profil kesehatan Indonesia (2021),

mengungkapkan Kalimantan Utara masuk 5 besar provinsi dengan pelayanan

penderita diare terbanyak pada balita dengan 32,6%. Kalimantan Timur sendiri,

kasus pada diare menyebabkan kematian balita sebanyak 7 jiwa dan pada post

neonatal sebanyak 30 jiwa dengan jumlah pelayanan sebesar 30,3% pada

semua umur dan 21,4% pada balita. Menurut hasil Badan Pusat Statistik (BPS)

Kalimantan Timur (2022), kasus diare mencapai angka kejadian sebanyak

26.003 jiwa serta 7 kematian, dengan Kota Balikpapan menjadi penyumbang

kasus terbanyak pada tahun 2022 di angka kejadian 5.734 jiwa.

Berfokus gastroenteritis akut pada anak-anak, di mana virus merupakan

75% - 90% penyebab dari gastroenteritis dengan sekitar 20% kasus disebabkan

oleh bakteri dan diare yang bertahan setidaknya selama 14 hari lebih sering

disebabkan oleh infeksi parasit, yang jumlahnya kurang dari 5% kasus

gastroenteritis akut. Mikroorganisme penyebab gastroenteritis bervariasi

menurut musim dan iklim (Hartman, et,al, 2019). Diare sebagai tanda utama

seorang anak terkena gastroenteritis yang kemudian diikuti dengan mual dan

muntah dalam jumlah yang melebihi batas output anak, menjadikan dehidrasi

sebagai masalah utama yang harus diperhatikan dengan seksama. Tingkat

dehidrasi, paling baik dinilai dari persentase kehilangan berat badan sehingga

dapat menentukan pengobatan yang tepat. Berat badan pasien sebelum


4

timbulnya penyakit umumnya tidak diketahui secara pasti, sehingga tingkat

dehidrasi harus diperkirakan dari temuan fisik (Posovzsky, et,al, 2020).

Mardalena (2018), mengatakan bahwa masalah keperawatan yang akan

muncul pada penderita gastroenteritis dimulai dari defisit pengetahuan, baik

berkaitan dengan sebelum maupun sesudah terkena gastroenteritis yang

diderita oleh pasien. Pada pasien dengan diare akan menyebabkan hipovolemia,

defisit nutrisi karena mual dan muntah, gangguan integritas kulit karena iritasi,

dan gangguan rasa nyaman akibat dari nyeri abdomen pasien.

Damanik dan Sitorus (2019), juga menyatakan peran orang tua

dibutuhkan, karena anak tidak bisa jauh dari orang tua dan orang tua

mempunyai sumber daya yang bisa membantu penyembuhan anak yang biasa

dikenal dengan istilah Family Centered Care (FCC). Dilanjutkan dengan

menurut Oktiawati dan Julianti (2019), penaganan gastroenteritis dengan diare

sangat membutuhkan peran orang tua di dalamnya, karena disetiap

penatalaksanaan diare dengan atau tanpa dehidrasi dibutuhkan orang tua yang

cepat tanggap dalam kasus tersebut.

Peran perawat pada asuhan keperawatan anak gastroenteritis dapat

dilakukan dengan memantau intake dan output cairan. Anak dengan terapi

intravena perlu pengawasan, pengaturan tetes infus yang sesuai dan

mengajurkan makan sedikit tapi sering pada anak, serta memonitor tanda-tanda

vital (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Dalam melakukan asuhan

keperawatan anak gastroenteritis perawat juga harus memperhatikan

atraumatic care dengan tujuan do no harm (jangan melukai), yang dapat


5

dilakukan dengan mencegah atau meminimalkan pemisahan anak dengan

keluarganya dan meningkatkan pengendalian perasaan serta mencegah atau

meminimalkan nyeri dan cidera pada tubuh (Damanik & Sitorus, 2019).

Penatalaksaan gastroenteritis dengan dehidrasi ini, dibedakan

berdasarkan jenis dehidrasi yang dialami, seperti dengan atau tanpa dehidrasi,

dehidrasi ringan, sedang dan berat (Oktiawati & Julianti, 2019). Dari jenis

dehidrasi tersebut tujuan penatalaksanaan gastroenteritis termasuk mencegah

dehidrasi, mengobati dehidrasi saat terjadi dan mengurangi durasi keparahan

gejala. Pedoman konsisten dalam merekomendasikan bahwa anak-anak dengan

dehidrasi harus direhidrasi dengan mengganti kehilangan cairan yang sedang

berlangsung, menyusui yang terus berlanjut dan diet yang sesuai usia dimulai

setelah rehidrasi awal (Hartman, et.al, 2019).

Berdasarkan hasil wawancara bersama salah satu perawat di RSUD dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan, ruangan anak pada 26 Januari 2023, bahwa

angka kejadian kasus gastroenteritis ini merupakan peringkat pertama dengan

102 pasien yang disusul dengan Pneumonia 96 pasien, Demam Berdarah 87

pasien, Bronko Pneumonia 66 pasien, Febris 39 pasien, Epilepsi 33 pasien,

Cidera Kepala Ringan 23 pasien, ASMA 17 paisen dan Anemia 10 pasien serta

dilakukan rawat inap pada anak-anak di tahun 2022.

Berdasarkan studi pendahuluan permasalahan di atas, maka penulis

tertarik melaksanakan penelitian “Asuhan Keperawatan pada Pasien Anak

Dengan Gastroenteritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Tahun 2023”.


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Pasien Anak

dengan Gastroenteritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan tahun

2023?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran

tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien Anak dengan Gastroenteritis di

RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan Pengkajian pada Pasien Anak dengan Gastroenteritis di

RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023.

b. Menegakkan Diagnosa Keperawatan pada Pasien Anak dengan

Gastroenteritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

Tahun 2023.

c. Menyusun Perencanaan Keperawatan pada Pasien Anak dengan

Gastroenteritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

Tahun 2023.
7

d. Melakukan Intervensi Keperawatan pada Pasien Anak dengan

Gastroenteritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

Tahun 2023.

e. Mengevaluasi Asuhan Keperawatan pada Pasien Anak dengan

Gastroenteritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

Tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi:

1. Bagi Peneliti

Manafaat penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman,

pengetahuan dan wawasan berpikir oleh penulis, serta dapat

mengaplikasikan hasil asuhan keperawatan anak pada pasien

gastroenteritis.

2. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

rumah sakit selaku pemberi layanan kesehatan mengenai penyakit

gastroenteritis pada anak.

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian dapat dijadikan bahan pembelajaran dan referensi

bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya disiplin ilmu

keperawatan mengenai asuhan keperawataan pada pasien anak dengan

Gastroenteritis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Medis Gastroenteritis

1. Definisi
Kata “Gastroenteritis” berasal dari kata Yunani gastron (perut) dan

enteron (usus kecil). Secara medis, gastroenteritis didefinisikan sebagai

penyakit diare, dengan kata lain peningkatan frekuensi buang air besar

dengan atau tanpa muntah, demam dan nyeri perut. Peningkatan frekuensi

buang air besar didefinisikan oleh tiga atau lebih buang air besar encer

dalam 24 jam atau setidaknya 200 g fases per hari (Sattar & Singh, 2022).

Gastroenteritis merujuk pada radang lambung atau usus dan

termasuk penyakit yang dapat menular, diare sering muncul secara

mendadak dengan atau tanpa muntah. Diare biasanya berlangsung selama

5-7 hari dan sebagian besar berhenti dalam 2 minggu, sedangkan muntah

biasanya berlangsung selama 1-2 hari dan sebagian besar berhenti dalam 3

hari (Lugg, 2014).

2. Etiologi

Faktor-faktor penyebab gastroenteritis anatara lain:

a. Faktor Infeksi menurut Mardalena (2018) serta Diyono dan Mulyanti

(2016).

1) Infeksi Virus

8
9

a) Rotravirus merupakan penyebab tersering diare akut pada bayi

dan disertai dengan muntah yang timbul sepanjang tahun,

dengan demam dan muntah sebagai gejala.

b) Enterovirus, biasa muncul pada musim panas.

c) Adenovirus, timbul sepanjang tahun dengan gejala muncul pada

saluran pencernaan atau pernapasan.

d) Norwalk, muncul sebagai epidemik dan dapat sembuh sendiri

dalam 24-48 jam.

2) Infeksi bakteri

a) Shigella merupakan penyebab paling tinggi bagi balita dan

muncul selama 1 musim dengan puncak Juli-September yang

ditandai dengan muntah tapi tidak menonjol.

b) Salmonella, dengan penderita paling tinggi oleh bayi dibawah 1

tahun yang membutuhkan masa inkubasi 6-40 jam, dengan lama

2-5 hari. Tanda dari infeksi ini yaitu demam, terjadi mukoid,

muntah tapi tidak menonjol dan fases yang berdarah dan

organisme yang dapat ditemukan di dalam fases selama

berbulan-bulan lamanya.

c) Escherichia coli, biasa terlihat sangat sakit saat didetita oleh

bayi karena menembus mukosa sehingga fases berdarah.

d) Campylobacter,biasa ditandai dengan kram pada abdomen yang

hebat, dehidrasi, muntah serta fases yang berdarah dan

tercampur oleh mukus.


10

e) Yersinia Enterecolitica biasa disebut kembaran apendiksitis

dengan diare selama 1-2 minggu dan nyeri pada abdomen.

3) Infeksi parasit, biasa disebabkan oleh cacing acsaris, trichius,

oxyuris.

4) Infeksi protozoa, biasa disebabkan oleh entamoeba histolitika,

giardia, lamblia, trichomonas.

5) Jamur dengan candida albicans sebagai penyebab utama.

b. Faktor non-infeksi dengan malabsorsi sebagai salah satu faktor

gastroenteritis. Intoleransi laktosa menjadi penyebab non-infeksi yang

paling sering terjadi pada bayi dan anak.

c. Faktor makanan atau keracunan makanan yang didefinisikan sebagai

penyakit yang terjadi dalam 24 jam setelah makan. Sebagian besar

disebabkan oleh toksin bakteri yang telah terbentuk oleh makanan itu

sendiri.

d. Faktor kerusakan struktual pada mukosa usus menyebabkan gangguan

absorpsi cairan, demikian pula eksudi ke dalam lumen usus yang

merupakan mekanisme penyakit inflamasi usus kronik dan invasi

kuman pathogen sehingga menimbulkan diare.

e. Faktor imunologik, karena tubuh mengalami defisiensi Ig A yang

menyebabkan tidak mampunya tubuh mengatasi infeksi dan investasi

parasit dalam usus.

f. Faktor psikologis berupa takut dan cemas.


11

3. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1
Anatomi Fisiologi Pencernaan
Sumber: Mardalena, 2018

Tubuh manusia terdapat sel-sel yang membutuhkan nutrisi seperti

protein, lemak, mineral, vitamin, air serta karbohidrat. Dalam proses

mencerna makanan dari awal masuk sampai bisa diserap tubuh ada sistem

yang berperan penting dalam tubuh adalah sistem pencernaan. Sistem

pencernaan ini terdiri dari beberapa organ yang mempunyai tugas dan

fungsi masing-masing. Sistem pencernaan atau sering disebut sistem

gastrointestinal (GI) adalah tempat masuknya makanan, cairan, vitamin.

Karbohidrat dan lemak kemudian diserap di dalam usus (Azizah, et.al,

2021)

Anatomi pada system pencernaan terdiri dari mulut samoai anus.

Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai

berikut (Azizah, et.al, 2021):

a. Menerima makanan

b. Memecah makanan menjadi zat gizi

c. Menyerap zat gizi kedalam darah

d. Membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna


12

Berikut penjelasan anatomi sistem pencernaan dari mulut sampai

anus, sebagai berikut (Azizah,et.al, 2021):

a. Mulut

Mulut adalah bagian organ dari sistem pencernaan yang pertama

sebagai tempat masuknya makanan dan minuman. Mulut dilapisi oleh

membran mukosa seperti epitilium skuamosa yang berisikan kelenjar

sekresi mucus. Pada mulut terdapat palatum yang membentuk langit-

langit mulut seperti palatum durum (langit mulut keras) yang terletak

dibagian anterior, palatum molle (langit lunak) yang terdapat di

posterior. Selain itu di dalam mulut juga terdapat uvula yang

merupakan suatu otot yang melengkung dan menutupi membrane

mukosa dan berada pada ujung palatum molle.

b. Tenggorokan atau Faring

Organ ini berfungsi menghubungkan antara mulut dengan

kerongkongan. Di dalam faring terdapat tonsil atau biasa disebut

amandel. Amandel merupakan kelenjar limfe yang mengandung

kelenjar limfosit dan bertujuan untuk melindungi tubuh dari infeksi.

Faring terletak pada rongga mulut bagian belakang dan rongga hidung.

Arteri yang mendarahi faring disebut dengan arteri fasialis.

c. Kerongkongan atau Esofagus

Kerongkongan merupakan tabumg berotot yang merupakan

tempat dilewatinya makanan dari mulut ke dalam lambung.

Kerongkongan memiliki panjang antara 2,5 cm dengan lebar 2 cm.


13

kerongkongan terletak pada medium toraks, didepan kolum vertebrata

yang berada sekitar dibelakang trakea dan jantung. Kerongongan pada

bagian atas berhubungan dengan faring sedangkan bagian bawah

dengan diafragma. Gerak peristaltik yang terjadi dalam kerongkongan

seperti memutar, menyempit, melebar, bergelombang dan meremas

sehingga makanan bisa masuk sampai ke lambung. Kerongkongan

terdiri dari 3 bagian, diantaranya yaitu : bagian atas terdiri dari otot

rangka, bagian tengah terdiri dari otot rangka dan otot halus, sedangkan

bagian bawah terdiri dari otot halus.

d. Lambung

Lambung adalah saluran pencernaan yang berotot dan berongga

dengan bentuk seperti huruf J yang terletak pada epigastrik, umbilikal

dan hipokondriak kiri rongga abdomen. Ukuran lambung ditentukan

dari jumlah makanan yang ada di lambung sekitar 1,5 L atau lebih.

Lambung dibagi menjadi 3 bagian seperti kardiak yang merupakan

bagian lambung pertama sebagai tempat masuknya makanan dari

kerongkongan, fundus yang merupakan bagian tengah dengan tujuan

menampung makanan dan proses pencernaan dan polirus yang

merupakan bagaian terakhir dari penampungan makanan dan jalan

keluar makanan ke usus halus.

e. Usus Halus

Bagian ini terletak diantara lambung dengan usus besar. Panjang

usus halus antara 5 M, yang dikelilingi dengan usus besar. Usus halus
14

terdiri dari 3 bagian seperti usus 12 jari (duodenum) dengan panjang

sekitar 25 cm dan mengelilingi kepala pankreas serta bertugas

mengrimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengirimkan

makanan melalui sfingter pilorus, usus kosong (jejenum) yang terletak

pada bagian tengah usus dengan panjang 2 cm dan terdapat jonjot atau

villi serta membrane mukus, dilanjutkan dengan ileum yang merupakan

tempat perkumpulan akhir dengan panjang 3 cm dan mempunyai katup

ileosekal yang berfungsi untuk mencegah regurgitasi dan mencegah

terjadinya proses aliran balik dari ileum ke sekum.

f. Usus Besar

Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang mempunyai

umbai cacing yang sering disebut dengan appendix. Usus besar

mempunyai panjang 13 m, dari sekum ke fossa iliaka kanan sampai

dengan rektum dan saluran anus di pelvis. Lebar lumen usus besar

sekitar 6,5 cm yang lebih besar dari usus halus. Usus besar terdiri dari

sekum yang merupakan pangkal usus besar dan merupakan tempat

buntu pada bagian ujungnya dan memiliki panjang 8-9 cm, kolon

asenden yang berupa garis melengkung tajam membentuk kolom

transversum dan kolon yang keatas dari sekum menuju kejati, kolon

transversum yang melintang pada bagian duodenum dan lambung yang

menuju area limpa, kolom desenden merupakan kolon yang akan

membentuk kolon sigmoid dengan bentuk kebawah pada rongga

abdomen, kolom sigmoid yaitu kolon yang berbentuk huruf S dan


15

menuju kebawah, rektum yang merupakan bagaian dari kolon yang

melenar dengan panjang 13 cm serta dilanjutkan dengan anus yang

merupakan bagian ujung rektum dan berbatasan dengan kolon sigmoid

dan saluran anus.

4. Klasifikasi

Gastroenteritis menyebabkan diare dan sebagian besar adalah diare

akut (Dominguez & Wars, 2022). Seseorang dapat dikatakan diare menurut

Mardalena (2018), apabila:

a. Bayi dan anak dengan buang air besar > 3 kali perhari

b. Neonatus bila buang air besar > 4 kali sehari

c. Dewasa dengan buang air besar > 7 kali sehari.

Mardalena (2018), juga menuturkan diare memiliki klasifikasi

sendiri, seperti:

a. Diare cair akut yang ditandai keluarnya tinja encer dan mungkin ada

darah di dalamnya. Kondisi ini umumnya berakhir < 14 hari

b. Disentri atau diare akut, bila ada darah dalam fases, frekuensi BAB

sering dan kualitas fases sedikit

c. Diare persisten yang dimulai dari diare akut dan berakhir dalam ≥ 14

hari.

Dominguez dan Wars (2022), juga menuturkan bahwa penderita

diare memiliki risiko untuk terkena dehidrasi, maka berdasarkan

Rachmawati (2022), derajat dehidrasi digolongkan berdasarkan beberapa

golongan, yaitu:
16

a. Dehidrasi berdasarkann kehilangan Berat Badan (BB):

1) Dehidrasi ringan, digambarkan dengan kehilangan 5% dari BB

sebelum sakit dengan perhitungan rata-rata 2,5% diberikan cairan

25% ml/kg BB

2) Dehidrasi sedang, berupa kehilangan cairan 5%-10% dari BB

sebelum sakit dengan perhitungan rata-rata 7,5% ml/kg BB

3) Dehidrasi berat, dengan kehilangan > 10% BB sebelum sakit

dengan perhitungan rata-rata 12,5% dan harus diberi cairan

pengganti 1255 ml/kg BB.

b. Dehidrasi berdasarkan presentase kehilangan air dari BB, yaitu:

Tabel 2.1
Derajat Dehidrasi Kehilangan Air

No. Derajat Dehidrasi Dewasa Bayi dan Anak


1. Dehidrasi ringan 4% dari BB 5% dari BB
2. Dehidrasi sedang 6% dari BB 10% dari BB
3. Dehidrasi berat 8% dari BB 15% dari BB
Sumber: Rachmawati, 2022

c. Dehidrasi berdasarkan skor WHO, terbagi menjadi:

Tabel 2.2
Derajat Dehidrasi Dengan Skor WHO
Komponen Yang Skor
Dinilai A B C
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng, Mengigau, koma atau
apatis, ngantuk syok
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Turgor Baik Kurang Jelek
Mulut Biasa Kering Sangat kering

Sumber: Rachmawati, 2022


17

Kriteria:

1) <2 tanda di kolom B dan C = tanpa dehidrasi

2) >2 tanda di kolom B = dehidrasi ringan-sedang

3) ≥2 tanda di kolom C = dehidrasi berat

d. Dehidrasi berdasarkan tanda klinis, seperti:

Tabel 2.3
Derajat Dehidrasi Bedasar Tanda Klinis
Derajat
No. Ringan Sedang Berat
dehidrasi
1. Defisit cairan 3-5% 6-8% >10%
2. Hemodinamik Takikardia, Takikardia, nadi Takikardia, nadi tidak
nadi lemah lemah, volume taraba, akral dingin,
kolaps, hipotensi sianosis
orostatik
3. Jaringan Lidah Lidah keriput, Antonia, turgor buruk
kering, turgor kurang
turgor turun
4. Urin Pekat Jumlah turun Oliguria

5. Kesadaran Mengantuk Apatis Koma

Sumber: Rachmawati, 2022

e. Dehidrasi berdasarkan berat jenis plasma (BJ normal 1.025), yaitu:

1) Dehidrasi berat dengan BJ Plasma 1.032-1.040

2) Dehidrasi sedang dengan BJ Plasma 1.028-1.032

3) Dehidrasi ringan dengan BJ Plasma 1.025-1.028

5. Patofisiologi

Gastroenteritis menurut Mardalena (2018), disebabkan oleh

masuknya virus, bakteri dan parasit yang kemudian menyebabkan

terjadinya infeksi pada sel-sel serta memproduksi Enterotoksin atau

Cytotoksin dimana akan merusak sel dan melekat pada dinding usus.

Penularan gastroenteritis biasa melalui fekal dan juga makanan atau


18

minuman yang terkontaminasi yang biasa disebut gangguan osmotic atau

mekanisme dasar penyebab gastroenteritis timbul. Makanan yang tidak

dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus

meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga

usus yang kemudian akan menyebabkan diare jika isi dalam rongga usus

berlebihan. Selain itu muncul juga gangguan sekresi akibat toksin di

dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat, serta gangguan

motilitas usus berupa hiperistaltik yang berarti berkurangnya kesempatan

usus untuk menyerap makanan dan air hingga terjadi diare dan

hipoperistaltik yang mengakibatkan bakteri tumbuh berlebih dan

memunculkan diare.

Dasarnya makanan atau fases bergerak sepanjang usus dengan

bantuan gerakan paristaltik dan segmentasi usus. Namun pada kasus

gastroenteritis, mikroorganisme yang masuk kedalam usus dan berkembang

biak dapat meningkatkan gerakan paristaltik di usus. Kemudian usus akan

kehilangan cairan dan elektrolit maka terjadilah dehidrasi. Pada

gastroenteritis dehidrasi menjadi komplikasi yang sering terjadi. Dehidrasi

ini dapat mengganggu keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik

dan hipokalemian, serta gangguan gizi, hipoglikemia dan gangguan

sirkulasi darah.
19

6. Pathway

Bagan 2.2
Pathway Gastroenteritis
Sumber: Muttaqin 2011, TIM POKJA DPP SDKI PPNI 2017
20

7. Manifestasi Klinis

Mardalena (2018), Diyono dan Mulyanti (2016), menuturkan

manifestasi klinis gastroenteritis antara lain :

a. Nyeri perut dan ulu hati

b. Mual, kadang diikuti dengan muntah

c. Nafsu makan berkurang

d. Perut kembung

e. Rasa panas di dada dan perut

f. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

g. Diare

h. Demam

i. Lemah

j. Fontanel cekung.

k. Dehidrasi : turgor buruk, kulit kering, lidah pecah-pecah

l. Berat badan menurun

m. Selaput lendir pucat

n. Peristaltik usus menigkat

o. Anus kadang lecet

p. Takikardi

q. Ketidakseimbangan antara masukan dan keluaran

r. Peningkatan serum natrium

s. Urine pekat

t. Perilaku tidak konsentrasi


21

8. Pemeriksaan Penunjang

Mardalena (2018), menyampaikan pemeriksaan laboratorium pada

gastroenteritis meliputi :

a. Pemeriksaan Tinja

1) Makroskopis dan mikroskopis

2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet

dinistest, bila diduga intoleransi gula.

3) Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

b. Pemeriksaan Darah

1) pH darah (Natrium, Kalium, Kalsium dan Fosfor) dalam serum

untuk menentukan keseimbangan asam basa.

