Anda di halaman 1dari 14

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Arti Penting Sifat Fisik Hasil Pertanian


Dalam penanganan hasil pertanian diperlukan pengetahuan tentang sifat fisik
hasil pertanian karena :
perancangan alat dan bangunan
penanganan hasil pertanian dan penyimpanan
Evaluasi effisiensi mesin/ proses
standardisasi mutu

1.2 Klasifikasi Sifat Fisik Hasil Pertanian


Klasifikasi ini bertujuan untuk mempermudah dalam pengolahan bahan hasil
pertanian. Dengan pengolahan yang benar akan menjaga bahan hasil pertanian
agar tidak mudah rusak baik saat proses maupun saat penyimpanan.
a.Karakteristik Fisik
Karakteristik fisik hasil pertanian meliputi:
Bentuk dan ukuran menentukan distribusi bahan pada pembebanan, dan akan
berperan dalam pengembangan mesin sortasi dan grading.
Kerapatan dan berat jenis dalam penghitungan difusitas termal dalam transfer
panas.
Kenampakan dan warna berperan dalam sortasi.
b. Sifat Mekanik
Sifat mekanik meliputi :
Kekuatan tekan dan ketahanan geser perlu diperhatikan dalam pengecilan
ukuran.
Kekerasan penting dalam pengecilan ukuran dan karakterisasi penggilingan.
Sifat rheologi (perubahan bentuk dan aliran bahan), misalnya viskositas dan
konsistensi penting dalam perancangan alat dan penanganan bahan.
c. Sifat Termik
Sifat termik meliputi :
Panas spesifik, difusitas termal, konduktivitas termal berperan dalam
pendinginan, pembekuan.
Pemanasan dan pengeringan, dan penting dalam perancangan alat dan prediksi
proses.
Jumlah panas dinotasikan sebagai Q :

Keterangan :
= banyaknya kalor (jumlah panas) dalam joule
= massa benda dalam kg
= kalor jenis dalam joule/kg C
= besarnya perubahan suhu dalam C.
d. Sifat Listrik
Sifat listrik meliputi :
Konduktan dan kapasitans diperlukan dalam alat untuk penentuan kadar air
biji-bijian.
Kapasitans dan resistensi diperlukan dalam penentuan kerusakan jaringan.
Pemanasan dielektrik berperan dalam inaktivasi enzim dan pengeringan.

e. Sifat Optik
Transmittan dan reflektan sinar berperan dalam sortasi dan grading,
penentuan kematangan, warna dan karakteristik sayur dan buah.

1.3 Struktur Bahan Hasil Pertanian


a.Jaringan Proteksi
Jaringan proteksi : melindungi dari kerusakan mekanis, serangan insekta dan
mikrobia, mengendalikan transpirasi dan aerasi.
b.Jaringan Konduksi
Jaringan konduksi (floem dan xylem) : membentuk bahan berserat dan
berperanan dalam keuletan bahan.

c.Jaringan Dasar
Jaringan dasar (parenkim, kolenkim, dan sklerenkim)
Parenkim : tempat menyimpan air dan cadangan makanan
Sklerenkim dan kolenkim : memberi kekuatan dan merupakan penyangga.
d.Dinding Sel
Dinding sel tersusun atas matriks amorphous (menyerap air sehingga dapat
mengembang).
e.Isi Sel (Protoplasma)
Sitoplasma sifat : rheologi, pengembangan dan pengkerutan, dan kekuatan
peregangan.
Vakuola : mempertahankan tekanan turgor dinding sel dan keadaan statis.

