Anda di halaman 1dari 22

Laporan Praktikum

PENENTUAN KERAPATAN DAN BOBOT JENIS

REZKI AMALIAH

H311 15 019

LABORATORIUM KIMIA FISIKA

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017
LAPORAN PRAKTIKUM

PENENTUAN KERAPATAN DAN BOBOT JENIS

Disusun dan diajukan oleh:

REZKI AMALIAH

H311 15 019

Laporan praktikum telah diperiksa dan disetujui oleh:

Koordinator Praktikum Asisten

Dr. Paulina Taba, M.Phil Fitriani


NIP:19571115198810 2 001 H311 13 009
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bobot jenis dan kerapatan adalah dua hal penting dan nilainya sering

digunakan dalam perhitungan kimia fisika. Penentuan kerapatan dan bobot jenis suatu

zat merupakan pengukuran dasar dalam praktikum kimia fisika. Pengukuran kerapatan

dan bobot jenis suatu zat dapat ditentukan dengan beberapa metode. Namnu perlu

diketahui, bahwa terdapat perbedaan yang mendasar antara bobot jenis dan

kerapatan (Peters, 1978).

Kerapatan merupakan salah satu dari sifat intensif. Dengan kata lain, kerapatan

suatu zat tidak tergantung dari ukuran sampel. Kerapatan merupakan perbandingan

antara massa dan volume dari suatu senyawa. Makin besar volume dari suatu senyawa,

maka makin kecil kerapatannya. Begitu juga sebaliknya, makin kecil volume suatu

senyawa, maka kerapatannya makin besar. Makin kecil massa dari senyawa tersebut,

maka makin besar pula kerapatannya. Begitupun sebaliknya, makin besar massanya,

maka makin besar pula kerapatannya (Peters, 1978).

Kerapatan diperoleh dengan mengalikan bobot jenis (spesific gravity) dengan

densitas air pada suhu kamar. Kerapatan dan bobot jenis juga sangat dekat

pengaplikasiannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, penting untuk mengetahui

penentuan nilainya dengan menggunakan beberapa alat, di antaranya neraca Westphal

dan piknometer. Untuk dapat memahami penggunaan dari alat tersebut, maka

dilakukanlah percobaan ini.


1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada percobaan ini adalah:

1. bagaimana cara menentukan kerapatan dan bobot jenis akuades, metanol dan

benzen dengan menggunakan neraca Westphal?

2. bagaimana cara menentukan kerapatan dan bobot jenis akuades, metanol dan

benzen dengan menggunakan piknometer?

1.3 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.3.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui dan mempelajari cara

penentuan kerapatan dan bobot jenis suatu zat dengan menggunakan neraca Westphal

dan piknometer.

1.3.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini yaitu:

1. menentukan kerapatan dan bobot jenis akuades, metanol dan benzen dengan

menggunakan neraca Westphal.

2. menentukan kerapatan dan bobot jenis akuades, metanol dan benzen dengan

menggunakan piknometer.

1.4 Manfaat Percobaan

Adapun manfaat dari percobaan ini yaitu dapat menentukan kerapatan dan bobot

jenis menggunakan neraca Westphal dengan cara penyelam dimasukkan ke dalam

fluida yang akan membuat volume fluida bertambah dan nilai bertambah berbanding

lurus dengan bobot yang bertambah pada fluida. Dan menggunakan piknometer yang

berisi fluida ditutup rapat, jumlah fluida yang tumpah setara dengan bobot fluida yang

ditimbang.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengukuran

Sistem pengukuran yang digunakan pada negara-negara tertentu yang

berbahasa inggris menggunakan satuan massa baku pon, dan sebagai satuan panjang

adalah yard standard. Sistem inggris telah didefinisikan cukup tepat untuk digunakan

dalam industri-industri modern dan perdagangan, tetapi tidak sesuai dalam bidang

ilmiah. Hal ini terutama disebabkan oleh tidak adanya keteraturan dalam satuan yang

dapat digunakan untuk menyatakan jumlah yang diukur (Petrucci, 1996).

