Anda di halaman 1dari 55

(Soil and Water Conservation-SWC)

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Agustus, 2019

05/24/21 Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


1
Pertemuan 15
Perancangan rehabilitasi hutan dan lahan pada
wilayah administrasi pemerintahan
kabupaten/kota

Ketrampilan Khusus yang Diharapkan


Mampu memahami dan menyusun perancangan
rehabilitasi hutan dan lahan pada wilayah
administrasi pemerintahan kabupaten/kota

Faculty of Forestry Mulawarman University (FoF-UNMUL)


Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Master Plan Rehabilitasi Hutan dan Lahan


Daerah (MPRHL-D)

Perencanaan Rehabilitasi
Hutan dan Lahan (P-RHL)
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Pengolahan dan Analisis Data


A. Data Biofisik
1. Pembuatan Peta Unit (Satuan) Lahan
Overlay Peta Topografi, Peta Tanah, Peta Vegetasi

2. Penyiapan Data Hujan


Jeluk Hujan, Hari Hujan, Intensitas Hujan, Sebaran Hujan

3. Penyiapan Data Kedalaman Tanah


Kedalaman Perakaran Efektif : Sangat Dangkal, Sedang, Dalam,
Sangat Dalam
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Peta Status dan Fungsi Lahan


Status lahan
Hutan
Perkebunan
Lahan milik
Lainnya

Fungsi lahan
Kawasan lindung
Kawasan budidaya
Lainnya
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Peta Pengelolaan Tanaman


 Setelah peta status lahan ditumpang tindihkan dengan
peta liputan lahan atau vegetasi/tanaman, dilakukan
pengecekan lapangan
 Pada masing-masing satuan lahan tersebut
ditambahkan notasi berupa indeks pengelolaan
tanaman yang sering disebut dengan nilai ”C”
Peta Pengelolaan Konservasi
Dilakukan pengecekan lapangan (ground check), kemudian
pada masing-masing satuan lahan dibuat notasi indeks
pengelolaan konservasi
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Data Sosial Ekonomi


 Tekanan Penduduk [TP = 1, TP <1, TP>1]
 Kegiatan Dasar Wilayah [LQi < 1, LQi >1
 Pendapatan Petani [U-tani, Non U-tani, Per/Kapita]
 Perkembangan Penduduk dan Kesejahteraan
 Pusat Pertumbuhan Wilayah
 Kepadatan Tenaga kerja [Geografis, Agraris]

Memberikan informasi pelengkap atau indikatif untuk menunjukkan karakteristik


sosial ekonomi wilayah melengkapi penyusunan rencana kerja yang sifatnya non-
teknis dan penting sebagai bahan justifikasi dalam penentuan bentuk kegiatan
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Identifikasi Tingkat Kekritisan Lahan


 USLE : A = R x K x (LS) x C x P
 Tingkat Kedalaman Tanah

Tingkat Bahaya Erosi (TBE)


SR = Sangat Ringan B = Berat
R = Ringan SB = Sangat Berat
S = Sedang
Kelas Bahaya Erosi (KBE)
Laju Erosi Kelas Bahaya
No
(ton/ha/tahun) Erosi
01. < 15 I (SR Sangat Rendah)
02. 15 - 60 II (R Rendah)
03. 60 - 180 III (S Sedang)
04. 80 - 480 IV (T Tinggi)
05. > 480 V (ST Sangat Tinggi)
Kedalaman Tanah
Kedalaman
No Kelas Kedalaman
Tanah (cm)

01. < 30 Sangat Dangkal

02. 30 - 60 Dangkal

03. 60 - 90 Sedang

04. > 90 Dalam


Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
Kelas Bahaya Erosi (KBE)
Erosi I II III IV V
(SR) (R) (S) (T) (ST)
Solum Laju Erosi (ton/ha/tahun)
Tanah (cm) (<15) (15-60) (60-180) (180-480) (>480)
Dalam SR R S B SB
(> 90 cm) 0 I II III IV
Sedang R S B SB SB
(60 - 90 I II III IV IV
(Dangkal S B SB SB SB
(30 - 60) II III IV IV IV
Sangat
B SB SB SB SB
Dangkal
< 30 cm III IV IV IV IV
Penilaian Lahan Kritis
Kawasan Lindung
Kriteria: Penutupan Lahan (50), Lereng (20), Erosi (20), Manajemen (10)

