Anda di halaman 1dari 7

Nama : Harits Firmansyah

NIM : C1L020042

Kelas : Kehutanan B

1. Beberapa keutamaan kayu dibandingkan dengan bahan bangunan lainnya adalah


 Lebih mudah untuk didapatkan
 Memiliki berat jenis yang ringan
 Pengerjaan dapat dilakukan dengan cara sederhana
 Ramah lingkungan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanika Kayu:


a. Cacat kayu yang terbagi menjadi
• Mata Kayu (knots) Mata kayu atau knot adalah bagian dari kayu yang
merupakan dasar dari percabangan atau kuncup yang dorman. Mata
kayu memiliki pengaruh terhadap kayu, dan sering kali berpengaruh
negatif.
• Retak-retak pada kayu
• Miring Serat (cros grain) yakni penyimpangan serat kayu sehingga
membuatnya memanjang
• Jamur atau Cendawan di kayu. Jamur ini dapat membuat kayu lapok dan
melemahkan kayu.
• Compression Failures & Cross Break
b. Faktor lain(Bukan Cacat)
• Kerapatan dan Berat Jenis (Density & Specific Gravity)
• Kadar Air (Moisture content)
• Jangka Waktu Pembebanan (Duration of Loading)
• Jangka Waktu Pemakaian
• Pengawetan Kayu (Wood Preservation)

3. Dalam pengujian kayu atau uji contoh terdapat ukuran uji contoh yang bervariasi
sehingga terdapat 2 cara pengujian sifat mekanika kayu. Sebutkan dan jelaskan.
Dua macam cara pengujian sifat mekanis:
 Contoh Kecil Bebas Cacat (Small Clear Specimen)
 Contoh Ukuran Pakai (Full Scale Specimen)

Small Clear Specimen

• Contoh uji relatif kecil, disesuaikan dengan alat yang ada.


• Contoh uji dipilih yang bebas cacat atau dihilangkan cacatnya.
• Kadar air contoh uji diatur (basah atau kering udara).
• Pengujian lebih banyak dilakukan di laboratorium.

Full Scale Specimen

• Contoh uji lebih besar daripada small clear specimen


• contoh uji lengkap dengan cacat (tanpa dibersihkan dari cacat yang ada)
• Kadar air contoh uji biasanya dibuat pada KA kering udara (sesuai dengan
kondisi pemakaian)
• Dapat dilaksanakan di lapangan atau di laboratorium.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanika kayu atau kekuatan kayu:


a. Kekuatan tarik (Tensile Strength) : kayu memiliki kekuatan tarik yang
menjadi penaahan beban untuk penguatan. Hal ini bisa dilihat dari bentuk
serat kayu yang memanjang dan melingkar. Jika kayu dibelah, maka akan
terlihat serat yang memanjang, apabila dilihat dari potongan kayu, maka akan
terlihat serat berbentuk lingkaran. Karena itu, kekuatan kayu terbagi menjadi
2 yaitu kekuatan tarik sejajar arah serat dan kekuatan tarik tegak lurus searah
serat.
b. Kekuatan tekan (Compressivel Crushing Strengh) : kemampuan kayu untuk
menahan beban tekan. Tentu saja kekuatan tekan merupakan besarnya daya
tahan kayu terhadap muatan atau benda yang membebani. Hal ini merupakan
kekuatan terhadap tekanan yang mempengaruhi serat kayu sehingga terbagi
menjadi 2, pertama kekuatan sejajar arah serat dengan tingkat ukuran sekitar
39,6%, contoh dalam praktek seperti tiang tunggal, kusen pintu, dan jendela.
Yang kedua kekuatan tekan tegak lurus arah serat sekitar 11,6%, cara
pengujiannya dengan beban pada seluruh permukaan (jarang dilakukan dan
beban pada sebagian permukaan (umum dilakukan)). Selain itu nilai yang
dicari pada pengujian adalah tegangan pada batas proporsi, karena lewat batas
ini terjadi pemadatan sel (sel rusak) dan tegangan meningkat terus. Contoh
dalam praktek seperti balok penyangga, bantalan rel kereta api,dll.
c. Kekuatan geser (Shearing Strength) : kemampuan kayu dalam menahan beban
yang akan mengakibatkan pergeseran dalam seratnya. Terdapat 4 macam
kekuatan geser pada kayu, pertama sejajar serat (parallel) adalah dua bidang
saling bergeseran, dengan bidang geseran/serat, kedua tegak lurus serat
(perpendicular) adalah gaya seolah-olah akan memotong serat, dengan bidang
geseran, ketiga miring serat (oblique shear) adalah sebenarnya geser serat,
tetapi karena seratnya miring terhadap sumbu memanjang, maka geserannya
seolah-olah miring serat, dan terakhir geser antar serat (rolling shear) adalah
geseran dari bidang memanjang serat dengan arah geseran tegak lurus serat.
Besar kekuatan ini hanya sekitar 18-28% dari kekuatan geser sejajar serat
sehingga pengujian ini jarang dilakukan.
d. Kekutan lentur ( Bending Strength) : Kekuatan kayu untuk menahan beban
lentur. Balok kayu yang dibebani beban lentur akan mengalami tegangan
normal (lentur tekuk dan lentur tarik), tegangan geser, dan perubahan bentuk
(berupa lenturan/lendutan). Bila balok dibebani arah tegak lurus sumbu
memanjang balok, maka akan timbul tegangan geser. Bisa disimbolkan
dengan MOR (Modulus Of Rupture).
e. Sifat kekakuan kayu (Stiffness) : kemampuan kayu atau daya tahan untuk
mepertahankan bentuk dan ukuran apabila kayu tersebut mendapatkan beban.
Hal ini merupakan ukuran kekuatan kayu untuk menahan beban ataupun
segala hal yang mempengaruhi kualitas kayu. Disimbolkan dengan MOE
(Modulus Of Elasticity). Sifat ini berlaku untuk tekan, tarik, geser, dan lentur.
Khusus kekakuan untuk geser diberi istilah “Modulus of Rigitidy”. Semakin
besar MOE maka semakin besar sifat kelakuannya yang menyebabkan
semakin sulit kayu tersebut diubah bentuknya.
f. Sifat keuletan kayu (Toughness) : Tingkat ketahanan terhadap benturan
ataupun pukulan dari benda-benda yang bersentuhan secara terus menerus.
Tentu saja tingkat keuletan kayu sangat menentukan terhadap kerusakan
karena diakibatkan oleh pihak luar. Kayu yang ulet adalah kayu yang sukar
pecah atau patah meski dibebani sampai beban maksimum. Kayu yang ulet
akan memperlihatkan gejala terlebih dahulu pada saat mengalami kerusakan
(terdengar suara terlebih dahulu sebelum terjadi patahan), disebut juga
kekuatan pukul karena beban yang diberikan berupa beban pukulan.
g. Sifat kekerasan kayu (Hardness) : Ukuran kemampuan kayu untuk menahan
indentasi (tekanan setempat) pada permukaan kayu, atau kemampuan kayu
untuk menahan kikisan pada permukaan. Kekerasan kayu merupakan daya
kekuatan untuk menahan hal-hal yang akan mengakibatkan perubahan
terhadap kualitas kayu dengan presentase 93,4%. Hal ini tentunya meliputi
segala hal dan bentuk fisik dan juga mekanik yang berhubungan dengan
lekukan, kikisan, dan lainnya. Kayu dengan sifat kekerasan yang tinggi
diperlukan untuk lantai rumah panggung, lapisan aus pada peti, roller untuk
menggeser barang (dipabrik), dan shutlee pada mesin tenun kain. Pengujian
standarnya dengan cara membenamkan setengah bola baja pada permukaan
kayu yang diuji.
h. Sifat ketahanan belah (Cleavage resistance) : kemampuan kayu untuk
menahan belahan contoh uji ini mirip dengan tarik tegak lurus serat. Tujuan
dari uji ini adalah untuk melihat kemampuan kayu mengikat paku. Cacat
interlocked grain (serat berpadu) bisanya meningkatkan ketahanan belah kayu,
akibat serat yang membelit. Kayu dengan interlocked grain lebih kuat
menahan belahan, karena selain arah serat menjadi lebih tegak lurus terhadap
belahan, juga masing-masing serat mengikat erat satu sama lain.

5. Tulisan tentang sifat mekanis kayu

SIFAT MEKANIS KAYU EBONY

Kayu ebony atau kayu hitam merupakan jenis kayu yang ada di daerah panas
atau di daerah tropis seperti di Sulawesi Tengah. Jenis kayu ini banyak digunakan
sebagai bahan bangunan, kerajianan, dan furnatur. Dalam pembuatan barang jadi dari
kayu ebony (hitam) umumnya dilakukan perlakuan sebelumnya seperti pengeringan
dan pengerjaan mekanis. Tapi hal ini hanya dilakukan sebatas untuk penggunaan
bahan tersebut tanpa melalui pengujian dalam mengetahui sifat mekanisnya lebih
awal. Masyarakat umumnya mengenal kayu hitam (ebony) sebagai kayu yang kuat
dan tahan lama. Hanya sebatas keadaan yang dilihat.

