Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA KAYU
KERAPATAN KAYU, BERAT JENIS KAYU, DAN
STABILITAS DIMENSI KAYU

DOSEN PENGAMPU: Ir.Hj Gusti Eva Tavita, M.Si

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4

Eko Juvito G1011221002


Joel Pasaribu G1011221234
Pramely Friski Ardiani G1011221306
Syarif Basri G1011221370
Egi Septyanda G1011221386

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan praktikum "Kerapatan Kayu, Berat Jenis Kayu, dan Stabillitas Dimensi
Kayu".
Kami juga berterimakasih kepada Ibu Ir.Hj Gusti Eva Tavita, M.Si karena materi yang
beliau sampaikan dikelas sangat membantu kami dalam penyusunan laporan ini. Rasa terima
kasih juga kami ucapkan kepada Kak Dwi Andini dan seluruh pihak yang terlibat yang mana
tidak bisa disebutkan satu-satu.

Meskipun begitu, kami selaku penulis memberi dan membuka ruang untuk pemberian
kritik, saran, serta komentar mengenai laporan praktikum ini. Kami percaya dengan adanya
kritik, saran, serta komentar dari para pembaca akan membuat diri kami menjadi jauh lebih
baik dalam menyusun laporan dan pelaksanaan praktikum untuk ke depannya.

Pontianak, 21Oktober 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
BAB 2 METODE PRAKTIKUM
2.1 ALAT
2.2 BAHAN
2.3 LANGKAH KERJA
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
4.2 PEMBAHASAN
BAB 5 KESIMPULAN
5.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kayu merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat diperbarui dan banyak
terdapat di negara kita. Keberadaannya memegang peranan yang sangat penting di Indonesia.
Selain sebagai penghasil devisa, kayu juga sebagai bahan baku untuk berbagai keperluan,
misalnya konstruksi bangunan, kerajinan meuble, dan lain sebagainya.
Kerapatan kayu merupakan salah satu sifat yang menunjukan perbandingan antara
massa benda terhadap volume yang dimilikinya, dengan kata lain kerapatan adalah
banyaknya massa zat per satuan volume.
Berat jenis kayu adalah sifat fisika kayu yang paling penting. Kebanyakan sifat
mekanik kayu sangat berhubungan dengan berat jenis dan kerapatan sering digunakan secara
campur aduk. Berat jenis merupakan perbandingan berat jenis bahan dengan berat jenis air.
Perhitungan berat jenis banyak di sederhanakan dalam sistem metrik karena 1 cm3 air
beratnya tepat 1 g. Jadi berat jenis dapat dihitung secara langsung dengan membagi berat
dalam gram dengan air dan kering tanur.
Stabilitas dimensi kayu adalah sifat yang mengacu pada kemampuan kayu untuk
mempertahankan bentuk, ukuran, dan kestabilan volumetriknya dalam berbagai kondisi
lingkungan. Ini penting dalam penggunaan kayu dalam berbagai aplikasi, seperti konstruksi
dan pembuatan perabotan, karena perubahan dimensi yang signifikan dapat menyebabkan
masalah struktural.
Faktor-faktor yang memengaruhi stabilitas dimensi kayu meliputi kelembaban
lingkungan, suhu, dan orientasi serat kayu. Kayu akan menyerap atau melepaskan air sesuai
dengan kelembaban lingkungan, yang dapat menyebabkan pembengkakan atau penyusutan.
Selain itu, perubahan suhu juga dapat memengaruhi dimensi kayu.

1.2 Tujuan Praktikum


1. Praktikan dapat menghitung dan mengetahui kerapatan kayu di laboratorium dan di
lapangan.
2. Praktikan dapat menghitung dan mengetahui berat jenis kayu.
3. Praktikan dapat mengukur dan mengetahui stabilitas dimensi kayu.
BAB 2
METODE PRAKTIKUM

2.1 Alat
- Gelas ukur 250 ml
- Kaliper
- Pinset
- Oven
- Wadah kertas
- Timbangan
- Jarum penusuk
- Hotplate
- Gelas plastic
- Desikator
- Cutter
- Alumunium voil
- Botol mineral
- Wadah plastic
- Karet gelang
- Pensil
- Tisu
- Kertas label

2.2 Bahan
1. Sampel kayu 2x2x10.
2. Sampel kayu 2x2x2.
3. Ranting/cabang (diameter=2-3cm, panjang=10cm) yang sudah di buang kulit kayunya.
4. Air
5. Parafin