Kawasan Budidaya
Kriteria: Produktivitas (30), Lereng (20), Erosi (15), Batu-batuan (5),
Manajemen (30)

Kawasan Penyangga
Kriteria: Penutupan lahan (50), Lereng (10), Erosi (10), Manajemen (30)

Klasifikasi Tingkat Kekritisan Lahan

No. Tingkat Kekritisan Lindung Penyangga Budidaya


Lahan (Besaran Nilai) (Besaran Nilai) (Besaran Nilai)

01. Sangat Kritis (SKr) 120 - 180 110 - 200 115 - 200
02. Kritis (KRt) 181 - 270 201 - 275 201 - 275
03. Agak Kritis AKr) 271 - 360 276 - 350 276 - 350
04. Potensial Kritis (PKr) 361 - 450 351 - 425 351 - 425
05. Tidak Kritis (TKr) 451 - 500 426 - 500 426 - 500
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Penilaian Kekritisan Daerah Resapan


 Jika masalah utama yang terjadi adalah besarnya fluktuasi
aliran, misalnya banjir yang tinggi dan kekeringan maka perlu
dilakukan penilaian tingkat kekritisan peresapan daerah
resapan terhadap air hujan
 Paradigma yang digunakan adalah bahwa semakin besar
tingkat resapan (infiltrasi) maka semakin kecil air larian/
limpasan permukaan, sehingga debit banjir menurun dan
aliran dasar (base-flow) meningkat, demikian pula
cadangan air tanahnya
 Teknik Identifikasi daerah resapan dapat dilakukan dengan
mengevaluasi lahan dengan metode map overlay.
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

 Untuk daerah resapan yang tidak terlalu luas atau sedang


dapat dikerjakan secara manual, untuk daerah sangat luas
diperlukan GIS (Geographical Information System)
 Untuk melestarikan simpanan air tanah, maka tingkat
infiltrasi air hujan ke dalam tanah merupakan faktor yang
sangat penting
 Tingkat peresapan atau infiltrasi tergantung pada : curah
hujan, persentase runoff, tipe tanah, kemiringan lereng, tipe
vegetasi dan penggunaan lahan
 Data pendukung berupa Peta penyebaran hujan, Peta jenis
tanah, Peta kemiringan lereng, serta Peta penggunaan lahan
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

 Peta sebaran hujan, jenis tanah dan peta kemiringan lereng


ditransformasi dalam bentuk peta potensi infiltrasi untuk
menetapkan indeks tingkat infiltrasi potensial alami.
 Bentuk penggunaan lahan merupakan aspek di bawah
pengaruh kegiatan manusia, mempunyai implikasi berbeda
terhadap infiltrasi
 Aspek alami mencerminkan kondisi ”potensial”, penggunaan
lahan mencerminkan kondisi ”aktual”. Dengan menumpang-
tindihkan resultante maka dapat diperoleh peta hasil overlay.
 Kombinasikan aspek-aspek tersebut maka daerah-daerah
mana yang rawan atau kritis dan daerah-daerah yang tidak
kritis dapat teridentifikasi. Demikian pula dengan
penggunaan matriks-nya, maka faktor penyebabnya juga
dapat dievaluasi
Teknik Penentuan Klasifikasi Tingkat Infiltrasi
■ Komponen lingkungan kajian daerah resapan : kemiringan lereng,
jenis tanah/batuan, hujan dan penggunaan lahan
■ Keempat komponen ini dijadikan dasar dalam menilai daerah
resapan, dalam hal ini ditransform terlebih dahulu ke dalam nilai-
nilai tingkat infiltrasi potensial dan nilai tingkat infiltrasi aktual
Topografi
Tabel Hubungan Kemiringan Lereng dengan Tingkat Infiltrasi

