Anda di halaman 1dari 6

A.

TUJUAN
Menentukan zat padat berbentuk balok, kubus, silinder dan butiran serta zat cair.

B. DASAR TEORI
Massa jenis atau kerapatan (𝝆) zat merupakan besaran karakteristik yang dimiliki suatu
zat. Kerapatan suatu zat merupakan perbandingan massa dan volume zat itu, sehingga nilai
kerapatan dapat diukur melalui pengukuran massa dan volume zat. Kerapatan suatu zat
dinyatakan oleh persamaan :
(1)
𝒎
𝝆=
𝑽
Dengan ketentuan :
𝜌 : massa jenis zat (kg/m³)
m : massa zat (kg)
V : volume zat (m³)
Nilai kerapatan zat tidak bergantung pada massa zat maupun volumenya. Perubahan suhu
pengaruhnya sangat kecil terhadap kerapatan zat.

1. Kerapatan Benda Padat


Kerapatan benda padat berbentuk balok dapat ditentukan dengan mengukur massa (m),
panjang (p), lebar (l) dan tinggi (t) benda tersebut. Besarnya kerapatan berbentuk balok
diberikan oleh persamaan (2). (2)
𝒎
ρ=
𝒑𝒙𝒍𝒙𝒕
Untuk benda padat berbentuk silinder, kerapatannya ditentukan oleh Persamaan (3)
𝟒𝒎
Ρ=
𝛑𝒅𝟐 𝐭
Dengan d dan t masing-masing adalah diameter dan tinggi silinder.
2. Kerapatan Benda Berbentuk Butiran
Benda berbentuk butiran seperti tepung, pasir, kapur, semen dan sejenisnya nilai
kerapatanya kurang akurat jika cara menentukan kerapatanya dengan meninbang massa dan
mengukur volume yang dibentuk oleh benda berbutir. Pengukuran dengan cara tersebut tidak
akurat karena dalam volume yang di bentuk oleh benda berbutir terdapat ruang kosong berupa
celah-celah yang terbentuk diantara butiran benda, sehingga hasil pengukuran volume benda
berbutir tidak akurat. Untuk menghasilkan pengukuran kerapatan yang akurat, digunkan alat
yang dinamakan piknometer (bentuk dan prinsip kerja piknometer dapat dilihat pada BAB II).
Nilai pengukuran kerapatan benda berbutir menggunakan piknometer di tentukan melalui
persamaan (4)
(𝒎𝟑 − 𝒎𝟏 )
𝝆𝒑𝒂𝒔𝒊𝒓 = × 𝝆𝒂𝒒𝒖𝒂𝒅𝒆𝒔
(𝒎𝟐 − 𝒎𝟏 ) − (𝒎𝟒 − 𝒎𝟑 )
Dengan ketentuan: (4)
𝑚1 : massa piknometer kosong beserta tutupnya.
𝑚2 : massa piknometer air beserta tutupnya.
𝑚3 : massa piknometer berisi (1/3 bagian piknometer) beserta tutupnya.
𝑚4 : massa piknometer berisi pasir dan dipenuhi dengan aquades beserta tutupnya.

3. Kerapatan Benda Cair


Kerapatan zat cair (air, alkohol, spiritus dan lainya) dapat ditentukan dengan mengukur
massa dan volume zat cair menggunakan gelas ukur. Metode lain adalah dengan menggunakan
piknometer dengan kerapatan zat cair di tentukan melalui persamaan (4). Selain dua metode
tersebut, kerapatan zat cair juga dapat ditentukan menggunakan neraca Mohr. Prinsip dasar
pengukuran kerapatan zat cair menggunakan neraca Mohr adalah penerapan hukum
archimedes (gaya tekan ke atas oleh zat cair) serta kesetimbangan gerak rotasi (jumlah total
momen gaya sama dengan nol). Skema kerja pengukuran kerapatan zat cair menggunakan
neraca Mohr diperlihatkan oleh Gambar 2.
Pada gambar 2, keadaan awal ketika zat cair dan beban belum ada, sistem dalam keadaan
setimbang karena torsi (t) akibat benda celup yang terletak pada lengan sepanjang L
disetimbangkana oleh penyeimbang. Pada saat benda celup tercelup dalam zat cair, benda
celup mengalami gaya tekan keatas sebesar F= pVg (p,V dan masing-masing adalah kerapatan
zat cair, perubahan volume zat cair setelah benda celup tercelup dalam zat cair dan percepatan
gravitasi bumi). Agar sistem kembali dalam keadaan setimbang, diletakkan beban dengan berat
W pada lengan neraca sepanjang l. Jika panjang L = 10 cm, maka dalam keadaan setimbang
dapat ditulis :
∑ =0
∑(w.l) – F . 10 = 0
∑(m . g . l ) – ρ . V . g . 10 = 0
∑(m . l ) = ρ . V . 10
Dengan demikian nilai kerapatan zat cair dapat ditentukan menggunakan Persamaan (4)
berikut.
∑(𝐦𝐢.𝐥𝐢)
ρ=
𝟏𝟎𝒗
Dengan m adalah massa beban dan l bersatuan cm serta indeks i menyatakan jumlah beban,

