Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN

PRAKTIKUM FISIKA UNIVERSITAS


Percobaan : P1
KERAPATAN ZAT
Pelaksanaan Praktikum
Hari : Jumat Tanggal : 15 November 2017 Jam : 9-10

Oleh :

NIM : 051711133
Anggota Kelompok :
1. Andre Alwi Azhari (051711133215)
2. Friesca Surya Nurhaidah (051711133219)
3. Annisa Febriani Putri (051711133223)
4. Wiwin Dwi Rahmadani Tukloy (051711133227)
5. (051711133)
6. Larasati Ajeng Lestari (051711133235)
7. Neesha Nabilah binti Mokhtar (051711133239)
Dosen Pembimbing : Yhosep Gita Yhun Y., S.Si., M.T.
Asisten Pembimbing : Mirna Putri Anggraeni

LABORATORIUM FISIKA DASAR


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2017
A. Tujuan Percobaan
Menentukan kerapatan zat padat berbentuk balok, silinder dan butiren serta
zat cair.

B. Dasar Teori

Massa jenis atau kerapatan ( ρ ) zat merupakan besaran karakteristik yang


dimiliki suatu zat. Kerapatan suatu zat merupakan perbandingan massa dan
volume zat itu, sehingga nilai kerapatan dapat diukur melalui pengukuran massa
dan volume zat. Kerapatan suatu zat dinyatakan oleh persamaan :

m
ρ=
V

dengan ketentuan :

ρ = massa jenis zat ( kg/m3 )

m = massa zat ( kg )

V = volume zat (m3 )

Nilai kerapatan zat tidak bergantung pada massa zat maupun volumenya.
Perubahan suhu pengaruhnya sangat kecil terhadap kerapatan zat.

Kerapatan Benda Padat

Kerapatan benda padat berbentuk balok dapat ditentukan dengan mengukur


massa ( m ), panjang ( P ), lebar ( l ) dan tinggi ( t ). Besarnya kerapatan berbentuk
balok diberikan oleh persamaan :

m
ρ=
p ×l ×t

Untuk benda padat berbentuk silinder, kerapatanya ditentukan oleh persamaan :


4m
ρ=
π d2t

Dengan d dan t masing-masing adalah diameter dan tinggi silinder.

Kerapatan benda berbentuk butiran

Benda berbentuk butiran seperti tepung, pasir, kapur, semen dan sejenisnya
nilai kerapatannya kurang akurat jika cara menentukan kerapatanya dengan
menimbang massa dan mengukur volume yang dibentuk oleh benda berbutir.
Pengukuran dengan cara tersebut tidak akurat karena dalam volume yang dibentuk
oleh benda berbutir terdapat ruang kosong berupa celah-celah yang terbentuk
diantara butiranbenda, sehingga hasil pengukuran volume benda berbutir tidak
akurat. Untuk menghasilakan pengukuran kerapatan yang akurat, digunakan alat
yang dinamakan piknometer. Nilai pengukuran kerapatan benda berbutir
menggunakan piknometer ditentukan melalui persamaan :

dengan ketentuan :

m1 : massa piknometer kosong beserta tutupnya

m2 : massa piknometer penuh air beserta tutupnya

m3 : massa piknometer berisi pasir (1/3 bagian piknometer) beserta tutupnya

m4 : massa piknometer berisi pasir dan dipenuhi air beserta tutupnya.

Kerapatan benda cair

Kerapatan zat cair ( air,alcohol,spiritus dan lainnya ) dapat ditentukan


dengan mengukur massa dan volume zat cair menggunakan gelas ukur. Metode
lain adalah menggunakan piknometer dengan kerapatan zat cair. Selain dua
metode tersebut, kerapatan zat cair juga dapat ditentukan menggunakan neraca
Mohr. Prinsip dasar pengukuran kerapatan zat cair menggunakan neraca Mohr
adalah penerapan hokum Archimedes ( gaya tekan keatas oleh zat cair ) serta
kesetimbangan gerak rotasi ( jumlah total momen gaya sama dengan nol ).

