Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

PERCOBAAN P1
KERAPATAN ZAT
Pelaksanaan Praktikum

Hari : Selasa Tanggal : 19 Februari 2024 Jam Ke : 7-8

Disusun Oleh :

MAGHFIROH WAHYU APRILIA (182231075)

Anggota Kelompok :

1. SYARIF HIDAYATULLAH (182231068)


2. HERDINA IZZA AFKARINA (182231071)

Dosen Pembimbing : Nuril Ukhrowiyah, S.Si., M.Si


Asisten Dosen : Rizky Setiawan

LAPORAN FISIKA DASAR


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2024
A. TUJUAN
Menentukan kerapatan zat padat berbentul balok, silinder dan butiran serta zat cair

B. DASAR TEORI
Definisi kerapatan
Pengidentifikasian suatu zat kimia dapat diketahui berdasarkan sifat-sifat yang
khas dari zat tersebut. Sifat-sifat tersebut dapat dibagi dalam beberapa bagian yang
luas. Salah satunya ialah sifat intensif dan sifat ekstensif. Sifat ekstensif adalah sifat
yang tergantung dari ukuran sampel yang sedang diselidiki. Sedangkan sifat intensif
adalah sifat yang tidak tergantung dari ukuran sampel. Kerapatan atau densitas
merupakan salah satu dari sifat intensif. Dengan kata lain, kerapatan suatu zat tidak
tergantung dari ukuran sampel.
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur dan
tertentu. Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan
sekaligus merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian
dapat digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat. Hubungan antara massa
dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu komponen,
tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik pemadatan (Packing
Characteristic). Dalam sistem matriks kerapatan diukur dengan gram / milliliter
(untuk cairan) atau gram/cm3 (Stoker, 1993).
Salah satu sifat penting dari suatu zat merupakan kerapatan nama lain massa
jenisnya. Istilah kerennya merupakan densitas (density). Kerapatan nama lain massa
jenis merupakan perbandingan massa terhadap volume zat. Secara matematis
ditulis:

p = m/v Kerapatan(R) = massa/volume

(p dibaca “rho”) merupakan huruf yunani yang biasa digunakan untuk menyatakan
kerapatan, m merupakan massa dan v merupakan volume. Satuan Sistem
Internasional untuk massa jenis merupakan kilogram per meter kubik (kg/m3).
Untuk satuan CGS nama lain centimeter, gram dan sekon, satuan Massa jenis
dinyatakan dalam gram per centimeter kubik (gr/cm3).
Kerapatan Zat Padat
Volume zat padat yang tidak beraturan dapat ditentukan secara tidak langsung
dengan piknometer menggunakan zat cair yang telah diketahui berat jenisnya.
Volume zat cair = Berat zat cair dalam piknometer/berat jenis zat cair. Volume zat
padat = (volume piknometer – volume zat cair).
Kerapatan partikel bisa keras dan lembut dalam satu hal dan kasar serta berpori
dalam hal lainnya, seseorang harus menyatakan kerapatan dengan hati-hati. Rumus
penentuann kerapatan partikel berbentuk butiran secara sistematis ditulis sebagai
berikut:

 pasir = (m1- m2)  aquades

( m2 - m1) - (m3 - m4)

Dengan ketentuan
m1 = massa piknometer kosong beserta tutupnya.

m2 = massa piknometer penuh air beserta tutupnya.

m3 = massa piknometer berisi pasir beserta tutupnya.


m4 = massa piknometer berisi pasir dan dipenuhi dengan aquades beserta tutupnya

Kerapatan partikel secara umum didefinisikan sebagai berat per satuan volume.
Air memiliki kerapatan 1 g/cm3 atau 1000 kg/m3 pada suhu standar tersebut.
Sedangkan kayu dengan berat jenis 0,50 mempunyai kerapatan 0,50 gram/cm3 atau
500 kg/m3. Pasir mempunyai kerapatan 1400 kg/m3. Kerapatan spirtus 792
kg/m3.Kerapatan silinder logam 7900kg/m3