Transform Nilai Faktor


Kelas Lereng Deskripsi
Infiltrasi (fc) Notasi
I <8 Datar > 0,8 a
II 8 - 15 Landai 0,7 - 0,8 b
III 15 - 25 Agak Curam 0,5 - 0,7 c
IV 25 - 40 Curam 0,2 - 0,5 d
V > 40 Sangat Curam < 0,2 e
Tanah
■ Karateristik tanah dan geohidrologi ditransformasi
berdasarkan hubungannya dengan infiltrasi
(permeabilitas tanah)
Tabel Hubungan Permeabilitas Tanah dengan Infiltrasi
Transform Nilai Faktor
Permeabilitas
Kelas Deskripsi
Tanah (cm/Jam) Infiltrasi (fc) Notasi

I > 12,7 Cepat > 0,45 a


II 6,3 - 12,7 Agak Cepat 0,20 - 0,45 b
III 2,0 - 6,3 Sedang 0,10 - 0,20 c
IV 0,5 - 2,0 Agak Lambat 0,04 - 0,10 d
V < 0,5 Lambat < 0,04 e
Potensi Infiltrasi Alami untuk Setiap Jenis Tanah
Klasifikasi
Parameter Kelas Deskripsi Notasi Jenis Tanah
I Besar a Andosol Hitam
II Agak Besar b Andosol Coklat
Infiltrasi III Sedang c Regosol
IV Agak Kecil d Latosol
V Kecil e Aluvial
Hujan
■ Secara potensial, infiltrasi akan lebih besar untuk hujan dengan
periode waktu lebih panjang
■ Hujan dikembangkan sebagai faktor ”hujan infiltrasi” atau disingkat
”RD” yaitu Jumlah Hujan Tahunan x Jumlah Hari Hujan/100

Klasifikasi Nilai Hujan Infiltrasi (RD)


Nilai Hujan
Kelas Deskripsi Notasi
Infiltrasi
I Rendah < 2.500 a
II Sedang 2.500 - 3.500 b
III Agak Besar 3.500 - 4.500 c
IV Besar 4.500 - 5.500 d
V Sangat Besar > 5.500 d
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Tipe Penggunaan Lahan


 Penggunaan lahan, khususnya tipe vegetasi penutup
berpengaruh terhadap infiltrasi lewat yaitu : perakaran dan
pori-pori memperbesar permeabilitas tanah, vegetasi
menahan run-off dan vegetasi mengurangi jumlah air
perkolasi melalui transpirasi
 Vegetasi juga mempengaruhi erosi melalui tajuk pohon
mengubah tenaga erosivitas hujan yaitu mengubah
kecepatan dan ukuran butiran hujan. Faktor-faktor yang
berperan antara lain tinggi tajuk, tebal tajuk, kelebatan,
serasah, rerumputan dan herba sebagai penutup tanah
 Mengingat peran vegetasi dan/atau penggunaan lahan
tersebut, maka dalam kaitannya dengan nilai tingkat
infiltrasi aktual secara kualitatif dapat dibuat klasifikasi
sebagai-berikut:
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Besaran/Nilai Tingkat Infiltrasi Aktual


Klasifikasi
Parameter
Tipe Penggunaan
Kelas Deskripsi Notasi Lahan

I Besar A Hutan lebat


Hutan produlsi,
II Agak Besar B
Perkebunan
Semak, Padang
III Sedang C
Infiltrasi rumput
Hortikultura
IV Kecil D
(landai)
Pemukiman,
V Agak Kecil E
Sawah
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Klasifikasi Kondisi Daerah Resapan


Kondisi daerah resapan dapat diklasifikasi,
yaitu dengan membandingkan antara nilai
infiltrasi potensial dengan nilai infiltrasi aktual
dan juga nilai erosi aktual-nya (opsional)
I - Kondisi Baik
Jika nilai infiltrasi aktual > infiltrasi potensial e.g. dari e menjadi A, atau
dari d menjadi B dan seterusnya;
II - Kondisi Normal Alami
Jika nilai infiltrasi aktual sama atau tetap seperti nilai infiltrasi potensial
e.g. dari b menjadi B, atau dari c menjadi C dan seterusnya.
III - Kondisi Mulai Kritis
Jika nilai infiltrasi aktual turun satu tingkat dari nilai infiltrasi potensial
e.g. dari a menjadi B, atau dari c menjadi D dan seterusnya.
IV - Kondisi Agak Kritis
Jika nilai infiltrasi aktual turun dua tingkat dari nilai infiltrasi potensial
e.g. dari a menjadi C, atau dari b menjadi D dan seterusnya.
V - Kondisi Kritis
Jika nilai infiltrasi aktual sudah turun tiga tingkat dari nilai infiltrasi
potensial e.g. dari a menjadi D, atau dari b menjadi E.
VI - Kondisi Sangat Kritis
Jika nilai infiltrasi aktual berubah dari sangat besar menjadi sangat
kecil, misalnya dari a menjadi E.
Model Pengkajian Kondisi Daerah Resapan
Kemiringan Lereng Jenis Tanah Curah Hujan
a a
b b
a b c d e c c
d d
e e