2) Kadar ureum dan kreatinin untuk menhetahui faal ginjal.

c. Intubasi Duodenum

Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan

kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

9. Komplikasi

Komplikasi dari gastroenteritis menurut Mardalena (2018), yaitu:

a. Dehidrasi

b. Rentan hipovolemi

c. Kejang

d. Bakterimia

e. Malnutrisi

f. Hipogikemia
22

g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis menurut Mardalena (2018), pada penderita

gastroenteritis yaitu:

a. Pemberian cairan untuk mengganti cairan yang hilang

b. Dietetik yaitu pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita

dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan. Adapun hal yang

perlu diperhatikan seperti:

1) Memberi ASI (pada anak usia 0-2 tahun)

2) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,

vitamin, mineral dan makanan yang bersih.

c. Monitor dan koreksi input dan ouput elektrolit

d. Pemberian obat-obatan, seperti:

1) Antibiotik

2) Koreksi asidosis metabolik

3) Berikan obat anti mual

Dalam melakukan pemantauan intake dan output cairan pada anak

dengan dehidrasi, Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit RSUD Dr.

Soetomo (2022), menuturkan bagaimana cara untuk menghitung balance

cairan.

Tabel 2.4
Balance Cairan

Balance Cairan = Cairan Masuk – Cairan Keluar

Sumber: Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit RSUD Dr. Soetomo, 2022.
23

a. Cairan masuk

1) Cairan masuk yang dapat dilihat, yaitu:

a) Oral = minuman dan makanan

b) Enternal = NGT, obat oral

c) Parenteral = IV line (infus)

2) Injeksi cairan yang tidak terlihat biasa disebut metabolisme air yang

dapat diketahui melalui perhitungan usia, seperti:

a) 1-4 tahun = 8 cc/kgBB/hari

b) 5-7 tahun = 8-8,5 cc/kgBB/hari

c) 8-11 tahun = 6-7 cc/kgBB/hari

d) 12-14 tahun = 5-6 cc/kgBB/hari

b. Cairan keluar

1) Cairan keluar yang dapat dilihat, yaitu:

a) BAB = fases ±100 ml/hari

b) Urine = > 0,5 – 1 ml/kgBB/jam

c) NGT = residu, gastric cooling

d) Muntah

e) Drain

2) Cairan keluar yang tidak dapat dilihat berupa Insenible Water Loss

(IWL), yaitu kehilangan cairan melalui paru-paru dan kulit, dengan

standar kehilangan sebesar:

a) Neonatus = 30 ml/kgBB/hari

b) Bayi = 50-60 ml/kgBB/hari


24

c) 1-12 tahun = (30-Usia anak dalam tahun)xBB/kg

d) 12-18 tahun = 20 ml/kgBB/hari

e) Jika ada kenaikan suhu tubuh maka perhitungan IWL = (15cc

X kgBB)+(suhu – 36,8°C)

3) Anak mengompol, dapat hitung kebutuhan urin dengan (urine = 0,5

cc – 1 cc/kgBB/hari).

Oktiawati dan Julianti (2019), menuturkan bahwa penanganan

gastroenteritis dengan diare sehingga mengakibatkan dehidrasi, dibedakan

berdasarkan jenis dehidrasinya, yaitu:

a. Tanpa dehidrasi = lakukan rencana terapi A, setelah rehidrasi nasihati

ibu untuk penanganan dirumah dan kapan harus kembali segera, lalu

lakukan kunjungan ulang dalam waktu 5 hari jika tidak membaik

b. Dehidrasi ringan / sedang = lakukan rencana terapi B, setelah rehidrasi

nasihati ibu untuk penanganan dirumah dan kapan harus kembali

segera, lalu lakukan kunjungan ulang dalam waktu 5 hari jika tidak

membaik

c. Dehidrasi berat = lakukan rencana terapi C

Berikut adalah rencana terapi pemberian cairan tambahan untuk

diare dan melanjutkan pemberian makan / ASI.

a. Rencana terapi A (penanganan diare dirumah)

1) Beri cairan tambahan sebanyak anak mau, seperti ASI dan jika anak

tidak memperoleh ASI maka berikan cairan makanan (kuah sayur,

air tajin) atau air matang dan oralit setiap anak buang air besar
25

dengan 50-100 ml untuk umur 1 tahun serta 100-200 ml untuk 1-5

tahum

2) Beri tablet Zinc selama 10 hari

3) Lanjutkan pemberian makan

4) Beri tau orangtua kapan harus kembali

b. Rencana terapi B (penanganan dengan oralit)

1) Berikan oralit sesuai anjuran selama periode 3 jam pertama dengan

berat badan (kg) x 75 ml

Tabel 2.5
Pemberian Oralit Sesuai Takaran

Umur 4- < 12 2-<5


≤ 4 bulan 1 - < 2 tahun
bulan tahun
Berat Badan (kg) <6 6 - 10 10 - < 12 12-19
Jumlah (ml) 200-400 400-700 700-900 900-1400
Sumber: Oktiawati dan Julianti, 2019

2) Setelah 3 jam maka ulangi penilaian klasifikasi dehidrasi, pilih

rencana terapi yang sesuai, lakukan pemberian makan

3) Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai maka lakukan

hal berikut:

a) Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit dirumah

b) Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan

c) Beri oralit yang cukup untuk memenuhi rehidrasi

d) Jelaskan 4 aturan perawatan diare dirumah dengan rencana

terapi A
26

c. Rencana terapi C

1) Beri cairan intravena secepatnya dengan 100 ml/kg Ringger Laktat

(RL) atau NaCl dengan pembagian sebagai berikut:

Tabel 2.6
Pemberian Cairan Intravena Pada Dehidrasi

Pemberian pertama Selanjutnya


Umur
(30 ml/kg) (70ml/kg)
< 12 bulan 1 jam 5 jam
1-5 tahun 30 menit 2,5 jam
Sumber: Oktiawati dan Julianti, 2019

Setalah itu periksa anak setiap 15-30 menit. Jika nadi tidak

teraba beri tetesan lebih cepat, berikan oralit (5 ml/kgBB/jam)

segera setelah anak mau minum dan periksa kembali sesudah 3-6

jam.

2) Lakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa orogastrik atau mulut

(20 ml/kg/jam selama 6 jam dengan total 120 ml/kg/jam)

3) Jika setelah 3 jam keadaan rehidrasi tidak membaik, maka rujuk

anak untuk pengobatan intravena

4) Setelah 6 jam, periksa kembali anak dan lakukan intervensi sesuai

rencana

5) Berikan tablet Zinc untuk semua penderita diare sesuai dengan dosis

yang sudah ditentukan (1 tablet = 20 mg) dan pemberian selama 10

hari. Dosis tablet Zinc yaitu:

a) < 6 bulan = 0,5 tablet/hari

b) ≥ 6 bulan = 1 tablet/hari.
27

B. Konsep Asuhan Keperawatan Anak dengan Gastroenteritis

Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi dengan klien dan

lingkungan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian

dalam merawat dirinya (Pemerintah Republik Indonesia, UU No. 38, Tahun

2014).

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan menjadi dasar utama dalam proses

keperawatan yang nantinya akan membantu untuk penentuan masalah

keperawatan dan kebutuhan pada pasien. Menurut Mardalena (2018), ada

beberapa data yang harus dikaji pada anak gastroenteritis dengan dehidrasi,

yaitu:

a. Identitas pasien

b. Riwayat keperawatan yang terdiri dari:

1) Awal serangan: anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat,

anoreksia, diare

2) Keluhan utama: fases cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan

elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun dan pada

bayi biasa muncul tanda ubun-ubun tampak cekung, tonus dan

turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering,

frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.

c. Riwayat kesehatan masa lalu, berupa penyakit yang pernah diderita

oleh pasien dan riwayat imunisasi yang telah diberikan

d. Riwayat psikososial keluarga

e. Kebutuhan dasar
28

1) Pola elmininasi: akan mengalami perubahan yaitu BAB >4 kali

sehari dengan konsistensi encer dan BAK sedikit atau jarang

2) Pola nutrisi: diawali dengan mual,muntah, anoreksia, sehingga

terjadi penurunan BB

3) Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi

abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman

4) Pola hygine: kebiasaan mandi setiap harinya

5) Aktivitas: akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan

adanya nyeri akibat distensi abdomen.

f. Keadaan umum: tampak lemah, kesadaran compos mentis sampai

koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat

g. Pemeriksaan sistematik, terdiri dari:

1) Inspeksi: mata cekung, ubun-ubun besar atau cekung, selaput lendir,

mulut dan bibir akan kering, BB menurun, anus kemerahan

2) Perkusi: distensi abdomen

3) Palpasi: turgor kulit kurang elastis

4) Auskultasi: terdengarnya bising usus

h. Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang, dilakukan karena pada anak

dengan dehidrasi akan mengalami penurunan BB secara signifikan

i. Pemeriksaan penunjang seperti pada tinja, darah lengkap dan duodenum

intubation yang berguna untuk mengetahui penyebab secara kuantitatif

dan kualitatif.
29

2. Diagnosa Keperawatan

Tahap kedua pada proses dokumentasi keperawatan adalah diagnosa

yang merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon

individu, keluarga atau komunitas kepada masalah kesehatan, risiko

masalah kesehatan atau proses kehidupan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,

2017). Pada anak dengan gastroenteritis Muttaqin (2011) dan Tim Pokja

SDKI DPP PNNI (2017) menyatakan diagnosa yang sering muncul, yaitu:

Tabel 2.7
Konsep Diagnosa Keperawatan Gastroenteritis

No Diagnosa Keperawatan Penyebab Kondisi Klinis Terkait


1 Diare (D.0020) Fisiologis a) Kanker kolon
a) Inflamasi b) Diverticulitis
Definisi: pengeluaran gastrointestinal c) Iritasi usus
fases yang sering, lunak b) Iritasi d) Chorn’s disease
dan tidak berbentuk gastrointestinal e) Ulkus peptikum
c) Proses infeksi f) Gastritis
Gejala dan Tanda d) Malabsorpsi g) Spasme kolon
Mayor : h) Colitis ulseratif
Psikologis i) Hipertiroidisme
Subjektif: - a) Kecemasan j) Demam typoid
Objektif: b) Tingkat stress tinggi k) Malaria
a) Defekasi lebih dari 3 l) Sigelosis
kali dalam 24 jam Situasional m) Kolera
b) Fases lembek atau a) Terpapar n) Disentri
cair kontaminan o) Hepatitis
b) Terpapar toksin
Gejala dan Tanda c) Penyalahgunaan
Minor : laksatif
Subjektif: d) Penyalahgunaan zat
a) Urgency e) Program pengobatan
b) Nyeri/kram f) Perubahan air dan
abdomen makanan
g) Bakteri pada air
Objektif:
a) Frekuensi peristaltik
meningkat
b) Bising usus
hiperaktif
2. Nyeri akut (D.0077) a) Agen pencedera a) Kondisi
fisiologis (mis. pembedahan
Definisi: pengalaman Inflamasi, iskemia, b) Cedera traumatis
sensorik atau emosional neoplasma) c) Infeksi
yang berkaitan dengan b) Agen pencedera d) Sindrom coroner
30

kerusakan jaringan kimiawi (mis. akut


aktual atau fungsional, Terbakar, bahan e) Glaucoma
dengan onset mendadak kimia iritan)
atau lambat dan c) Agen pencedera fisik
berintensitas ringan (mis. Abses,
hingga berat yang amputasi, terbakar,
berlangsung kurang dari terpotong,
3 bulan. mengangkat berat,
prosedur operasi,
Gejala Dan Tanda trauma, latihan fisik
Mayor : berlebihan)
Subjektif:
a) Mengeluh nyeri

Objektif:
a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif
(mis. Waspada,
menghindari posisi
nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi
meningkat
e) Sulit tidur

Gejala dan Tanda


Minor :
Subjektif: -
Objektif:
a) Tekanan darah
meningkat
b) Pola napas berubah
c) Nafsu makan
berubah
d) Proses berpikir
terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri
sendiri
g) Diaphoresis
3. Nausea (D.0076) a) Gangguan a) Meningitis
biokimiawi (mis. b) Labirinitis
Definisi: perasaan tidak uremia, ketosidosis c) Uremia
nyaman pada bagian diabetik) d) Ketoasidosis
belakang tenggorok atau b) Gangguan pada diabetik
lambung yang dapat esophagus e) Ulkus peptikum
mengakibatkan muntah. c) Distensi lambung f) Penyakit esophagus
d) Iritasi lambung g) Tumor
Gejala dan Tanda e) Gangguan pancreas intraabdomen
Mayor: f) Peregangan kapsul h) Penyakit meniere
Subjektif: limpa i) Neuroma akustik
a) Mengeluh mual g) Tumor terlokalisasi j) Tumor otak
b) Merasa ingin (mis. neuroma k) Kanker
muntah akustik, tumor otak l) Glaucoma
c) Tidak berminat primer atau
makan sekunder, metastasis
31

Objektif: - tulang di dasar


tengkorak)
Gejala dan Tanda h) Peningkatan tekanan
Minor : intraabdominal (mis.
Subjektif: keganasan
a) Merasa asam intraabdomen)
dimulut i) Peningkatan tekanan
b) Sensasi panas / intracranial
dingin j) Peningkatan tekanan
c) Sering menelan intraorbital (mis.
glukoma)
Objektif: k) Mabuk perjalanan
a) Saliva meningkat l) Kehamilan
b) Pucat m) Aroma tidak sedap
c) Diaphoresis n) Rasa makanan /
d) Takikardia minuman yang tidak
e) Pupil dilatasi enak
o) Stimulus
penglihatan tidak
menyenangkan
p) Faktor psikologis
(mis. kecemasan,
ketakutan, stress)
q) Efek agen
farmakologis
r) Efek toksin
4 Hipovolemia (D.0023) a) Kehilangan cairan a) Penyakit addison
aktif b) Trauma / perdarahan
Definisi: penurunan b) Kegagalan c) Luka bakar
volume cairan mekanisme regulasi d) AIDS
intravaskuler, interstisial c) Peningkatan e) Penyakit crohn
dan/ intraseluler permeabilitas f) Muntah
kapiler g) Diare
Gejala dan Tanda d) Kekurangan intake h) Kolitis ulseratif
Mayor : cairan i) Hipoalbuminemia
Subjektif: - e) Evaporasi
Objektif:
a) Frekuensi nadi
meningkat
b) Nadi teraba lemah
c) Tekanan darah
menurun
d) Tekanan nadi
menyempit
e) Turgor kulit
menurun
f) Membran mukosa
kering
g) Volume urin
menurun
h) Hematokrit
meningkat

Gejala dan Tanda


Minor :
Subjektif:
32

a) Merasa lemah
b) Mengeluh haus

Objektif:
a) Pengisian vena
menurun
b) Status mental
berubah
c) Suhu tubuh
meningkat
d) Konsentrasi urin
meningkat
e) Berat badan turun
tiba-tiba
5 Hipertermia (D.0130) a) Dehidrasi a) Proses infeksi
b) Terpapar lingkungan b) Hipertiroid
Definisi: suhu tubuh panas c) Stroke
meningkat diatas rentang c) Proses penyakit d) Dehidrasi
normal tubuh. (mis. Infeksi, e) Trauma
kanker) f) Prematuritas
Gejala dan Tanda d) Ketidaksesuaian
Mayor : pakaian dengan
Subjektif: - suhu lingkungan
Objektif: e) Peningkatan laju
a) Suhu tubuh normal metabolism
diatas nilai normal f) Respon trauma
g) Aktivitas berlebihan
Gejala dan Tanda h) Penggunaan
Minor : incubator
Subjektif: -
Objektif:
a) Kulit merah
b) Kejang
c) Takikardi
d) Takipnea
e) Kulit terasa hangat
6 Defisit nutrisi (D.0019) a) Ketidakmampuan a) Stroke
menelan makanan b) Parkinson
Definisi: asupan nutrisi b) Ketidakmampuan c) Mobius syndrome
tidak cukup untuk mencerna makanan d) Cerebral palsy
memenuhi kebutuhan c) Ketidakmampuan e) Cleft lip
metabolisme. mengabsorbsi f) Cleft palate
nutrien g) Amytropic lateral
Gejala dan Tanda d) Peningkatan sclerosis
Mayor : kebutuhan h) Kerusakan
Subjektif: - metabolism neuromuscular
Objektif: e) Faktor ekonomi i) Luka bakar
a) Berat badan (mis. Finansial tidak j) Infeksi
menurun minimal mencukupi) k) AIDS
10% dibawah f) Faktor psikologis l) Penyakit Crhon’s
rentang ideal (mis. Stress, m) Enterokolitis
keenganan untuk n) Fluorosis kistik.
Gejala dan Tanda makan)
Minor :
Subjektif:
a) Cepat kenyang
33

setelah makan
b) Kramnyeri abdomen
c) Nafsu makan
menurun
Objektif:
a) Bising usus
hiperaktif
b) Otot pengunyah
kemah
c) Otot menelah lemah
d) Membrane mukosa
pucat
e) Sariawan
f) Serum albumin
turun
g) Rambut rontok
berlebihan
h) Diare
7 Ansietas (D.0080) a) Krisis situasional a) Penyakit kronis
b) Kebutuhan tidak progresif
Definisi: kondisi emosi terpenuhi b) Penyakit akut
dan pengetahuan c) Krisis maturasional c) Hospitalisasi
subjektif individu d) Krisis situasional d) Rencana operasi
terhadap objek yang e) Ancaman terhadap e) Kondisi diagnosis
tidak jelas dan spesifik kematian penyakit belum jelas
akibat antisipasi bahaya f) Kekhawatiran f) Penyakit neurologis
yang memungkinkan menghadapi g) Tahap tumbuh
individu melakukan kegagalan kembang
tindakan untuk g) Disfungsi system
menghadapi ancaman keluarga
h) Hubungan orang
Gejala dan Tanda tua-anak tidak
Mayor : memuaskan
Subjektif i) Faktor keturunan
a) Merasa bingung (tempramen
b) Merasa khawatir teragitasi sejak
akibat kondisi yang lahir)
dihadapi j) Penyalahgunaan zat
c) Sulit berkonsentrasi k) Terpapar bahaya
lingkungan
Objektif l) Kurang terpapar
a) Tampak gelisah informasi
b) Tampak tegang
c) Sulit tidur

Tanda dan Gejala


Minor :
Subjektif
a) Mengeluh pusing
b) Anoreksia
c) Palpitasi
d) Merasa tidak
berdaya

Objektif
a) Frekuensi napas
34

meningkat
b) Frekuensi nadi
meningkat
c) Tekanan darah
meningkat
d) Diaphoresis
e) Tremor
f) Muka tampak pucat
g) Suara bergetar
h) Kontak mata buruk
i) Sering berkemih
j) Berorientasi pada
masa lalu

8 Defisit Pengetahuan a) Keretasan kognitif Diagnosis ini di


(D.0111) b) Gangguan fungsi spesifikkan berdasarkan
kognitif topic tertentu.
Gejala Dan Tanda c) Kekeliruan terpapar
Mayor : informasi
Subjektif d) Kurang terpapar
a) Menanyakan informasi
masalah yang e) Kurang minat dalam
dihadapi belajar
f) Kurang mampu
Objektif mengingat
a) Menunjukkan g) Ketidaktahuan
perilaku tidak sesuai menemukan sumber
anjuran informasi
b) Menunjukkan
presepsi yang keliru
terhadao masalah

Gejala Dan Tanda


Minor :
Subjektif: -
Objektif:
a) Menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat
b) Menunjukkan
perilaku berlebihan
(mis. apatis,
bermusuhan,
agitasi, hysteria)

9 Risiko Gangguan 1) Perubahan sirkulasi a) Imobilisasi


Integritas Kulit/Jaringan 2) Perubahan status b) Gagal jantung
(D.0139) nutrisi kongestif
3) Kekurangan/ c) Gagal ginjal
Definisi: berisiko kelebihan volume d) Diabetes mellitus
mengalami kerusakan cairan e) Imunodefisiensi
kulit (dermis dan/ 4) Penurunan mobilitas (mis. AIDS)
epidermis) atau jaringan 5) Bahan kimia iritatif f) Katerisasi jantung
(membrane mukosa, 6) Suhu lingkungan
kornea, fasia, otot, yang ekstrem
35

tendon, tulang, kartilago, 7) Faktor mekanis


kapsul sendi dan/ 8) Terapi radiasi
ligament. 9) Kelembapan
10) Proses penuaan
11) Neuropati perifer
12) Perubahan
pigmentasi
13) Perubahan hormonal
14) Penekanan pada
tonjolan tulang
Kurang terpapar
informasi tentang
upaya
mempertahankan/
melindungi
integritas jaringan.
Sumber : Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang

dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian

klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan

klien individu, keluarga dan komunitas (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

Dari diagnosa yang sudah ditegakkan, maka akan terbentuk intervensi yang

akan dilakukan, beberapa intervensi yang dapat dilakukan pada anak

dengan gastroenteritis, yaitu:

Tabel 2.8
Konsep Intervensi Keperawatan Gastroenteritis

Diagnosa
No. SLKI SIKI
Keperawatan

1. Diare (D.0020) Elminasi Fekal (L.04033) Manajemen Diare (I.03101)

Tujuan: setelah dilakukan Observasi


intervensi keperawatan 1) Identifikasi penyebab
diharapkan eliminasi fekal diare
membaik 2) Identifikasi riwayat
pemberian makanan
Kriteria hasil: 3) Identifikasi gejala
1) Kontrol pengeluaran fases invaginasi (mis. tangisan
meningkat keras, kepucatan pada
2) Urgency menurun bayi)
36

3) Nyeri abdomen menurun 4) Monitor warna, volume,


4) Kram abdomen frekuensi dan konsistensi
5) Konsistensi fases membaik tinja
6) Frekuensi defekasi membaik 5) Monitor tanda dan gejala
7) Peristaltik usus membaik hipovolemia
6) Monitor iritasi dan
ulserasi kulit didaerah
perineal
7) Monitor jumlah
pengeluaran diare
8) Monitor keamanan
penyiapan makanan

Terapuetik
1) Berikan asupan cairan oral
2) Pasang jalur intravena
3) Berikan cairan intravena
(mis. ringer asetat, ringer
laktat), jika perlu
4) Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah
lengkap dan elektrolit
5) Ambil sampel fases untuk
kultur, jika perlu

Edukasi
1) Anjurkan makan porsi
kecil dan sering secara
bertahap
2) Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI

Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
obat antimotilitas (mis.
loperamide, difenoksilat)
2) Kolaborasi pemberian
obat
antispasmodic/spasmolitik
(mis. papaverin, ekstak
belladonna, mebeverine)
3) Kolaborasi pemberian
obat pengeras fases (mis.
atapulgit, smektit, kaolin-
pektin)
Nyeri akut Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238)
2. (D.0077)
Tujuan: setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan 1) Identifikasi lokasi,
diharapkan tingkat nyeri menurun karateristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
Kriteria hasil: intensitas nyeri
1) Kemampuan menuntaskan 2) Identifikasi skala nyeri
aktivitas meningkat 3) Identifikasi respons nyeri
2) Keluhan nyeri menurun non verbal
3) Meringis menurun 4) Identifikasi faktor yang
37

4) Sikap protektif menurun memperberat dan


5) Gelisah menurun memperingan nyeri
6) Kesulitan tidur menurun 5) Identifikasi pengetahuan
7) Menarik diri menurun dan keyakinan tentang
8) Perineum terasa tertekan nyeri
menurun 6) Identifikasi pengaruh
9) Ketegangan otot menurun budaya terhadap respons
10) Muntah menurun nyeri
11) Mual menurun 7) Identifikasi pengaruh
12) Frekuensi nadi membaik nyeri terhadap kualitas
13) Tekanan darah membaik hidup
14) Nafsu makan membaik 8) Monitor keberhasilan
15) Pola tidur membaik terapi komplementer yang
sudah diberikan
9) Monitor efek samping
analgetik