2.3 Prosedur Praktikum

1. Kerapatan Kayu
A. Metode Pengukuran Kerapatan Kayu di Laboratorium
1. Siapkan sampel 2x2x2 cm
2. Sampel dikeringkan hingga mencapai kadar air (KA) kering udara sebesar 14-16%
3. Timbang sampel menggunakan timbangan elektrik untuk mendapatkan berat awal
(BA).
4. Ukur dimensi contoh uji meliputi panjang, tebal, dan lebarnya menggunakan kaliper,
masing-masing dimensi diukur 2 kali, kemudian hitung volume awalnya (VA) dengan
terlebih dahulu merata-ratakan hasil pengukuran dimensi.
5. Kerapatan kayu dihitung dengan rumus:
Kerapatan kayu kering udara = BA / VA (g/cm³)
B. Metode Pengukuran Kerapatan Kayu di Lapangan (Metode Bouyance)
1. Pada salah satu permukaan sampel ranting/cabang (sisi panjangnya), ukur panjang
sampel total.
2. Masukkan sampel ranting/cabang ke dalam wadah yang berisi air secara vertikal,
lepaskan, lalu beri tanda bagian sampel yang terendam.
3. Kerapatan kayu merupakan perbandingan antara panjang bagian sampel yang
tenggelam dengan panjang sampel total.

2. Berat Jenis
1. Panaskan parafin
2. Siapkan sampel 2x2x2
3. Timbang sampel 2x2x2 menggunakan timbangan elektrik untuk mendapatkan Berat
Awal (BA)
4. Celupkan sampel dalam larutan parafin panas, kemudian biarkan hingga parafin
mengering dan timbang kembali untuk mendapatkan Berat Kayu Berlapis Parafin
(BP). Pelapisan dengan parafin dilakukan untuk menutupi pori-pori kayu agar air
tidak masuk ke dalam kayu saat kita mengukur volumenya.
5. Hitung Berat Parafin yang Menempel (P), berikut rumusnya:
Berat Parafin yang Menempel (P) = Berat Kayu Berlapis Parafin (BP) – Berat Awal
(BA).
6. Carilah Volume Parafin (VP), dengan rumus:
Volume Parafin (VP) = BJ parafin / Berat Parafin yang Menempel (P) .Keterangan:
BJ parafin yang digunakan adalah 0,9
7. Mengukur volume sampel dengan Metode Gelas Ukur dan Metode Archimedes
sebagai berikut:
A. Metode Gelas Ukur
1. Siapkan gelas ukur 250 ml, kemudian isi dengan air.
2. Masukkan sampel kayu yang telah dilapisi parafin ke dalam gelas ukur dengan
bantuan jarum penusuk. Kemudian amati kenaikan volume airnya.
3. Volume kayu berlapis parafin Metode Gelas Ukur adalah volume akhir – volume
awal air dalam gelas ukur.
B. Metode Archimedes
1. Siapkan gelas plastik, kemudian isi air.
2. Timbang gelas plastik berisi air dan catat beratnya.
3. Masukkan sampel kayu yang sudah dilapisi parafin ke dalam gelas plastik
tersebut, dan timbang beratnya.
4. Volume kayu berlapis parafin Metode Archimedes adalah selisih antara berat
akhir dan berat awal penimbangan.
5. Volume yang diperoleh pada Metode Gelas Ukur dan Metode Archimedes adalah
volume kayu berlapis parafin. Carilah Volume Kayu Tanpa Parafin, dengan
rumus:
Volume Kayu Tanpa Parafin Metode Gelas Ukur (VU) = Volume Kayu berlapis
Parafin Metode Gelas Ukur – Volume Parafin (VP)
Volume Kayu Tanpa Parafin Metode Archimedes (Var) = Volume Kayu Berlapis
Parafin Metode Archimedes – Volume Parafin (VP)
6. Masukkan sampel ke dalam oven bersuhu 103°C sampai beratnya konstan (1
minggu). Setelah itu masukkan ke dalam desikator selama 10 menit.
7. Sampel kemudian ditimbang menggunakan timbangan elektrik untuk
mendapatkan berat kering tanur (BKT).
8. Hitung BJ kayu dengan rumus :
BJ kayu = Kerapatan kayu/ kerapatan air
= (BKT/Vi)/1g/cm3
= BKT/ Vi
Keterangan :
Dimana I menunjukkan jenis metode yang digunakan (VU dengan metode gelas ukur,
Var dengan metode Archimedes).