Skor Potensi Potensi Infiltrasi Alami (Scoring)


Infiltrasi Jumlah Skor Deskripsi Notasi
A 5 3 4 5 Sangat Kecil e
B 4 6 7 8 Kecil d
C 3 9 10 11 Sedang c
D 2 12 13 14 Besar b
E 1 15 Sangat Besar a
PETA OVERLAY
Potensi Infiltrasi Alami (Scoring)
Penggunaan
Lahan Baik
A aA aB aC aD aE Normal Alami
B bB bC bD bE bA Mulai Kritis
C cC cD cE cA cB Agak Kritis
D dD dE dA dB dC Kritis
E eE eA eB eC eD Sangat Kritis

Infiltrasi Aktual
A = Besar, B = Agak Besar, C = Sedang, D = Agak Kecil, E = Sangat Kecil
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Penilaian Aspek Sosial Ekonomi


 Aspek sosial ekonomi dapat memperkirakan seberapa kuat
dukungan faktor-faktor sosial ekonomi terhadap upaya
RHL
 Berdasarkan pendekatan deterministik dengan peluang
yang besar, terdapat 3 aspek sosial ekonomi yang penting
terkait dengan RHL khususnya di hamparan usaha tani:
(1) Tingkat ketergantungan penduduk / petani terhadap
lahan (pertanian)
(2) Tingkat adopsi/ respons petani terhadap teknologi baru
usaha tani konservasi
(3) Keberadaan dan aktivitas kelembagaan mendukung
pertanian konservasi
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Komponen/aspek, Parameter, Pembobotan Aspek Ekonomi

No. Komponen/Aspek (%) Parameter/Indikator (%)


Bobot Bobot

Tingkat 50 1. Luas pemilikan lahan 20


ketergantungan 2. Satuan pemilikan lahan 10
I penduduk/petani 3. Diversifikasi mata pencaharian 8
terhadap lahan 4. Distribusi / alokasi waktu kerja 7
(pertanian) 5. Tradisi/kebiasan khusus 5
Tingkat adopsi petani 30 1. Teknik vegetatif 18
II terhadap teknologi 2. Teknik mekanik/sipil 12
baru/diperkenalkan
Keberadaan dan 20 1. Bentuk dan fungsi 8
III aktivitas 2. Aktivitas 12
kelembagaan
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Klasifikasi Parameter dan Skoring


 Setiap parameter / indikator dibagi ke dalam 5 (lima) kelas
secara ordinal dan diberi skor terendah 10 dan yang
tertinggi 50 untuk penentuan peringkat dukungan aspek
sosial ekonomi
 Karena seluruh parameter dibuat jumlah kelas yang sama
(5 kelas) dan masing-masing diberi skor ordinal, yaitu
paling rendah 10 dan tertinggi 50, maka jumlah skor
dengan perhitungan rataan tertimbang (total weighted
mean) juga akan menghasilkan rentang nilai yang sama
dengan rentangan skor tersebut.
 Dengan demikian dapat dibuat peringkat dukungan aspek
sosial ekonomi berdasarkan nilai total
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Peringkat Dukungan Aspek Sosial Ekonomi


Total Nilai
Peringkat Dukungan
Arti Dukungan

I 40 - 50 Sangat Kuat
II 30 - 40 Kuat
III 20 - 30 Sedang
IV 10 - 20 Kurang
V < 10 Sangat Kurang
Tabel Rincian Perhitungan Nilai Dukungan Aspek Sosial Ekonomi
Tabel Rincian Perhitungan Nilai Dukungan Aspek Sosial Ekonomi
Tabel Rincian Perhitungan Nilai Dukungan Aspek Sosial Ekonomi
Tabel Rincian Perhitungan Nilai Dukungan Aspek Sosial Ekonomi
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

