Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Pendidikan merupakan alat ukur kemajuan suatu bangsa. Hal

tersebut benar, karena jika pendidikan disuatu bangsa bagus, maka

generasi penerus bangsanya juga akan berkualitas. Semakin jelas

Pendidikan yang didapatkan, maka semakin tampak baik karakter

manusianya. Baik ataupun tidaknya pendidikan dapat dilihat melalui

orientasi sistem Pendidikan yang diberikan. Pemerintah mewajibkan

pendidikan setidaknya 9 tahun, tetapi sebenarnya Pendidikan didapatkan

selama seumur hidup, melalui keluarga, lingkungan, dan masyarakat.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 3 disebutkan bahwa:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”

Peran pendidikan dalam menyiapkan peserta didik untuk menjadi

generasi mendatang yang tangguh berkarakter dapat dilihat dari rumusan

fungsi pendidikan nasional dalam UU Sisdiknas Pasal 3 yaitu

mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

1
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas). Fungsi yang diemban

oleh pendidikan nasional jelas adalah mengembangkan potensi peserta

didik menjadi manusia dengan karakter yang baik dan kokoh.

Kemendiknas memberikan rambu-rambu fungsi pendidikan karakter

sebagai berikut: 1) pengembangan; yaitu pengembangan potensi peserta

didik untuk menjadi pribadi yang baik, 2) berperilaku baik; membina

peserta didik untuk memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan

budaya dan karakter bangsa, 3) perbaikan; memperkuat kiprah pendidikan

nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta

didik yang lebih bermartabat, dan 4) penyaring; untuk menyaring budaya

bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai

budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

Pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu

perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dan sifat

kodratinya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik.

Pendidikan karakter merupakan proses yang berkelanjutan dan tak pernah

berakhir (never ending process), sehingga menghasilkan perbaikan

kualitas yang berkesinambungan (continuous quality improvement), yang

ditujukan pada terwujudnya sosok manusia masa depan, dan berakar pada

nilai-nilai budaya bangsa. (Mulyasa, 2011)

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan

nasional. Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

2
Nasional telah menegaskan bahwa Pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.(Gunawan, 2014)

Berdasarkan landasan UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional tersebut, jelaslah bahwa tujuan pendidikan tersebut

berfungsi dalam membentuk watak dan karakter serta pengembangan diri

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sehingga dengan

terciptanya watak dan juga karakter yang baik tersebut, diharapkan akan

menjadi aset bangsa dalam melaksanakan pembangunan dan mewujudkan

masyarakat yang makmur. Jadi pendidikan tidak hanya mencakup

pengembangan intelektualitas saja, akan tetapi lebih ditekankan pada

proses pembinaan kepribadian dan juga keterampilan anak didik secara

menyeluruh sehingga anak menjadi lebih Program penguatan Pendidikan

karakter merupakan amanat nawacita yang bertujuan untuk menyiapkan

generasi emas untuk menyiapkan 5 karakter utama yang menjadi target

penguatan yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong dan integritas.

Hal ini didasari pula oleh Peraturan Presiden Republik Indonesia

Nomor 87 tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK).

Dalam Perpres ini disebutkan, penguatan pendidikan karakter selanjutnya

3
disingkat PPK adalah gerakan pendidikan dibawah tanggung jawab satuan

pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi

oleh hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga dengan perlibatan dan

kerjasama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai

bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).

Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada

kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Jenis pendidikan

ini meliputi: 1) pendindikan umum, merupakan pendidikan dasar dan

menengah yang mengutamakan perluasan pengetahuan yang diperlukan

oleh peserta didik untuk melanjutkan pendidikan oleh peserta didik untuk

melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. 2) pendidikan

kejuruan, merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta

didik untuk memiliki pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. 3)

pendidikan akademik, merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan

pasca sarjana yang diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu

pengetahuan tertentu. 4) pendidikan profesi, merupakan pendidikan tinggi

setelah program sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki

pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. 5) pendidikan vokasi,

merupakan pendidikan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk

memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara

dengan program sarjana. 6) pendidikan keagamaan, merupakan pendidikan

dasar, menengah dan tinggi yang mempersiapkan peserta didik untuk

dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan

4
tentang ajaran agama dan/atau menjadi ahli ilmu agama. 7) pendidikan

khusus, merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta didik yang

memiliki kecerdasan luar biasa yang diselengarakan secara inklusif atau

berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar atau

menengah.