Terapeutik
1) Berikan terapi
nonfarmakologi untuk
menguramgi rasa nyeri
2) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3) Fasilitas istirahat dan tidur
4) Pertimbangankan jenis
dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
1) Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3) Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3. Nausea Tingkat Nausea (L.08065) Manajemen mual (I.03117)
(D.0076)
Tujuan: setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan 1) Identifikasi pengalaman
diharapakan tingkat nausea mual
menurun 2) Identifikasi isyarat
nonverbal
Kriteria hasil: ketidaknyamanan
1) Nafsu makan meningkat 3) Identifikasi dampak mual
2) Keluhan mual menurun terhadap kualitas hidup
3) Perasaan ingin muntah 4) Identifikasi faktor
38

menurun penyebab mual


4) Perasaan asam dimulut 5) Identifikasi antiemetic
menurun untuk mencegah mual
5) Sensasi panas menurun 6) Monitor mual
6) Sensasi dingin menurun 7) Monitor asupan nutrisi
7) Frekuensi menelan menurun dan kalori
8) Diaphoresis menurun
9) Jumlah saliva menurun Terapeutik
10) Pucat membaik 1) Kendalikan faktor
lingkungan penyebab
mual
2) Kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual
3) Berikan makanan dalam
jumlah kecil dan menarik
4) Berikan makanan dingin,
cairan bening, tidak
berbau dan tidak
berwarna, jika perlu

Edukasi
1) Anjurkan istirahat dan
tidur cukup
2) Anjurkan sering
membersihkan mulut,
kecuali jika merangsang
mual
3) Anjurkan makanan tinggi
karbohidrat dan rendah
lemak

Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
antiemetic, jika perlu

Manajemen Muntah (I.03118)


Observasi
1) Identifikasi karateristik
muntah
2) Periksa volume muntah
3) Identifikasi riwayat diet
4) Identifikasi faktor
penyebab muntah
5) Identifikasi kerusakan
esophagus dan faring
postrerior jika muntah
terlalu lama
6) Monitor efek manajemen
muntah secara
menyeluruh
7) Monitor keseimbangan
cairan dan elektrolit

Terapeutik
1) Kontrol faktor lingkungan
penyebab muntah
39

2) Kurangi atau hilangkan


keadaan penyebab muntah
3) Atur posisi untuk
mencegah aspirasi
4) Pertahankan kepatenan
jalan napas
5) Bersihkan mulut dan
hidung
6) Berikan dukungan fisik
saat muntah
7) Berikan kenyamanan
selama muntah
8) Berikan cairan yang tidal
mendukung karbonasi
minimal 30 menit sebelum
muntah

Edukasi
1) Anjurkan membawa
kantong plastic untuk
menampung muntah
2) Anjurkan memperbanyak
istirahat
3) Ajarkan penggunaan
teknik nonfarmakologi
untuk mengelola muntah

Kolabrasi
1) Kolaborasi pemberian
antiemetic, jika perlu
4. Hipovolemia Status Cairan (L.03028) Manajemen Hipovolemia
(D.0023) (I.03116)
Tujuan: setelah dilakukan
intervensi keperawatan Observasi
diharapkan status cairan membaik 1) Periksa tanda dan gejala
hipovolemia
Kriteria hasil: 2) Monitor intake dan ouput
1) Kekuatan nadi meningkat cairan
2) Turgor kulit meningkat
3) Output urine meningkat Terapeutik
4) Perasaan lemah menurun 1) Hitung kebutuhan cairan
5) Keluhan haus menurun 2) Berikan posisi modilifed
6) Frekuensi nadi membaik trendelenburg
7) Tekanan darah membaik 3) Berikan asupan cairan oral
8) Tekanan nadi membaik
9) Kadar Hb membaik Edukasi
10) Kadar Ht membaik 1) Anjurkan memperbanyak
11) Berat badan membaik asupan cairan oral
12) Intake cairan membaik 2) Anjurkan menghindari
13) Suhu tubuh membaik perubahan posisi
mendadak

Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
cairan IV isotonis (mis.
NaCl, RL)
40

2) Kolaborasi pemberian
cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
3) Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis.
albumin, plasmanate)
5. Hipertermia Termogulasi (L.14134) Manajemen Hipertermia
(D.0130) (I.15506)
Tujuan: setelah dilakukan
intervensi keperawatan Observasi
diharapkan termogulasi membaik 1) Identifikasi penyebab
hipertermia
Kriteria hasil: 2) Monitor suhu tubuh
1) Kulit merah menurun 3) Monitor kadar elektrolit
2) Kejang menurun 4) Monitor haluaran urine
3) Akrosianosis menurun 5) Monitor komplikasi akibat
4) Konsumsi oksigen menurun hipertermia
5) Pucat menurun
6) Suhu tubuh membaik Terapeutik
7) Suhu kulit membaik 1) Sediakan lingkungan yang
8) Pengisian kapiler membaik dingin
9) Tekanan darah membaik 2) Longgarkan
lingkunganyang dingin
3) Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4) Berikan cairan oral
5) Ganti linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis
6) Lakukan pendinginan
eksternal
7) Berikan pemberian
antipiretik atau aspirin

Edukasi
1) Ajurkan tirah baring

Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
Cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
6. Defisit nutrisi Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119)
(D.0019)
Tujuan: setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan 1) Identifikasi status nutrisi
diharapkan status nutrisi membaik 2) Indentifikasi alergi dan
intoleransi makanan
Kriteria hasil: 3) Identifikasi makanan yang
1) Porsi makan yang dihabiskan disukai
meningkat 4) Identifikasi kebutuhan
keinginan untuk kalori dan jenis natrium
meningkatkan nutrisi 5) Identifikasi perlunya
meningkat penggunaan selang
2) Pengetahuan tentang pilihan nasogatrik
makanan yang sehat 6) Monitor asupan makanan
meningkat Pengetahuan 7) Monitor berat badan
41

tentang pilihan minuman 8) Monitor hasil pemeriksaan


yang sehat meningkat laboratorium
3) Pengetahuan tentang standar
asupan nutrisi yang tepat Terapeutik
meningkat 1) Fasilitasi menentukan
4) Penyiapan dan penyimpanan pedoman diet (mis.
makanan yang aman Piramida makanan
meningkat 2) Sajikan makanan secara
5) Penyiapan dan penyimpanan menarik dan suhu yang
minuman yang aman tepat
meningkat 3) Berikan makanan yang
6) Sikap terhadap makanan/ tinggi kalori dan tinggi
minuman sesuai dengan protein
tujuan kesehatan meningkat 4) Berikan suplemen
7) Nyeri abdomen menurun makanan, jika perlu
Diare menurun
8) Berat badan membaik Edukasi
9) Indeks Masa Tubuh membaik 1) Anjurkan posisi duduk,
10) Frekuensi makan membaik jika mampu
Bising usus membaik 2) Ajarkan diet yang
11) Membrane mukosa membaik diprogramkan

Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan,
jika perlu
2) Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
7. Ansietas Tingkat Ansietas (L.09093) Terapi Relaksasi (I.09326)
(D.00
Tujuan: setelah dilakukan Observasi
intervensi keperawatan 1) Identifikasi penurunan
diharapkan tingkat ansietas tingkat energi,
menurun ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala
Kriteria Hasil: lain yang menganggu
1) Konsentrasi membaik kemampuan kognitif
2) Pola tidur membaik 2) Identifikasi teknik
3) Perilaku gelisah menurun relaksasi yang mampu
4) Verbalisasi kebingungan digunakan
menurun 3) Monitor respons terhadap
5) Verbalisasi khawatir akibat teknik relaksasi
kondisi yang dihadapi
menurun Terapeutik
6) Perilaku tegang menurun 1) Gunakan pakaian longgar
2) Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama

Edukasi
1) Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan dan jenis relaksasi
yang tersedia
42

2) Anjurkan mengambil
posisi nyamna
3) Anjurkan rileks dan
merasakan sensasi
relaksasi
4) Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi
8. Defisit Tingkat Pengetahuan (L.12111) Edukasi Kesehatan (I.12383)
Pengetahuan
(D.0111) Tujuan: setelah dilakukan Observasi
intervemsi keperawaran 1) Identifikasi kesiapan dan
diharapkan tingkat pengetahuan kemampuan menerima
membaik informasi
2) Identifikasi faktor yang
Kriteria Hasil: dapat meningkatkan dan
1) Perilaku sesuai anjuran menurunkan motivasi
meningkat perilaku hidup bersih dan
2) Kemampuan menjelaskan sehat
pengetahuan suatu topik
meningkat Terapeutik
3) Pernyataan tentang masalah 1) Sediakan materi dan
yang dihadapi menurun media pendidikan
4) Presepsi yang keliru terhadap kesehatan
masalah menurun 2) Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3) Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
1) Jelaskan faktor dan risiko
yang dapat mempengaruhi
kesehatan
2) Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat
3) Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat
9. Risiko Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Integritas Kulit
Gangguan (L.14125) (I.11353)
Integritas
Kulit/Jaringan Tujuan: setelah dilakukan Observasi
(D.0139) intervensi keperawatan 1) Identifikasi penyebab
diharapkan integritas kulit dan gangguan integritas kulit
jarigan meningkat (mis. Perubahan sirkulasi,
perubahan status nutrisi,
Kriteria hasil penurunan kelembapan,
1) Elastisitas meningkat suhu lingkungan ekstrem,
2) Kerusakan jaringan menurun penurunan mobilitas)
3) Kerusakan lapisan kulit
menurun Terapeutik
4) Nyeri menurun 1) Ubah posisi tiap 2 jam jika
5) Kemerahan menurun tirah baring
6) Suhu kulit membaik 2) Bersihkan perineal dengan
7) Sensasi membaik air hangat, terutama
8) Tekstur membaik selama periode diare
43

3) Gunakan produk berbahan


ringan/alami dan
hipoalergenik pada kulit
sensitive

Edukasi
1) Anjurkan minum air yang
cukup
2) Anjurkan meningkatkan
nutrisi
3) Anjurkan meningkatkan
buah dan sayur
Sumber: Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019 dan Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018

4. Implementasi Keperawatan

Pangkey (2021), menuturkan tahap yang keempat pada proses

dokumentasi keperawatan adalah implementasi yaitu pelaksanaan dari

rencana asuhan keperawatan yang telah disusun dalam fase perencanaan.

Hal ini terdiri dari aktivitas perawat dalam membantu pasien mengatasi

masalah kesehatan dan juga untuk mencapai hasil yang diharapkan dari

pasien. Perawat juga mendelegasikan beberapa intervensi keperawatan

kepada pasien. Implementasi keperawatan harus focus kepada kebutuhan

pasien, komunikasi terapeutik, faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan

perawatan.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, dimana

pada dokuemtasi ini akan membandingkan secara sistematis dan tidak

terencana tentang kesehatan pada pasien dengan tujuan yang telah

diformulasikan dengan kenyataan yang dialami oleh pasien dan melibatkan

tenaga kesehatan laiannya. Diagnose keperawatan, masalah kolaborasi,


44

prioritas, intervensi keperawatan dan kriteria hasil merupakan pedoman

khusus yang menentukan fokus pada evaluasi (Pangkey, 2021).

C. Konsep Dasar Keperawatan Anak

1. Filososi atau Pradigma Keperawatan Anak

Gambar 2.3
Empat komponen paradigma keperawatan anak
Sumber: Yuliastati dan Arnis, 2016

Menurut Damanik dan Sitorus (2019), Filosofi merupakan

pandangan atau keyakinan yang dimiliki perawat dalam memberikan

pelayanan keperawatan pada anak. Dengan begitu paradigma keperawatan

anak merupakan suatu landasan berpikir dalam penerapan ilmu

keperawatan anak. Landasam berpikir tersebut terdiri dari 4 komponen

yang dapat digambarkan seperti berikut:

a. Manusia (Anak)

Damanik dan Sitorus (2019), mengatakan dalam keperawatan

anak yang menjadi individu (klien) adalah anak yang diartikan sebagai

seseorang yang usianya kurang dari 18 tahun dalam masa pertumbuhan

dan perkembangan dengan kebutuhan khusus yaitu kebutuhan fisik,

psikologis, sosial dan spiritual. Anak berada dalam satu rentang

perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Dalam


45

proses berkembang anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola

koping dan perilaku sosial. Ciri fisik pada semua anak tidak mungkin

pertumbuhannya sama, demikian pula pada perkembangan kognitif.

Pada pola koping dan perilaku sosial juga mengalami perkembangan

yang terbentuk sejak bayi. Sedangkan respons emosi terhadap penyakit

bervariasi tergantung pada usia dan pencapaian tugas perkembangan

anak.

Dalam memberikan pelayanan keperawatan anak, selalu

diutamakan mengingat kemampuan dalam mengatasi masalah, karena

proses kematangan dan struktur fisik yang berbeda dibanding orang

dewasa. Demikian pula dalam hal tanggapan terhadap pengalaman

masa lalu, anak akan cenderung memiliki dampak psikologis terhadap

tumbuh kembang anak, sedangkan pada dewasa cenderung sudah

mempunyai mekanisme koping yang baik dan matang.

b. Sehat-Sakit

Rentang sehat-sakit adalah batasan yang diberikan bantuan

pelayanan keperawatan pada anak dengan kondisi anak yang berada

dalam status kesehatan sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit kronis

dan meninggal. Rentang ini merupakan suatu alat ukur dalam menilai

status kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap waktu. Selama

dalam batas tersebut anak membutuhkan bantuan perawat baik secara

langsung maupun tidak langsung. Dengan begitu batasan sehat secara

umum dapat diartikan menjadi suatu keadaan yang sempurna baik fisik,
46

mental dan sosial, serta bebas dari penyakit dan kelemahan (Damanik &

Sitorus, 2019).

c. Lingkungan

Dalam paradigma keperawatan, lingkungan berperan dalam

perubahan status kesehatan anak baik lingkungan internal maupun

lingkungan eksternal. Dalam hal ini yang dimaksud dengan lingkungan

internal adalah seperti lahir dengan kelainan bawaan, sedangkan

lingkungan eksternal seperti gizi buruk, peran orang tua, saudara, teman

sebaya dan masyarakat yang dapat mempengaruhi status kesehatan

anak (Damanik & Sitorus, 2019).

d. Keperawatan

Keperawatan anak diberikan dengan bentuk pelayanan yang

bertujuan untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara

optimal dengan melibatkan keluarga. Upaya ini dapat tercapai dengan

keterlibatan langsung pada keluarga, mengingat keluarga merupakan

sistem terbuka yang anggotanya dapat dirawat secara efektif dan

keluarga sangat berperan dalam menentukan keberhasilan asuhan

keperawatan. Peran keluarga lainnya seperti mempertahankan

kelangsungan hidup bagi anak, menjaga keselamatan anak, menjaga

kesejahteraan dan keselamatan anak untuk mencapai masa depan anak

yang lebih baik (Damanik & Sitorus, 2019).


47

2. Batasan Usia Anak

Berdasarkan Konvensi Hak-Hak Anak yang disetujui oleh Majelis

Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 Nopember 1989 dan

telah diratifikasi Indonesia pada tahun 1990, bagian 1 pasal 1, yang

dimaksud anak adalah setiap orang yang berusia dibawah 18 tahun, kecuali

berdasarkan undang-undang yang telah berlaku bagi anak ditentukan bahwa

usia dewasa dicapai lebih awal. Berdasarkan Undang-Undang No. 23 tahun

2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 ayat 1, anak adalah seseorang

yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

WHO, memberikan penjelasan bahwa batasan usia anak antara 0-19 tahun

(Kemenkes RI, 2011).

3. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Konvensi Hak-hak anak yang disetujui oleh majelis umum

perserikatan bangsa-bangsa pada tanggal 20 nopember 1989 dan telah

diratifikasi Indonesia pada tahun 1990, anak mempunyai hak dengan 4

prinsip dasar, yaitu kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk hidup,

kelangsungan hidup dan perkembangan. Menurut prinsip dasar hak anak

yang ke-3, anak mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang.

Bertumbuh berarti bertambahnya ukuran tubuh dan jumlah sel serta

jaringan di antara sel-sel dengan indikator adanya pertambahan tinggi

badan, berat badan dan lingkar kepala. Berkembang adalah bertambahnya

struktur, fungsi dan kemampuan anak yang lebih kompleks, meliputi

kemampuan sensorik, motorik, berkomunikasi, kognitif, bersosialisasi,


48

kreativitas, moral dan spiritual. pada proses pertumbuhan dan

perkembangan ini terjadi secara bersaman.

Tumbuh kembang anak dapat berlangsung secara optimal, dengan

memenuhi kebutuhan dasarnya, yaitu:

a. Kebutuhan Fisik – Biologis (ASUH), meliputi kebutuhan sandang,

pangan dan papan.

b. Kebutuhan Kasih Sayang dan Emosi (ASIH), untuk menjamin anak

tumbuh kembang fisik-mental agar serasi dan selaras dengan ibunya.

c. Kebutuhan Stimulasi (ASAH), yang bertujuan untuk mengembangkan

sedini mungkin kemampuan sensorik, emosi-sosial, motorik, bicara,

kognitif, kemandirian, kreativitas, kepemimpinan, moral dan spiritual

anak (Kemenkes RI, 2011).

4. Prinsip Keperawatan Anak

Menurut Damanik dan Sitorus (2019), dalam memberikan asuhan

keperawatan pada anak tentu berbeda dibandingkan dengan orang dewasa,

dengan begitu perawatan yang tidak optimal akan berdampak tidak baik

secara fisiologis maupun psikologis pada anak itu sendiri. Maka perawat

harus memahami dan mengingat beberapa prinsip yang berbeda dalam

penerapan asuhan keperawatan sebagai berikut:

a. anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik,

artinya bahwa tidak boleh memandang anak dari segi fisiknya saja

melainkan sebagai individu yang unik dengan pola pertumbuhan dan

perkembangan menuju proses kematangan.


49

b. Anak adalah individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai

tahap perkembangannya.

c. Pelayanan keperawatan anak beriorentasi pada upaya pencegahan

penyakit dan peningkatan derajat kesehatan yang bertujuan untuk

menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak.

d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus

pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara

komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak.

e. Praktik keperawatan anak mancakup kontrak dengan anak dan keluarga

untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi dan meningkatkan

kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang

sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal).

f. Tujuan keperawatan anak dan keluarga adalah untuk meningkatkan

maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai

makhluk biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan

masyarakat.

g. Pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak

berfokus pada ilmu tumbuh kembang.

5. Peran Perawat Anak

Perawat merupakan anggota dari tim pemberi asuhan keoerawatan

yang berperan dalam berbagai aspek dalam memberikan pelayanan

kesehatan dan bekerjasama dengan anggota tim lain dan memecahkan

masalah yang berkaitan sehubungan dengan perawatan anak. Oleh menurut


50

Damanik dan Sitorus (2019), dalam menjalankan asuhan keperawatan anak,

perawat mempunyai peran dan fungsi sebagai perawat anak, diantaranya:

a. Perawat sebagai edukator berperan sebagai pendidik, baik secara

langsung dengan pemberian penyuluhan kesehatan pada orang tua

maupun secara tidak langsung dengan menolong orang tua/anak

memahami pengobatan dan perawatan anak lainnya.

b. Perawat sebagai konselor dengan pemberian konseling keperawatan

ketika anak dan keluarganya membutuhkan berupa dukungan secara

psikologis.

c. Perawat sebagai koordinator atau kolaborator dengan pendekatan

interdisiplin, maka perawat melakukan koordinasi dan kolaborasi

dengan anggota kesehatan lain dengan tujuan terlaksananya asuhan

ynag holistik dan komprehensif.

d. Perawat sebagai pembuat keputusan etik dengan berdasar pada nilai dan

norma yang diyakini dengan penekanan hak pada hak pasien untuk

mendapat otonomi, menghindari hal merugikan bagi pasien dan

kesejahteraan bagi pasien.

e. Perawat sebagai peneliti dengan tujuan meningkatkan kualitas asuhan

keperawatan pada anak yang dilakukan secara langsung dengan

kemampuan berpikir kritis yang dimiliki oleh seorang perawat.

6. Hospitalisasi

Kartika, et.al, (2021), menjelaskan bahwa hospitalisasi adalah stress

yang ditimbulkan anak selama rawat inap. Anak-anak mengalami berbagai


51

macam reaksi saat berada di lingkungan asing, kegelapan dikelilingi orang

asing, peralatan asing dan juga tindakan yang menyakitkan, sehingga hal

tersebut dapat menimbulkan kecemasan. Stressor utama dari hospitalisasi

biasanya seperti cemas karena perpisahan, ketakutan, kehilangan kendali,

perasaan marah, rasa nyeri pada tubuh.

Anak-anak dapat bereaksi terhadap stress hospitalisasi sebelum

mereka masuk, hal tersebut merupakan dampak dari pemahaman yang

terbatas dan mekanisme koping anak dalam mengatasi stress selama anak

dirawat. Kecemasan pada anak akan perpisahan membuat anak merasa

gelisah dan akan berdampak buruk saat anak merasa lapar, perilkau anak

semakin keras, menangis sulit dihentikan, lelah serta tidak enak badan.

Anak memiliki respon dirinya sendiri saat dilakukan rawat inap, menurut

Kartika, et.al, (2021) respon dapat dilihat dari usia anak, yaitu:

a. Masa bayi (0-1 tahun), dengan masalah utama dampak dari perpisahan

dengan orang tua, menimbulkan gangguan pembentukan rasa percaya

dan kasih sayang. Reaksi yang sering muncul ialah menangis, marah

dan banyak melakukan gerakan serta ekspresi wajah yang tidak

menyenangkan.

b. Masa toddler (2-3 tahun), memiliki respon perilaku dengan 3 tahap

seperti protes dengan menangis kuat, putus asa yang ditunjukkan

dengan manangis yang berkurang, serta denial dengan mulai menerima

perpisahan dan membina hubungan secara dangkal.


52

c. Masa prasekolah (3-6 tahun), merupakan masa dengan reaksi

perpisahan berupa menolak makan, menangis, sering bertanya dan tidak

kooperatif.

d. Usia sekolah (6-12 tahun), biasa mengalami kecemasan karena

perpisahan terhadap kelompok sosial dan reaksi yang ditunjukkan

berupa reaksi terhadap nyeri yang mereka alami.

e. Usia remaja (12-18 tahun), memiliki kecemasan karena perpisahan

dengan teman sebaya serta kehilangan kontrol karena pembatasan fisik,

tidak kooperatif dan menarik diri.

7. Family Center Care

Family Center Care (FCC) atau biasa disebut perawatan yang

berpusat pada keluarga didefinisikan sebagai filosofi perwatan dengan

keluarga sebagai pusatnya dan diakui sebagai konstanta dalam kehidupan

anak. Intervensi keperawatan dengan menggunakan pendekatan FCC

menekankan bahwa pembuat kebijakan, perencanaan program perawatan,

perancangan fasilitas kesehatan dan interaksi sehari-hari antara klien

dengan tenaga kesehatan harus melibatkan keluarga.

Pemberian kewanangan kepada keluarga berarti membuka jalan

bagi keluarga untuk mengetahui kekuatan, kemampuan keluarga dalam

merawat anak. Sebagai perawat, dalam memberikan pelayanan

Jkeperawatan pada anak, harus mampu memfasilitasi keluarga dalam

berbagai berbentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan


53

keperawatan maupun pemberian penyuluhan kesehatan (Damanik &

Sitorus, 2019).

8. Autramatic Care

Kemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan yang

terapeutik oleh individu melalui pelaksanaan intervensi keperawatan untuk

membatasi atau mengurangi pengalaman yang tidak menyenangkan

terhadap anak dan keluarga di tatanan pelayanan kesehatan merupakan

istilah dari autramatic care (AC) atau asuhan autramatik. Perawatan

tersebut difokuskan dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan

bagian dalam keperawatan anak.