Keadaan awal ketika zat cair dan beban belum ada, system dalam keadaan
setimbang karena torsi akibat benda celup yang terletak pada lengan sepanjang L
disetimbangkan oleh penyeimbang. Pada saat benda celup tercelup dalam zat cair,
benda celup mengalami gaya tekan keatas sebesar F = ρ V g. agar system kembali
dalam keadaan setimbang, diletakan beban dengan berat W pada lengan neraca
sepanjang l. jika panjang L = 10 cm, maka dalam keaddan setimbang dapat
ditulis :

∑ τ=0
∑ (w ∙¿l)−F ∙ 10=0¿
∑ (m∙ g ∙¿l)− ρ∙ V ∙ g ∙ 10=0 ¿
∑ ( m∙l ) =10. ρ ∙ V
Dengan demikian nilai kerapatan zat cair dapat ditentukan menggunakan
persamaan :

ρ=
∑ (mi ∙ li)
10 V

Dengan m adalah massa beban dan l bersatuan cm serta indeka i menyatakan


jumlah beban.

C. Alat dan Bahan

 Jangka sorong
 Mikrometer sekrup
 Neraca Torsi
 Piknometer
 Neraca Mohr
 Balok kayu
 Silinder logam
 Pasir
 Spiritus
 Aquades.

D. Prosedur Percobaan
I. Menentukan kerapatan balok kayu dan silinder logam
1. Mengamati jangka sorong, micrometer sekrup, dan neraca torsi.
Memperhatikan ketelitian masing-masing.
2. Mengukur panjang, lebar, tinggi balok kayu menggunakan micrometer
sekrup.
3. Mengukur massa balok kayu dengan cara meletakkan balok kayu pada
piringan sebelah kiri neraca torsi. Menggeser beban-beban penggantung
sebagai pengganti anak neraca sedemikian hingga neraca setimbang seperti
semula. Membaca angka-angka yang ditunjukkan oleh beban-beban
penggantung, missal 10 g dan 3,4 g. Jadi massa balok kayu m = 10 g + 3,4
g = 13,4 g.
Sehingga hasil pengukuran massa balok kayu m = (13,4 ± 0,05) g.
4. Mengukur panjang (p) dan diameter (d) silinder logam menggunakan
jangka sorong.
5. Mengukur massa silinder logam seperti langkah (3).

II. Menentukan kerapatan pasir


1. Menimbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya.

2. Mengisi piknometer dengan pasir halus kira-kira 1/3 bagian volume


piknometer.
3. Mengukur massa piknometer yang berisi pasir beserta tutupnya
menggunakan neraca torsi.
4. Menuangkan air perlahan-lahan ke dalam piknometer berisi pasir, kocok-
kocok, dan mengisi sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara di
dalamnya dan memasang penutup piknometer.
5. Mengukur massa piknometer berisi pasir dan air tersebut beserta tutupnya
menggunakan torsi.
6. Membersihkan piknometer dan isi penuh dengan air hingga tidak ada
gelembung di dalamnya kemudian memasang penutup piknometer.
7. Mengukur massa piknometer berisi penuh air dan tutupnya menggunakan
neraca torsi.
8. Membersihkan dan mengeringkan piknometer.

III. Menentukan kerapatan zat cair


1. Mengatur neraca Mohr setegak mungkin (vertical) dengan mengatur
sekrup A.
2. Menggantung benda celup pada ujung lengan neraca Mohr.
3. Mengatur neraca agar setimbang dengan memutar sekrup C, sehingga
jarum D berimpit dengan E pada skala.
4. Menuang spiritus kedalam gelas ukur yang tersedia dan mencatat
volumenya.
5. Mencelupkan seluruh bagian benda celup kedalam spitritus kedalam gelas
ukur. Pada keadaan ini neraca dalam keadaan tidak setimbang (jarum D
tidak berhimpit dengan E) dan mencatat perubahan volume spiritus dalam
gelas ukur. Perubahan volume spiritus tersebut menunjukkan nilai volume
benda celup.
6. Meletakkan benda penunggang pada lengan bergerigi dari neraca agar
neraca dalam keadaan setimbang kembali. Jika satu beban penunggang
belum dapat mensetimbangkan neraca, menambahkan beban penunggang
dan meletakkan pada posisi yang lain sampai neraca dalam keadaan
setimbang kemudian mencatat masing-masing massa beban penunggang
dan posisinya dari pusat (O).

Anda mungkin juga menyukai