BAB 2. BENTUK DAN UKURAN

2.1 Arti Penting Bentuk dan Ukuran


Pada keadaan dimana bentuk dan ukuran berpengaruh pada proses, suatu
hubungan dapat digambarkan dengan persamaan berdimensi dua :
I = f (b,u)
ket : I = indeks yang dipengaruhi oleh bentuk (b) dan ukuran (u).
Namun pada kenyataanya bahan hasil pertanian tidak berdimensi dua namun
berdimensi tiga (memiliki volume) sehingga faktor lain seperti orientasi (o), indeks
packing (p) dan keteguhan (k) juga berpengaruh juga danfungsinya menjadi :
I = f (b,u,o,p,k)

2.2 Analisis Ukuran


2.2.1 Dengan Metode Analisis Gambar
Dilakukan dengan menggambar bentuk bahan hasil pertanian yang terlihat
pada sumbu x-y yang saling tegak lurus, namun gambar yang terlihat hanya akan
nampak 2 dimensi saja. Agar nampak 3 dimensi dipakai sumbu z yang saling tegak
lurus dengan sumbu x dan sumbu y pula. Untuk mengukur gambar harus diputar
90o.
2.2.2 Dengan Metode Diameter

Pada contoh tersebut dilakukan penggambaran untuk mendekati bentuk bahan


yang tidak menentu tersebut yakni dengan gambar lingkaran, lalu ditarik diameter
dari ujung satu ke ujung lainnya. Setelah itu baru bisa dihitung ukuran bahan.
Untuk bagian lingkaran yang masih tidak tertutup bahan diabaikan karena dianggap
sangat kecil nilainya.
2.2.2 Dengan Metode Diameter Geometris
Metode ini paling banyak digunakan. Dilakukan dengan memakai diameter
lingkaran geometri.
dll.

2.3 Roundness (Tingkat Kebulatan)


Roundness adalah suatu ukuran keruncingan sudut suatu bahan padat. Pada
roundness ukuran bahan diasumsikan mendekati bulat. Ada beberapa cara untuk
menggambarkan roundness dan yang paling sering digunakan adalah :

(a) Roundness = Ap/Ac (b) Roundness = sigma r/NR


Ap = luas proyeksi terbesar objek pada posisi diam
Ac = luas lingkaran luar terbesar
sigma r = jari-jari tiap lekukan dalam sebagaimana pada gambar
R = jari-jari lingkaran dalam terbesar
N = jumlah lekukan
(c) Roundness ration = r/R
keterangan :
r = jari jari lekukan paling runcing

2.4 Sphericity
Sphericity : rasio luas permukaan sebuah bola yang memiliki volume yang sama
sebagai objek dengan luas permukaan yang sebenarnya dari objek.

Sphericity = de/dc
de = diameter lingkaran dalam terbesar
dc = diameter lingkaran luar terkecil
Jika volume obyek kita anggap sama dengan volume ellips yang mempunyai
tiga sumbu yang saling berpotongan a, b, dan c dimana a adalah sumbu
terpanjang, maka sphericity dapat dinyatakan sebagai :

a = sumbu terpanjang
b = sumbu terpanjang tegak lurus
c = sumbu terpanjang tegak lurus a dan b

Definisi lain untuk sphericity :

Dp = setara diameter atau diameter nominal partikel (m)


Sp = luas permukaan dari satu partikel (m2)
Vp = volume satu partikel (m3)
Dengan asumsi bahwa volume sampel padat adalah sama dengan volume dari
ellipsoid triaksial yang memiliki diameter setara dengan sampel, maka:

Ve = volume elipsoid triaksial dengan diameter setara (m3)


Vc =volume ruang yang terbatas (m3)

2.5 Pengukuran Dimensi Bahan Berukuran Kecil


Untuk bahan berukuran kecil seperti biji-bijian penggambaran bentuk
dilakukan dengan mengukur dimensi sumbu-sumbunya. Cara pengukurannya dapat
dilakukan dengan
Memproyeksikan setiap sample pada pembesar fotografi (misalnya OHP).
shadowgraph karena alat ini dilengkapi dengan dua micrometer sehingga
dengan instrument ini dapat dilakukan pengukuran sumbu obyek secara lebih cepat
dan akurat.
Caliper dapat mengukur sumbu objek secara cepat dan cukup akurat.