Perhatian khusus pada anak sebagai individu yang masih dalam usia

tumbuh kembang sangat penting, karena masa anak-anak merupakan proses

menuju kematangan, yang mana jika proses tersebut terdapat hambatan

maka anak tidak akan mencapai kematangan. Tujuan utama perawatan AC

adalah do no harm (jangan melukai), dengan begitu untuk mencapai tujuan

ini adalah dengan meminimalkan pemisahan anak dari keluarganya,

meningkatkan pengendalian perasaan dan mencegah atau meminimalkan

nyeri dan cedera pada tubuh (Damanik & Sitorus, 2019).


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan/Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah desktriptif kualitatif dalam bentuk studi kasus

untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada pasien anak dengan

gastroenteritis. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan asuhan

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan

keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan

untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2013).

Kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Subjek anak terdiri dari 2 (dua) orang anak laki-laki atau perempuan

2. Anak yang di rawat di rumah sakit dengan diagnosa medis gastroenteritis

3. Anak yang berusia 1 bulan s/d 18 tahun

4. Orang tua menyetujui asuhan keperawatan yang akan dilakukan dengan

menandatangi infont consent.

54
55

C. Batasan Istilah (Definisi Operasional)


Definisi operasional adalah konsep berupa kerangka yang menjadi

kata-kata dengan penggambaran perilaku dan gejala yang diamati dan diuji

kebenrannya (Sugiyono,2017).

Definisi operasional karya tulis ini adalah:

1. Gastroenteritis

Gastroenteritis adalah penyakit yang merujuk pada radang lambung

atau usus berupa diare dengan atau tanpa muntah, demam dan nyeri perut.

Frekuensi diare biasa berlangsung selama 5-7 hari dengan lebih dari 3 kali

buang air besar dalam 1 hari dengan konsistensi cair. Pada kasus ini untuk

menentukan anak dengan gastroenteritis adalah berdasarkan diagnosa

medis dan laporan medik yang dapat dilihat pada catatan rekam medik

pasien.

2. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah proses atau tahapan kegiatan dalam

perawatan yang diberikan langsung kepada pasien dalam berbagai tatanan

pelayanan kesehatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan

berdasarkan kaidah keperawatan sebagai suatu profesi yang didasarkan

ilmu dan kiat keperawatan yang bersifat humanistic dan berdasarkan

kebutuhan objektif pasien untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien

dengan berlandaskan kode etik dan etika keperawatan. Dalam proses

asuhan keperawatan dilaksanakan beberapa tahap seperti pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan (intervensi), pelaksanaan

(implementasi), evaluasi (formatif/proses dan sumatif).


56

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Perawatan Anak Flamboyan C dan

Mawar, RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo pada tahun 2023. Waktu penelitian

dilaksanakan pada tanggal 8 s.d 11 Maret 2023.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tahap sebagai berikut:

1. Mahasiswa melakukan penyusunan penelitian KTI dengan metode studi

kasus.

2. Mahasiswa menyerahkan penyusunan kasus yang akan diteliti kepada

pembimbing dan disetujui oleh pembimbing.

3. Mahasiswa melakukan ujian KTI yang disetujui oleh penguji.

4. Setelah disetujui pembimbing kemudian mahasiswa melakukan

pengumpulan data yang sesuai dengan kasus yang akan diteliti.

5. Politeknik Kemenkes Kaliamantan Timur mengirimkan surat ke RSUD Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

6. Setelah surat dari Politeknik Kemenkes Kalimantan Timur masuk dan

disetujui, maka mahasiswa baru dapat melakukan asuhan keperawatan pada

pasien anak dengan gastroenteritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan.

7. Mahasiswa melapor kepada kepala ruangan dan CI.

8. Bersama kepala ruangan, CI dan penguji, mahasiswa menentukan klien

studi kasus sesuai dengan kriteria inklusi untuk dilakukan asuhan


57

keperawatan pada pasien anak dengan gastroenteritis di RSUD Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.

9. Mahasiswa melakukan bina hubungan saling percaya kepada klien yang

telah ditemukan.

10. Setelah bina hubungan saling percaya berhasil, mahasiswa melakukan

pengkajian kepada pasien melalui pengsisian format pengkajia, observasi

dan wawancara.

11. Setelah pengkajian dilakukan mahasiswa mengumpulkan data fokus untuk

menegakkan diagnosa.

12. Mahasiswa melakukan perencenaan asuhan keperawatan pada pasien anak

dengan gastroenteritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

sesuai dengan perancanaan yang telah disusun.

13. Mahasiswa melakukan tindakan asuhan keperawatan pada pasien anak

dengan gastroenteritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

sesuai perencanaan yang telah disusun.

14. Mahasiswa melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada pasien anak

dengan gastroenteritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan

yang telah diberikan tindakan.

15. Mahasiswa melakukan dokumentasi keperawatan.

16. Mahasiswa melakukan analisis asuhan keperawatan antara pasien 1 dengan

pasien 2.

F. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

Metode dan instrument pengumpulan data pada penelitian ini, yaitu:


58

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara berupa prevelensi kasus di ruangan rawat inap dan hasil

anamnesa dengan pasien. Sumber data berasal dari perawat ruangan,

pasien dan keluarga.

b. Pemeriksaan fisik dengan menggunakan teknik inspeksi, auskultasi,

palpasi, perkusi pada tubuh klien.

c. Observasi yang dapat dilakukan berupa hasil dari laboratorium.

d. Studi dokumentasi merupakan data dari hasil pemeriksaan diagnostik.

2. Instrument Pengumpulan Data

Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format

pengkajian asuhan keperawatan anak, penegakkan diagnosa keperawatan

menggunakan SDKI, intervensi keperawatan menggunakan SIKI dan SLKI,

serta melakukan evaluasi.

G. Keabsahan Data

Keabsahan data dimaksud untuk membuktikan kualitas data atau

informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilakn data dengan

validasi tinggi. Keabsahan data pada penelitian ini berdasarkan pada integritas

peneliti yang digunakan sebagai instrument utama, yaitu dalam melakukan

asuhan keperawatan pada pasien anak dengan gastroenteritis. Keabsahan

dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan/tindakan, sumber

informasi tambahan menggunakan triangulasi dari 3 sumber data utama yaitu

pasien anak dengan gastroenteritis, orang tua anak dan perawat yang berkaitan
59

dengan masalah yang diteliti, serta catatan rekam medis pasien anak dengan

gastroenteritis.

H. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, membandingkan teori yang ada

dan dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis data yang digunakan

dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari peneliti yang diperoleh dari

hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab

rumusan masalah penelitian. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi

oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menggunakan data untuk selanjutnya

diinterpretasikan oleh peneliti.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan studi kasus

tentang Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Gastroenteritis di RSUD DR.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan, dengan jumlah pasien sebanyak 2 orang anak

dan diuraikan sebagai berikut:

A. Hasil Studi Kasus

1. Gambaran dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan yang terletak di Jalan MT. Haryono No. 656 Ringroad

Balikpapan 76126 Telp : (0542) 873901 Fax : (0542) 873836. RSUD Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan atau dahulu dikenal dengan Rumah

Sakit Umum Balikpapan ini dibuka tanggal 12 September 1949. RSUD Dr.

Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan dilengkapi dengan fasilitas instalasi

farmasi, instalasi rawat jalan, instalasi rawat inap, fisioterapi, radiologi,

instalasi bedah dan UGD 24 jam. Dalam penelitian ini peneliti melakukan

penelitian di Ruang Flamboyan C dan di Ruang Mawar dari tanggal 6

Maret – 11 Maret 2023.

Flamboyan C merupakan instalasi rawat inap kelas 3 dan 4 untuk

perawatan ibu dan anak, dengan batasan-batasan sebagai berikut : sebelah

timur berbatasan dengan Flamboyan A, sebelah barat berbatasan dengan

Anggrek Hitam, sebelah utara berbatasan dengan ruang Flamboyan E, dan

sebelah selatan berbatasan dengan Flamboyan B. Dalam ruang Flamboyan

60
61

C terdapat 8 kamar dengan 32 tempat tidur yang masing-masing kamar

berisikan 4 tempat tidur, dilanjutkan dengan ruang khusus penyimpanan

ASI dan tempat untuk memandikan neonatus, ruang tindakan, pantry, dan

ruang perawat.

Pada ruang Mawar ditetapkan sebagai instalasi rawat inap ibu dan

anak untuk kelas 1 dan 2, dengan batasan-batasan sebagau berikut : sebelah

timur berbatasan dengan ruang Dokter, sebelah barat berbatasan dengan

ruang rawat inap khusu stroke, sebelah utara berbatasan dengan Kemuning,

serta sebelah selatan berbatasan dengan halaman parkir. Dalam ruangan

Mawar terdapat 12 kamar dengan 24 tempat tidur yang masing-masing

kamar berisikan 2 tempat tidur dan kamar mandi didalam ruangan,

dilanjutkan dengan ruang khusus penyimpanan ASI dan tempat untuk

memandikan neonatus, ruang tindakan, pantry, dan ruang perawat.

Gambar 4.1
Gambaran Lokasi RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo
Sumber: Google Maps
62

2. Data Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan menjadi dasar utama dalam proses

keperawatan yang nantinya akan membantu untuk penentuan masalah

keperawatan dan kebutuhan pada klien. Berdasarkan hasil penelitian

yang dilakukan peneliti pada Klien Anak dengan gastroenteritis

ditemukan data sebagai berikut :

1) Anamnesa

Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan Klien Anak Gastroenteritis di RSUD
Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023

No Identitas
Klien 1 Klien 2
Anak
1. Nama An. Ab An. An
2. No. RM 87.02.xx 81.63.xx
3. Tanggal 29/09/2015 (7 Tahun) 16/07/2020 (2 Tahun)
Lahir /
Umur
4. Jenis Laki-Laki Perempuan
Kelamin
5. Nama :
Ayah Tn. E Tn. A
Ibu Ny. M Ny. S
6. Umur :
Ayah 36 Tahun 35 Tahun
Ibu 37 Tahun 34 Tahun
7. Pekerjaan :
Ayah Karyawan Swasta Karyawan Swasta
Ibu Ibu Rumah Tangga Ibu Rumah Tangga
8. Pendidikan:
Ayah SLTA SLTA
Ibu SLTA S1
9. Alamat Jl. Inpres No. 20 Perum. Prusda
10. No. Tlp Tidak ada data Tidak ada data
11. Agama Islam Islam
12. Suku / Jawa / WNI Jawa / WNI
Bangsa
13. Masuk RS 7/3/2023 (19.26 WITA) 8/3/2023 (21.32 WITA)
14. Tanggal 8 Maret 2023 9 Maret 2023
Pengkajian (09.30 WITA) (09.15 WITA)
15. Di Rawat di Flamboyan C Mawar
Ruangan
63

16. Diagnosa Gastroenteritis Gastroenteritis


17. Keluhan Demam (38,3°C) Mual dan muntah
Utama
18. Riwayat Sebelum masuk RS : Sebelum masuk RS :
Penyakit Orang tua mengatakan An. Orang tua mengatakan An.
Sekarang Ab terakhir kali An terakhir kali
mengkonsumsi makanan mengkonsumsi makanan
yang dibeli dari warung masakan sang ibu dan
makan, karena saat itu ibu minum susu formula 4-5x
An. Ab sedang berada /hari dengan botol susu
dirumah sakit untuk yang dicuci dengan air
menjaga kakak An. Ab bersih namun tidak disikat
yang sedang dirawat dengan sikat khusus dan
dengan diagnosa typhoid. sekitar 2-3x/ minggu dicuci
Tidak lama setelah itu An. dengan air panas. Tidak
Ab mengalami demam lama setelah itu An. An
tinggi sejak 2 Maret 2023 mengalami mual dan
(malam hari) dengan 38°C muntah sejak jam 15.00
- 40°C dan BAB cair 3-4 x/ WITA (1 Maret 2023)
hari, serta mual berwarna kekuningan dan
BAB cair 3-4 x/ hari
Setelah masuk RS : bersaman dengan kembaran
Saat dibawa ke IRD An. An. An
Ab muntah sebanyak 2x
dan demam 38,2° C. Setalah masuk RS :
Saat dibawa ke IRD An.
Ruang Rawat Inap : An muntah sebanyak 2x
BAB cair sebanyak 4x dari dan mual.
jam 20.00 WITA (8 Maret
2023) – 09.00 WITA (9 Ruang rawat inap :
Maret 2023, mual dan 2x muntah sejak pagi (9
muntah sebanyak 4x Maret 2023), diikuti
terakhir jam 08.00 WITA dengan diare sebanyak 3x
(9 Maret 2023). terakhir jam 20.00 WITA
(8 Maret 2023).
19. Masa Ny. M mengatakan selama Ny. S mengatakan selama
Prenatal kehamilan berat naik 10kg, kehamilan dengan anak
dengan rutin melakukan kembar (Gemeli) rutin
pemeriksaan setiap bulan melakukan pemeriksaan
dan terdapat mual, muntah dan mengkonsumsi vitamin
di trimester pertama serta untuk ibu hamil dengan
usia kehamilan yang cukup usia kehamilan 8 bulan (33
bulan (39 minggu) minggu)
20. Masa Natal Ny. M mengatakan saat Ny. S mengatakan saat
persalinan ditolong oleh persalinan yang dilakukan
dokter dengan SC, dan dengan SC oleh dokter
mengalami perdarahan karena terjadi plasenta
sehingga dibutuhkan previa, mengharuskan Ny.
transfuse darah sebanyak 2 S dirawat dirumah sakit
kantong selama ±1 bulan
21. Masa Ny. M mengatakan An. Ab Ny. S mengatakan An. An
Postnatal lahir dengan berat 3700 gr lahir dengan berat 1400 gr
dan panjang 53 cm, kulit dan panjang (-), kulit
kemerahan dan menangis kemerahan dan memangis
kencang kencang, lahir pertama dari
kembarannya
64

22. Masa Ny. M mengatakan An. Ab Ny. M mengatakan An. An


Neonatal tidak dilakukan perawatan tidak dilakukan perawatan
intensif dan hanya intensif dan hanya
diletakkan diruang bayi diletakkan diruang bayi
23. Riwayat Tidak ada Tidak ada
Penyakit
Terdahulu
24. Riwayat Keluarga An.Ab tidak ada Keluarga An.An tidak ada
Kesehatan yang memiliki penyakit yang memiliki penyakit
Keluarga menular menular, namun An.An
bersama dengan
kembarannya masuk rumah
sakit dengan diagnosa yang
sama
25. Riwayat An.Ab tinggal bersama An.An tinggal bersama
Sosial kedua orang tuanya, kedua orang tuanya,
dengan hubungan antar dengan hubungan antar
keluarga yang baik. keluarga yang baik dan
cukup harmonis.
An.Ab biasa bermain
bersama dengan teman An.An biasa bermain
yang seusia An.Ab dan dengan saudara kembarnya
tinggal disekitar dan sesekali bermain di
lingkungan rumah. lingkungan sekitar rumah
An.An.
26. Kebutuhan Ny. M mengatakan An. Ab Ny. S mengatakan An. An
Dasar makan 3x dalam sehari makan 3x dalam sehari
dengan porsi cukup dan dengan porsi cukup dan
menyukai semua makanan kurang menyukasi sayur
terutama burger. An. Ab yang pahit (sawi). An. An
memiliki kebiasaan tidur memiliki pola tidur yang
cukup yaitu 8 jam saat cukup dengan 8 jam saat
malam hari dan ±2 jam saat malam hari dan ±2 jam saat
siang hari, serta biasa siang hari. Ny. S
bermain dengan mainannya mengatakan An. An mandi
sebelum tidur. Ny. M teratur 2x dalam sehari,
mengatakan An. Ab mandi BAK 3-4x dalam sehari
teratur 2x sehari, cuci dengan durasi ganti diapers
rambut 2 hari sekali, dan ±5 jam tanpa BAB, dan An.
gunting kuku 1 minggu An biasa BAB 1x dalam
sekali dan dibantu oleh Ny. sehari. An. An bermain
M. An. Ab biasa BAB 1x dengan aktif dengan
dalam sehari dan BAK 3- saudaranya serta dengan
4x dalam sehari dengan lingkungan sekitar rumah
warna kuning dan jumlah mereka tinggal.
yang normal (±1000 cc).
Aktivitas bermain An. Ab
cukup aktif dan sering
bermain dengan teman
sebayanya baik di rumah
maupun di sekolah.
27. Keadaan An. Ab masuk dengan An. An masuk dengan
Kesehatan diagnoa gastroenteritis, diagnose gastroenteritis,
Saat Ini tidak dilakukan tindakan tidak dilakukan tindakan
operasi, dengan status operasi, dengan status
nutrisi selama sakit nutrisi selama sakit
65

mengalami penurunan mengalami penurunan


selera makan dan jarang selera makan dan kurang
minum. Istirahat An. Ab minum. Istirahat An. An
juga mengalami gangguan juga mengalami gangguan
karena rasa sakit dan karena merasa gelisah dan
kurang nyaman terhadap kurang nyaman dengan
pentakitnya. Selama sakit ruangan di rumah sakit.
An. Ab hanya dibasuh Selama sakit An. An hanya
dengan air hangat untuk dibasuh degan air hangat
seluruh badannya, serta untuk seluruh badannya,
BAB dengan konsistensi serta BAB cair dan BAK
cair dan BAK >3x/hari yang ditampung dengan
dengan volume 400 cc diapers, sehingga ±7 kali
dengan warna kuning melakukan ganti diapers.
pekat. An. Ab terpasang An. An terpasang IVFD RL
IVFD RL 65 cc/ jam 44 cc/jam (tangan kanan),
(tangan kanan), diberikan diberikan zincpro 1 x 20
zincpro 1 x 20 mg (oral), mg (oral), cefixome 2 x 2,5
paracetamol 240 mg/ 8 jam mg (oral), dan ondacentron
(injeksi intravena), dan 3 x 1 mg (injeksi
ondancentron 3 x 2 mg intravena).
(jika mual)
28. DDST Pemeriksaan tidak dapat Pemeriksaan tidak dapat
dilakukan, karena anak dilakukan, karena anak
sakit sakit
29. Lain-Lain Orang tua dan An. Ab Orang tua dan An. An
tinggal di lingkungan yang tinggal di lingkungan yang
bersih dan nyaman buat bersih dan nyaman buat
mereka tinggali, namun mereka tinggali, namun
dalam penerapan perilaku dalam penerapan perilaku
hidup bersih dan sehat hidup bersih dan sehat
masih kurang karena orang masih kurang karena orang
tua dan An. Ab belum tua dan An. An belum
memahami penerapan 6 memahami penerapan 6
langkah cuci tangan dengan langkah cuci tangan dengan
baik. baik.

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil pengkajian Klien 1

dan Klien 2 dirawat dengan diagnosa medis gastroenteritis. Pada

Klien 1 dan 2 sama-sama dilakukan pengkajian pada saat hari kedua

perawatan. Klien 1 didapatkan data keluhatan berupa demam tinggi

(38°-40° C) di malam hari, sedangkan pada Klien 2 memiliki

keluhan berupa mual dan muntah yang berwarna kekuningan.

Pada riwayat penyakit sekarang sebelum Klien 1 dibawa ke

Rumah sakit dengan keluhan utama demam tinggi sampai 40°C


66

pada malam hari sejak 2 Maret 2023, sedangkan pada Klien 2

mengalami mual dan muntah dengan warna kekuningan sejak 1

Maret 2023 dari jam 15.00 WITA, yang diikuti dengan BAB cair.

Pada riwayat penyakit dahulu Klien 1 dan Klien 2 sama-sama

belum pernah dirawat di Rumah Sakit. Pada Klien 1 dan Klien 2

didapatkan data dari masa prenatal, natal, post natal, sampai dengan

nenonatal. Pa da riwayat kesehatan keluarga Klien 1 dan Klien 2

tidak ada yang mengalami riwayat penyakit menular dan keturunan,

namun pada Klien 2 kembarannya masuk rumah sakit dengan

diagnosa gastroenteritis.

Pada Klien 1 dan Klien 2, sama-sama mengalami penurunan

nafsu makan dan jarang minum, sehingga diberlakukan makan

dengan porsi sedikit namun sering. Status cairan pada Klien 1 yaitu

minum air putih 7-9x dalam sehari, terpasang cairan kristaloid (RL)

65 CC/jam, dan terapi saat ini berupa paracetamol 240 mg/8 jam

(IV), ondancentron 3 x 2 mg (IV), jika perlu, serta zincpro 1 x 20

mg (oral). Sedangkan status cairan pada Klien 2 yaitu minum air

putih 7-8x dalam sehari dan susu formula 4-5x dalam sehari,

terpasang cairan kristaloid (RL) 44 CC/jam, dengan terapi

ondancentron 3 x 1 mg (IV), cefixime 2 x 2,5 ml (oral), dan zincpro

1 x 20 mg (oral).

Data lainn yang diperoleh dari hasil pengkajian yaitu pada Klien

1 dan Klien 2 yaitu sama-sama tinggal bersama orang tua mereka


67

dan aktif bermain bersama saudara dan teman sebaya dilingkungan

mereka.

2) Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.2
Pemeriksaan Fisik Klien Anak Gastroenteritis di RSUD Dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023

Pemeriksaan Umum
No Pemeriksaan Klien 1 Klien 2
1 Keadaan Umum Sedang Sedang
2 Kesadaran Compos Mentis Compos Mentis
3 Tanda – Tanda TD : 116/65 mmHg TD : - mmHg
Vital N : 124 x/menit N : 123 x/menit
S : 38,3°C S : 36,8 °C
RR : 21x/menit RR : 31 x/menit
SPO2 : 98% SPO2 : 99%
4 Status Gizi BB : 22 Kg BB : 10 Kg
TB : 110 Cm TB : 80 Cm
IMT : 18 IMT : -
5 Kulit Tanpak memerah Baik
karena suhu tubuh yang
tinngi
6 Kuku Bersih Bersih
Pemeriksaan Fisik
No Pemeriksaan Klien 1 Klien 2
Inspeksi
1 Kepala Kepala : Kepala :
Ukuran kepala normal Ukuran kepala normal
dengan bentuk wajah dengan bentuk wajah
simetris. Warna rambut simetris. Warna rambut
hitam, tersebar secara hitam, tersebar secara
merata dan tidak rontok merata dan tidak rontok
Telinga: Telinga:
Terdapat serumen Terdapat serumen
Mata : Mata :
Cekung dan berair, Cekung dan berair,
tidak mengalami tidak mengalami
konjungtivitis, pupil konjungtivitis, pupil
mata isokor, reflek mata isokor, reflek
cahaya normal, sclera cahaya normal, sclera
tidak anemis, tidak anemis,
konjungtiva tidak konjungtiva tidak
ikterus ikterus
Hidung : Hidung :
Tidak ada pernapasan Tidak ada pernapasan
cuping hidung cuping hidung
Bibir : Bibir :
Bibir kering dan pucat, Bibir kering dan pucat,
tidak mengalami tidak mengalami
stomatis, gigi tidak stomatis, gigi tidak
68

mengalami caries mengalami caries


Lidah : Lidah :
Kotor namun tidak Kotor namun tidak
mengalami tremor mengalami tremor
2 Leher Leher tampak simetris Leher tampak simetris
3 Dada Bentuk dada simetris, Bentuk dada simetris,
tidak ada otot bantu tidak ada otot bantu
pernapasan, tidak ada pernapasan, tidak ada
jejas jejas
4 Abdomen Abdomen cembung dan Abdomen cembung dan
tidak terdapat luka tidak terdapat luka
operasi dan tidak ada operasi dan tidak ada
drain drain
5 Genetalia Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
pada genetalia pada genetalia
6 Anus dan Rektum Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
pada anus dan rectum pada anus dan rektum
7 Ektremitas Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
ekstremitas, tulang ekstremitas, tulang
belakang dan belakang dan
pergerakan sendi pergerakan sendi
tampak bebas tampak bebas

Kekuatan otot : Kekuatan otot :


5 5 5 5
5 5 5 5
Palpasi
1 Leher Tidak teraba kelenjar Tidak teraba kelenjar
getah bening dan tiroid getah bening dan tiroid
2 Dada Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan
3 Abdomen Tidak ada masa dan Tidak ada masa dan
nyeri tekan, tidak nyeri tekan, tidak
terdapat pembesaran terdapat pembesaran
hepar dan lien, serta hepar dan lien, serta
dinding perut supel dinding perut supel
Auskultasi
1 Paru-paru Suara dasar vesikuler Suara dasar vesikuler
tanpa suara tambahan tanpa suara tambahan
2 Jantung Tidak terdapat suara Tidak terdapat suara
tambahan (BJ I-II tambahan (BJ I-II
regular) regular)
3 Abdomen Bising usus meningkat Bising usus meningkat
(Bising Usus) (35x / menit) (20x / menit)
Perkusi
1 Dada Terdapat suara sonor Terdapat suara sonor
2 Abdomen Timpani di seluruh Timpani di seluruh
lapang abdomen lapang abdomen
3 Ektremitas (Patella) Refleks normal Refleks normal

Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil pemeriksaan fisik

pada Klien 1 dengan tekanan darah 116/65 mmHg, nadi 124

x/menit, suhu 38,3°C, pernapasan 21 x/menit, saturasi oksigen 98%,


69

BB 22 kg, dan bising usus yang meningkat yaitu 35 x/menit.