Dikatakan oleh Azzet (2011) bahwa, di lingkungan sekolah

pendidikan karakter harus melibatkan semua komponen pendidikan yang

ada. Di antara komponen yang ada itu adalah tujuan pengajaran, isi

kurikulum pendidikan, proses belajar mengajar, pengelolaan mata

pelajaran, penilaian, manajemen sekolah, kegiatan ekstrakurikuler di

sekolah, perlengkapan, sarana dan prasarana serta penggunaannya dan

semua yang terlibat dalam kegiatan pendidikan di sekolah. Semua

komponen tersebut harus dikelola dan dibangun dalam usaha

pengembangan pendidikan karakter peserta didik.

Fungsi utama sekolah adalah mengajarkan dan mengembangkan

potensi peserta didik terutama dalam hal fisik,intelektual, dan moral.

“Sekolah wajib menjadi tempat pendidikan formal untuk mengembangkan

potensi yang dimiliki oleh peserta didik untuk menjadikanya individu yang

berkualitas”(Sugandi,2005). Sekolah diharapkan memberikan ruang

seluas- luasnya pada peserta didik dalam mengembangkan potensi yang

ada pada diriya. Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh

Siswanto, (2011) menyatakan bahwa :

“sekolah adalah tempat mengembangakan potensi peserta didik baik pada


pengembangan pola pikir (kognitif), efektif ( sikap), psikomotorik

5
(keterampilan). Keberhasilan suatu pendidikan melalui proses
pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh manajemen peserta didik
serta penyelenggraaan sekolah yang bermutu perlu didukung kesedian
layanan kepada peserta didik dan layak yang memadai dalam kuantitas
dan kualitasnya.”

Lembaga pendidikan di dalam mengelola dan menyelenggarakan

pendidikan karakter memiliki suatu tujuan. Dikatakan oleh Koesoema

(2007) bahwa fungsi tujuan adalah: (1) sebagai arah bagi proses

pendidikan, (2) sumber motivasi yang menggerakkan insan pendidikan

untuk mengerahkan seluruh waktu dan tenaganya pada tujuan tersebut, (3)

menjadi dasar atau kriteria untuk melaksanakan penilaian kinerja

pendidikan.

Pengembangan karakter harus secara terus menerus dilakukan

secara holistik dari semua lingkungan pendidikan yakni: keluarga, sekolah

dan masyarakat. Dijelaskan oleh Lickona, Schaps and Lewis (2003)

bahwa, di dalam mengembangkan pendidikan karakter dilakukan dengan

pembiasaan untuk bersikap dan berperilaku positif dan menjauhi perilaku

negatif, dengan cara: (1) mempromosikan nilai-nilai kode etik berdasarkan

karakter positif, (2) mendefinisikan karakter secara komprehensif untuk

berpikir, berperasaan dan berperilaku, (3) menggunakan pendekatan yang

efektif, komprehensif, intensif dan proaktif, (4) menciptakan komunitas

sekolah yang penuh kepedulian, (5) menyediakan kesempatan kepada

siswa untuk melakukan dan mengembangkan tindakan bermoral, (6)

mengembangkan kurikulum yang menantang dan bermakna untuk

membantu agar semua siswa dapat mencapai kesuksesan, (7)

6
membangkitkan motivasi intrinsik untuk belajar dan menjadi orang yang

baik di lingkungannya, (8) menganjurkan semua guru sebagi komunitas

yang profesional dan bermoral dalam proses pembelajaran, (9)

merangsang tumbuhnya kepemimpinan transformasional untuk

mengembangkan pendidikan karakter sepanjang hayat, (10) melibatkan

anggota keluarga dan masyarakat sebagai mitra dalam pendidikan

karakter, (11) mengevaluasi karakter warga sekolah untuk memperoleh

informasi dan merangsang usaha-usaha pendidikan karakter selanjutnya.

