REZKI AMALIAH
H311 15 019
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
LAPORAN PRAKTIKUM
REZKI AMALIAH
H311 15 019
PENDAHULUAN
Bobot jenis dan kerapatan adalah dua hal penting dan nilainya sering
digunakan dalam perhitungan kimia fisika. Penentuan kerapatan dan bobot jenis suatu
zat merupakan pengukuran dasar dalam praktikum kimia fisika. Pengukuran kerapatan
dan bobot jenis suatu zat dapat ditentukan dengan beberapa metode. Namnu perlu
diketahui, bahwa terdapat perbedaan yang mendasar antara bobot jenis dan
Kerapatan merupakan salah satu dari sifat intensif. Dengan kata lain, kerapatan
suatu zat tidak tergantung dari ukuran sampel. Kerapatan merupakan perbandingan
antara massa dan volume dari suatu senyawa. Makin besar volume dari suatu senyawa,
maka makin kecil kerapatannya. Begitu juga sebaliknya, makin kecil volume suatu
senyawa, maka kerapatannya makin besar. Makin kecil massa dari senyawa tersebut,
maka makin besar pula kerapatannya. Begitupun sebaliknya, makin besar massanya,
densitas air pada suhu kamar. Kerapatan dan bobot jenis juga sangat dekat
dan piknometer. Untuk dapat memahami penggunaan dari alat tersebut, maka
1. bagaimana cara menentukan kerapatan dan bobot jenis akuades, metanol dan
2. bagaimana cara menentukan kerapatan dan bobot jenis akuades, metanol dan
Maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan mempelajari cara
penentuan kerapatan dan bobot jenis suatu zat dengan menggunakan neraca Westphal
dan piknometer.
1. menentukan kerapatan dan bobot jenis akuades, metanol dan benzen dengan
2. menentukan kerapatan dan bobot jenis akuades, metanol dan benzen dengan
menggunakan piknometer.
Adapun manfaat dari percobaan ini yaitu dapat menentukan kerapatan dan bobot
fluida yang akan membuat volume fluida bertambah dan nilai bertambah berbanding
lurus dengan bobot yang bertambah pada fluida. Dan menggunakan piknometer yang
berisi fluida ditutup rapat, jumlah fluida yang tumpah setara dengan bobot fluida yang
ditimbang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengukuran
berbahasa inggris menggunakan satuan massa baku pon, dan sebagai satuan panjang
adalah yard standard. Sistem inggris telah didefinisikan cukup tepat untuk digunakan
dalam industri-industri modern dan perdagangan, tetapi tidak sesuai dalam bidang
ilmiah. Hal ini terutama disebabkan oleh tidak adanya keteraturan dalam satuan yang
untuk mengekspresikan properti fisik. definisi kerapatan adalah massa per satuan
volume. Sedangkan kerapatan sebagai ukuran beratnya zat, dalam artian bahwa blok
besi lebih berat dari satu blok dari aluminium dengan ukuran yang sama (Peters, 1978).
Definisi kerapatan merujuk pada apa yang diukur. massa dalam gram (g),
volume diukur dalam sentimeter kubik (cm3). Oleh karena itu, kerapatan adalah gram
per sentimeter kubik. Definisi lain dari kerapatan dapat dinyatakan, tetapi harus
merujuk ke definisi dalam hal massa/volume. Untuk menentukan kerapatan zat perlu
untuk mengetahui massa dan volume jumlah yang sama dari suatu zat dengan mebagi
massa dengan hasil kerapatan. Berat jenis menyatakan bahwa padat suatu zat
dibandingkan dengan beberapa zat standar, biasanya air lebih berat, berat jenis adalah
perbandingan kerapatan suatu zat dengan kerapatan air pada suhu 4 oC (Peters, 1978).