Sedangkan pada Klien 2 didapatkan hasil pemeriksaan fisik dengan

nadi 123 x/menit, suhu 36,8°C, pernapasan 31 x/menit, saturasi

oksigen 99%, dan peningkatan bising usus menjadi 20 x/menit.

3) Pemeriksaan Penunjang

Tabel 4.3
Pemeriksaan Penunjang Klien Anak Gastroenteritis di RSUD
Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023

Pemeriksaan
Penunjang
Klien 1 Klien 2
Laboratorium 8 Maret 2023 9 Maret 2023
Hematologi Lengkap Hematologi Lengkap
Haemoglobin (12.4 g/Dl) Haemoglobin (14.4 g/Dl)
Leukosit (7.86 10³/uL) Leukosit (17.9 10³/uL)
Eritrosit (4.85 106/uL) Eritrosit (5.17 106/uL)
Hematokrit (35.2%) Hematokrit (42.3%)
Trombosit (208 10³/uL) Trombosit (367 10³/uL)
Indeks Eritrosit Indeks Eritrosit
MCV (72.6 fL) (L) MCV (81.8 fL)
MCH (25.6 pg) MCH (27.9 pg)
MCHC (35.2 g/L) MCHC (34 g/L)
RDW.CV (13.2%) RDW.CV (12.6%)
Hitung Jenis Leukosit Hitung Jenis Leukosit
Basotil (0.1%) Basotil (0.2%)
Eosinophil (0.1%) Eosinophil (0.7%)
Neutrofil (46.6%) Neutrofil (73.4%)
Limfosit (43.0%) Limfosit (16.1%)
Monosit (10.2%) Monosit (9.6%)
IG (0.3%) IG (1.4%)
Jumlah Neutrofil Jumlah Neutrofil
(3.66 10³/uL) (13.21 10³/uL)
Jumlah Limfosit Jumlah Limfosit
(3.38 10³/uL) (2.89 10³/uL)
NLR (1.08) NLR (4.57)
NRBC (0.0%) NRBC (0.0%)

Berdasarkan hasil laboratorium diatas terjadi peningakatan

monosit (normal 2-8%) pada Klien 1 dan Klien 2. Pada Klien 1

terdapat juga penurunan MCV (normal 75.0-91.0 Fl), sedangkan

pada Klien 2 terjadi peningkatan leukosit (normal 5.00-11.00 10^

3/Ul), neurotrofil yang juga meningkat (normal 32-52%), limfosit


70

yang menurun (normal 30-60 L), jumlah neutrophil yang meningkat

(normal 1.500-1.700), NLR yang meningkatkan (normal < 3.13),

dan glukosa sewaktu (60-100 mg/Dl).

4) Terapi Farmakologi

Tabel 4.4
Terapi Farmakologis Klien Anak Gastroenteritis di RSUD Dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023

No Klien 1 Klien 2
1 Paracetamol (Infus) Ondansentron 4 MG/2 ML (IV)
(240 MG/8 Jam) (3 X 1 MG)
2 Ondancentron 4 MG/2 ML (IV) Laktat Ringer 500 ML (Infus)
(3 X 2 MG) (kalau perlu) (44 CC/Jam)
3 Laktat Ringer 500 ML (Infus) Cefixime 100 MG/5 ML (Oral)
(65 CC/Jam) (2 X 2,5 ML)
4 Zincpro 60 ML (Oral) Zincpro 60 ML (Oral)
(1 X 20 MG PO) (1 X 20 MG PO)

Berdasarkan tabel diatas terdapat data terapi Klien 1

mendapat terapi IVFD RL 65 CC/jam, paracetamol infus 240 mg/8

jam, ondacentron injeksi 3 x 2 mg (jika mual), dan zincpro situp 1

x 20 mg. sedangkan pada Klien 2 didapatkan terapi IVFD RL 44

CC/jam, ondancemtron injeksi 3 x 1 mg, cefixime 2 x 2,5 ml

dengan oral dan zincpro situp 1 x 20 mg.

5) Balance Cairan

Tabel 4.5
Monitoring Balance Cairan Klien Anak Gastroenteritis di
RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023

Tgl Klien 1 Tgl Klien 2


8 Intake 9 Intake
Makanan 250 kkal/24 jam Makanan 200 kkal/24jam
Minuman 280 cc/24 jam Minuman 300 cc/24 jam
Obat : Obat :
Oral 20 cc Oral 25 cc
IV 1.560 cc/24 jam IV 1.056 cc/24 jam
Output Output
Urine 990 cc Urine 600 cc
71

BAB 400 cc BAB 300 cc


Muntah 200 cc Muntah 200 cc
Drain - Drain -
IWL 506 IWL 280
Total +14 Total + 201
cc/kg/BB/hari cc/kg/BB/hari
9 Intake 10 Intake
Makanan 250 kkal/24 jam Makanan 200 kkal/24jam
Minuman 300 cc/24 jam Minuman 280 cc/24 jam
Obat : Obat :
Oral 20 cc Oral 25 cc
IV 1560 cc/24 jam IV 1.056 cc/24 jam
Output Output
Urine 1200 cc Urine 800 cc
BAB 100 cc BAB 100 cc
Muntah 150 cc Muntah -
Drain - Drain -
IWL 506 IWL 280
Total + 174 Total + 381
cc/kg/BB/hari cc/kg/BB/hari
10 Intake 11 Intake
Makanan 250 kkal/24 jam Makanan 200 kkal/24 jam
Minuman 300 cc/24 jam Minuman 300 cc
Obat : Obat :
Oral 20 cc Oral 25 cc
IV 1000 cc/24 jam IV 500 cc/24 jam
Output Output
Urine 900 Urine 600 cc
BAB - BAB -
Muntah - Muntah -
Drain - Drain -
IWL 506 cc IWL 280 cc
Total + 164 Total +145
cc/kg/BB/hari cc/kg/BB/hari

6) Data Fokus

Tabel 4.6
Data Fokus Klien Anak Gastroenteritis di RSUD Dr. Kanujoso
Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023

No Klien 1 Klien 2
Data Subjektif
1 An. Ab mengatakan nyeri An. An mengatakan nyeri
P : bergerak P : bergerak
Q : diperas Q : diperas
R : abdomen R : abdomen
S:4 S:5
T : hilang timbul T : hilang timbul

2 Ibu mengatakan pagi ini An. Ab Ibu mengatakan An. An sering kali
sudah muntah sebanyak 2x ingin mengeluarkan sesuatu dari
72

dengan konsistensi cair dan dalam mulutnya seperti ingin


menanyakan menganai penyakit muntah dan pagi ini sudah 2x
apa yang sedang diderita oleh An. muntah, lemas, susah untuk
Ab yang pada awalnya hanya makan, melakukan gerakan seperti
demam dan mengira akan sembuh menelan, rasa asam pada mulut
dalam 1-2 hari. An. An, dan sulit diajak bicara,
serta menyakan beberapa
pertanyaan mengenai penyakit
anaknya karena rasa khawatir yang
pada awalnya dikira hanya mual
dan muntah biasa.

3 An. Ab mengatakan sering


merasa mual dan ingin muntah,
malas untuk makan, mulutnya
terasa asam, dan sering menelan
sesuatu padahal tidak sedang
makan

Data Objektif
1 TTV TTV
TD : 116/65 mmHg TD : - mmHg
N : 124 x/menit N : 123 x/menit
S : 38,3°C S : 36,2°C
RR : 21x/menit RR : 31x/menit
SPO2 : 98% SPO2 : 99%

2 An. Ab sudah 4x BAB dari jam An. An sudah 3x BAB dari jam
20.00 WITA kemarin malam – 20.00 WITA kemarin malam –
09.00 WITA pagi ini dengan 09.00 WITA pagi ini dengan
konsistensi cair konsistensi cair

3 Frekuensi peristaltik pada An. An Frekuensi peristaltik pada An. An


meningkat dengan bising usus meningkat dengan bising usus pada
pada hiperaktif (35x / menit) hiperaktif (20x / menit)

4 An. Ab tampak meringis, gelisah, An. An menalami diaphoresis,


pucat, lemas, bersikap protektif, saliva tampak mengalami
sulit tidur, menarik diri (bermain peningkatan karena sering
handphone), malas bicara dan melakukan gerakan menelan, An.
berperilaku tidak sesuai anjuran An tampak meringis, gelisah,
(malas makan), serta terdapat bersikap protektif, tegang, sulit
peningkatan saliva karena sering tidur (mis. Menangis), menarik
melakukan gerakan menelan diri, suara bergetar karena
menangis, serta tampak pucat dan
lemas.

5 Kulit An. Ab terasa hangat dan


tampak memerah, serta
mengalami diaphoresis (keringat
dingin)
73

7) Analisa Data

Tabel 4.7
Analisa Data Klien Anak Gastroenteritis di RSUD Dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023

No Data Etiologi Problem


Klien 1
1 DS : - Proses penyakit Hipertermia
(infeksi)
DO :
a. Suhu An. Ab 38,3°C
b. Kulit An. Ab terasa hangat
c. Kulit An. Ab tampak
memerah
d. Nadi An. Ab 124x / menit

2 DS : Inflamasi Diare
a. An. Ab mengatakan nyeri gatrointestinal
P : bergerak
Q : diperas
R : abdomen
S:4
T : hilang timbul

DO :
a. An. Ab sudah 4x BAB dari
jam 20.00 WITA kemarin
malam – 09.00 WITA pagi
ini
b. An. Ab BAB dengan
konsistensi cair
c. Bising usus pada An. Ab
hiperaktif dengan 35x /
menit
d. Frekuensi peristaltik pada
An. Ab meningkat

3 DS : Iritasi lambung Nausea


a. Ibu mengatakan pagi ini An.
Ab sudah muntah sebanyak
2x dengan konsistensi cair
b. An. Ab mengatakan sering
merasa mual dan ingin
muntah
c. An. Ab mengatakan malas
untuk makan
d. An. Ab mengatakan kadang
mulutnya terasa asam
e. An. Ab mengatakan sering
melakukan gerakan menelan
sesuatu padahal tidak
mengkonsumsi apapun
74

DO :
a. Terdapat peningkatan saliva
pada An. Ab, karena sering
melakukan gerakan menelan
b. An. An kadang tampak
mengalami keringat dingin
c. An. Ab tampak pucat dan
lemas
d. Frekuensi nadi meningkat
(124x / menit)

4 DS : Agen pencedera Nyeri akut


a. An. An mengatakan nyeri fisiologis
P : bergerak (hiperperistaltik)
Q : diperas
R : abdomen
S:4
T : hilang timbul
b. An. Ab mengatakan malas
untuk makan

DO :
a. An. Ab tampak meringis
b. An. Ab tampak gelisah
c. An. Ab tampak bersikap
protektif (menhindar dari
nyeri)
d. An. Ab kesulitan saat mau
tidur karena mencari posisi
nyaman agar tidak nyeri
e. An. Ab tampak menarik diri
(banyak bermain
handphone)
f. An. Ab tampak malas untuk
berbicara dengan siapapun
g. Frekuensi nadi meningkat
(124x / menit)

5 DS : Kurang terpapar Defisit


a. Ibu menanyakan beberapa informasi pengetahuan
pertanyaan menganai tentang
masalah penyakit An. Ab gastroenteritis
b. Ibu An. Ab mengira hanya
demam biasa yang 1-2 hari
sembuh

DO :
a. An. Ab menunjukkan
perilaku tidak sesuai
anjuran (malas makan)
b. An. Ab tampak menarik diri
(banyak bermain
handphone)

6 DS : Risiko
a. Ibu mengatakan pagi ini An. ketidakseimban
75

Ab sudah muntah sebanyak gan elekrolit


2x dengan konsistensi cair

DO :
a. An. Ab sudah 4x BAB dari
jam 20.00 WITA kemarin
malam – 09.00 WITA pagi
ini

Klien 2
1 DS : Iritasi lambung Nausea
a. Ibu mengatakan An. An
sering kali ingin
mengeluarkan sesuatu dari
dalam mulutnya seperti
ingin muntah
b. Ibu mengatakan An. An
susah untuk disuruh makan
c. Ibu mengatakan An. An
sering kali terlihat seperti
menelan sesuatu padahal
tidak sedang memakan
apapun
d. Ibu mengatakan An. An
kadang mengeluh
merasakan asam pada
mulutnya
e. Ibu mengatakan An. An
pagi ini sudah muntah 2x

DO :
a. An. An tampak pucat
b. Terdapat peningkatan saliva
pada An. An, karena sering
melakukan gerakan menelan
c. An. An kadang tampak
mengalami keringat dingin
d. Frekuensi nadi An. An
mengalami peningkatan
(123x / menit)

2 DS : Inflamasi Diare
a. An. An mengatakan nyeri gastrointestinal
P : bergerak
Q : diperas
R : abdomen
S:5
T : hilang timbul
DO :
a. An. An sudah 3x BAB dari
jam 20.00 WITA kemarin
malam – 09.00 WITA pagi
ini
b. An. An BAB dengan
konsistensi cair
76

c. Bising usus pada An. An


hiperaktif dengan 20x /
menit
d. Frekuensi peristaltik pada
An. An meningkat

3 DS : Agen pencedera Nyeri Akut


a. An. An mengatakan nyeri fisiologis
P : bergerak (hiperpalistatik)
Q : diperas
R : abdomen
S:5
T : hilang timbul
b. Ibu mengatakan An. An
susah untuk disuruh makan

DO :
a. An. An tampak meringis
b. An. An tampak gelisah
c. An. An tampak bersikap
protektif dan tegang
d. An. An tampak kesulitan
saat akan mau tidur (mis.
Menangis)
e. Frekuensi nadi An. An
meningkat (123x / menit)
f. An. An tampak tidak mau
didekati oleh siapapun /
menarik diri
g. An. An tampak tidak ingin
diajak berbicara dengan
siapapun / focus terhadap
dirinya sendiri
h. An. An kadang tampak
mengalami keringat dingin

4 DS : Kurang terpapar Defisit


a. Ibu menanyakan beberapa informasi pengetahuan
pertanyaan mengenai tentang
masalah penyakit pada An. gastroenteritis
An
b. Ibu An. An awalnya
berpikir hanya mual muntah
biasa

DO :
a. An. An tampak
menunujukkan perilaku
tidak sesuai anjuran (mis.
Sulit makan)
b. An. An tampak tidak mau
didekati oleh siapapun /
menarik diri

5 DS : Krisis situasional Ansietas


a. Ibu khawatir dengan kondisi
77

An. An
b. Ibu An. An awalnya
berpikir hanya mual muntah
biasa
c. Ibu mengatakan An. An
sering mengeluh lemas
d. Ibu mengatakan An. An
sulit diajak berbicara

DO :
a. An. An tampak gelisah
b. An. An kadang tampak
mengalami keringat dingin
c. Frekuensi nadi An. An
meningkat (123x / menit)
d. An. An tampak pucat dan
lemas
e. An. An tampak kesulitan
saat akan mau tidur (mis.
Menangis)
f. An. An tampak bersikap
protektif dan tegang
g. An. An mengeluarkan suara
bergetar karena sering
menangis
h. Saat perawat atau dokter
dating An. An cenderung
menghindar dan tidak mau
menatap
6 DS : Risiko
a. Ibu mengatakan An. An ketidakseimban
pagi ini sudah muntah 2x gan elekrolit

DO :
a. An. An sudah 3x BAB dari
jam 20.00 WITA kemarin
malam – 09.00 WITA pagi
ini

b. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.8
Diagnosa Keperawatan Klien Anak Gastroenteritis di RSUD Dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023

Klien 1 Klien 2
No Hari / tanggal Ditemukan Hari / tanggal Ditemukan
Rabu, 9 Maret 2023 Kamis, 10 Maret 2023
1 Hipertermi b.d proses penyakit d.d Nausea b.d iritasi lambung d.d muntah
suhu diatas normal (D.0130) (D.0076)
2 Diare b.d proses inflamasi Diare b.d proses inflamasi
gastrointestinal d.d defekasi lebih dari gastrointestinal d.d defekasi lebih dari
3x dalam 24 jam (D. 0020) 3x dalam 24 jam (D. 0020)
78

3 Nausea b.d iritasi lambung d.d muntah Nyeri akut b.d agen pencedera
(D.0076) fisiologis d.d mengeluh nyeri (D.0077)
4 Nyeri akut b.d agen pencedera Defisit pengetahuan b.d kurang
fisiologis d.d mengeluh nyeri (D.0077) terpapar informasi d.d menanyakan
masalah yang terjadi (D.0111)
5 Defisit pengetahuan b.d kurang Ansietas b.d krisis situasional d.d
terpapar informasi d.d menanyakan merasa bingung (D.0080)
masalah yang terjadi (D.0111)
6 Risiko ketidakseimbangan eletrolit d.d Risiko ketidakseimbangan eletrolit d.d
diare dan muntah diare dan muntah
(D.0037) (D.0037)

Berdasarkan tabel diatas Klien 1 dan Klien 2 sama-sama menegakkan 6

diagnosa. Pada Klien 1 diagnosa yang ditegakkan terdiri dari hipertermi

berhubungan dengan proses penyakit, diare berhubungan dengan proses

inflamasi gastrointestinal, nausea berhubungan dengan iritasi lambung, nyeri

akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis, defisit pengetahuan

berhubungan dengan kurang terpapar informasi, dan risiko ketidakseimbangan

eletrolit dihubungkan dengan diare dan muntah. Sedangkan pada Klien 2

diagnosa yang ditegakkan terdiri dari nausea berhubungan dengan iritasi

lambung, diare berhubungan dengan proses inflamsi gastrointestinal, nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisioogis, defisit pengetahuan

berhubungan dengan kurang terpapar informasi, ansietas berhubungan dengan

krisis situasional dan risiko ketidakseimbangan eletrolit dihubungkan dengan

diare dan muntah.

c. Intervensi Keperawatan
Tabel 4.9
Intervensi Keperawatan Klien Anak Gastroenteritis di RSUD Dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023

No Hari / Diagnosa Tujuan dan Perencanaan


Tanggal Keperawatan Kriteria Hasil
Klien 1
1 Rabu, Hipertermi b.d Termogulasi Manajemen Hipertermia
9/3/2023 proses penyakit (L.14134) (I.15506)
d.d suhu diatas
normal Tujuan: setelah Observasi
(D.0130) dilakukan 1.1 Identifikasi
79

intervensi penyebab
keperawatan 3 x 10 hipertermia
jam diharapkan 1.2 Monitor suhu tubu
termogulasi 1.3 Monitor komplikasi
membaik akibat hipertermia
Terapeutik
Kriteria hasil: 1.4 Sediakan
a. Kulit merah lingkungan yang
menurun dingin
b. Pucat menurun 1.5 Berikan cairan oral
c. Suhu tubuh 1.6 Ajurkan tirah baring
membaik Kolaborasi
d. Suhu kulit 1.7 Kolaborasi
membaik pemberian Cairan
dan elektrolit
intravena, jika perlu
2 Rabu, Diare b.d proses Elminasi Fekal Manajemen Diare
9/3/2023 inflamasi (L.04033) (I.03101)
gastrointestinal
d.d defekasi Tujuan: setelah Observasi
lebih dari 4x dilakukan 2.1 Identifikasi
dalam 24 jam intervensi penyebab diare
(D. 0020) keperawatan 3 x 10 2.2 Identifikasi riwayat
jam diharapkan pemberian makanan
eliminasi fekal 2.3 Monitor warna,
membaik volume, frekuensi
dan konsistensi tinja
Kriteria hasil: 2.4 Monitor jumlah
a. Kontrol pengeluaran diare
pengeluaran Terapuetik
fases 2.5 Berikan asupan
meningkat cairan oral
b. Nyeri abdomen 2.6 Berikan cairan
menurun intravena (mis.
c. Kram abdomen ringer asetat, ringer
d. Konsistensi laktat), jika perlu
fases membaik 2.7 Ambil sampel darah
e. Frekuensi untuk pemeriksaan
defekasi darah lengkap dan
membaik elektrolit
f. Peristaltik usus 2.8 Ambil sampel fases
membaik untuk kultur, jika
perlu
Edukasi
2.9 Anjurkan makan
porsi kecil dan
sering secara
bertahap
Kolaborasi
2.10 Kolaborasi
pemberian obat
antimotilitas (mis.
loperamide,
difenoksilat)
2.11 Kolaborasi
pemberian obat
80

antispasmodic/
spasmolitik (mis.
papaverin, ekstak
belladonna,
mebeverine)
2.12 Kolaborasi
pemberian obat
pengeras fases (mis.
atapulgit, smektit,
kaolin-pektin)
3 Rabu, Nausea b.d Tingkat Nausea Manajemen muntah
9/3/2023 iritasi lambung (L.08065) (I.03118)
d.d muntah
(D.0076) Tujuan: setelah Observasi
dilakukan 3.1 Identifikasi
intervensi karateristik muntah
keperawatan 3 x 10 3.2 Periksa volume
jam diharapakan muntah
tingkat nausea Terapeutik
menurun 3.3 Atur posisi untuk
mencegah aspirasi
Kriteria hasil: Edukasi
a. Nafsu makan 3.4 Anjurkan
meningkat memperbanyak
b. Keluhan mual istirahat
menurun Kolaborasi
c. Perasaan ingin 3.5 Kolaborasi
muntah pemberian
menurun antiemetic, jika
d. Perasaan asam perlu
dimulut
menurun
e. Frekuensi
menelan
menurun
f. Diaphoresis
menurun
g. Jumlah saliva
menurun
h. Pucat membaik
4 Rabu, Nyeri akut b.d Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
9/3/2023 agen pencedera (L.08066) (I.08238)
fisiologis d.d
mengeluh nyeri Tujuan: setelah Observasi
(D.0077) dilakukan 4.1. Identifikasi lokasi,
intervensi karateristik, durasi,
keperawatan 3 x 10 frekuensi, kualitas,
jam diharapkan intensitas nyeri
tingkat nyeri 4.2. Identifikasi skala
menurun nyeri
4.3. Identifikasi faktor
Kriteria hasil: yang memperberat
a. Kemampuan dan memperingan
menuntaskan nyeri
aktivitas Terapeutik
meningkat 4.4. Berikan terapi
81