RENCANA TEKNIK RHL Rehabilitasi Hutan dan Lahan


 Tujuan utamanya adalah memberikan rekomendasi berupa
arahan pilihan RHL terhadap lahan kritis sesuai permasalahan
yang dihadapi
 Pertimbangan kelayakan dari segi geobiofisik dan aspek sosial,
ekonomi, budaya masyarakat
 Amanat PP Nomor 76 Tahun 2008 - paling sedikit memuat
Rencana Pemulihan Hutan dan Lahan, Pengendalian Erosi dan
Sedimentasi, Pengembangan Sumberdaya Air dan
Pengembangan Kelembagaan.
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Rencana Pemulihan Hutan dan Lahan


 RHL : memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsinya.
 Pemulihan hutan dan lahan adalah agar dapat berfungsi kembali
dalam mendukung sistem penyangga kehidupan.
 Kegiatan utama adalah secara vegetatif baik di luar maupun di
dalam kawasan hutan (lindung, produksi dan konservasi).
 Kegiatan vegetatif / tanam-menanam di kawasan hutan meliputi
reboisasi atau pengkayaan tanaman.
 Pemulihan lahan di luar kawasan hutan dilakukan penanaman
lahan terlantar, lahan kosong (penghijauan) maupun pengayaan
tanaman lahan-lahan yang secara teknis maupun sosial-ekonomis
masih perlu diperkaya dengan tanaman tahunan.
 Kegiatan vegetatif yang direncanakan perlu dihitung baik Indek
Penutupan Lahan (IPL) dan Kesesuaian Penggunaan Lahan (KPL)
Pengendalian Erosi dan Sedimentasi
 Pengendalian erosi dan sedimentasi dilakukan dengan
penerapan TKTA (vegetatif, sipil teknis)
 Kegiatan vegetatif di dalam kerangka pemulihan hutan dan
lahan untuk pengendalian erosi dan sedimentasi walaupun
dampak dan manfaatnya memerlukan waktu lama
 Penerapan teknik vegetatif dapat berupa vegetasi tetap,
budidaya tanaman lorong, strip rumput dan lainnya
 Penerapan teknik sipil teknis berupa pembuatan bangunan
dam pengendali, dam penahan, terasering, saluran
pembuangan air, sumur resapan, embung, rorak (parit
buntu), biopori dan lainnya
 Upaya tersebut harus berdasarkan kondisi harapan ke
depan melalui pendekatan perhitungan Tingkat Bahaya
Erosi (TBE)
Pengembangan Sumberdaya Air
 Pengembangan sumberdaya air adalah upaya peningkatan
pemanfaatan fungsi sumberdaya air guna memenuhi
kebutuhan air baku untuk berbagai keperluan
 Pengendalian tata air ditujukan untuk memperbaiki angka
Koefisien Rejim Sungai (KRS)
 Konservasi air ditujukan untuk memelihara keberadaan dan
ketersediaan air sesuai fungsi dan manfaatnya.
 Konservasi air diupayakan dengan menyimpan air yang
berlebihan pada saat hujan agar dapat digunakan pada
saat diperlukan.
 Pengendalian tata air dan konservasi air pada prinsipnya
adalah memperkecil surface runoff dan memperbesar
infiltrasi air hujan
 Konservasi air juga dilakukan melalui perlindungan dan
pelestarian mata air dengan penanganan di daerah
tangkapannya maupun pada radius 200 meter sekelilingnya
 Standar nilai KRS setiap sungai bervariasi, namun untuk acuan
dapat digunakan standar umum sebagai berikut :
Baik : KRS < 50
Sedang : 50 < KRS <120
Jelek : KRS > 120
 Untuk mengetahui bagaimana dampak RHL yang akan
dilaksanakan, nilai KRS pada saat penyusunan RTk RHL perlu
dihitung. Sajian data kondisi mata air saat ini kemudian
dibandingkan setelah dilaksanakan kegiatan.
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Rencana Kegiatan RHL