Dalam satuan kerapatan air pada suhu 4 oC adalah 1000 gram/cm3. Kerapatan
zat dibagi dengan 1000 gram/cm3 menyebabkan berat jenis zat menjadi sama dengan
densitas atau kerapatan dalam gram per sentimeter kubik. Oleh karena itu, jika berat
jenis suatu zat adalah 6,3, maka dapat disimpulkan bahwa kepadatannya adalah
tropis (termasuk Afrika, Amerika dan Asia) pada resolusi spasial 500 m menggunakan
kombinasi yang dilihat dari jauh dan dari data lapangan. Secara khusus, digunakan
satekit berbasis deteksi cahaya dan data yang diperoleh pada jarak 70 m bersama-sama
strategi, dihasilkan peta dinding pertama biomassa dengan resolusi 500 m untuk daerah
Pada 25 C ekspansi koefisien panas dari air adalah = 2,07 x 10- 4 K - 1 dan
kerapatan 0,9970 g/cm3. Densitas dari suatu zat, padat, cair dan gas dengan suhu
volume. Di sisi lain, jika volume menurun pada saat pemanasan, maka kepadatan akan
pandang dengan perbesaran 100x. Jumlah kristal kalsium oksalat total diperoleh dari
pengamatan per preparat. Data yang diperoleh yaitu bentuk kristal kalsium oksalat dan
kerapatannya pada tiga periode pengamatan serta pada dua bagian umbi. Penelitian ini
bersifat deskriptif eksploratif. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif yang
dianalisis menggunakan program SPSS Windows for Release 12. Analisis mengenai
kerapatan kristal kalsium oksalat pada tiga periode pengamatan serta kerapatan
(uji F) ( = 5 %), yang dilanjutkan dengan uji Tukey. Analisis kerapatan kristal
kalsium oksalat pada bagian tepi dan tengah umbi porang menggunakan uji T
Dengan neraca Westphal dan prinsip kerja torsi, gaya tarik medan magnet dari
digantungkan pada neraca. Dalam hal ini medan magnet diatur melalui variasi arus (I)
yang mengaliri lilitan elektromagnet sehingga akan diperoleh data dengan variabel
variasi medan magnet. Saat variasi arus, medan magnet diantara dua kutub
Ujung bawah tabung berada dalam medan magnet sedangkan ujung atasnya
berada diluar kutub elektromagnet. Sebelum digantung, tabung kaca sudah dicuci
2.4 Piknometer
jenis zat cair. Piknometer tersedia dalam berbagai ukuran. Ukuran yang biasa tersedia
umumnya terbuat dari gelas dengan bentuk badan bulat silinder. Piknometer disertai
dengan penutup yang terdapat rongga kapiler. Rongga kapiler ini berguna untuk
piknometer diisi dengan zat cair yang akan diukur massa jenisnya sampai zat cair
penutup piknometer yang tersedia. Piknometer yang telah terisi cairan penuh dan
berpenutup kemudian ditimbang. Massa botol dan zat cair dicatat (Khamidinal, 2009).
Pada dasarnya proses yang sama dapat digunakan untuk menentukan volume
suatu zat yang tidak diketahui, ruang tertutup. Pertama obyek ditimbang kosong.
Kemudian diisi dengan cairan yang diketahui kerapatan dan ditimbang kembali.
Perbedaan berat m adalah berat cairan dan dari data tersebut, volume dapat dihitung
dengan V = m/. Seperti yang akan dijelaskan, proses ini digunakan untuk
mengkalibrasi sel sampel yang digunakan dalam merkuri porosimetri (Webb, 2001).
sebelum ditimbang sampel padat dalam piknometer dan mengisi sisa piknometer
dengan cairan yang kerapatannya diketahui (biasanya air), berat piknometer yang
hanya diisi dengan cairan yang sebelumnya tidak diketahui. Kerapatan dari sampel
dapat ditentukan dari kerapatan yang diketahui yaitu air, berat piknometer yang
mengandung sampel, cairan dan berat sampel. Ini adalah metode yang umum
dihasilkan dari perpindahan gas oleh benda padat. Sebuah volume objek diketahui Vx
yang ditempatkan dalam sampel yang disegel dengan diketahui Volume Vs. Setelah
penyegelan, tekanan dalam ruang sampel diukur sebagai Ps. Kemudian, ruang
referensi terisolasi dari volume yang diketahui Vr dibebankan pada tekanan Pr, yang
lebih besar dari ruang sampel. Nilai isolasi dua kamar dibuka dan tekanan Ps dari
volume yang diketahui sebagai berikut, yaitu Menganggap sistem ini dipertahankan
pada suhu T konstan dan jumlah molekul gas n adalah konstan sepanjang
Dalam suatu analisis mutu minyak nilam peralatan yang digunakan adalah
piknometer, termometer, tabung reaksi, labu, dan pendingin tegak. Parameter yang
diukur meliputi bobot jenis, indeks bias, putaran optik, kelarutan dalam alkohol,
bilangan asam, bilangan ester, dan patchouli alkohol. Bahan pereaksi yang digunakan
adalah alkohol, HCl, KOH, boraks, dan indikator PP. Analisis dilakukan untuk
telah diketahui bobotnya diisi minyak nilam kemudian ditimbang. Diukur pula bobot
piknometer yang berisi air dan suhu dalam neraca dicatat. Perbandingan bobot minyak
METODE PERCOBAAN
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah akuades, metanol, benzen,
Alat yang digunakan pada percobaan ini ialah neraca westphal, neraca analitik,
piknometer 25 mL, termometer 0-100 oC, gelas ukur, gelas kimia, sikat tabung, dan
pinset.