b. Keluhan nyeri nonfarmakologi


menurun untuk menguramgi
c. Meringis rasa nyeri
menurun Edukasi
d. Sikap protektif 4.5. Anjurkan monitor
menurun nyeri secara mandiri
e. Gelisah Kolaborasi
menurun 4.6. Kolaborasi
f. Kesulitan tidur pemberian
menurun analgetik, jika perlu
g. Menarik diri
menurun
h. Ketegangan
otot menurun
i. Muntah
menurun
j. Mual menurun
k. Frekuensi nadi
membaik
l. Nafsu makan
membaik
m. Pola tidur
membaik
5 Rabu, Defisit Tingkat Edukasi Kesehatan
9/3/2023 pengetahuan b.d Pengetahuan (I.12383)
kurang terpapar (L.12111)
informasi d.d Observasi
menanyakan Tujuan: setelah 5.1. Identifikasi
masalah yang dilakukan kesiapan dan
terjadi intervensi kemampuan
(D.0111) keperawatan 1 x 10 menerima informasi
jam diharapkan Terapeutik
tingkat pengetahuan 5.2. Sediakan materi dan
membaik media pendidikan
kesehatan
Kriteria Hasil: 5.3. Jadwalkan
a. Perilaku sesuai pendidikan
anjuran kesehatan sesuai
meningkat kesepakatan
b. Kemampuan 5.4. Berikan kesempatan
menjelaskan untuk bertanya
pengetahuan Edukasi
suatu topik 5.5. Ajarkan strategi
meningkat yang dapat
c. Pernyataan digunakan untuk
tentang meningkatkan
masalah yang perilaku hidup
dihadapi bersih dan sehat
menurun
d. Presepsi yang
keliru terhadap
masalah
menurun
6 Rabu, Risiko Keseimbangan Pemantauan elektrolit
9/3/2023 ketidakseimban cairan (L.03020) (I.03122)
gan elektrolit
82

d.d diare dan Tujuan: setelah Observasi


muntah dilakukan 6.1. Monitor mual,
(D.0037) intervensi muntah, diare
keperawatan 3 x 10 Terapeutik
jam diharapkan 6.2. Atur interval waktu
keseimbangan pemantauan sesuai
cairan meningkat dengan kondisi
pasien
Kriteria Hasil: Edukasi
a. Asupan cairan 6.3. Informasikan hasil
meningkat pemantauan, jika
b. Asupan perlu
makanan
meningkat
c. Dehidrasi
menurun
d. Denyut nadi
membaik
Klien 2
1 Kamis, Nausea b.d Tingkat Nausea Manajemen muntah
10/3/202 iritasi lambung (L.08065) (I.03118)
3 d.d muntah
(D.0076) Tujuan: setelah Observasi
dilakukan 1.1 Identifikasi
intervensi karateristik muntah
keperawatan 3 x 10 1.2 Periksa volume
jam diharapakan muntah
tingkat nausea 1.3 identifikasi faktor
menurun penyebab muntah
Terapeutik
Kriteria hasil: 1.4 Atur posisi untuk
a. Nafsu makan mencegah aspirasi
meningkat Edukasi
b. Keluhan mual 1.5 Anjurkan
menurun memperbanyak
c. Perasaan ingin istirahat
muntah Kolaborasi
menurun 1.6 Kolaborasi
d. Perasaan asam pemberian
dimulut antiemetic, jika
menurun perlu
e. Frekuensi
menelan
menurun
f. Diaphoresis
menurun
g. Jumlah saliva
menurun
h. Pucat membaik
2 Kamis, Diare b.d proses Elminasi Fekal Manajemen Diare
10/3/202 inflamasi (L.04033) (I.03101)
3 gastrointestinal
d.d defekasi Tujuan: setelah Observasi
lebih dari 3x dilakukan 2.1 Identifikasi
dalam 24 jam intervensi penyebab diare
(D. 0020) keperawatan 3 x 10 2.2 Identifikasi riwayat
83

jam diharapkan pemberian makanan


eliminasi fekal 2.3 Monitor warna,
membaik volume, frekuensi
dan konsistensi tinja
Kriteria hasil: 2.4 Monitor jumlah
a. Kontrol pengeluaran diare
pengeluaran Terapuetik
fases 2.5 Berikan asupan
meningkat cairan oral
b. Urgency 2.6 Berikan cairan
menurun intravena (mis.
c. Nyeri abdomen ringer asetat, ringer
menurun laktat), jika perlu
d. Kram abdomen 2.7 Ambil sampel darah
e. Konsistensi untuk pemeriksaan
fases membaik darah lengkap dan
f. Frekuensi elektrolit
defekasi Edukasi
membaik 2.8 Anjurkan makan
g. Peristaltik usus porsi kecil dan
membaik sering secara
bertahap
Kolaborasi
2.9 Kolaborasi
pemberian obat
antimotilitas (mis.
loperamide,
difenoksilat)
2.10 Kolaborasi
pemberian obat
antispasmodic/spas
molitik (mis.
papaverin, ekstak
belladonna,
mebeverine)
2.11 Kolaborasi
pemberian obat
pengeras fases (mis.
atapulgit, smektit,
kaolin-pektin)
3 Kamis, Nyeri akut b.d Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
10/3/202 agen pencedera (L.08066) (I.08238)
3 fisiologis d.d
mengeluh nyeri Tujuan: setelah Observasi
(D.0077) dilakukan 3.1 Identifikasi lokasi,
intervensi karateristik, durasi,
keperawatan 3 x 10 frekuensi, kualitas,
jam diharapkan intensitas nyeri
tingkat nyeri 3.2 Identifikasi skala
menurun nyeri
3.3 Identifikasi faktor
Kriteria hasil: yang memperberat
a. Kemampuan dan memperingan
menuntaskan nyeri
aktivitas Terapeutik
meningkat 3.4 Berikan terapi
84

b. Keluhan nyeri nonfarmakologi


menurun untuk menguramgi
c. Meringis rasa nyeri
menurun 3.5 Anjurkan monitor
d. Sikap protektif nyeri secara mandiri
menurun Kolaborasi
e. Gelisah 3.6 Kolaborasi
menurun pemberian
f. Kesulitan tidur analgetik, jika perlu
menurun
g. Menarik diri
menurun
h. Perineum
terasa tertekan
menurun
i. Ketegangan
otot menurun
j. Muntah
menurun
k. Mual menurun
l. Frekuensi nadi
membaik
m. Tekanan darah
membaik
n. Nafsu makan
membaik
o. Pola tidur
membaik
4 Kamis, Defisit Tingkat Edukasi Kesehatan
10/3/202 pengetahuan b.d Pengetahuan (I.12383)
3 kurang terpapar (L.12111)
informasi d.d
menanyakan Tujuan: setelah Observasi
masalah yang dilakukan 4.1. Identifikasi
terjadi intervensi kesiapan dan
(D.0111) keperawatan 1 x 10 kemampuan
jam diharapkan menerima informasi
tingkat pengetahuan Terapeutik
membaik 4.2. Sediakan materi dan
media pendidikan
Kriteria Hasil: kesehatan
a. Perilaku sesuai 4.3. Jadwalkan
anjuran pendidikan
meningkat kesehatan sesuai
b. Kemampuan kesepakatan
menjelaskan 4.4. Berikan kesempatan
pengetahuan untuk bertanya
suatu topik Edukasi
meningkat 4.5. Ajarkan strategi
c. Pernyataan yang dapat
tentang digunakan untuk
masalah yang meningkatkan
dihadapi perilaku hidup
menurun bersih dan sehat
d. Presepsi yang
keliru terhadap
85

masalah
menurun
5 Kamis, Ansietas b.d Tingkat Ansietas Terapi Relaksasi
10/3/202 krisis (L.09093) (I.09326)
3 situasional d.d
merasa bingung Tujuan: setelah Observasi
(D.0080) dilakukan 5.1. Identifikasi teknik
intervensi relaksasi yang
keperawatan 3 x 10 mampu digunakan
jam diharapkan 5.2. Monitor respons
tingkat ansietas terhadap teknik
menurun relaksasi
5.3. Gunakan nada suara
Kriteria Hasil: lembut dengan
a. Konsentrasi irama lambat dan
membaik berirama
b. Pola tidur Edukasi
membaik 5.4. Anjurkan
c. Perilaku mengambil posisi
gelisah nyaman
menurun 5.5. Anjurkan rileks dan
d. Verbalisasi merasakan sensasi
kebingungan relaksasi
menurun
e. Verbalisasi
khawatir akibat
kondisi yang
dihadapi
menurun
f. Perilaku tegang
menurun
6 Kamis, Risiko Keseimbangan Pemantauan elektrolit
10/3/202 ketidakseimban cairan (L.03020) (I.03122)
3 gan eletrolit d.d
diare dan Tujuan: setelah Observasi
muntah dilakukan 6.1. Monitor mual,
(D.0037) intervensi muntah, diare
keperawatan 3 x 10 Terapeutik
jam diharapkan 6.2. Atur interval waktu
keseimbangan pemantauan sesuai
cairan meningkat dengan kondisi
Kriteria Hasil: pasien
a. Asupan cairan Edukasi
meningkat 6.3. Informasikan hasil
b. Asupan pemantauan, jika
makanan perlu
meningkat
c. Dehidrasi
menurun
d. Denyut nadi
membaik

Berdasarkan tabel diatas menjelaskan mengenai intervensi yang

berdasarkan Tim Pokja SLKI (2019) dan Tim Pokja SIKI (2018) dan
86

akan diberikan pada Klien 1 dan Klien 2 selama masa perawatan sesuai

dengan diagnosa keperawatan yang ditegakkan.

d. Implementasi Keperawatan
Tabel 4.10
Implementasi Keperawatan Klien Anak Gastroenteritis di RSUD
Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023

Waktu
No Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf
Pelaksanaan
Klien 1
1 8 Maret 2023

09. 30 Visite Keperawatan

1.1 Mengidentifikasi 1.1 Proses infeksi


penyebab hipertermia
1.2 Memonitor suhu tubu 1.2 T : 38,3°C
2.1 Mengidentifikasi 2.1 Inflamasi pada
penyebab diare gastrointestinal
(monosit 10.2
(H))
2.2 Mengidentifikasi 2.2 Masakan rumah
riwayat pemberian
makanan
2.3 Memonitor warna, 2.3 4x dalam 13 jam
volume, frekuensi terakhir, cair,
dan konsistensi tinja kecoklatan
2.4 Memonitor jumlah 2.4 4x dalam 13 jam
pengeluaran diare terakhir
3.1 Memeriksa volume 3.1 cair
muntah
3.3 Mengidentifikasi 3.3 iritasi lambung
faktor penyebab
muntah
4.1. Mengidentifikasi 4.1. dan 4.3
lokasi, karateristik, P : bergerak
durasi, frekuensi, Q : diperas
kualitas, intensitas R : abdomen
nyeri S:4
4.3. Mengidentifikasi T : hilang timbul
faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
5.1. Mengidentifikasi 5.1. ibu An. Ab aktif
kesiapan dan bertanya seputar
kemampuan masalah
menerima informasi
6.1. Memonitor mual, 6.1. mual (+), muntah
muntah, diare (2x), diare (4x)

11.45 2.3 Memonitor warna, 2.3 BAB (4x),


87

volume, frekuensi, kecoklatan, cair


dan konsistensi tinja
2.4 Memonitor jumlah 2.4 BAB cair (4x)
pengeluaran diare
2.5 Memberikan asupan 2.5 pemberian air
cairan oral mineral 120 ml
4.4. Memberikan teknik 4.4. pemberian teknik
nonfarmakologi napas dalam
untuk mengurangi
rasa nyeri
5.3. Menjadwalkan 5.3. Pada 8 Maret
pendidikan kesehatan 2023 (16.00)
sesuai kesepakatan

16.00 1.2 Memonitor suhu 1.2 T : 36,3° C


tubuh
1.11 Kolaborasi pemberian 1.11 pemberian
cairan intravena dan paracetamol infus
elektrolit 240 mg
3.2 Memeriksa volume 3.2 muntah 4x
muntah
3.3 Mengatur posisi 3.3 pemberian posisi
untuk mencegah semi fowler
aspirasi
5.2. Menyediakan materi 5.2. terdapat leaflet
dan media pendidikan
kesehatan
5.4. Memberikan 5.4. ibu An. Ab
kesempatan untuk menanyakan
bertanya beberapa
5.5. Mengajarkan strategi pertanyaan
yang dapat digunakan 5.5. ibu dan An. Ab
untuk meningkatkan bisa melakukan 6
perilaku hidup bersih langkah mencuci
dan sehat tangan dengan
benar

21.30 4.2. Mengidentifikasi 4.2


skala nyeri P : bergerak
Q : diperas
R : abdomen
S:4
T : hilang timbul
6.1. Memonitor mual, 6.1. mual (+), muntah
muntah dan diare (2x), BAB (4x)
2 9 Maret 2023

10.30 Visite Keperawatan

2.6 Berikan cairan 2.6 Laktat Ringer 500


intravena ML (65 CC/Jam)

16.00 3.5 Kolaborasi pemberian 3.5 pemberian


antiemetic ondancentron 2
mg dalam injeksi
intravena
88

3.3 Atur posisi untuk 3.3 Atur posisi


mencegah aspirasi menjadi semi
fowler
21.30 4.2. Mengidentifikasi 4.2
skala nyeri P : bergerak
Q : diperas
R : abdomen
S:4
T : hilang timbul
6.1. Memonitor mual, 6.1. mual (+), muntah
muntah dan diare (2x), BAB (1x,
lunak)
3 10 Maret
2023

09.00 Visite Keperawatan


3.4 Anjurkan 3.4 An. Ab tampak
memperbanyak bugar dan ceria
istirahat

15.19 6.1. Monitor mual, 6.1. mual (-), muntah


muntah, diare (-), BAB cair (-)

Keluar rumah sakit


Klien 2
1 9 Maret 2023

09.20 Visite Keperawatan


1.1 Identifikasi 1.1 konsistensi
karateristik muntah muntah cair
1.2 Periksa volume 1.2 muntah 2x sejak
muntah pagi
1.3 Identifikasi factor 1.3 saat makan
penyebab muntah
2.1 Identifikasi penyebab 2.1 inflamasi
diare gastrointestinal
2.2 Identifikasi riwayat 2.2 masakan rumah
pemberian makanan
2.3 Monitor warna, 2.3 3x dalam 13 jam
volume, frekuensi terakhir, cair,
dan konsistensi tinja kecoklatan
3.1 Identifikasi lokasi, 3.1 dan 3.2
karateristik, durasi, P : bergerak
frekuensi, kualitas, Q : diperas
intensitas nyeri R : abdomen
3.2 Mengidentifikasi S:5
skala nyeri T : hilang timbul
4.1. Identifikasi kesiapan 4.1. ibu tampak
dan kemampuan antusias saat
menerima informasi diajak
berbimcang
mengenai
penyakit An.An
5.2. Monitor respons 5.2. An.An tampak
terhadap teknik nyaman
relaksasi
89

6.1. Monitor mual, 6.1. mual (+), muntah


muntah, diare (2x), diare (3x)

11.45 2.3 Memonitor warna, 2.3 BAB (3x),


volume, frekuensi, kecoklatan, cair
dan konsistensi tinja
2.4 Memonitor jumlah 2.4 BAB cair (3x)
pengeluaran diare
2.5 Memberikan asupan 2.5 pemberian air
cairan oral mineral 120 ml
3.4 Memberikan teknik 3.4 pemberian teknik
nonfarmakologi napas dalam
untuk mengurangi
rasa nyeri
4.3. Menjadwalkan 4.3. pada tanggal 9
pendidikan kesehatan Maret 2023
sesuai kesepakatan (16.20 WITA)

16.20 1.2 Memeriksa volume 1.2 muntah (2x)


muntah
1.6 Kolaborasi pemberian 1.6 pemberian
antiemetic ondancentron 1
mg melalui
injeksi intravena
4.2. Menyediakan materi 4.2. terdapat leaflet
dan media pendidikan
kesehatan
4.4. Memberikan 4.4. ibu An. An
kesempatan untuk menanyakan
bertanya beberapa
pertanyaan
4.5. Mengajarkan strategi 4.5. ibu dan An. An
yang dapat digunakan bisa melakukan 6
untuk meningkatkan langkah mencuci
perilaku hidup bersih tangan dengan
dan sehat benar

20.15 3.2 Mengidentifikasi 3.2


skala nyeri P : bergerak
Q : diperas
R : abdomen
S:-
T : hilang timbul
6.1. Memonitor mual, 6.1. mual (-), muntah
muntah dan diare (-), BAB lunak
(1x)
2 10 Maret
2023

09.00 Visite Keperawatan

11.30 1.4 Atur posisi untuk 1.4 An.An tampak


mencegah aspirasi nyaman
5.4. Anjurkan mengambil 5.4. An.An tampak
posisi nyaman nyaman
90

16.00 1.6 Kolaborasi pemberian 1.6 pemberian


antiemetic ondancentron 1
mg melalui
injeksi intravena
2.6 Berikan cairan 2.6 Laktat Ringer 500
intravena ML (65 CC/Jam)

20.15 6.1. Memonitor mual, 6.1. mual (+), muntah


muntah dan diare (2x), BAB cair
(1x)
3 11 Maret
2023

08.00 Visite Keperawatan


5.3. Menggunakan nada 5.3. An. An tampak
suara lembut dengan nyaman dan tidak
irama lambat dan takut
berirama
6.1. Monitor mual, 6.1. mual (-), muntah
muntah, diare (-), BAB cair (-)

16.10 Keluar rumah sakit

Berdasarkan tabel diatas, bahwa implementasi dan tujuan yang

dilakukan berdasarkan dari rencana atau intervensi yang telah dibuat

agar kriteria hasil dapat tercapai. Kenyataanya ada beberapa intervensi

yang tidak dapat di implementasikan. Implementasi pada Klien 1 dan

Klien 2 sama-sama dilakukan selama 3 hari, namun pada Klien 1

dilakukan pada tanggal 8 Maret 2023 – 10 Maret 2023 diruang rawat

inap Flamboyan C, sedangkan pada Klien 2 dilakukan pada tanggal 9

Maret 2023 – 11 Maret 2023 diruang rawat inap Mawar.

e. Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.11
Evaluasi Keperawatan Klien Anak Gastroenteritis di RSUD Dr.
Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan Tahun 2023

Hari Diagnosa
Evaluasi (SOAP) Paraf
/ Jam Keperawatan
Klien 1
Hipertermia b.d S : ibu mengatakan An. Ab sudah tidak
proses penyakit demam lagi
(D.0130) O : T (36,5°C)
91

A : masalah keperawatan teratasi


P : hentikan intervensi
Diare b.d proses S : ibu mengatakan An. Ab BAB 4x sejak
inflamasi (D.0020) pagi
O : BAB An. Ab dalam konsistensi cair
A : masalah keperawatan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Nausea b.d iritasi S : ibu mengatakan An. Ab masih mual
lambung (D.0076) dan muntah 2x sejak pagi
O : An. Ab tampak lemas
A : masalah keperawatan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Nyeri akut b.d agen S : An. Ab mengatakan masih sakit perut
pencedera fisiologis P : bergerak,
(D.0077) Q : diperas,
R : abdomen,
Hari S : 3,
ke-1 T : hilang timbul
21.30 O : An. Ab tampak meringis sesekali
A : masalah keperawatan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Defisit pengetahuan S : ibu mengatakan sudah mulai
b.d kurang terpapar mengetahui masalah penyakit An.Ab
informasi (D.0111) O : ibu An. Ab tampak antusias saat
dijelaskan mengenai masalah penyakit
A : masalah keperawatan teratasi
P : hentikan intervensi
Risiko S : ibu mengatakan An. Ab masih mual
ketidakseimbangan dan muntah 2x sejak pagi
elektrolit d.d diare O : An. Ab BAB 4x sejak pagi
dan muntah A : masalah keperawatan belum teratasi
(D.0037) P : lanjutkan intervensi
Diare b.d proses S : ibu mengatakan An. Ab BAB 1x sejak
inflamasi (D.0020) pagi
O : BAB An. Ab dalaam konsistensi
lunak
A : masalah keperawatan teratasi
P : hentikan intervensi
Nausea b.d iritasi S : ibu mengatakan An. Ab masih mual
lambung (D.0076) dan muntah 2x sejak pagi
O : An. Ab tampak lemas
A : masalah keperawatan belum teratasi
Hari P : lanjutkan intervensi
ke-2 Nyeri akut b.d agen S : An. Ab mengatakan tidak terasa nyeri
21.30 pencedera fisiologis P : bergerak,
(D.0077) Q : diperas,
R : abdomen,
S : -,
T : hilang timbul
O : An. Ab tampak bugar dan ceria
A : masalah keperawatan teratasi
P : hentikan intervensi
Risiko S : ibu mengatakan An. Ab masih mual
ketidakseimbangan dan muntah 2x sejak pagi
elektrolit d.d diare O : An. Ab BAB 1x sejak pagi
92

dan muntah A : masalah keperawatan belum teratasi


(D.0037) P : lanjutkan intervensi
Nausea b.d iritasi S : ibu mengatakan An. Ab sudah tidak
lambung (D.0076) mual dan muntah
O : An. Ab tampak bugar
A : masalah keperawatan teratasi
Hari P : hentikan intervensi
ke-3
21.30 Risiko S : ibu mengatakan An. Ab sudah tidak
ketidakseimbangan mual dan muntah
elektrolit d.d diare O : An. Ab tidak ada BAB cair
dan muntah A : masalah keperawatan teratasi
(D.0037) P : hentikan intervensi
Klien 2
Nausea b.d iritasi S : ibu mengatakan An. An masih mual
lambung (D.0076) dan muntah 2x sejak pagi
O : An. An tampak lemas
A : masalah keperawatan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Diare b.d proses S : ibu mengatakan An. An BAB 3x sejak
inflamasi (D.0020) pagi
O : BAB An. An dalam konsistensi cair
A : masalah keperawatan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Nyeri akut b.d agen S : An. An mengatakan tidak nyeri lagi
pencedera fisiologis P : bergerak,
(D.0077) Q : diperas,
R : abdomen,
S : -,
T : hilang timbul
O : An. An tampak ceria
Hari A : masalah keperawatan teratasi
ke-1 P : hentikan intervensi
20.00 Defisit pengetahuan S : ibu mengatakan sudah mulai
b.d kurang terpapar mengetahui masalah penyakit An.An
informasi (D.0111) O : ibu An. An tampak antusias saat
dijelaskan mengenai masalah penyakit
dan mengajukan beberapa pertanyaan
A : masalah keperawatan teratasi
P : hentikan intervensi
Ansietas b.d krisis S : ibu An. An mengatakan masih merasa
situasional (D.0080) lemas
O : An. An tampak gelisah
A : masalah keperawatan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Risiko S : ibu mengatakan An. An masih mual
ketidakseimbangan dan muntah 2x sejak pagi
elektrolit d.d diare O : An. Ab BAB 3x sejak pagi
dan muntah A : masalah keperawatan belum teratasi
(D.0037) P : lanjutkan intervensi
Nausea b.d iritasi S : ibu mengatakan An. An sudah tidak
lambung (D.0076) muntah
O : An. An tampak tidak pucat
A : masalah keperawatan teratasi
P : hentikan intervensi
93

Diare b.d proses S : ibu mengatakan An. An BAB 1x sejak


inflamasi (D.0020) pagi
O : BAB An. An dalam konsistensi lunak
A : masalah keperawatan teratasi
Hari P : hentikan intervensi
ke-2 Ansietas b.d krisis S : ibu An. An mengatakan masih merasa
20.00 situasional (D.0080) lemas
O : An. An tampak gelisah
A : masalah keperawatan belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Risiko S : ibu mengatakan An. An muntah (-),
ketidakseimbangan mual (-), BAB (1x) sejak pagi
elektrolit d.d diare O : An. An BAB 1x sejak pagi
dan muntah A : masalah keperawatan belum teratasi
(D.0037) P : lanjutkan intervensi
Ansietas b.d krisis S : ibu mengatakan An. An sudah bisa
situasional (D.0080) bermain
O : An. An tampak ceria dan bugar
A : masalah keperawatan teratasi
Hari
P : hentikan intervensi
ke-3
Risiko S : ibu mengatakan An. An sudah tidak
20.00
ketidakseimbangan ada mual dan muntah
elektrolit d.d diare O : An. An BAB tidak ada BAB cair
dan muntah A : masalah keperawatan teratasi
(D.0037) P : hentikan intervensi

Berdasarkan tabel diatas menjelaskan bahwa pada Klien 1 dan Klien

2 dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari diruang rawat inap

RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan. Evaluasi pada Klien 1

dan Klien 2 menunjukkan diagnosa yang ditegakkan dapat teratasi,

sehingga Klien 1 maupun Klien 2 dapat dipulangkan dari rumah sakit.

