MODUL I
PENENTUAN KERAPATAN DAN BERAT JENIS
Disusun oleh :
Nama
NIM
K100120016
Kelompok
E2
Korektor
MODUL I
bobot satu liter pada suhu 200 adalah 997,18 g jika ditibang di udara. Untuk harga bobot
per mL yang dinyatakan dalam farmakope, penyimpangan kerapatan udara boleh
diabaikan.
( Anonim, 1979)
Tiga tipe kerapatan :
1. Kerapatan sesungguhnya dari bahannya sendiri tidak termasuk void void dan pori
pori interpartikel yang lebih besar dari dimensi molekuler atau dimensi atomic di dalam
kisi kisi Kristal
2. Kerapatan granul seperti yang ditentukan dengan jalan pemindahan merkuri yang tidak
merembespada tekanan tekanan biasa di dalam pori pori yang lebih kecil dari 10
mikron
3. Kerapatan bulk serbuk seperti yang ditentukan dari volume bulk dan bobot dari suatu
serbuk kering di dalam gelas ukur silendris.
( Mochtar, 1990 )
C. ALAT dan BAHAN
ALAT
1. Piknometer
2. Timbangan
3. Baskom
4. Termometer
BAHAN
1. Aquades
2. Es batu
3. Tissue
4. Etanol
5. Kloroform
6. Parafin solid
7. Aseton
8. Peluru
D. CARA KERJA
E. HASIL PERCOBAAN
Suhu percobaan = 28 oC
air
= 0,99623 g / mL
Vpiknometer
= 49,28 mL
1
2
Air
Etanol
44,90
44,90
Bobot
Pikno +
zat
(gram)
94,00
88,40
Aseton
44,90
83,65
38,75
0,78632
44,90
117,49
72,59
1,47301
Klorofor
m
Peluru
44,90
94,62
0,63
63
Paraffin
44,90
94,58
0,13
0,76470
No
.
Zat
Bobot
PiknoKosong
(gram)
Bobot zat
(gram)
(g ml-1)
BJ
49,10
43,50
0,99623
0,88271
1
0,88
6
0,78
9
1,47
8
63,2
3
0,76
7
F. PERHITUNGAN
a. Air
Bobot pikno kosong
: 44,90 g
: 94,00 g
Bobot zat
: 49,10 g
air
BJair
b. Etanol
Bobot pikno kosong
: 44,90 g
: 88,40 g
Bobot zat
: 43,50 g
etanol
= Bobot etanolVpikno
= 43,50 g49,28 mL = 0,88271 g/mL
BJetanol
c. Aseton
Bobot pikno kosong
: 44,90 g
: 83,65 g
Bobot zat
: 38,75 g
aseton
= Bobot asetonVpikno
= 38,75 g49,28 mL = 0,78632 g/mL
BJaseton
d. Kloroform
Bobot pikno kosong
: 44,90 g
: 117,49 g
Bobot zat
: 72,59 g
kloroform
= Bobot kloroformVpikno
= 72,59 g49,28 mL = 1,47103 g/mL
BJkloroform
= 0,789
e. Peluru
Bobot pikno + zat + air
: 94,62 g
Bobot zat
: 0,63 g
Bobot air
peluru
BJpeluru
f. Paraffin
Bobot pikno + peluru + zat + air
: 94,58 g
: 0,76 g
Bobot zat
Bobot air
Bobot air yang ditumpahkan oleh peluru + zat : 49,10 48,92 = 0,18 g
Bobot air yang ditumpahkan oleh peluru (dta e) : 0,01 g
Bobot air yang ditumpahkan oleh zat
mL
paraffin
BJparaffin
Kurva keraptan vs BJ
BJ
Kerapatan ( g/mL )
G. PEMBAHASAN
Tujuan praktikum ini adalah mampu menentukan kerapatan dan bobot jenis
berbagai zat, sehingga praktikan dapat menjelaskan metode yang digunakan dan
mengukur kerapatan zat cair dan zat padat dengan alat piknometer. Dan juga dapat
menghitung kerapatan dan bobot jenis zat berdasarkan hasil pengukuran sehingga dapat
menganalisa hasil pengukuran.
Berat jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat dibanding dengan
volume zat pada suhu tertentu (biasanya pada suhu 25C), sedangkan rapat jenis (specific
gravity) adalah perbandingan antara bobot zat pada suhu tertentu (dalam bidang farmasi
biasanya digunakan 25/25).
Berat jenis didefenisikan sebagai perbandingan kerapatan suatu zat terhadap
kerapatan air. Harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika dengan
tidak cara lain yang khusus. Oleh karena itu, dilihat dari defenisinya, istilah berat jenis
sangat lemah. Akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif. Berat jenis
adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat dengan massa jenis air murni.
Air murni bermassa jenis 1 g/cm atau 1000 kg/m. Berat jenis merupakan bilangan murni
tanpa dimensi (Berat jenis tidak memiliki satuan), dapat diubah menjadi kerapatan
dengan menggunakan rumus yang cocok.
( Martin, 1990 )
Adapun hal hal yang dapat mempengaruhi BJ suatu zat adalah sbb :
1. Temperature
Temperature tinggi maka senyawa dapat menguap dan dapat ditetapkan BJnya
akan tetapi jika suhu rendah maka senyawa akan membeku dan susah ditentukan
BJnya.
2. Massa
itu penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer memerlukan waktu yang
lama.
Secara teoritis, BJ air adalah 1 sedangkan aseton, etanol dan paraffin memiliki BJ
yang lebih rendah dari air, yakni kurang dari 1. Zat yang memiliki BJ lebih besar dari air
adalah peluru sebagai perwakilan dari zat padat dan kloroform. Data BJ teorotis dapat
dilihat pada tabel berikut yang dilihat dari buku Farmakope Indonesia Edisi IV.
Tabel BJ zat teoritis dan praktikum
Dari tabel data BJ diatas dapat diketahui bahwa BJ praktikum sesuai dengan BJ
teoritis, yakni aseton, etanol dan paraffin memiliki BJ yang lebih rendah dari air, yakni
kurang dari 1 dan peluru sebagai perwakilan dari zat padat dan kloroform memiliki BJ
yang lebih besar dari air.
Peluru atau manik manik memiliki kerapatan yang lebih besar dari pada air, hal
ini disebabkan karena peluru memiliki kerapatan/struktur yang sangat kompak.
Sedangkan paraffin ada juga yang berupa padatn tetapi strukturnya kurang kompak
sehingga kerapatan paraffin < dari keraptan air.
H. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapat BJ teoritis sama dengan BJ praktikum, yakni aseton,
etanol dan paraffin memiliki BJ yang lebih rendah dari air (kurang dari 1) dan peluru
sebagai perwakilan dari zat padat serta kloroform memiliki BJ yang lebih besar dari air.
Kerapatan berbanding lurus dengan bobot jenis. Semakin besar kerapatannya, semakain
besar pula berat jenisnya.
I. DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta
Martin, Alfred, 1990, Dasar-dasar Farmasi Fisik Dalam Ilmu Farmasetik, Penerbit
Universitas Indonesia, Jakarta
Moechtar, 1990, Farmasi Fisika Bagian Struktur Atom Dan Molekul Zat Padat Dan
Mikromeritika, UGM Press, Yogyakarta
Sinko, Peter, 2012, Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika Martin Edisi 5, Penerbit Buku
Kedokteran, Jakarta
J. LAMPIRAN
Hasil percobaan
Fotocopy daftar pustaka