 Rencana kegiatan RHL dirinci menurut jenis perlakuan, baik
teknis maupun non-teknis dan seluruh kegiatan yang
disarankan, kemudian diproyeksikan berdasarkan asas
prioritas untuk setiap tahun selama lima belas tahun
 Rencana kegiatan tidak hanya terkait dengan rehabilitasi
tetapi juga pemeliharaan dalam upaya mempertahankannya
 Tahapan pelaksanaan kegiatan RHL dituangkan dalam
daftar dan peta rencana kegiatan dari tahun pertama
sampai tahun ke lima belas, dimulai dari kegiatan pada unit
- unit lahan prioritas tinggi untuk tahun 1 dan seterusnya
 Tahapan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rekomendasi
teknis RHL untuk setiap unit lahan
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Analisis Program/Proyek
 Analisis program/proyek adalah untuk menentukan
seberapa besar suatu proyek (program kegiatan) dapat
memberikan manfaat yang lebih besar dari biaya
(investasi) yang diperlukan maupun perbaikan kondisi
lingkungan
 Analisa program/proyek tersebut merupakan alat bagi
pembuat keputusan untuk menetapkan layak tidaknya
apabila program/proyek dilaksanakan
 Keuntungan atau manfaat dari program/proyek dapat
berupa keuntungan langsung, tidak langsung, dan tidak
dapat dinilai dengan uang (intangable), misalnya
perbaikan lingkungan hidup, perbaikan iklim mikro,
meningkatkan stabilitas nasional dan sebagainya.
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Kelayakan Ekonomi
 Pendekatan kelayakan ekonomi digunakan untuk menilai
kegiatan atau program RHL dengan menghitung:

1. Net Present Value (NPV)


2. Internal Rate of Return (IRR)
3. Benefit Cost Ratio (BCR)
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Net Present Value - NPV adalah selisih antara “present value benefit” dan
“present value” dari biaya
t = umur proyek
i = tingkat bunga
Bt = benefit (manfaat proyek) pada tahun t
Ct = cost ratio (biaya) pada tahun t

NPV < 1 dan positif berarti proyek dapat dilaksanakan, karena akan
memberikan manfaat
NPV = 0 berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar
biaya (cost) yang dikeluarkan
NPV < 0 bermakna bahwa proyek tidak akan memberikan manfaat
sehingga tidak layak untuk dlksanakan.
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Internal Rate of Return - IRR, adalah nilai discount rate ( i ) sehingga


NPV program/proyek sama dengan nol.

IRR > social discount rate, program/proyek layak dilaksanakan


IRR < social discount rate, program/proyek tidak layak dilaksanakan
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Benefit Cost Ratio (B/C), adalah perbandingan antara benefit dan


cost yang sudah disesuaikan dengan nilai sekarang (present value).

Apabila nilai B/C > 1, program/proyek layak untuk dilaksanakan


Apabila nilai B/C < 1, program/proyek tidak layak untuk
dilaksanakan
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan secara Vegetatif (RHLv)

Simbol
Soil Conservation Teknis Konservasi Lereng Kedalaman
Tanah Min
Measures Tanah (%) (cm)

V01 Pasture or grassland Penanaman rumput Semua > 15


Multiple cropping including Pertanaman campuran
crop rotation, relay cropping, termasuk pergiliran tanaman,
V02 mixed cropping and tumpang gilir, pertanaman
< 60 >15
intercropping campuran, tumpang sari
Penanaman menurut kontur
Contour cropping strip
V03 cropping alley cropping
Penanaman menurut strip < 40 >15
Pertanaman lorong
Reduced tillage including
Pengolahan tanah minimum
V04 minimum tillage and no-till
tanpa olah tanah
< 60 >15
(zero tillage)

V05 Grass strip/barrier Strip rumput < 60 >15

V06 Cover cropping Penanaman penutup tanah < 60 >15


Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan secara Vegetatif (RHLv)

Simbol
Soil Conservation Teknis Konservasi Lereng Kedalaman
Tanah Min
Measures Tanah (%) (cm)

Organic matter management Manajemen bahan organic


including use of mulch, and termasuk mulsa,
V07 incorporation of compost, pencampuran kompos, pupuk < 60 >15
animal manure, green manure kandang, pupuk hijau dan sisa
and crop residues tanaman