B. Pembahasan

Pada pembahasan peneliti akan membahas mengenai adanya kesesuaian

maupun kesenjangan antara teori dan hasil asuhan keperawatan pada Klien 1

dan Klien 2 dengan Gastroenteritis yang dilakukan pada tanggal 8 - 11 Maret

2023 di Ruang Flamboyan C dan Mawar RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo

Balikpapan. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, penegakkan


94

diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan

sampai evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Hasil pengkajian pada Klien 1 usia 7 tahun dan Klien 2 usia 2 tahun

dengan diagnosa medis gastroenteritis. Pada Klien 1 didapatkan kejadian

tersebut bermula saat sang ibu menjaga saudara Klien 1 yang dirawat

karena diagnosa typhoid. Menurut Mardalena (2018) serta Diyono dan

Mulyanti (2016), salah satu penyebab gastroenteritis adalah bakteri

Sallmonella yang penularannya dapat terjadi melalu kontak langsung

(fekal-oral), berdasarkan hal tersebut sesuai dengan pernyataan Willacy

(2022), bahwa typhoid dan gastroenteritis adalah infeksi yang berasal dari

bakteri Salmonella yang menyerang sistem pencernaan (mukosa usus).

Pada Klien 2 ditemukan bahwa masih mengkonsumsi susu formula 4-5

x/hari dengan menggunakan botol susu yang dicuci rutin menggunakan air

bersih namun tidak disikat dengan sikat khusus sehabis pemakaian dan

dicuci dengan air panas 2-3 x/minggu, dimana menurut Rothstein, et.al,

(2019), metode yang mampu menurunkan tingkat kontaminasi pada botol

susu anak adalah penyikatan dengan air dan detergen selama 30-60 detik.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti berasumsi bahwa kurangnya perilaku

hidup bersih dan sehat suatu keluarga dapat mengakibatkan penyakit yang

menginfeksi tubuh salah satunya yaitu sistem pencernaan (gastroenteritis).

Pada keluhan utama ditemukan perbedaan saat masuk rumah sakit,

dimana Klien 1 mengalami demam tinggi saat malam hari. Muttaqin (2011),
95

menyatakan bahwa demam tersebut terjadi karena adanya inflamasi pada

gastronintestinal sehingga merangsang agen pyrogenic dimana dalam

pengkajian ditemukan suhu tubuh yang meningkat yaitu 38,3°C. Sedangkan

pada Klien 2 ditemukan mual dan muntah yang sesuai dengan teori

Muttaqin (2011), hal tersebut terjadi karena inflamasi pada saluran

pencernaan dan jika tidak ditangani akan mengakibatkan anoreksia sampai

pada defisit nutrisi. Pada pengkajian kasus Klien 2 ditemuka mual dan

muntah sebanyak 2 kali dengan warna kekuningan dan cair. Sehingga

antara Klien 1 dan Klien 2 terdapat perbedaan keluhan utama dari

gastroenteritis dan keduanya termasuk didalam teori dengan begitu tidak

ditemukan kesenjangan , karena Klien mengalami demam tinggi 38,3°C

dan mual serta muntah sebanyak 2 kali.

Dalam riwayat penyakit sekarang pada kedua Klien sama-sama

ditemukan mual, muntah, nafsu makan yang menurun, gelisah, warna bibir

pucat, nyeri pada abdomen, serta diare dan demam yang hanya terjadi pada

Klien 1. Sesuai dengan pernyataan Mardalena (2018), Diyono dan Mulyanti

(2016), bahwa manifestasi klinis dari gastroenteritis pada Anak yaitu nyeri

pada abdomen, diare dengan konsistensi cair, mual, muntah, demam, nafsu

makan berkurang, gelisah dan warna bibir pucat. Dengan begitu pada

riwayat penyakit sekarang tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan

pengkajian kasus, namun antara Klien 1 dan Klien 2 didapatkan perbedaan

riwayat kesehatan karena pada Klien 1 terdapat demam sedangkan pada

Klien 2 tidak terdapat demam.


96

Pada Klien 2 didapati hospitalisasi, yang ditunjukkan dengan

keadaan Klien 2 saat didatangi oleh perawat maupun dokter yaitu menangis

dan berusaha untuk menghindar. Menurut Kartika, et.al, (2021),

hospitalisasi adalah stress yang ditimbulkan anak selama rawat inap dimana

pada usia 2-3 tahun mereka memiliki respon perilaku dengan 3 tahap

seperti protes dengan menangis kuat, putus asa yang ditunjukkan dengan

manangis yang berkurang, serta denial dengan mulai menerima perpisahan

dan membina hubungan secara dangkal. Menurut asumsi peneliti pada

pengkajian kedua klien tidak hanya dilihat dari keadaan kesehatan anak

saja, namun psikologis anak juga harus diperhatikan, dimana ketika seorang

anak mengalami hospitalisasi maka anak akan merasa kurang nyaman

sehingga dapat mengganggu proses perawatan dan pengobatan pada anak.

Oleh karena itu perawat harus dapat melakukan pengkajian lebih dalam

agar semua masalah yang dirasakan dapat diketahui dan dilakukan

implementasi secara menyeluruh (holistik).

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan Muttaqin (2011)

yang mengacu pada standar Tim Pokja SDKI DPP PNNI (2017), terdapat 9

diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus gastroenteritis yaitu diare,

nyeri akut, nausea, hipovolemia, hipertermia, defisit nutrisi, ansietas, defisit

pengetahuan, risiko gangguan integritas kulit/jaringan. Dengan penjabaran

sebagai berikut :
97

Terdapat penegakkan diagnosa yang sama pada Klien 1 dan Klien 2,

yaitu sebagai berikut :

a. Diare b.d proses inflamasi gastrointestinal (D.0130)

Berdasarkan hasil pengkajian pada Klien 1 didapatkan data

subjektif mengeluh nyeri pada abdomen dengan skala 4 dan data

objektif berupa BAB sudah 4x dalam konsistensi cair dari jam 20.00

WITA-09.00 WITA, bising usus hiperaktif dengan 35x / menit.

Sedangkan pada pengkajian Klien 2 didapatkan data subjektif mengeluh

nyeri pada abdomen dengan skala 5 dan data objektif BAB 3x dengan

konsistensi cair dari jam 20.00 WITA-09.00 WITA, bising usus

hiperaktif dengan frekuensi paristaltik usus yaitu 20x / menit.

Berdasarkan teori, diare merupakan peningkatan frekuensi buang air

besar didefinisikan ≥ 3 kali dengan konsistetnsi encer dalam 24 jam

atau setidaknya 200 g fases/ hari (Sattar & Singh, 2022). Menurut

asumsi peneliti, diagnosa diare berhubungan dengan proses inflamasi

gastrointestinal dapat ditegakkan karena memenuhi validasi

penegakkan diagnosa keperawatan pada SDKI (PPNI, 2017), yaitu

sekitar 80% - 100% dari tanda mayor dan minor serta dibuktikan dari

tingginya monosit pada kedua klien.

b. Nausea b.d iritasi lambung (D.0076)

Berdasarkan hasil pengkajian pada Klien 1 didapatkan data

subjektif berupa muntah 2x dengan konsistensi cair dipagi hari, mual,

malas makan, mulutnya terasa asam, sering menelan dan data objektif
98

berupa peningkatan saliva, diaphoresis, pucat, lemas, nadi meningkat

menjadi 124x/ menit. Dilanjutkan pada Klien 2 diadapatkan data

subjektif berupa sering menelan, susah makan, asam pada mulut, mual

dan muntah 2x sejak pagi hari. Sedangka data objektif berupa pucat,

peningkatan saliva, diaphoresis, nadi meningkat 123x/ menit. Lugg

(2014), mengungkapkan bahwa muntah pada penderita gastroenteritis

biasa berlangsung selama 1-2 hari dan biasa berhenti di hari ke-3 yang

merupakan hasil dari proses radang pada saluran pencernaan. Dengan

begitu peneliti berasumsi bahwa diagnosa nausea berhubungan dengan

iritasi lambung dapat ditegakkan karena memenuhi validasi

penegakkan diagnosa keperawatan pada SDKI (PPNI, 2017), yaitu

sekitar 80% - 100% dari tanda mayor dan minor serta dibuktikan dari

tingginya monosit pada kedua klien.

c. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (D.0077)

Ditemukan dari hasil pengkajian pada Klien 1 berupa data subjektif

keluhan nyeri dengan skala 4 pada abdomen, susah makan dan data

objektif berupa tampak meringis, gelisah, protektif dan tegang, sulit

tidur karena mencari posisi nyaman, nadi meningkat menjadi 124 x/

menit, menarik diri serta malas untuk berbicara dengan siapapun. Pada

Klien 2 terdapat data subjektif berupa keluhan nyeri dengan skala 5,

susah untuk disuruh makan, serta data objektif yang diteumukan berupa

tampak meringis, gelisah, bersikap protektif dan tegang, nadi meningkat

menjadi 123x / menit, menarik diri, tidak mau diajak bicara dan
99

diaphoresis. Mardalena (2018), mengungkapkan bahwa gastroenteritis

menyebabkan mikroorganisme yang masuk ke dalam usus dan

berkembang biak dapat menyebabkan peningkatan gerakan paristaltik

pada usus yang dimana Muttaqin (2011), mengatakan bahwa reflek

tersebut dapat menyebakan nyeri pada area abdomen. Peneliti

berasumsi bahwa nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

fisiologis dapat ditegakkan karena memenuhi validasi penegakkan

diagnosa keperawatan pada SDKI (PPNI, 2017), yaitu sekitar 80% -

100% dari tanda mayor dan minor, yang disertai dengan terjadinya

inflamasi pada saluran pencernaan dimana dibuktikan dengan tingginya

jumlah monosit pada kedua klien.

d. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi (D.0011)

Hasil tinjauan kasus pada Klien 1 didapatkan data subjektif berupa

orang tua yang menanyakan mengenai gastroenteritis, presepsi yang

salah karena berpikir hanya demam biasa, serta data objektif berupa

perilaku tidak sesuai anjuran dan menarik diri. Pada Klien 2 didapati

data subjektif berupa orang tua yang menanyakan mengenai

gastroenteritis, presepsi yang salah karena beripikir hanya mual dan

muntah biasa, dengan data objektif berupa perilaku yang tidak sesuai

anjuran, serta menarik diri. Berdasarkan uraian diatas dan teori

Mardalena (2018), bahwa defisit pengetahuan dapat saja terjadi baik

sebelum maupun sesudah terserang gastroenteritis, dimana perilaku

hidup bersih dan sehat yang sulit diterapkan dan sistem kekebakan
100

tubuh yang belum sempurna menjadikan anak rentan terkena penyakit

menular seperti gastroenteritis (Faradila, 2022). Dengan uraian diatas,

peneliti berasumsi bahwa defisit pengetahuan berhubungan dengan

kurang terpapar informasi dapat ditegakkan karena memenuhi validasi

penegakkan diagnosa keperawatan pada SDKI (PPNI, 2017), yaitu

sekitar 80% - 100% dari tanda mayor dan minor serta dibuktikan dari

perilaku hidup bersih dan sehat yang belum diterapkan dengan baik

seperti pelaksanaan cuci tangan dengan 6 langkah.

Penegakkan diagnosa yang berbeda antara Klien 1 dan Klien 2 yaitu

sebagai berikut :

a. Hipertermi b.d proses penyakit (D.0130)

Pada diagnosa ini hanya ditegakkan pada Klien 1 dengan data

objektif berupa suhu tinggi 38,3°C, kulit terasa hangat dan tampak

memerah, dengan kecepatan nadi 124x/ menit. Menurut Muttaqin

(2011), bahwa demam tersebut terjadi karena adanya inflamasi pada

gastronintestinal sehingga merangsang agen pyrogenic yang berakibat

suhu tubuh menjadi meningkat dan dengan suhu tubuh yang meningkat

menjadikan replikasi virus atau bakteri menjadi lebih sulit (Nall, 2022).

Tyas et.al, (2018) menungkapkan hasil penelitiannya dimana 52,6%

Klien diare mengalami demam dan 47,4% lainnya tidak demam, yang

menunjukkan jumlah klien dengan gejala demam dan tidak mengalami

demam tidak berbeda jauh, namun hasil penelitian ini juga bisa

dipengaruhi oleh aspek lain, seperti gejala demam yang belum muncul,
101

suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi atau bahkan sudah hilang saat klien

didiagnosa diare. Dari uraian diatas peneliti berasumsi bahwa

hipertermi berhubungan dengan proses penyakit dapat ditegakkan

karena memenuhi validasi penegakkan diagnosa keperawatan pada

SDKI (PPNI, 2017), yaitu sekitar 80% - 100% dari tanda mayor dan

minor, dan demam merupakan tanda bahwa tubuh melawan dari

penyebab inflamasi tersebut atau dengan kata lain demam merupakan

pemicu system kekebalan tubuh untuk mendeteksi dan membunuh virus

atau bakteri.

b. Ansietas b.d krisis situasional (D.0080)

Diagnosa keperawatan anisetas dapat ditegakkan pada Klien 2

dengan data subjektif berupa orang tua khawatir akan kondisi anak

karena pada awalnya hanya mengira mual dan muntah biasa, orang tua

mengatakan anak sering lemas, dan sulit untuk diajak berbicara.

Sedangkan data objektif pada diagnosa ini adalah tampak gelisah,

diaphoresis, frekuensi nadi meningkat menjadi 123x /menit, pucat,

lemas, sulit tidur, bersikap protektif dan tegang, mengeluarkan suara

bergetar karena sering manangis, menghindar dari perawat dan dokter

saat pemeriksaan. Kartika, et.al, (2021), mengungkapkan bahwa anak-

anak mengalami berbagai macam reaksi saat berada di lingkungan

asing, kegelapan, dikelilingi orang asing, peralatan asing dan juga

tindakan yang menyakitkan, sehingga hal tersebut dapat menimbulkan

kecemasan. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti berasumsi bahwa


102

ansietas berhubungan dengan gangguan konsep diri dapat ditegakkan

karena memenuhi validasi penegakkan diagnosa keperawatan pada

SDKI (PPNI, 2017), yaitu sekitar 80% - 100% dari tanda mayor dan

minor, disertai tindakan perawatan dirumah sakit yang mampu

menimbulkan kecemasan pada anak sehingga dibutuhkan

pendampingan orang tua ataupun orang terdekat yang membuat anak

tersebut nyaman selama masa perawatan berlangsung, sehingga tidak

terjadi kecemasan.

Berdasarkan teori dengan tinjauan kasus maka terdapat perbedaan

penegakkan diagnosa dan terjadi pada Klien 1 dan Klien 2, yaitu sebagai

berikut :

a. Risiko keseimbangan elektrolit d.d diare dan muntah (D.0037)

Diagnosa tersebut terjadi pada Klien 1 dengan data subjektif

berupa muntah 2x sejak pagi dengan konsistensi cair, serta data objektif

berupa BAB cair sebanyak 4x dalam kurun waktu 13 jam. Pada Klien 2

didaptkan data subjektif berupa muntah 2x sejak pagi dan data objektif

BAB cair 3x dalam waktu 13 jam. Berdasarkan hal tersebut, menurut

SDKI, PPNI (2017), bahwa risiko ini dapat terjadi apabila mengalami

perubahan kadar serum eloktrolit dalam tubuh, dimana muntah dan

diare menjadi faktor serum elekrolit mengalami perubahan dengan

kondisi klinis terkait berupa gastroenteritis. Tyas et.al, (2018)

mengemukakan hasil penelitiannya yaitu sekitar 40,46% pasien diare

dengan dehidrasi mengalami gangguan elektrolit serum yang


103

merupakan komplikasi umum dari diare akut. Dengan uraian diatas

maka peneliti berasumsi bahwa risiko kesimbangan elektrolit

dibuktikan dengan diare dan muntah dapat ditegakkan karena apabila

risiko tersebut tidak ditangani dengan baik maka akan menyebabkan

hilangnya cairan tubuh secara berlebih hingga menjadikan klien

mengalami dehidrasi dan mengakibatkan hipovolemia.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yang dilakukan pada Klien anak dengan

gastroenteritis sudah menggunakan Standar Intervensi Keperawatan

Indonesia (SIKI PPNI, 2018) dan panduan Standar Luaran Keperawatan

Indonesia (SLKI PPNI, 2019), serta berdasarkan teori Mardalena (2018)

mengenai penatalakasanaan gastroenteritis yang berupa pemantauan intake

dan output cairan, pemenuhan kebutuhan cairan yang hilang, pemberian

antibiotic dan obat-obatan yang disesuaikan dengan keluhan Klien, dengan

begitu maka standar intervensi keperawatan terdiri atas observasi,

terapeutik, edukasi dan kolaborasi. Intervensi pada Klien 1 dan Klien 2

disusun setelah semua data yang terkumpul selesai dianilis dan

diprioritaskan, serta tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan kasus

dengan SIKI, 2019 dan SLKI, 2018.

Intervensi keperawatan yang disusun pada Klien dengan diagnosa

keperawatan hipertermi berhubungan dengan proses penyakit yaitu setelah

dilakukan tindakan keperawatan 3 x 10 jam, diharapkan termogulasi

membaik dengan kriteria hasil kulit merah menurun, pucat menurun, suhu
104

tubuh membaik, suhu kulit membaik. Dengan begitu maka rencana

tindakan keperawatan meliputi observasi : identifikasi penyebab

hipertermia, monitor suhu tubuh, monitor kadar elektrolit, monitor haluaran

urine, monitor komplilasi akibat hipertermia, terapeutik : sediakan

lingkungan dingin, berikan cairan oral, edukasi : anjurkan tirah baring, dan

kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.

Berdasarkan panduan SIKI PPNI (2018) dan SLKI PPNI (2019),

maka intervensi yang sesuai pada hipertermi berhubungan dengan proses

penyakit yaitu setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 10 jam,

diaharapkan termogulasi membaik (L.14134) dengan kriteria hasil kulit

merah menurun, kejang menurun, akrosianosis menurun, konsumsi oksigen

menurun, pucat menurun, suhu tubuh membaik, suhu kulit membaik,

pengisian kapiler membaik, tekanan darah membaik, dengan intervensi

manajemen hipertermi (I.15506) berupa observasi : identifikasi penyebab

hipertermi, monitor suhu tubuh, monitor kadar elektrolit, monitor haluaran

urine, monitor komplikasi akibat hipertermia, terapeutik : sediakan

lingkungan yang dingin, longgarkan pakaian, basahi dan kipasi permukaan

tubuh, berikan cairan oral, ganti linen setiap hari atau lebih sering jika

mengalami hyperhidrosis, lakukan pendinginan eksternal, berikan

pemberian antipiretik atau aspirin, edukasi : anjurkan tirah baring,

kolaborasi : pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.

Intervensi keperawatan yang disusun pada Klien dengan diagnosa

keperawatan diare berhubungan dengan proses inflamasi gastrointestinal


105

yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 10 jam, diharapkan

eliminasi fekal membaik dengan kriteria hasil : kontrol pengeluaran fases

meningkat, nyeri abdomen menurun, kram abdomen menurun, konsistensi

fases membaik, frekuensi defekasi membaik, paristaltik usus membaik.

Dengan begitu maka rencana tindakan keperawatan meliputi observasi :

identifikasi penyebab diare, identifikasi riwayat pemberian makanan,

monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja, monitor jumlah

pengeluaran diare, teraputik : berikan asupan cairan oral, berikan intravena,

ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elekrolit, ambil

sampel fases, edukasi : anjurkan makan porsi kecil dan sering secara

bertahap, serta kolaborasi pemberian osmolalitas, antispasmodic /

spasmolitik, dan pengeras fases.

Berdasarkan panduan SIKI PPNI (2018) dan SLKI PPNI (2019),

maka intervensi yang sesuai pada diare berhubungan dengan proses

inflamasi gastrointestinal yaitu setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x

10 jam, diharapkan eliminasi fekal membaik ( L.04033) dengan kriteria

hasil kontrol pengeluaran fases meningkat, urgency menurun, nyeri

abdomen menurun, kram abdomen menurun, konsistensi fases membaik,

frekuensi defekasi membaik, paristaltik usus membaik dengan intervensi

manajemen diare (I. 03101) berupa observasi : identifikasi penyebab diare,

identifikasi riwayat pemberian makan, identifikasi gejala invaginasi,

monitor warna, volume, frekuensi, dan konsistensi tinja, monitor tanda dan

gejala hipovolemia, monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perineal,


106

monitor jumlah pengeluaran diare, monitor kemampuan penyiapan

makanan, teraputik : berikan asupan cairan oral, pasang jalur intravena,

berikan intravena, ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap

dan elekrolit, ambil sampel fases, edukasi : anjurkan makan porsi kecil dan

sering secara bertahap, anjurkan melanjutkan pemberian ASI, serta

kolaborasi pemberian osmolalitas, antispasmodic / spasmolitik, dan

pengeras fases.

Intervensi keperawatan yang disusun pada Klien dengan diagnosa

keperawatan nausea berhubungan dengan iritasi lambung yaitu setelah

dilakukan tindakan keperawatan 3 x 10 jam, diharapkan tingkat nausea

menurun dengan kriteria hasil : mafsu makan meningkat, keluhan mual

menurun, perasaan ingin muntah menuru, perasaan asam dimulut menurun,

frekuensi menelan menurun, diaphoresis menurun, jumlah saliva menurun,

pucat membaik. Dengan begitu maka rencana tindakan keperawatan

meliputi observasi : identifikasi karateristik muntah, periksa volume

muntah, identifikasi faktor penyebab muntah, terapeutik : atur posisi untuk

mencegah aspirasi, pertahankan kepatenan jalan napas, edukasi : amjurkan

membawa kantung plastic untuk menanpung muntah, serta kolaborasi

pemberian antiemtic.

Berdasarkan panduan SIKI PPNI (2018) dan SLKI PPNI (2019),

maka intervensi yang sesuai pada nausea berhubungan dengan iritasi

lambung yaitu setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 10 jam,

diharapkan tingkat nausea menurun (L.08065) dengan kriteria hasil mafsu


107

makan meningkat, keluhan mual menurun, perasaan ingin muntah menuru,

perasaan asam dimulut menurun, frekuensi menelan menurun, perasaan

asam dimulut menurun, sensasi panas menurun, sensasi dingi menurun,

frekuensi menelan menurun, diaphoresis menurun, jumlah saliva menurun,

pucat membaik dengan intervensi manajemen mual (I.03117) berupa

observasi : identifikasi pengalaman mual, identifikasi isyarat nonverbal

ketidaknyamanan, menurun dengan kriteria hasil : nafsu makan meningkat,

keluhan mual menurun, perasaan ingin muntah menuru, perasaan asam

dimulut menurun, frekuensi menelan menurun, diaphoresis menurun,

jumlah saliva menurun, pucat membaik. Dengan begitu maka rencana

tindakan keperawatan meliputi observasi : identifikasi karateristik muntah,

periksa volume muntah, identifikasi faktor penyebab muntah, terapeutik :

atur posisi untuk mencegah aspirasi, pertahankan kepatenan jalan napas,

edukasi : amjurkan membawa kantung plastic untuk menanpung muntah,

serta kolaborasi pemberian antiemtic.