Pengembangan pendidikan karakter tersebut menjadi bagian dari

program sekolah, bukan hanya menjadi tanggung jawab salah satu mata

pelajaran, satu guru, atau satu kegiatan saja. Pengembangan pendidikan

karakter diintegrasikan melalui peraturan dan tata tertib sekolah, proses

belajar mengajar di kelas dan kegiatan ekstrakurikuler secara

komprehensif. Disebutkan oleh Azzet (2011) bahwa, pengembangan

pendidikan karakter kepada peserta didik agar mereka tumbuh dan

berkembang bersama nilai-nilai yang terkait dengan: Tuhan Yang

Mahakuasa, diri sendiri, sesama manusia dan lingkungan kebangsaan.

Pembinaan karakter siswa oleh guru berarti berbagai upaya yang

dilakukan oleh guru dalam rangka pembentukan karakter siswa. Guru

adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,

dan pendidikan menengah. Guru memiliki tanggung jawab besar dalam

7
menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya, dan bermoral.

Sehingga berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik ingin mengadakan

kegiatan penelitian di SMA Negeri 2 Palangka Raya dengan mengambil

judul “Manajemen Pembinaan Kerohanian Sebagai Sarana Penguatan

Pendidikan Karakter Siswa di SMA Negeri 2 Palangka Raya”.

Salah satu sekolah yang melaksanakan pembinaan karakter dengan baik

adalah SMA Negeri 2 Palangka Raya, berbagai kegiatan yang dilakukan

dengan melalui kegiatan Beribadah, kegiatan pembersihan lingkungan

rumah ibadah, pertandingan persahabatan, dan kunjungan sosial.

Berbagai kegiatan yang dikelola dengan baik dan dilaksanakan

secara terprogram dibawah koordinasi bidang kesiswaan. Hasil survei

awal yang dilakukan peneliti mengungkapkan bahwa berbagai program

yang dilaksanakan membawa dampak positif terhadap perkembangan

karakter siswa. Program pengembangan karakter melalui pembinaan

kerohaniaan yang dilakukan dengan hasil survei yang dilakukan disekolah.

Pencapaian prestasi yang diraih meliputi prestasi akademik dan non

akademik.