BAB 3. VOLUME, KERAPATAN, POROSITAS DAN OVERRUN

3.1 Volume
Volume bahan pangan dan hasil pertanian dapat dihitung dengan
menggunakan tiga metode yakni : metodeliquid displacement, gas diplacement,
dan solid diplacement.
3.1.1 Liquid Displacement
Vs=((Wpl-Wp)-(Wpls-Wps))/l
Keterangan :
Vs = volume solid dari sampel
Wpl = berat piknometer + berat liquid
Wp = berat piknometer kosong
Wpls = berat piknometer + berat liquid + berat solid sampel
Wps = berat piknometer + berat solid sampel.

3.1.2 Gas Diplacement


m = m1 + m2
keterangan :
m = massa
m1 = massa dalam chamber 1
m2 = massa dalam chamber 2

P1V1 = P2V1 + P2Va2


keterangan :
P1 = tekanan awal (Pa)
V1 = Volume chamber dalam 1 (m3)
P2 = Tekanan ke-2
Va2 = Volume Wadah volume bahan solid

Va2 = V2 Vs = V1 . (p1-p2)/p2 Vs = V2 V1 . (p1-p2)/p2 P1 . V1 =


nRT1
Keterangan :
n = mol dari gas (kg mol)
R = konstanta gas (8314,34 J/kg mol 0K)
T1= suhu absolut (oK)

3.1.3 Solid Diplacement


Wseed = Wtotal Wsampel - Wcontainer

Vseed = Wseeds/seed Vsampel = Vcontainer -


Vseed

3.2 Kerapatan
Kerapatan dibutuhkan dalam proses
pemisahan (sentrifugasi dan sedimentasi), dalam pneumatic, hidrolik transportasi
serbuk, partikulat dan untuk menentukan daya yang diperlukan untuk memompa.

Kerapatan material : densitas bahan diukur ketika material ini telah dipecah
menjadi potongan kecil cukup untuk memastikan bahwa tidak ada pori-pori tidak
tertutup.
Kerapatan partikel : densitas dari partikel yang strukturnya belum
termodifikasi. Ini termasuk volume dari semua pori-pori yang tertutup tetapi tidak
yang secara eksternal terhubung. Hal ini dapat dihitung dengan membagi berat
sampel dengan volume partikel ditentukan oleh piknometer gas.
Kerapatan nampak : densitas zat termasuk semua pori-pori dalam materi (pori-
pori internal).
Bulk density : densitas bahan ketika dikemas atau ditumpuk dalam jumlah
besar. Kepadatan Massal dari padatan partikulat diukur dengan memungkinkan
sampel untuk dituang ke dalam wadah dari dimensi diketahui.

b. Pengukuran berat jenis


Kerapatan Botol
BJ cairan = w3 - w1 / w2 - w1
Ket : W1 = berat botol kosong
W2 = berat botol penuh berisi air
W3 = berat botol penuh cairan yang akan ditentukan berat jenisnya
W4 = berat botol berisi bahan padat yang akan diukur

c. Hidrometer
Berdasarkan hukum Archimedes suatu benda memindahkan cairan seberat
benda tersebut. Alat dicelupkan ke dalam cairan maka berat jenis cairan akan
terbaca pada batang hydrometer.

Untuk menghitung voume cairan yang dipindahkan : Ax + V

Keterangan : W = berat hidrometer (kg)


A = luas area (m2)
X = panjang stem immersed (m)

d. Gas dan Uap

Vm = R T

Ket : = tekanan (N/m2)


Vm = volume molar (m3/kmol)
R = konstanta gas (8,314 kJ/kmol.K)
T = suhu oK
Pada tekanan rendah, uap mempunyai volume spesifik sangat besar, sehingga
proses penghilangan uap air pada tekanan rendah seperti penguapan vakum dan
pengeringan beku perlu pompa vakum yang cukup besar.