Intervensi keperawatan yang disusun pada Klien dengan diagnosa

keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fiisologis

yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 10 jam, diharapkan

tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil : kemampuan menuntaskan

aktivitas meningkat, keluhan nyeri menurun, meringis menurun, sikap

protektif menurun, gelisah menurun, kesulitan tidur menurun, menarik diri

menurun, ketegangan otot menurun, muntah menurun, mual menuurn,

frekuensi nadi membaik, nafsu makan membaik, pola tidur membaik.


108

Dengan begitu maka perencanaan keperawatan meliputi observasi :

identifikasi lokasi, karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,

indetifikasi skala nyeri, identifikasi faktor yang memperberat dan

memperingan nyeri, terapeutik : berikan terapi nonfarmakologi untuk

mengurangi rasa nyeri, edukasi : ajarkan teknik nomfarmakologi untuk

mengurangi rasa nyeri, serta kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

Berdasarkan panduan SIKI PPNI (2018) dan SLKI PPNI (2019),

maka intervensi yang sesuai pada nyeri akut berhubungan dengan agen

pencedera fisiologis yaitu setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 10 jam

diharapkan tingkat nyeri menurun (L.08066) dengan kriteria hasil

kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat, keluhan nyeri menurun,

meringis menurun, sikap protektif menurun, gelisah menurun, kesulitan

tidur menurun, menarik diri menurun, pernium terasa tertekanmenurun,

ketegangan otot menurun, muntah menurun, mual menurun, frekuensi nadi

membaik, nafsu makan membaik, pola tidur membaik dengan intervensi

manajemen nyeri (I.08238) berupa observasi : identifikasi lokasi,

karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, indetifikasi skala

nyeri, identifikasi repons nyeri non verbal, identifikasi faktor yang

memperberat dan memperingan nyeri, identifikasi pengaruh budaya

terhadap respons nyeri, identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup,

monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan, monitor

efek samping analgetik, terapeutik : berikan terapi nonfarmakologi untuk

mengurangi rasa nyeri, kontrol lingkungan yang memperberat nyeri,


109

fasilitas istirahat dan tidur, pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam

pemilihan strategi meredakan nyeri, edukasi : jelaskan penyebab, periode

dan pemicu nyeri., ajarkan teknik nomfarmakologi untuk mengurangi rasa

nyeri, serta kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.

Intervensi keperawatan yang disusun pada Klien dengan diagnosa

ansietas berhubungan dengan krisis situasional yaitu setelah dilakukan

asuhan keperawatan 3 x 10 jam, diharapkan tingkat ansietas menurun

dengan kriteria hasil : konsentrasi membaik, pola tidur membaik, perilaku

gelisah menurun, verbalisasi kebingunan menurun, verbalisasi khawatir

akibat kondisi yang dihadapi menurun, perilaku tegang menurun. Dengan

begitu maka rencana keperawatannya sebagai terdiri dari observasi :

mengidentifikasi teknik relaksasi yang mampu digunakan, memonitor

respon terhadap teknik relaksasi, terapeutik : menggunakan nada suara

lembut dengan irama lambat dan berirama, edukasi : menganjurkan

mengambil posisi nyaman, serta menganjurkan rileks dan merasakan

sensasi relaksasi.

Berdasarkan panduan SIKI PPNI (2018) dan SLKI PPNI (2019),

maka intervensi yang sesuai pada ansietas berhubungan dengan krisis

situasional yaitu setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 10 jam

diharapkan tingkat ansietas menurun (L.09093) dengan kriteria hasil

konsentrasi membaik, pola tidur membaik, perilaku gelisah menurun,

verbalisasi kebingungan menurun, verbalisasi khawatir akibat kondisi yang

dihadapi menurun, perilaku tegang menurun dengan intervensi terapi


110

relaksasi (I.09326) berupa observasi : identifikasi penurunan tingkat energi,

ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain yang menganggu

kemampuan kognitif, identifikasi teknik relaksasi yang mampu digunakan,

monitor respons terhadap teknik relaksasi, terapeutik : gunakan pakaian

longgar, gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama,

edukasi : jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis relaksasi yang

tersedia, anjurkan mengambil posisi nyamna, anjurkan rileks dan

merasakan sensasi relaksasi, demonstrasikan dan latih teknik relaksasi

Intervensi keperawatan yang disusun pada Klien dengan diagnosa

keperawatan defisit pengetahuan berhubungan dengan proses kurang

terpapar informasi yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 10

jam, diaharapkan tingkat pengetahuan membaik dengan kriteria hasil :

perilaku sesuai anjuran meningkat, kemampaun menjelaskan pengetahuan

suatu topic meningkat, pernyataan tentang masalah yang dihadapi menurun,

presepsi yang keliru terhadap masalah yang dihadapi menurun. Dengan

begitu maka rencana keperawatannya sebagai terdiri dari observasi :

identifikasi kesepiapan dan kemampuan menerima informasi, terapeutik :

sediakan materi dan media pendidikan kesehatan, jadwalkan pendidikan

kesehatan, berikan kesempatan untuk bertanya, edukasi : ajarkan strategi

yang dapat diguanakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan

sehat.

Berdasarkan panduan SIKI PPNI (2018) dan SLKI PPNI (2019),

maka intervensi yang sesuai pada defisit pengetahuan berhubungan dengan


111

kurang terpapar informasi yaitu setelah dilakukan asuhan keperawatan 1 x

10 jam diharapkan tingkat pengetahuan membaik (L.12111) dengan kriteria

hasil perilaku sesuai anjuran meningkat, kemampuan menjelaskan

pengetahuan suatu topik meningkat, pernyataan tentang masalah yang

dihadapi menurun, presepsi yang keliru terhadap masalah menurun dengan

intervensi edukasi kesehatan (I.12383) berupa observasi : identifikasi

kesiapan dan kemampuan menerima informasi, identifikasi faktor yang

dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan

sehat, terapeutik : sediakan materi dan media pendidikan kesehatan,

jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan, berikan kesempatan

untuk bertanya, edukasi : jelaskan faktor dan risiko yang dapat

mempengaruhi kesehatan, ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat, ajarkan

strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih

dan sehat

Intervensi keperawatan yang disusun pada Klien dengan diagnosa

keperawatan risiko ketidakseimbangan eketrolit dibuktikan dengan diare

dan muntah yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 10 jam,

diharapkan keseimbangan cairan meningkat dengan kriteria hasil sebagai

berikut: asupan cairan meningkat, asupan makanan meningkat, dehidrasi

menurun, denyut nadi berhasil membaik. Dengan begitu maka rencana

keperawatan terdiri dari observasi : monitor mual, muntah, diare,

terapeutik : atur interval waktu pematauan sesuai dengan kondisi pasien,

edukasi : informasikan hasil pemantauan jika perlu.


112

Berdasarkan panduan SIKI PPNI (2018) dan SLKI PPNI (2019),

maka intervensi yang sesuai pada risiko ketidakseimbangan elektrolit

dibuktikan dengan diare dan muntah yaitu setelah dilakukan asuhan

keperawatan 3 x 10 jam diharapkan keseimbangan cairan meningkat

(L.03020) dengan kriteria hasil asupan cairan meningkat, haluarancairan

meningkat, kelembapan membran mukosa meningkat, asupan makanan

meningkat, edema menurun, dehidrasi menurun, asites menurun, konfusi

menurun, tekanan darah membaik, denyut nadi radial membaik, tekanan

arteri rata-rata membaik, membran mukosa membaik, mata cekung

membaik, turgor kulit membaik, berat badan membaik dengan intervensi

pemantauan elektrolit (I.03122) berupa observasi : identifikasi

kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit, identifikasi kadar

elektrolit serum, monitor mual, muntah, diare, monitor kehilangan cairan,

monitor tanda dan gejala hypokalemia, monitor tanda dan gejala

hyperkalemia, monitor tanda dan gejala hiponatremia, monitor tanda dan

gejala hypernatremia, monitor tanda dan gejala hipokalsemia, monitor

tanda da gejala hiperkalsemia, monitor anda dan gejala hipomagnesemia,

monitor tanda dan gejala hipermagnesemia, terapeutik : atur interval waktu

pematauan sesuai dengan kondisi pasien, dokumentasikan hasil

pemantauan, edukasi : informasikan hasil pemantauan jika perlu,

informasikan hasil pemantauan.


113

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan pada Klien 1 dan Klien 2 disesuaikan

dengan intervensi yang telah disusun. Mardalena (2018), menyatakan

penatalaksanaan pada Klien dengan gastroenteritis yang utama yaitu

memantau intake dan output cairan pada klien, sehingga dalam tinjauan

kasus implementasi dilakukan pada Klien 1 di tanggal 8-10 Maret 2023

atau selama 3 hari, sedangkan pada Klien 2 di tanggal 9-11 Maret 2023

atau selama 3 hari.

Impelementasi yang dilakukan pada Klien 1 dengan hipertermia

yaitu mengidentifikasi penyebab hipertermia, memonitor suhu tubuh,

memonitor kadar elektrolit, memonitor haluaran urine, memonitor

komplilasi akibat hipertermia, menyediakan lingkungan dingin,

memberikan cairan oral, menganjurkan melakukan tirah baring, dan

kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu.

Dalam implementasi diagnosa diare pada Klien 1 dan Klien 2 yang

berlangsung selama 2 hari, dilakukan tindakan mengidentifikasi penyebab

diare, mengidentifikasi riwayat pemberian makanan, memonitor warna,

volume, frekuensi dan konsistensi tinja, memonitor jumlah pengeluaran

diare, memberikan asupan cairan oral dan memberikan cairan intravena.

Implementasi selanjutnya pada diagnosa nausea yang dilakukan

pada Klien 1 selama 3 hari dan Klien 2 selama 2 hari, diberikan tindakan

berupa mengidentifikasi karateristik muntah, memeriksa volume muntah,


114

mengatur posisi untuk mencegah aspirasi, menganjurkan memperbanyak

istirahat, melakukan kolaborasi pemberian antiemetic.

Diagnosa nyeri akut dilakukan implementasi pada Klien 1 selama 2

hari dan Klien 2 selama 1 hari, diberikan tindakan berupa mengidentifikasi

lokasi, karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,

mengidenifikasi skala nyeri, mengidentifikasi faktor yang memperberat dan

memperingan nyeri dan memberikan terapi nonfarmakologi untuk

mengurangi rasa nyeri.

Implementasi dengan diagnosa ansietas dilakukan pada Klien 2

selama 3 hari dengan melakukan mengidentifikasi teknik relaksasi yang

mampu digunakan, memonitor respons terhadap teknik relaksasi,

menganjurkan mengambil posisi nyaman, menganjurkan rileks dan

merasakan sensasi relaksasi.

Diagnosa defisit pengetahuan dilakukan implementasi pada Klien 1

dan Klien 2 selama 1 hari dengan memberikan tindakan mengidentifikasi

kesiapan dan kemampuan menerima informasi, menyediakan materi dan

media pendidikan kesehatan, menjadwalkan pendidikan kesehatan sesuai

kesepakatan, memberikan kesempatan untuk bertanya, mengajarkan

strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih

dan sehat.

Dilanjutkan dengan diagnosa risiko ketidakseimbangan elektrolit

pada Klien 1 dan Klien 2 dilakukan selama 3 hari dengan tindakan

memonitor mual, muntah dan diare.


115

Berdasarkan uraian diatas pada Klien 1 dan Klien 2 dilakukan

semua tindakan yang telah direncanakan dengan baik, namun ada beberapa

rencana yang tidak dilakukan tindakan karena disesuaikan dengan

kebutuhan klien.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, dimana

pada dokumentasi ini akan membandingkan secara sistematis dan tidak

terencana tentang kesehatan pada pasien dengan tujuan yang telah

diformulasikan dengan kenyataan yang dialami oleh pasien dan melibatkan

tenaga kesehatan laiannya (Pangkey, 2021).

Hasil evaluasi yang dilakukan pada Klien 1 dengan diagnosa

hipertemi berhubungan dengan proses penyakit, dapat teratasi pada hari ke-

1 implementasi di tanggal 8 Maret 2023. Sesuai dengan yang diharapkan

termogulasi membaik dengan kriteria hasil kulit merah menurun, pucat

menurun, suhu tubuh membaik, suhu kulit membaik.

Hasil evaluasi yang dilakukan pada Klien 1 dan Klien 2 dengan

diagnosa defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar

informasi, dapat teratasi pada hari ke-1 implementasi di tanggal 8 Maret

2023 pada Klien 1 dan 9 Maret 2023 pada Klien 2. Sesuai dengan yang

diharapkan tingkat pengetahuan membaik, dengan kriteria hasil perilaku

sesuai anjuran meningkat, kemampuan menjelaskan pengetahuan suatu

topik meningkat, pernyataan tentang masalah yang dihadapi menurun,

presepsi yang keliru terhadap masalah menurun.


116

Hasil evaluasi yang dilakukan pada Klien 1 dan Klien 2 dengan

diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi, dapat

teratasi pada hari ke-1 implementasi di tanggal 9 Maret 2023 pada Klien 2

dan teratasi pada hari ke-2 impelementasi di tanggal 9 Maret 2023 pada

Klien 1. Sesuai dengan yang diharapkan tingkat nyeri menurun dengan

kriteria hasil : kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat, keluhan nyeri

menurun, meringis menurun, sikap protektif menurun, gelisah menurun,

kesulitan tidur menurun, menarik diri menurun, ketegangan otot menurun,

muntah menurun, mual menuurn, frekuensi nadi membaik, nafsu makan

membaik, pola tidur membaik.

Hasil evaluasi yang dilakukan pada Klien 1 dan Klien 2 dengan

diagnosa diare berhubungan dengan proses inflamasi gastrointestinal, dapat

teratasi pada hari ke-2 implementasi di tanggal 9 Maret 2023 pada Klien 1

dan tanggal 10 Maret 2023 pada Klien 2. Sesuai dengan yang diharapkan

eliminasi fekal membaik, dengan kriteria hasil : kontrol pengeluaran fases

meningkat, nyeri abdomen menurun, kram abdomen menurun, konsistensi

fases membaik, frekuensi defekasi membaik, paristaltik usus membaik.

Hasil evaluasi yang dilakukan pada Klien 1 dan Klien 2 dengan

diagnosa nausea berhubungan dengan iritasi lambung, dapat teratasi pada

hari ke-2 implementasi di tanggal 10 Maret 2023 oleh Klien 2 dan dapat

teratasi pada hari ke-3 implementasi di tanggal 10 Maret 2023 oleh Klien 1.

Sesuai dengan yang diharapkan tingkat nausea menurun, dengan kriteria

hasil : mafsu makan meningkat, keluhan mual menurun, perasaan ingin


117

muntah menuru, perasaan asam dimulut menurun, frekuensi menelan

menurun, diaphoresis menurun, jumlah saliva menurun, pucat membaik.

Hasil evaluasi yang dilakukan pada Klien 2 dengan diagnosa

ansietas berhubungan dengan krisis situasional, dapat teratasi pada hari ke-

3 implementasi di tanggal 11 Maret 2023. Sesuai dengan yang diharapkan

tingkat ansietas menurun dengan kriteria hasil : konsentrasi membaik, pola

tidur membaik, perilaku gelisah menurun, verbalisasi kebingunan menurun,

verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun, perilaku tegang

menurun.

Hasil evaluasi yang dilakukan pada Klien 1 dan Klien 2 dengan

diagnosa risiko ketidakeseimbangan elektrolit, dapat teratasi pada hari ke-3

implementasi di tanggal 10 Maret 2023 oleh Klien 1 dan 11 Maret 2023

oleh Klien 2. Sesuai dengan yang diharapkan keseimbangan cairan

meningkat dengan kriteria hasil sebagai berikut: asupan cairan meningkat,

asupan makanan meningkat, dehidrasi menurun, denyut nadi berhasil

membaik.

Dari uraian diatas penulis berasumsi bahwa pada Klien1 dan Klien

2 tidak dilakukan semua tindakan yang telah direncanakan, melainkan

disesuaikan lagi dengan kondisi kesehatan Klien.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV, maka

kesimpulan dan saran yang dapat ditarik yaitu :

A. Kesimpulan

1. Pengkajian

Pada hasil pengkajian, diperoleh kedua Klien mempunyai keluhan

utama yang berbeda, namun kedua keluhan utama tersebut berdasarkan

teori merupakan manifestasi klinis dari diagnosa medis gastroenteritis. Pada

kedua klien memilki kesamaan berupa terjadinya BAB dengan konsistensi

cair, penurunan nafsu makan, mual, muntah, serta nyeri pada abdomen.

Terdapat perbedaan pada Klien 2 karena mengalami hospitaliasi yang

tampak dari tingkah laku Klien saat didatangi oleh dokter atau perawat.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan menurut teori yang dituangkan

dalam BAB II, dijelaskan bahwa gastroenteritis menegakkan 9 diagnosa,

yang dimana pada tinjauan kasus terdapat kesenjangan. Pada Klien 1 dan

Klien 2 masing-masing ditemukan 6 diagnosa, dengan 4 diagnosa yang

sama dengan teori dan kedua klien yaitu diare, nausea, myeri akut dan

defisit pengetahuan, 2 diagnosa berbeda antara Klien 1 dan Klien 2 yaitu

hipertermi dan ansietas, serta 1 diagnosa yang ditegakkan kepada klien

namun tidak tercantum didalam teori yaitu risiko ketidakseimbangan

elektrolit.

118
119

3. Intervensi Keperawatan

Penentuan intervensi keperawatan harus didasarkan dengan

rasional. Intervensi keperawatan yang diberikan pada Klien 1 dan Klien 2

sesuai dengan diagnosa yang muncul dan disesuaikan dengan teori yang

ada serta keadaan dan kebutuhan Klien.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Klien 1 dan Klien 2

sesuai dengan intervensi yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan

kebutuhan dan keadaan Klien.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yang dilakukan peneliti selama 3 hari pada kedua Klien

menghasilkan semua diagnosa keperawatan telah teratasi selama masa

perawatan dirumah sakit.

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat menjadi acuan yang

berkaitan dengan penyakit gastroenteritis maupun juga dengan asuhan

keperawatan pada klien anak dengan gastroemteritis sebagai tolak ukur

untuk peneliti selanjutnya.

2. Bagi Tempat Penelitian

Studi kasus yang peneliti lakukan tentang asuhan keperawatan pada

klien anak dengan gastroenteritis di ruang Flamboyan C dan ruang Mawar


120

RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Kalimantan Timur dapat menjadi acuan

bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara professional

dan komprehensif. Peneliti juga memberikan saran agar perawat ruangan

melakuka pengkajian secara komprehensif dan memberikan promosi

kesehatan tentang gastroenteritis pada Klien dan Keluarga agar dampak

dari penyakit ini bisa dicegah lebih lanjut.

3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat menambah keluasan

ilmu khususnya keperawatan dalam melakukan asuhan keperawatan pada

klien anak dengan gastroenteritis dan juga memacu pada peneliti

selanjutnya sebagai bahan pembandingan dalam melakukan penelitian pada

klien anak dengan gastroenteritis.


121

DAFTAR PUSTAKA

Arnis, Yuliastati. Modul Bahan Ajar Keperawatan Anak. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia, 2016.

Azizah, Lely, Erjon, Suryani, Veroneka, Vincencius. Anatomi Fisiologi Sistem


Pencernaan. Kota Baru: Yayasan Pendidikan Cendekia Muslim, 2021.

Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur. Provinsi Kalimantan Timur


Dalam Angka 2022. Samarinda: Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan
Timur, 2022.

Damanik, Sitorus. Buku Materi Pembelajaran Keperawatan Anak. Jakarta:


Universitas Kristen Indonesia, 2019.

Diyono, Mulyanti. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan.


Jakarta: Kencana, 2016.

Faradila. "Ketahui Penyakit Infeksi Yang Sering Menyerang Anak-Anak." 10


Penyakit Infeksi Sering Terjadi Pada Anak-Anak, Orangtua Harus Tahu,
Februari 27, 2022: 1-3.

H, Willacy. "Gastroenterologi." Salmonella Gastroenteritis, Desember 29, 2022.

Halimatussa’diah, Zahra, Athena A. "KEJADIAN GASTROENTERITIS DAN


FAKTOR PENYEBABNYA PADA SISWA SD DI KELURAHAN BEJI
TIMUR, KOTA DEPOK." Jurnal Ekologi Kesehatan Vol.1, 2018: 96-104.

Hartman, Brown, Loomis, Russel. "American Family PhysicisnGastroenteritis in


Childern." American Family Physicisn, 2019: 159 - 165.

Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit RSUD Dr. Soetomo. "Flyer


Keseimbangan Cairan." rsudsoetomo.jatimprov web site. 2022.
https://drive.google.com/file/d/1PzJFVUoB_-x_GV6-oDzszu2-
zLOJhIWU/view?usp=drivesdk (accessed Maret 20, 2023).

Kartika, Ani, Mariyana, Yudianto, Wijayanti, Sitompul, Ulfa, Purba. Keperawatan


Anak Dasar. Yayasan Kita Menulis, 2021.

Kemenkes RI. Kebutuhan Dasar Anak untuk Tumbuh Kembang Yang Optimal.
Jakarta, Februari 11, 2011.
122

Lugg. The Management Of Pediatric Gastroenteritis. PhD Thesis, Inggris: Cardiff


University, 2014.

Mardalena. Asuhan Keperawatan pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Pencernaan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2018.

Muttaqin. Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Jakarta: Sakemba Medika,


2011.

Nall, Rachel. "Fever and Gastroenteritis : Whats the Connection." gastroenteritis,


agustus 3, 2022: -.

Oktiawati, Julianti. Buku Ajar Konsep dan Aplikasi Keperawatan Anak. Jakarta:
Trans Info Media, 2019.

Pangkey. Dasar-Dasar Dokumentasi Keperawatan. Yayasan Kita Menulis, 2021.

Posovszky, Stephan Buderus, Martin Classen, Burkhard Lawrenz, Klaus-Michael


Keller, Sibylle Koletzko. "Acute Infectious Gastroenteritis in Infancy and
Childhood." Deutsches Ärzteblatt International, 2020: 615-624.

Profil Kesehatan Indonesia 2021. Profil Kesehatan Indonesia 2021. Jakarta:


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2021.

Rachmawati. Asuhan Keperawatan Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh.


Purbalingga: Eureka Media Aksara, 2022.

Rizal. "Gastroenteritis." Gejala Gastroenteritis pada Anak yang Perlu Diwaspadai,


Juli 28, 2021.

Rothstein, Mendoza, Cabrera, Pachas,Calderon, Pajuelo, Caufield, Winch, Gilman.


"Household Contamination of Baby Bottles and Opportunities to Improve
Bottle Hygiene in Peri-Urban Lima, Peru." The American Journal Of
Tropical Medicine and Hygine, 2019: 988-997.

Sattar, Singh. "Bacterial Gastroenteritis." In StatPearls. Stat Publishing, Treasusre


Island, 2022.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,


2013.

—. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Jakarta: Alfabet, 2017.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia edisi 1
cetakan III. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia, 2017.
123

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia edisi 1
cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia, 2018.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia edisi 1
cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia, 2019.

Tyas, Damayanti, Arguni. "Prevelensi Gangguan Elektorlit Serum pada Pasien


Diare dengan Dehidrasi Usia Kurang dari 5 Tahun di RSUP Dr. Sardjito
Tahun 2013-2016." Sari Pediatri, 2018: 37-42.

Anda mungkin juga menyukai