3. Stabilitas Dimensi Kayu


1. Rapikan sampel 2x2x10 menggunakan kertas amplas, beri kode dan beri garis yang
menandakan lokasi pengukuran. Garis yang dibuat harus mewakili arah radial dan
tangensial kayu. Dimensi tangensial diwakili oleh garis yang sejajar dengan lingkaran
tumbuh, sedangkan dimensial radial diwakili oleh garis yang tegak lurus terhadap
lingkaran tumbuh. Untuk sampel-sampel yang arahnya belum tepat, temukan garis-
garis yang menandakan lingkaran tumbuhnya, lalu buat dua garis yang saling
bersilangan tegak lurus.
2. Ukur masing-masing dimensi kayu arah radial (R1) dan dimensi tangensial (T1).
3. Masukkan sampel ke dalam masing-masing wadah plastik yang berisi air. Diamkan
selama 1 minggu.
4. Angkat sampel, tiriskan, lalu ukur kembali dimensi sampel sesuai dengan tanda
lokasi. Tanda lokasi tersebut adalah dimensi arah radial (R2) dan arah tangensial (T2).
Nilai pengembangan dapat dihitung dengan rumus berikut:
Pengembangan radial (%) = ((R2 – R1) / R1) X 100
Pengembangan tangensial (%) = ((T2 – T1) / T1) X 100
Keterangan:
R1 = dimensi awaL arah radial sebelum direndam
T1 = dimensi awal arah tangensial sebelum direndam
R2 = dimensi akhir arah radial setelah direndam
T2 = dimensi akhir arah tangensial setelah direndam
5. Masukkan sampel ke dalam oven dengan suhu 103°C sampai beratnya konstan,
kemudian ukur kembali dimensi kayu. Dimensi kayu yang diukur adalah dimensi arah
radial (R3) dan arah tangensial (T3).
6. Hitung penyusutan masing-masing dimensi yang terjadi pada sampel kayu sesuai
dengan tanda lokasi pengukuran yang telah dibuat sebelumnya.
Penyusutan radial (SR) (%) = ((R1 – R3) / R1) X 100
Penyusutan tangensial (ST) (%) = ((T1 – T3) / T1) X 100
Keterangan:
R1 = dimensi awaL arah radial sebelum direndam
T1 = dimensi awal arah tangensial sebelum direndam
R3 = dimensi akhir arah radial setelah dioven
T3 = dimensi akhri arah tangensial setelah dioven
7. Hitung nilai T/R rasio kayu dengan persamaan berikut:
Rasio T/R = ST / SR
Keterangan: ST = Penyusutan Tangensial (%), SR = Penyusutan Radial (%). Rasio
T/R ˂ 1 (simetris saat menyusut), T/R ˃ 1 (tidak simetris saat menyusut).
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