ukur diisi dengan akuades sampai tanda batas skala atas. Kemudian suhu akuades
ke dalam gelas ukur yang berisi akuades dan lengan neraca diatur sedemikian rupa
rupa sehingga neraca Westphal setimbang. Kemudian angka skala dibaca, dimulai dari
anting yang terbesar sampai anting yang terkecil. Skala menunjukkan bobot jenis
larutan. Kemudian penyelam dan gelas ukur dibersihkan dan dikeringkan dengan
kertas tissue. Dilakukan prosedur yang sama dengan menggunakan metanol dan
benzen.
neraca analitik. Kemudian piknometer diisi dengan akuades sampai penuh, hingga
tidak ada lagi gelembung di dalam piknometer. Kemudian bagian luar piknometer
yang telah berisi akuades dengan menggunakan neraca analitik dan bobotnya dicatat.
Suhu akuades diukur dan dicatat. Dilakukan prosedur yang sama dengan
Pembacaan Skala
Suhu
No Nama Anting Anting Anting Anting Bobot Jenis
(0C)
I II III IV
1. Akuades 9 6 4 0 0,9606 27
2. Metanol 7 6 5 0 0, 7616 30
3. Benzen 8 4 6 0 0,8430 27
Bobot (gram)
Suhu
No. Nama Piknometer + Piknometer Sampel
(0C)
Sampel Kosong
4.3 Pembahasan
merupakan perbandingan bobot suatu zat pada suhu tertentu dengan bobot air pada
suhu 4 C pada volume yang sama. Bobot jenis adalah perbandingan bobot suatu zat
dengan bobot air pada suhu dan volume yang sama. Percobaan ini menentukan
kerapatan dan bobot jenis dari akuades, metanol, dan benzen dengan menggunakan
dua alat yang tersedia di laboratorium yaitu neraca Westphal dan piknometer.
dengan merangkai neraca sedemikian rupa. Setelah itu, gelas ukur diisi dengan zat
yang akan diukur kerapatan dan bobot jenisnya yaitu akuades, metanol dan benzen
sebelumnya dipastikan bahwa gelas ukur telah dibersihkan dan dikeringkan agar tidak
ada zat lain di dalam geas ukur tersebut yang dapat mempengaruhi pengukuran.
Setelah itu, suhu zat di dalam gelas ukur diukur karena nilai kerapatan zat berpengaruh
pada suhu. Kemudian penyelam dimasukkan ke dalam gelas ukur dan tidak menyentuh
dinding gelas ukur karena hal itu dapat mempengaruhi kesetimbangan neraca sehingga
mengganggu dalam pembacaan skala. Setelah itu, anting-anting diletakkan pada skala
yang tepat sampai neraca seimbang. Saat mengambil anting-anting dan meletakkan
pada skala lengan neraca, harus menggunakan pinset agar tidak ada bobot tambahan
yang mungkin saja berasal dari tangan. Pembacaan skala untuk mengetahui bobot
dimulai dengan menimbang piknometer kosong yang telah bersih untuk mendapatkan
bobot akurat yang digunakan untuk menentukan bobot zat. Setelah piknometer kosong
ditimbang dengan neraca analitik, zat yang akan diukur bobot jenisnya dimasukkan ke
dalam piknometer yaitu akuades, metanol dan benzen, kemudian diimpitkan dengan
perlahan sampai tidak ada gelembung udara yang dapat mempengaruhi pengukuran
Kemudian diukur suhu zat di dalam piknometer setelah itu ditimbang piknometer yang
berisi zat dengan neraca analitik dan dicatat bobotnya. Dalam hal ini akuades juga
ditentukan terlebih bobotnya sebagai zat baku pembanding dalam penentuan nilai
diperoleh hasil yaitu pada akuades memiliki kerapatan 0,9606 g/cm3 dan bobot jenis
0,964; metanol memiliki kerapatan 0,7616 g/cm3 dan bobot jenis 0,765; dan benzen
memiliki kerapatan 0,8430 g/cm3 dan bobot jenis 0,845. Sedangkan dengan metode
piknometer, diperoleh hasil yaitu pada akuades memiliki kerapatan 0,9965 g/cm3 dan
bobot jenis 1,0000; metanol memiliki kerapatan 0,7873 g/cm3 dan bobot jenis 0,7908;
dan benzen memiliki kerapatan 0,8695 g/cm3 dan bobot jenis 0,8728.