Kayu adalah bahan yang memiliki sel. Kayu merupakan bahan yang cukup komplek
karena sifatnya yang anisotropik Anisotropik adalah struktur dan sifat-sifat bahan (kayu)
berbeda dalam arah yang berlainan (radial, tangensial dan longitudinal). Sifat-sifat kayu
adalah kekuatan, kekerasan, kekakuan dan density (kepadatan). Dalam bahan yang
berstruktur sederhana, berat jenis / density adalah sifat yang tidak tergantung pada
struktur. Density sebagai indikasi dari sifat mekanis. Density dan grafitasi spesifik sangat
berhubungan dengan sifat mekanis kayu ( Haygreen and Bowyer, 1989). Di samping
itu, kadar air (moisture content) dari kayu juga sangat berpengaruh terhadap sifat
mekanis kayu (Matan and Kyokong, 2003). Kekuatan dapat bervarisi sesuai dengan
keadaan iklim atau pengeringan.
Density kayu dikenal sebagai faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu (Cown,
1992). Semakin tinggi density spesies kayu cenderung mempunyai kekuatan lebih besar
dibanding dengan density yang lebih rendah dari spesies kayu (Addis Tsehaye et al., 1995b;
Walker and Butterfield, 1996). Density kayu dapat diukur dengan menggunakan metode
ovendry dimana spesimen kayu dipotong sepanjang 25 mm arah melintang dan di oven
pada temperatur 103o C ± 2o C sampai mencapai berat yang diinginkan. Volume seksi arah
melintang ditentukan dari pengukuran dimensi fisik (Evertsen, 1988).

Sifat mekanis berkaitan dengan ketahanan material terhadap pembebanan.


Parameter yang digunakan dalam penentuan sifat mekanis kayu berdasarkan dari Wood
Handbook - Wood as an engineering material (1993) adalah:

a. Kekuatan tarik (tension) Kekuatan tarik yang tegak lurus dengan serat, ketahanan
kayu terhadap gaya yang bekerja tegak lurus dengan serat cenderung membelah
kayu. Nilai kekuatan ini dinyatakan dalam kekuatan ratarata radial dan tangensial.
Kekuatan tarik yang sejajar dengan serat. Tegangan tarik maksimum dipertahankan
pada arah sejajar dengan serat. Nilai modulus of rupture kadang-kadang digantikan
untuk kekuatan tarik yang kecil pada kayu.
b. Kekuatan tekan (compression) Kekuatan tekan yang sejajar dengan serat. Tegangan
maksimum yang dipertahankan oleh beban tekan yang sejajar dengan serat kayu
spesimen mempunyai rasio terhadap dimensi kurang dari 11. Kekuatan tekan yang
tegak lurus dengan serat, pada pembebanan ini belum jelas tegangan
maksimummnya. Tegangan yang diperlukan adalah pada batas proporsional.
Perhitungan terhadap kekuatan tekan yang tegak lurus dengan serat sama dengan
perhitungan pada kekuatan tekan sejajar dengan serat.
c. Kekuatan Geser (Shear) Kekuatan geser yang sejajar terhadap serat. Tujuannya
adalah mengetahui kemampuan mempertahankan internal slip pada serat dengan
serat lainnya.. Nilai kekuatan ini diperoleh dari rata-rata kekuatan pada bidang geser
radial dan tangensial.
d. Kekuatan Lentur (Bending) Sifat lentur adalah sangat penting dalam mendesain
kayu. Banyak desain struktur yang terkait dengan kekuatan lentur atau beberapa
fungsi lentur seperti defleksi yang merupakan kriteria pembatasan desain. Sifat
mekanis yang dapat diperoleh dari uji lenturan adalah modulus rupture (MOR) dan
modulus elastisitas (MOE). Modulus rupture adalah beban maksimum pada lentur
dan proporsinal terhadap momenmaksimum. Modulus ini merupakan kriteria
kekuatan. Modulus elastisitas (MOE) menunjukkan ketahanan elastik material
terhadap deformasi dibawah pembebanan. MOE terkait dengan hubungan
proporsional tegangan regangan dan dapat dihitung dari kurva teganganregangan
karena perubahan dalam tegangan menyebabkan perubahan dalam regangan.
e. Kekerasan (hardness) Kekerasan umumnya didefinisikan sebagai ketahanan
terhadap penekanan. Nilainya direpresentasikan dengan nilai ratarata kekerasan
radial dan tangensial. Penentuan kekerasan pada kayu dapat ditentukan dengan
prngujian kekerasan Brinnel yang menggunakan bola penekan. Karakteristik spesifik
seperti ukurannya atau kedalaman merupakan ukuran kekerasan

Sifat mekasi kayu eboni antara lain

a. kadar air 12.7 % dan berat jenis 0.784. Nilai kadar ini sudah mencapai kering udara
karena kadar air kering udara di Indonesia berkisar antara 10-18%
b. kekuatan/tegangan maksimum ratarata kayu ebony yaitu 219,66 MPa.
c. Kekuatan tekan adalah 80,18 MPa. Kekuatan ini merupakan kekuatan kayu eboni
menahan beban tekan yang searah atau sejajar dengan arah serat.
d. Kekuatan geser kayu eboni bisa mencapai 9,15 MPa.
e. Modulus elastis (MOE) kayu eboni adalah 17.345,46 MPa.

Anda mungkin juga menyukai