Kerapatan kayu sebagai perbandingan. berat kayu terhadap volume kayu. Kenaikan
kerapatan terjadi pada kondisi di atas kadar air titik jenuh serat, hal ini terjadi karena kayu
telah berhenti mengembang pada saat kadar air titik jenuh serat. Pengukuran kerapatan
dilakukan dengan menimbang berat kayu pada kondisi kering tanur dan mengukur
volumenya (Lisyanto, 2018).
Berat jenis kayu merupakan nilai rasio. perbandingan kerapatan kayu dengan
kerapatan benda standar (air pada suhu 4°C) yang memiliki kerapatan 1000 kg/m³, Berat jenis
umumnya dihitung berdasarkan berat kering tanur pada volume kayu dalam kadar air
tertentu. Untuk mempermudah berat jenis dicari dengan membagi berat kering tanur kayu
dengan berat air yang dipindahkan oleh volume kayu tersebut, (Lisyanto, 2018)
Perbedaan pada berat jenis merujuk kepada tingkat kekuatan suatu jenis kayu, dimana
besaran berat jenis yang besar umumnya menandakan bahwa kayu tersebut kuat sebaliknya
semakin ringan. besaran berat jenisnya maka semakin lemah kekuatan kayu tersebut. Berat
jenis kayu ditentukan oleh ketebalan dinding sel dan kecilnya rongga sel yang membentuk
pori-pori, berat jenis, dapat ditentukan dengan perbandingan berat volume kayu terhadap
volume air yang sama, (Kurniawan, 2016)
Dalam penggunaanya kayu yang telah kering masih bisa berubah dimensi yang
disebabkan oleh perubahan kadar air dikarenakan perubahan suhu dan kelembapan udara.
Dimensi kayu yang stabil selama penggunaan diperlukan untuk mengurangi distorsi pada
komponen mebel misalnya yang menyebabkan pintu lemari menjadi renggang atau sulit
ditutup, sambungan antarkomponen lepas, atau delaminasi pada produk perekatan, (Basri &
Balfas, 2015)
Penyusutan dimensi kayu akibat proses desorbsi di bawah TJS berlangsung secara
tidak sama besarnya pada setiap arah sumbu pohon.. Penyusutan dalam arah sumbu
tangensial lebih besar daripada penyusutan dalam arah radial. Penyusutan yang berlangsung
dalam arah sumbu longitudinal merupakan penyusutan paling kecil. Besarnya nilai
penyusutan yang berbeda-beda. pada setiap sumbu pohon ini memperlihatkan adanya sifat
anisoptropi kayu. Perbedaan nilai penyusutan antara sumbu tangensial dan radial
menyebabkan adanya cacat dan kerusakan pada kayu berupa cacat retak, pecah, bahkan
terbelah. (Suranto, 2015).
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

8.1 Hasil
1. Pengukuran Kerapatan Kayu Kering di Laboratorium
Panjang (cm) Lebar (cm) Tebal (cm) Volume Berat awal Kerapatan
awal
1 2 R 1 2 R 1 2 R (VA) (cm³) (BA) (gr) (gr/cm³)
2,1 2,1 2,1 2 2 2 1,9 1,9 1,9 7,90 3,22 0,403
Tabel 1. Pengukuran Kerapatan Kayu Kering di Laboratorium

2. Pengukuran Kerapatan Kayu (Metode Bouyance)


Panjang bagian sampel Panjang sampel total Kerapatan
yang tenggelam (cm) (cm)
7,6 cm 10,1 0,717
Tabel 2. Pengukuran Kerapatan Kayu (Metode Bouyance)

3. Hasil Pengukuran Volume Awal Sampel Kayu dan Hasil Berat Jenis Kayu. Menurut Metode Gelas Ukur dan Metode Archimedes
BA BP P BJ Paravin VP BKT Metode Gelas Ukur (cm³) Metode Archimedes
Tinggi muka Tinggi Volume Volume BJ Berat Berat Volume Volum BJ
air akhir muka air kayu kayu wadah, wadah kayu e kayu
awal berlapis tanpa sampel & air berlapis tanpa
paravin paravin & air paravin paravin
3,22 4,18 0,96 0,9 0,93 3,63 232 220 12 11.07 0,32 4,18 71,08 66,9 65,97 0,05