3.3 Porositas
Porosity : fraksi volume udara atau fraksi kekosongan dalam sampel dan dinyatakan
sebagai:

Penghitungan porosity diperlukan untuk pemodelan dan desain panas yang berbeda
dan proses perpindahan massa seperti pengeringan, baking, menggoreng,
pemanasan, pendinginan ekstrusi, dan merupakan parameter penting dalam
memprediksi sifat difusi selular makanan.

total = bulk + app app = eP + oP + BP total = bulk + cP + op + BP


keterangan :
app = porositas apperent
app = densitas apperent
bulk = densitas bulk
bulk = porositas bulk
s = densitas solid bahan
Vs = Volume solid bahan
V bulk = Volume bulk
Vapp = Volume apperent
cP = porositas pori-pori terutup
oP = porositas pori-pori terbuka
BP = porositas pori-pori tersembunyi

3.4 Kerapatan Produk Teraerasi (aerated product) = Overrun


Suatu produk yang dalam proses pembuatannya ada penggabungan udara akan
menyebabkan penurunan kerapatan produk. Contoh aerated product adalah
adonan kue dan es krim.

Pada prakteknya, overrun lebih mudah ditentukan pada wadah dengan volume
tertentu dan menimbang cairan semula dan berat akhir busa, sehingga :

BAB 4. RHEOLOGI BAHAN PADAT DAN TEKSTUR

4.1 Konsep Dasar Rheologi


Rheologi : sifat mekanis bahan yang dinyatakan berdasar tiga parameter yaitu
gaya, deformasi dan waktu. Data rheologi dibutuhkan dalam evaluasi kualitas
produk, perhitungan rekayasa, dan desain proses.
Contoh rheologi bahan hasil pertanian : elastisitas, viskositas dan viskoelastisitas

4.2 Stress dan Strain


Benda yang dikenai gaya akan mengalami tegangan (stress). Stress akan
menghasilkan suatu deformasi (perubahan bentuk) atau strain.
Stress = Gaya/Area atau = F/A
Strain = Perpanjangan/(Panjang semula) atau = ( L)/L
4.3 Perilaku Elastis
Benda padat ideal (Hookin) merupakan benda tidak berstruktur (tidak
mempunyai atom) dan isotropik (sifatnya sama ke semua arah) sehingga akan
menghasilkan sifat yang elastis.
Bahan elastis dikenai berbagai gaya akan menghasilkan perpanjangan seperti
tampak pada gambar dibawah ini :

Gambar Hubungan stress-strain (a) dan beban-beban perpanjangan (b)


OA = ada hubungan linear antara stress dan strain, bahan cepat kembali ke panjang
semula bila beban dilepas
A = batas elastis bahan
OB = adanya sedikit penambahan gaya menghasilkan perpanjangan yang besar, bahan
menjadi plastis, transisi ditandai oleh Yield Point. Pada keadaan ini terjadi
deformasi permanen, meskipun tegangan (gaya) dihilangkan.
BC = bila gaya terus dinaikkan maka perpanjangan akan naik dengan cepat
C = mulai putus/pecah, gaya untuk memecah sebesar gaya per unit area di titik C
Dengan cara tersebut dapat diketahui seberapa besar gaya yang diperlukan
untuk merusak bahan. Pada posisi yield point, bahan belum rusak, tetapi struktur
makro berubah (misalnya pemampatan pori). Pada saat pecah maka struktur selnya
rusak.

1 = keras-kuat
2 = keras-lemah
3 = lunak-kuat
4 = lunak-lemah
= breaking kress

4.3.1 Modulus Young (E) = modulus elastisitas


Modulus Young menyatakan kekerasan atau kekuatan bahan.
E = stress/strain Stress = E x strain
Bila pada gaya yang sama mempunyai nilai modulus yang lebih besar,
berarti deformasi bahan yang terjadi lebih sedikit sehingga bahan lebih keras.
Tabel Modulus Young beberapa bahan hasil pertanian
Bahan Modulus Young
Wortel (2-4) x 10-7
Apel (0,6-1,4) x 10-7
Pisang (0,08-0,3) x 10-7

4.3.2 Modulus Geser (G) = modulus rigiditas


G = / tan
Bila sudutnya kecil maka = tan , dimana = sudut dalam radian, sehingga :
G= /

Model modulus geser


Bila bahan berupa bahan isotropis maka nilai modulus geser dan modulus
Young diperlukan untuk menggambarkan perilakunya, tapi untuk meyakinkan maka
dua konstanta lain yang dihitung adalah rasio Poisson dan modulus kamba.