BAB V
5.1 Kesimpulan
diperoleh bobot jenis dari akuades, metanol dan benzen berturut-turut adalah 0,964,
0,765 dan 0,846, sedangkan kerapatan dari akuades, metanol, dan benzen
berturut-turut adalah 0,9606 g/cm3 pada suhu 27 oC, 0,7616 g/cm3 pada suhu 30 oC,
akuades, metanol, dan benzen berturut-turut adalah 1,0000, 0,7908 dan 0,8728,
sedangkan kerapatan dari akuades, metanol dan benzen berturut-turut adalah 0,9965
g/cm3 pada suhu 27 oC, 0,7873 g/cm3 pada suhu 30 oC, dan 0,8695 g/cm3 pada suhu
28 oC.
5.2 Saran
praktikum seperti larutan-larutan yang sudah habis dan tidak layak pakai.
Baccini, A., Goetz, S. J., Walker, W. S., Laporte, N. T., Sun, M., Menashe, D. S.,
Hackler, J., Beck, P. S. A., Dubayah, R., Friedl, M. A., Samanta, S., Houghton,
R. A., 2012, Estimated Carbon Dioxide Emissions from Tropical Deforestation
Improved by Carbon Density Maps, Jurnal Nature Climate Change, 2 (10);
182-185.
Hayani, E., 2005, Teknik Analisi Mutu Minyak Nilam, Jurnal Ilmiah Semesta Teknika,
10 (1); 20-22.
Maurissa, A. E., Masturi, R., 2001, Densitas dan Distribusi Kristal Kalsium Oksalat
dalam Umbi Dua Varian Porang di KPH Saradan, Jawa Timur pada Siklus
Pertumbuhan Ketiga, Universitas Brawijaya, Malang.
Monk, Paul., 2004, Physical Chemistry Understanding our Chemical World, John
Wiley & Sons Ltd, The Atrium, England.
Webb, P. A., 2001, Volume and Density Determinations for Particle Technologists,
Micromeritics Instrument Corp, 2 (16); 4-6.
Lampiran 1. Bagan Kerja
Neraca Westphal
- Diisi gelas ukur dengan akuades secukupnya sampai batas skala atas.
- Dibaca angka skala pada anting-anting, mulai dari anting yang terbesar
sampai anting yang terkecil. Skala itu menunjukkan bobot jenis dari zat.
- Dilakukan hal yang sama, dengan mengganti akuades dengan metanol dan
benzen.
Hasil
B. Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis Cairan dengan Menggunakan
Piknometer
Piknometer
- Ditimbang massa piknometer kosong.
luar.
- Dicatat.
1. Neraca Wesphal
A. Akuades
Anting IV : 0 x 0,0001 =0
Sgt = 0,964
= 0,9606 g/cm3
B. Metanol
Anting IV : 0 x 0,0001 =0
Sgt = 0,765
= 0, 7616 g/cm3
C. Benzena
Sgt = 0,846
= 0,8430 g/cm3
2. Piknometer
A. Akuades
= 0,996512 g/cm3
B. Metanol
= 0,7873 g/cm3
C. Benzen
= 0,8695 g/cm3
Lampiran 3. Dokumentasi Percobaan
Gambar 1. Hasil kerapatan dan bobot jenis dengan menggunakan neraca Westphal