Peserta didik di sekolah ini salah satu ruang lingkupnya meliputi

perencanaan peserta didik dengan penerimaan peserta didik baru salah

satunya melalui jalur prestasi, jalur prestasi dibedakan menjadi dua aspek,

yang pertama jalur prestasi akademik yang meliputi prestasi akademik

dapat dilihat dari nilai rapot atau juara 1-3 yang diraih oleh siswa

meliputi : Juara 1 lomba pembacaan alkitab tingkat kota yang

8
dilaksanakan oleh Staken, juara 1 lomba khaligrafi islam, juara 1

pembacaan Al-Qur’an, juara, juara 1 lomba kandayu IAHN-TP, juara 1

lomba Dharma Widya, juara 2 lomba paduan suara di universitas kristen,

juara 2 lomba fashion show busana muslim gebyar muharam, juara 3

lomba busana muslim di universitas muhammdiyah, dan kedua jalur

prestasi non akademik minimal juara 1,2,3, tingkat kecamatan maupun

tingkat kota. kemudian peserta didik dibina dan dibimbing oleh pihak

sekolah secara rutin dengan dibentuknya klub- klub belajar untuk

persiapan menghadapi berbagai lomba yang diadakan setiap tahunnya

seperti YFC Club, Qur’ani Club,PHD Club. Hasil dari program-program

yang diterapkan dapat dilihat dari prestasi yang diraih oleh siswa SMA

Negeri 2 Palangka Raya baik prestasi akademik maupun prestasi non-

akademik. Prestasi akademik adalah prestasi yang diraih oleh siswa/siswi

SMA Negeri 2 Palangka Raya yang di hasilkan melalui belajar didalam

kelas ada hubungannya dengan mata pelajaran yang di ajarkan di

sekolah.Prestasi yang dimaksud bisa jadi peringkat di kelas, prestasi

mengikuti ajang perlombaan beberapa hal yang masuk dalam binaan serta

kompetensi cabang yang diperlombakan setiap tahunnya adalah : tersebut

sekolah mengadakan bimbingan khusus untuk siswa dalam setiap

minggunya dua kali, dan bimbingan tersebut dipersiapkan setahun sampai

dua tahun sebelum kompetensi tersebut diadakan.

Banyaknya prestasi siswa yang telah diraih oleh SMA Negeri 2

Palangka Raya, tentunya tidak lepas dari hasil manajemen pembinaan

9
kegiatan kerohanian dalam penguatan karakter siswa yang baik yang

dilakukan oleh sekolah untuk meningkatkan mutu sekolah, salah satunya

dengan meningkatkan prestasi-prestasi siswanya. Hal tersebut sejalan

dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fathin (2018) menyatakan

bahwa “pentingnya penerapan manajemen pembinaan kegiatan kerohanian

dalam penguatan karakter siswa peserta yang baik, menjadi proses yang

baik dalam pencapaian keberhasilan prestasi peserta didik, dalam

penyelenggaraannya sangat bergantung pada pembentukan karakter siswa

sebagai pembentukan dasar-dasar pendidikan yang akan menjadi bekal

hidup dimasa yang akan datang serta mencerminkan baik buruknya

masayakat yang akan datang, dan menjadi manusia/generasi penerus yang

dharapkan oleh orang tua dan masyakarat. ”

Hasil observasi awal peneliti di SMA Negeri 2 Palangka Raya ada

beberapa bagian kegiatan kerohanian di SMA Negeri 2 Palangka Raya

berupa kegiatan beribadah rutin, kegiatan kebersihan lingkungan,

pertandingan persahabatan, dan kunjungan sosial. Dalam melakukan

kegiatan tersebut, pihak sekolah tidak mengalami kendala, yang berarti hal

ini disebabkan karena tempat ibadah yang sudah lengkap, dan juga sarana

penunjang lainnya cukup terpenuhi. Maka oleh sebab itu tujuan utama

peneliti adalah mengkaji tentang keberhasilan program pembinaan

karakter siswa yang baik di SMA Negeri 2 Palangka Raya. Untuk dapat

dijadikan pembelajaran bagi peneliti dan juga bagi masyarakat. Atas dasar

keberhasilan dari pihak sekolah sangat perlu sekali untuk dipelajari biat-

10
biat apa yang menjadi keberhasilan pembinaan kegiatan karakter

disekolah. Atas keberhasilan itulah yang menyebabkan peneliti tertarik

sekali untuk meneliti biat-biat keberhasilan dari program sekolah yang

dimaksud sebagaimana dalam judul peneliti “Manajemen Pembinaan

Kegiatan Kerohanian Sebagai Sarana Penguatan Pendidikan Karakter”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitian di atas maka fokus penelitian ini

adalah tentang Manajemen pembinaan kegiatan kerohanian sebagai sarana

penguatan karakter siswa di SMA Negeri 2 Palangka Raya.

Dari fokus utama penelitian tersebut, maka selanjutnya secara

operasional dijabarkan menjadi 4 sub fokus yaitu sebagai berikut :

1. Perencanaan Pembinaan Kegiatan Kerohanian

2. Pelaksanaan Pembinaan Kegiatan Kerohanian

3. Pengawasan/Evaluasi Pembinaan Kegiatan Kerohanian

4. Faktor Pendukung dan Kendala yang dihadapi dalam Pembinaan

Kerohanian

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian diatas maka tujuan utama penelitian ini

adalah “Manajemen Pembinaan Kegiatan Kerohanian Sebagai Sarana

Penguatan Pendidikan Karakter Siswa Di SMA Negeri 2 Palangka Raya”

dengan mendeskripsikan sub fokus sebagai berikut:

1. Perencanaan Pembinaan Kegiatan Kerohanian

2. Pelaksanaan Pembinaan Kegiatan Kerohanian

11
3. Pengawasan/Evaluasi Pembinaan Kegiatan Kerohanian

4. Faktor Pendukung dan Kendala yang dihadapi dalam Pembinaan

Kerohanian

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang terkait terutama bagi kalangan penyelenggara pendidikan maupun

bagi penulis, baik secara teoritis maupun praktis :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis penelitian ini adalah sebagai salah satu alternatif

untuk menambah wawasan keilmuan dalam proses pendidikan oleh para

siswa dan guru serta dengan hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi

rujukan bagi penelitian selanjutnya yang sejenis dengan penelitian ini,

sekaligus sebagai upaya pengembangan wawasan keilmuan secara empiris,

sehingga di peroleh pemahaman mengenai pembinaan kegiatan kerohanian

sebagai sarana penguatan Pendidikan karakter siswa di SMA Negeri 2

Palangka Raya.

2. Manfaat Praktis

Manfaat teoritis penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Sebagai sarana untuk bahan informasi dan memberikan kontribusi

yang bermanfaat bagi pihak fakultas.

b. Sebagai masukan bagi pihak sekolah serta dapat menunjang

keberhasilan mengajar dan membantu peserta didik lebih memahami

sebuah informasi yang di sampaikan pendidik.

12
c. Bagi penulis adalah untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar kesarjanaan dalam bidang ilmu Manajemen Pendidikan, selain

itu di harapkan dapat meningkatkan penalaran, keluasan wawasan dan

kemampuan pemahaman penulis tentang pembinaan kegiatan

kerohanian sebagai sarana penguatan pendidikan karakter siswa di

SMA Negeri 2 Palangka Raya.

E. Definisi Istilah

Penting dijelaskan bahwa istilah-istilah yang digunakan dalam

penelitian ini secara teknis memiliki arti yang khas. Untuk menghindari

terjadinya kesalahpahaman anatara pembaca dengan apa yang dimaksud

oleh penulis, maka penulis akan memberikan penjelasan sebagai berikut :

1. Manajemen Pembinaan Kerohanian Sebagai Sarana Penguatan

Pendidikan Karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

pengelolaan terhadap berbagai program kegiatan kerohanian yang

digunakan oleh sekolah dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, serta

kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan pembinaan kerohanian

2. Perencanaan Pembinaan Kerohanian Sebagai Sarana Penguatan

Pendidikan Karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalalah

mengenai hal/hal kegiatan yang akan dikerjakan dimasa yang akan

datang. Dengan perencanaan yang matang akan memberikan motivasi

pada pelaksanaan sistem pendidikan sehingga dapat mencapai hasil

yang optimal.

13
3. Pelaksanaan Pembinaan Kerohanian Sebagai Sarana Penguatan

Pendidikan Karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam bentuk

tindakan praktis sehingga memberikan dampak baik berupa,

pengetahuan, keterampilan, maupun nilai dan sikap dalam tingkat

sekolah maupun tingkat kelas demi mencapai kompetensi atau tujuan

yang sudah ditetapkan.

4. Evaluasi Pembinaan Kerohanian Sebagai Sarana Penguatan

Pendidikan Karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

penilaian kinerja dan merupakan salah satu cara terbaik untuk

memberikan pembaharuan yang berdampak positif untuk

keberlangsungan pembinaan karakter untuk tahap selanjutnya.

5. Faktor Pembinaan Kerohanian Sebagai Sarana Penguatan Pendidikan

Karakter yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu faktor yang

mendukung atau memperlancarnya suatu kegiatan atau tindakan

sedangkan kendala yang dimana sifatnya menghalangi suatu kegiatan

atau tindakan tersebut.

14

Anda mungkin juga menyukai