4.3.3 Rasio Poisson

Bila bahan ditekan volumenya tidak berubah maka p = 0,5. Bila bahan
ditekan diameternya tetap (karena strukturnya hanya udara) maka p = 0.

4.3.4 Modulus Kamba (K)


Modulus kamba adalah rasio antara hidrostatik dengan strain volumetrik.

4.4 Perilaku Viskositas


Benda viskoelastis adalah benda yang menunjukkan sifat elastis dan viskus
bersam-sama.

Gambar Kurva deformasi untuk bahan elastis (a) dan bahan viskoelastis (b)
Bahan viskoelastis mempunyai sifat yang sangat kompleks. Untuk
menganalisanya yaitu dengan hubungan deformasi-waktu, relaksasi tegangan dan
efek wiessenberg. Contoh dari bahan viskoelastis adalah adonan, keju, produk-
produk gel, dll.

4.4.1 Hubungan Deformasi-Waktu


Bahan viskoelastis bila dikenai tegangan geser dengan besar yang tetap maka
strain akan berubah dengan waktu, kemudian bila tegangan geser dihilangkan
maka strain akan berubah seperti pada gambar berikut :

Gambar Hubungan deformasi-waktu untuk bahan viskoelastis


Pada saat beban mulai dikenakan akan terjadi deformasi elastis cukup cepat
(AB), diikuti deformasi yang lambat (BC). Bila beban diambil maka terjadi
pengembalian elastis dengan cepat (CD), diikuti pengembalian yang lambat (DE).
Pada posisi E bahan tidak pernah kembali ke keadaan semula, tetapi terjadi
deformasi permanen.

4.4.2 Relaksasi Tegangan


Bahan dikenai tegangan geser, kemudian tegangan dibiarkan relax pada strain
tetap (dijaga konstan). Pada strain tetap maka stress akan turun seperti
pada gambar berikut :
Gambar Hubungan stress dan lama aplikasi pada strain tetap
Waktu relaksasi adalah waktu yang diperlukan tegangan pada strain tetap
untuk turun mencapai 1/e (e = 2,718) dari harga semula (sekitar 36,8%). Waktu
relaksasi sebanding dengan /G. bila waktu relaksasi tinggi diasosiasikan gaya
viskus lebih dominan, bila rendah maka gaya elastis lebih dominan.

4.4.3 Efek Waissenberg


Cairan Newtonian diaduk dalam bejana, maka gerakan sirkuler akan
menyebabkan pusaran. Pada bahan viskoelastis, gerakan sirkuler merambat ke
tangkai pengaduk sehingga muncul Efek Waissenberg hal ini disebabkan oleh gaya
normal pada sisi/sudut sebelah kanan terhadap gaya berputar, kemudian bereaksi
pada bidang horizontal.

Gambar Perlakuan cairan pada tangki pengadukan, a = normal, b = viskoelastis

4.5 Pengukuran Tekstur Secara Obyektif


Pada pengukuran tekstur secara obyektif ada 2 prinsip utama, yaitu :
- Menghitung gaya. Gaya yang diperlukan untuk menusuk, memecah atau merubah
bentuk dihitung. Bila alat ditekankan pada bahan maka akan pecah irreversible
atau terjadi aliran. Kedalaman penetrasi dipertahankan, kenudian gaya yang
digunakan dicatat.
- Menghitung jarak. Bahan dikenai gaya konstan akan terjadi deformasi, deformasi
yang terbentuk dihitung.