C. ALAT DAN BAHAN


 Alat
1. Jangka sorong
2. Mikrometer sekrup
3. Neraca torsi
4. Piknometer
5. Neraca mohr

 Bahan :
1. Kubus logam
2. Silinder logam
3. Pasir
4. Spiritus
5. Aquades

D. PROSEDUR KERJA
I. Menentukan kerapatan kubus logam dan silinder logam.
1. Amati jangka sorong, mikrometer sekrup, dan neraca torsi. Perhatikan ketelitian masing-
masing.
2. Ukur panjang, lebar, dan tinggi kubus logam menggunakan mikrometer sekrup. Cara
menggunakan mikrometer sekrup dapat dilihat pada BAB II
3. Ukurlah massa kubus logam dengan cara meletakkan kubus logam pada piringan sebelah
kiri neraca torsi. Geserlah beban-beban penggantung sebagai pengganti anak neraca
sedemikian hingga neraca setimbang seperti semula. Baca angka-angka yang ditunjukkan
oleh beban-beban pnggantung, misal 10 g dan 3,4 g. Jadi massa kubus logam m = 10 g +
3,4 g = 13,4 g.
Sehingga hasil pengukuran massa kubus logam m = (13,4 + 0,05) g.
4. Ukur panjang (p) dan diamete (d) silinder logam menggunakan jangka sorong. Cara
mengukur menggunakan jangka sorong dapat dilihat pada BAB II.
5. Ukurlah massa silinder logam seperti langkah (3).
II. Menentukan kerapatan pasir
1. Timbang piknometer yang bersih dan kering bersama tutupnya.

2. Isi piknometer dengan pasir halus kira-kira sampai 1/3 bagian volume piknometer.
3. Ukurlah massa piknometer yang berisi pasir beserta tutupnya menggunakan neraca torsi.
4. Tuangkan air perlahan-lahan ke dalam piknometer berisi pasir, kocok-kocok, dan isi
sampai penuh sehingga tidak ada gelembung udara di dalamnya dan pasangkan penutup
piknometer.
5. Ukurlah massa piknometer berisi pasir dan air tersebut beserta tutupnya menggunakan
neraca torsi.
6. Bersihkan piknometer dan isi penuh dengan air hingga tidak ada gelembung di dalamnya
kemudian pasangkan penutup piknometer.
7. Ukurlah massa piknometer berisi penuh air dan tutupnya menggunakan neraca torsi.
8. Bersihkan dan keringksn piknometer.

III. Menentukan kerapatan zat cair


1. Atur neraca Mohr setegak mungkin (vertikal) dengan mengatur sekrup A.
2. Gantungkan benda celup pada ujung lengan neraca Mohr seperti pada gambar 4.
3. Atur neraca agar setimbang dengan memutar sekrup C, sehingga jarum D berimpit dengan
E pada skala.
4. Tuangkan spiritus ke dalam gelas ukur yang tersedia daan catat volumenya.
5. Celupkan seluruh bagian benda celup ke dalam spiritus dalam gelas ukur. Pada keadaan ini
neraca dalam keadaan tidak seimbang (jarum D tidak berimpit dengan E) dan catatlah
perubaahan volume spiritus dalam gelas ukur. Perubahan volume spiritus tersebut
menunjukkan nilai volume benda celup.
6. Letakkan beban penunggang pada lengan bergerigi dari neraca agar neraca dalam keadaan
setimbang kembali. Jika satu beban penunggang belum dapat menyeimbangkan neraca,
tambahkan beban penunggang dan letakkan pada posisi yang lain sampai neraca dalam
keadaan setimbang kemudian catatlah masing-masing massa beban penunggang dan
posisinya dari pusat (O).

Anda mungkin juga menyukai