V08 Hedge row, live fence Tanaman pagar, pagar hidup < 60 > 15
Protection forest including Hutan lindung Hutan
V09 recreational forest and Forest Kemasyarakatan Hutan Suaka > 80 > 15
Park and Forest Reserves Alam dan Hutan Wisata
Protection forest including Hutan Produksi termasuk
> 15
V10 Limited production forest and Hutan Produksi terbatas dan < 60
community forest Hutan Rakyat
Permanent vegetation crops Vegetasi permanent termasuk
> 15
V11 including industrial and estate tanaman industri, < 60
crops, orchards perkebunan, kebun
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan secara Vegetatif (RHLv)


Simbol
Soil Conservation Teknis Konservasi Lereng Kedalaman
Tanah Min
Measures Tanah (%) (cm)

Agroforestry termasuk
Agroforestry including mixed
V12 gardens and home gardens
kebun campuran, kebun < 80 > 15
rumah
Regeneration of clear felled > 15
V14 forest
Suksesi alami Semua

Protection of rivers and Perlindungan sungai dan > 15


V15 springs mata air
Semua

V16 Silvopasture Silvopasture < 80 < 80


Planting of trees, shrubs and
V17 grasses primarily for soil Semua Semua > 15
conservation purposes
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan SecaraTeknik Sipil (RHLt)

Simbol
Soil Conservation Teknis Konservasi Lereng Kedalaman
Tanah Min
Measures Tanah (%) (cm)

Ridge terrace including Teras guludan termasuk


T01 graded contour bund pematang kontur
15 - 60 > 30

T02 Credit terrace Teras kredit - 30 > 30


Bench terrce including level Teras bangku termasuk
bench terrace, reserve sloping
teras bangku datar, teras
bench terrace, forward sloping
T03 bench terrace, garden terrace,
bangku belakang, teras 10 - 40 > 30
stone wall terrace, interrupted bangku miring, teras kebun,
bench terrace teras bangku putus

T04 Individual terrace Teras individu 15 - 60 > 30


Hillside ditch or interception Teras gunung atau saluran
T05 ditch pengelak
10 - 60 > 15
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan SecaraTeknik Sipil (RHLt)

Simbol
Soil Conservation Teknis Konservasi Lereng Kedalaman
Tanah Min
Measures Tanah (%) (cm)

Saluran pembuangan air


T06 Waterway
(SPA)
> 15

T07 Trash line Barisan sisa tanaman 8 - 30 > 15


Silt pit witch or without slot > 15
T08 mulch
Rorak, mulsa vertikal

Drop structure usually of


Bangunan terjunan biasanya
stone or bamboo supported
T09 by grasses (as part of water
bangunan terjunan dari batu >8 > 15
atau bambu
disposal in a terrace system)
Sediment control including Kontrol sedimen termasuk
T10 check dams and detention dam pengendali dan dam >0
dams penahan
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Upaya Rehabilitasi Hutan dan Lahan SecaraTeknik Sipil (RHLt)

Simbol
Soil Conservation Teknis Konservasi Lereng Kedalaman
Tanah Min
Measures Tanah (%) (cm)

Gully control including gully


Sumbat jurang termasuk > 10
T11 head structures (flumes and
gully hed structures
chutes), check dams
Flood, control and/or river bank Flood, control and/or river >0
T12 protection bank protection
>0
T13 Road protection Road protection

Control of erosion and run off


from settlement areas including
T14 use of soak pits, absorption
>15
well, drop structures drains
Penyusunan Rekomendasi RLKT

FL = Fungsi Lindung, FP = Fungsi Penyangga, FBT = Fungsi


Budidaya Tahun, FBL = Fungsi Budidaya Semusim
Laboratorium Konservasi Tanah dan Air (KTA)
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Pengembangan Kelembagaan
 Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian RHL
dilaksanakan oleh tenaga yang kompeten.
 Organisasi pemerintahan pelaksanaan RHL sesuai
dengan fungsi dan kewenangannya.
 Adanya organisasi masyarakat / kelompok tani yang
dilengkapi dengan pranata sosial.
 Adanya kelembagaan antar stakeholder yang
representatif.
 Tata hubungan kerja antar unit kerja dan
pelaksanaannya dilakukan sesuai ketentuan.

Anda mungkin juga menyukai