Tabel.3 Pengukuran Volume Awal Sampel Kayu dan Hasil Berat Jenis Kayu. Menurut Metode Gelas Ukur dan Metode Archimedes
4. Nilai Rasio T/R
Sebelum direndam Sesudah direndam Sesudah di oven (kondisi kering tanur) Rasio T/R
R1 T1 R2 T2 Pengembangan R (%) Pengembangan T (%) R3 T3 Penyusutan R (%) Penyusutan T (%) ST/SR
1,9 9,8 2,2 10,3 15,79% 5,10% 1,8 10,1 5,2% 3,1% 0,59
Tabel 4. Hasil Nilai Rasio T/R
4.2 Pembahasan
Pada Tabel 1. Pengukuran Kerapatan Kayu Kering di Laboratorium
didapatilah hasil sebagai berikut.
a. Panjang (cm)
Pengukuran pertama : 2,1 cm
Pengukuran kedua : 2,1 cm
Rata-rata : 2,1 cm
b. Lebar (cm)
Pengukuran pertama : 2 cm
Pengukuran kedua : 2 cm
Rata-rata : 2 cm
c. Tebal (cm)
Pengukuran pertama : 1,9 cm
Pengukuran kedua : 1,9 cm
Rata-rata : 1,9 cm
d. Volume Awal (VA) (cm³) : 7,90 cm³
e. Kerapatan (gr/cm³) : 0,403 gr/cm³
Pada Tabel 2. Pengukuran Kerapatan Kayu (Metode Bouyance) telah
didapatilah hasil Panjang bagian sampel yang tenggelam, Panjang sampel
total, dan Kerapatannya sebagai berikut.
a. Panjang bagian sampel yang tenggelam (cm) : 7,6 cm
b. Panjang sampel total (cm) : 10,1 cm
c. Kerapatan : 0,717
Pada Tabel.3 Pengukuran Volume Awal Sampel Kayu dan Hasil Berat
Jenis Kayu. Menurut Metode Gelas Ukur dan Metode Archimedes telah
didapatilah hasil sebagai berikut.
1. Volume Awal Sampel Kayu dan Hasil Berat Jenis Kayu.
a. Berat Awal (BA) : 3,22
b. Berat Parafin (BP) : 4,18
c. Parafin (P) : 0,96
d. BJ Paravin : 0,9
e. Volume Parafin (VP) : 0,93
f. Berat Kering Tanur (BKT) : 3,63
2. Menurut Metode Gelas Ukur
a. Tinggi muka air akhir : 232 cm³
b. Tinggi muka air awal : 220 cm³
c. Volume kayu berlapis parafin : 12 cm³
d. Volume kayu tanpa parafin : 11,07 cm³
e. Berat Jenis (BJ) : 0,32 cm³
3. Menurut Metode Archimedes
a. Berat wadah, sampel & air : 4,18
b. Berat wadah & air : 71,08
c. Volume kayu berlapis parafin : 66,9
d. Volume kayu tanpa parafin : 65,97
e. Berat Jenis (BJ) : 0,05
Pada Tabel 4. Nilai Rasio T/R telah didapatilah hasil Sebelum
direndam, Sesudah direndam, Sesudah di oven (kondisi kering tanur) dan
Rasio T/R sebagai berikut.
1. Sebelum direndam
Radial 1 : 1,9
Tangensial 1 : 9,8
2. Sesudah direndam
Radial 2 : 2,2
Tangensial 2 : 10,3
Pengembangan R (%) : 15,79%
Pengembangan T (%) : 5,10%
3. Sesudah di oven (kondisi kering tanur)
Radial 3 : 1,8
Tangensial 3 : 10,1
Penyusutan R (%) : 5,2 %
Penyusutan T (%) : 3,1 %
4. Rasio T/R
ST/SR : 0,59
BAB V
KESIMPULAN

Kerapatan kayu adalah ukuran sejauh mana serat kayu padat atau rapat dalam suatu bahan
kayu. Semakin tinggi kerapatan kayu, semakin padat dan berat kayu tersebut. Ini
memengaruhi kekuatan dan ketahanan kayu terhadap beban.
Berat jenis kayu adalah perbandingan berat suatu volume kayu dengan volume air. Berat jenis
yang tinggi menunjukkan bahwa kayu lebih berat dibandingkan dengan air. Ini memengaruhi
daya apung dan kekuatan kayu dalam aplikasi tertentu.
Stabilitas dimensi kayu mengacu pada kemampuan kayu untuk mempertahankan dimensi dan
bentuknya seiring perubahan lingkungan seperti perubahan suhu dan kelembaban. Stabilitas
dimensi yang baik adalah penting dalam konstruksi dan penggunaan kayu untuk menghindari
perubahan dimensi yang signifikan.
Kesimpulan ini mencerminkan pentingnya memahami sifat-sifat kayu ini saat memilih dan
menggunakan kayu dalam berbagai aplikasi, seperti konstruksi, perabotan, dan kerajinan
kayu.
DAFTAR PUSTAKA

Listyanto, T. 2018. Teknologi Pengeringan Kayu dan Aplikasinya di Indonesia.Yogyakarta:


Gadjah Mada University Press.

Kurniawan, R. 2016. Pengenalan Sifat-sifat Kayu. Malang: Universitas Merdeka Malang.

Basri, E. & Balfas, J. 2015. Seri Paket IPTEK Teknologi Stabilisasi Dimensi Kayu. Bogor:
BLI KLHK
.
Suranto, Y. 2015. Pengaruh Konsentrasi Larutan dan Durasi Perendaman terhadap
Efektivitas Bahan Konservan Poly Etilen Glikol dalam Pelestarian Cagar Budaya Material
Kayu (Studi Kasus pada Kayu Waru Gunung). Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur.
9(2): 52-62.

Anda mungkin juga menyukai