Kerapatan Zat Cair


Berat jenis zat cair dapat ditentukan dengan menimbang zat cair dalam
piknometer dan mengukur volume dari piknometer tersebut. Volume zat cair dalam
piknometer = volume piknometer. Secara matematik dapat dituliskan sebangai
berikut:
 m i . 𝑙 i 
10 V
Apabila piknometer yang digunakan belum diketahui volumenya, maka harus
ditentukan terlebih dahulu dengan menggunakan zat cair lain yang telah diketahui
berat jenisnya (dari table). Berat jenis zat cair dapat juga ditentukan secara langsung
dengan mencelupkan hydrometer/aerometer.
Keuntungan dari penentuan Kerapatan zat dengan menggunakan piknometer
adalah mudah dalam pengerjaan dan jumlah sampel yang dibutuhkan relatif lebih
sedikit, sedangkan kerugiannya yaitu berkaitan dengan ketelitian dalam
penimbangan. Jika proses penimbangan tidak teliti maka hasil yang diperoleh tidak
sesuai dengan hasil yang ditetapkan literatur. Disamping itu penentuan berat jenis
dengan menggunakan piknometer memerlukan waktu yang relatif lama.
Penentuan berat jenis dengan menggunakan hidrometer lebih cepat daripada
penentuan berat jenis dengan menggunakan piknometer, karena pembacaan
langsung pada skala yang yang tertera pada alat, tetapi biasanya dapat menunjukkan
hasil yang tidak tepat atau kurang teliti dan membutuhkan jumlah sampel yang
relatif banyak. Penentuan berat jenis zat cair dengan hydrometer berdasarkan
prinsip Archimedes. Setiap benda yang dicelupkan ke dalam suatu zat cair akan
mengalmi gaya angkat ke atas sebesar zat cair yang dipindahkan. Semakin kecil
berat jenis cairan, hydrometer akan tercelup semakin dalam, sehingga skala
menunjukkan angka yang semakin besar dari atas ke bawah.
Berat jenis dapat dinyatakan dengan symbol ρ atau d. Air pada 4 0C memiliki
kerapatan 0.99997 g/ml, dalam sebagian besar perhitungan kimia dinyatakan
memiliki berat jenis 1,00. Zat yang memiliki berat jenis lebih kecil dari 1,00 lebih
ringan daripada air. Zat yang memiliki berat jenis lebih besar dari 1,00 lebih berat
daripada air. Air merupakan zat baku dalam perhitungan berat jenis, 1 mL air
dianggap mempunyai berat 1 g.
Metode Piknometer, pinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan
dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer dilakukan
dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus digunakan piknometer
yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu tetentu (20oC). Ketelitian
metode piknometer akan bertambah sampai suatu optimum tertentu dengan
bertambahnya volume piknometer. Optimun ini terletak sekitar isi ruang 30 ml. Ada
dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet (Martin, 1993).
Metode penentuan untuk cairan menurut Martin, 1993 antara lain :
1. Metode Piknometer
Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang,
yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang
dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga
mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer.

2. Metode Neraca Hidrostatik (Neraca Mohr-Westphal)


Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan ke
dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume cairan yang terdesak.
Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah penggunan
waktu yang singkat dan mudah dilaksanakan.

C. ALAT DAN BAHAN


1. Jangka sorong
2. Mikrometer sekrup
3. Neraca torsi
4. Piknometer
5. Neraca mohr
6. Balok kayu
7. Silinder logam
8. Pasir
9. Spritus
10. Aquades

D. PROSEDUR PERCOBAAN

A. Menentukan kerapatan balok kayu dan silinder logam.


1. Mengamati jangka sorong, mikrometer sekrup, dan neraca torsi. Memperhatikan
ketelitian masing-masing.
2. Mengukur panjang, lebar, dan tinggi balok kayu menggunakan jangka sorong
dengan menjepit bagian panjang, lebar, dan tingginya pada jangka sorong.
3. Membaca posisi skala nol sp pada sd nya, dan memeriksa sp yang paling tepat
berimpit dengan salah satu sd nya. Misal skala nol sp berada sedikit di belakang
(sebelah kanan) sd yang ke-21, dan sp yang ke-2 tepat berimpit dengan salah satu
sd. Jadi panjang balok kayu : p = 21 mm + (2 x 0,1) mm = 21,2 mm (untuk jangka
sorong dengan ketelitian 0,1 mm), atau p = 21 mm + (2 x 0,05) mm = 21,1 mm
(untuk jangka sorong dengan ketelitian 0,05 mm). Jadi hasil pengukuran panjang
balok adalah p = (21,2  0,05) mm atau p = (21,1  0,025) mm.
4. Mengulangi untuk lebar (l) balok kayu.
5. Mengukur tebal (t) balok kayu menggunakan mikrometer sekrup dengan menjepit
bagian tebalnya.
6. Membaca posisi skala nol sp pada sd nya, misal 5,5 mm lebih, dan periksalah sp
yang paling tepat berimpit dengan garis horisontal pada sd, misal sp ke-12 tepat
berimpit dengan garis horisontal sd. Jadi tebal balok kayu t = 5,5 mm + (12 x 0,01)
mm = 5,62 mm. Sehingga hasil pengukuran tebal balok kayu adalah t = (5,62 
0,005) mm.
7. Meletakkan balok kayu pada piringan sebelah kiri neraca torsi. Menggeser beban-
beban penggantung sebagai pengganti anak neraca sedemikian hingga neraca
seimbang seperti semula. Membaca angka-angka yang ditunjukkan oleh beban-
beban penggantung, misal 10 g dan 3,4 g. Jadi massa balok kayu m = 10 g + 3,4 g =
13,4 g. Sehingga hasil pengukuran massa balok kayu m = (13,4  0,05) g.
8. Mengukur panjang (p) logam silinder dengan jangka sorong, diameter (d) dengan
mikrometer sekrup, dan massanya dengan neraca torsi.

B. Menentukan kerapatan pasir


1. Menimbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya.
2. Mengisi piknometer dengan pasir halus kira-kira mengisi 1/3 bagian volumenya.
3. Menimbang piknometer berisi pasir beserta tutupnya. Mengisikan air perlahan-lahan
ke dalam piknometer berisi pasir, dikocokdan isi sampai penuh sehingga tidak ada
gelembung udara di dalamnya.
4. Menimbang piknometer berisi pasir dan air tersebut beserta tutupnya.
5. Membersihkan piknometer dan diisi penuh dengan air hingga tidak ada gelembung di
dalamnya.
6. Menimbang piknometer berisi penuh air dan tutupnya.
7. Membersihkan dan mengeringkan piknometer.
J. LAMPIRAN

Gambar 1. Neraca ohaus Gambar 2. Alat dan Bahan Gambar 3. Neraca Mohr
4 lengan

Gambar 4. Penimbangan Gambar 5. Pengukuran Panjang


Massa Piknometer Sisi Kubus

Gambar 6. Data Hasil Pengamatan

Anda mungkin juga menyukai