4.5.1 Pnetrometer
Pnetrometer : mengukur tekstur bahan hasil

S = permukaan bahan
C = kerucut, besar dan bentuknya bervariasi
Cl = kelem
D = pencatat

Gambar Pnetrometer
Kerucut diletakkan pada permukaan bahan dan dilepaskan selama waktu
tertentu, kemudian dikelem dan dihitung kedalaman penetrasinya. Kedalaman
penetrasi tergantung pada berat kerucut dan sudut, jenis baha, suhu dan waktu.
Pnetrometer sangat baik digunakan untuk menentukan yield bahan plastis.

p = kedalaman penetrasi setelah 5 detik (m)


m = berat kerucut (kg)
C = sudut kerucut

4.5.2 Teksturometer Umum


Alat ini didesain untuk simulasi pengunyahan. Bahan ditekan dua kali dengan
menekan plunger pada jarak standar (biasanya 35mm) dan gaya yang dipakai
dihitung. Parameter utama yang diukur adalah kekerasan, kohesivitas, adhesivitas
dan kerenyahan.

BAB 6. KERUSAKAN MEKANIS

6.1 Aspek Ekonomi


Kerusakan mekanis pada kulit/sekam dapat menaikkan kemungkinan
pertumbuhan jamur selama penyimpanan. Kerusakan karena gaya impact berupa
retak/pecah yang bervariasi dari benar-benar pecah sampai hanya retak seperti
rambut. Kerusakan pada biji-bijian sumber minyak dapat menyebabkan minyak
keluar dari biji dan mengenai peralatan sehingga dapat mengakibatkan
tersumbat/selip.
Adanya kerusakan mekanis pada sayur dan buah pada saat penerimaan buah
yang dijual segar memerlukan biaya tambahan (baik biaya langsung dan tidak
langsung). Biaya langsung berupa kehilangan buah yang harus dipotong dan tenaga,
biaya tidak langsungnya adalah keseluruhan proses menjadi lebih lambat dan
mutunya turun.

6.2 Penyebab Kerusakan Mekanis


Kerusakan mekanis dapat disebabkan oleh :
Gaya eksternal terjadi pada kondisi dinamis maupun statis. Contohnya adalah
luka mekanis pada sayur dan buah, biji-bijian, tulang/rangka pada dressed poultry.
Gaya internal disebabkan oleh perubahan fisik (seperti variasi suhu dan kadar
air), atau karena perubahan kimia dan biokimia.

6.3 Reaksi Biologi dan Kimia yang Mengikuti Kerusakan Mekanis


Luka mekanis dalam bentuk terpotong, kulit terkelupas atau memar dapat
menyebabkan penggelapan yang disebut pencoklatan. Pada kentang ada dua tipe
kerusakan internal karena gaya statis dan dinamis selama penanganan yaitu :
Black heart disebabkan oleh kompresi kentang utuh, meskipun tidak terjadi
luka eksternal. Hal ini terjadi karena defisiensi O2 sehingga menghasilkan warna
gelap.
Black spot diobservasi dengan tes penjatuhan, jaringan akan menjadi hitam
setelah 24 jam. Biasanya disebabkan oleh luka mekanis pada jaringan karena
benturan/impact.
6.4 Istilah Pada Kerusakan Eksternal Sayur dan Buah
a. Abrasi, luka abrasif. Biasanya pada kentang dan ubi jalar, bervariasi dari
pemisahan peridem/kulit sampai pisahnya/hilangnya sebagian/se;uruhnya cortex
perisiklis.
b.Memar. Kerusakan pada jaringan tanaman oleh gaya eksternal karena perubahan
fisik (tekstur) dan perubahan kimia.
c. Distorsi. Perubahan bentuk sayur dan buah utuh yang bukan karakteristik
varietas.
d. Retak. Pecah tapi tidak terpisah seluruh bagian.
e. Terpotong. Terbelah oleh sudut tajam.
f. Puncture (tertusuk). Lubang kecil atau lubang di permukaan buah oleh
obyek/benda berujung atau tangkai buah lain.
g.Shatter cracks. Satu/lebih retak berliku-liku, berpencar dari titik impact.
h.Kulit pecah. Patah/retak pada peridem atau retak terbatas pada kulit
i. Skinning dan feathering. Pemisahan peridem dari bagian tanaman oleh
gesekan/kikisan, dll. Feathering mempunyai arti sama, kecuali peridem terpisah
masih menempel pada peridem yang tidak terpisah.
j. Split/terbelah. Terbagi menjadi beberapa bagian.
k.Stem end tearing. Kulit pecah karena pemisahan tangkai dan buah.
l. Swell-cracking. Retak karena pengambilan air oleh tekanan atmosfer.

6.5 Deteksi dan Evaluasi Kerusakan Mekanis


Kerusakan yang tidak kelihatan merupakan masalah dalam penanganan bahan
hasil pertanian, maka untuk menanganinya perlu teknik dan instrument
khusus. Kerusakan internal selalu berhubungan dengan memar eksternal dimana
jaringan water soaked mempunyai tanda-tanda tingkat kerusakan bervariasi
pada jaringan locular sekelilimg biji. Pada locular yang tidak begitu rusak
pembentukan jaringan seperti gel tidak lengkap, lebih tebal dan kadang-kadang
kaku serta lebih gelap.
Cara kuantitatif untuk evaluasi kerusakan mekanis adalah dengan mengukur
kecepatan respirasi jaringan rusak dalam sayur dan buah. Adanya luka
menyebabkan respirasi menjadi tinggi.

6.6 Beban Maksimum yang Diperbolehkan Untuk Hasil Pertanian


6.6.1 Kekuatan kulit telur
Kekuatan kulit telur berhubungan dengan kelengkungan kulit, ketebalan, komposisi
kimia, membran, pori, keturunan, diet, musim dll.
a. Uji crushing, puncturing dan penjatuhan
Crushing : dengan membebani telur diantara dua plat paralel
Puncturing : dengan tangkai yang ujungnya datar, bulat atau runcing
Penjatuhan : dengan variasi teknik bola jatuh dan cara impact
b. Ketahanan terhadap pembebanan statis dan impact
Uji stasis : dengan membebani telur pada diameter minor dan mencatat kurva
daya deformasi sampai pecah.
Uji quasi statis : dengan menekan telur diantara permukaan datar paralel
Ketahanan impact nampak pada telur dijatuhkan dari ketinggian yang lebih tinggi
dari telur lain, kemudian diletakkan pada plat baja dengan atau tanpa bantalan.
Kenaikan ketebalan bantalan akan meningkatkan gaya maksimum yang
diperbolehkan atau energi dimana telur akan bertahan.

6.6.2 Kekuatan biji-bijian


Hubungan % biji tidak rusak dengan kecepatan impact :
Y = 94 + 3,9 -1,6 S2
Y : % biji tidak rusak
S : kecepatan impact ft/mnt x 10-3

Gambar Pengaruh kadar air terhadap ketahanan impact

Energi lebih besar diperlukan untuk memecah biji yang lebih memiliki kadar
air tinggi dan ukuranya lebih besar.
Fav = mp Vp/T
Fmaks = mp x a maks
mp : massa kacang tanah
T : waktu kontak
Vp : kecepatan kacang tanah
Indeks beban : rasio beban terhadap deformasi spesifik, dimana deformasi
spesifik adalah rasio deformasi axial terhadap beban awal pembebanan. Dapat
dipakai sebagai parameter ketahanan biji-bijian terhadap kerusakan mekanis. Biji
lebih keras punya indeks beban lebih besar.
Indeks beban = (F/D) x L
(F/D) proporsional terhadap kekakuan (stiffness) biji-bijian
L : panjang biji-bijian pada pembebanan

6.6.3 Kekuatan sayur dan buah


a. Ketahanan terhadap pembebanan statis dan impact

Ukuran buah berpengaruh pada gaya impact. Buah yang lebih besar lebih
tahan karena mempunyai momentum lebihkecil sehingga impuls yang dihasilkan
juga lebih kecil. Gaya kompresi : menimbulkan memar pada buah.

Gambar Ketahanan beberapa buah terhadap gaya impact

b. Pengaruh suhu
Suhu lebih tinggi dapat menurunkan turgiditas sehingga sel dapat
mengalami deformasi tanpa mengalami pecah.

Anda mungkin juga menyukai