2.2 Kerapatan dan Bobot Jenis

Konsep kepadatan melengkapi cara di mana pengukuran dasar digabungkan

untuk mengekspresikan properti fisik. definisi kerapatan adalah massa per satuan

volume. Sedangkan kerapatan sebagai ukuran beratnya zat, dalam artian bahwa blok

besi lebih berat dari satu blok dari aluminium dengan ukuran yang sama (Peters, 1978).

Definisi kerapatan merujuk pada apa yang diukur. massa dalam gram (g),

volume diukur dalam sentimeter kubik (cm3). Oleh karena itu, kerapatan adalah gram

per sentimeter kubik. Definisi lain dari kerapatan dapat dinyatakan, tetapi harus

merujuk ke definisi dalam hal massa/volume. Untuk menentukan kerapatan zat perlu

untuk mengetahui massa dan volume jumlah yang sama dari suatu zat dengan mebagi

massa dengan hasil kerapatan. Berat jenis menyatakan bahwa padat suatu zat

dibandingkan dengan beberapa zat standar, biasanya air lebih berat, berat jenis adalah

perbandingan kerapatan suatu zat dengan kerapatan air pada suhu 4 oC (Peters, 1978).
Dalam satuan kerapatan air pada suhu 4 oC adalah 1000 gram/cm3. Kerapatan

zat dibagi dengan 1000 gram/cm3 menyebabkan berat jenis zat menjadi sama dengan

densitas atau kerapatan dalam gram per sentimeter kubik. Oleh karena itu, jika berat

jenis suatu zat adalah 6,3, maka dapat disimpulkan bahwa kepadatannya adalah

6,3 gram/cm3 (Peters, 1978).

Banyak yang ingin menyelesaikan aljabar berkenaan dengan masalah

kerapatan dengan menggantikan ke dalam persamaan aritmatika yang dihasilkan

identik dan pendekatan aljabar adalah sepenuhnya benar. Alasan memperkenalkan

kerapatan yaitu bagaimana penggunaan analisis dimensi yang digunakan untuk

latihan (Peters, 1978).

Diperkirakan kerapatan karbon dari tanah, vegetasi berkayu untuk daerah

tropis (termasuk Afrika, Amerika dan Asia) pada resolusi spasial 500 m menggunakan

kombinasi yang dilihat dari jauh dan dari data lapangan. Secara khusus, digunakan

satekit berbasis deteksi cahaya dan data yang diperoleh pada jarak 70 m bersama-sama

dengan 500 m pada permukaan. Menggunakan skala multikalibrasi dan pemetaan

strategi, dihasilkan peta dinding pertama biomassa dengan resolusi 500 m untuk daerah

tropis (Baccinni dkk., 2012).

Pada 25 C ekspansi koefisien panas dari air adalah = 2,07 x 10- 4 K - 1 dan

kerapatan 0,9970 g/cm3. Densitas dari suatu zat, padat, cair dan gas dengan suhu

tertentu berbeda-beda. Densitas adalah perbandingan antara massa m dengan volume

V, perubahan densitas disebabkan oleh pemanasan yang menyebabkan perubahan

volume. Di sisi lain, jika volume menurun pada saat pemanasan, maka kepadatan akan

meningkat (Monk, 2004).


Penghitungan kristal kalsium oksalat secara mikroskopis dilakukan per bidang

pandang dengan perbesaran 100x. Jumlah kristal kalsium oksalat total diperoleh dari

36 preparat dengan 3 bidang pandang yang berbeda sebagai ulangan teknis

pengamatan per preparat. Data yang diperoleh yaitu bentuk kristal kalsium oksalat dan

kerapatannya pada tiga periode pengamatan serta pada dua bagian umbi. Penelitian ini

bersifat deskriptif eksploratif. Data yang diperoleh berupa data kuantitatif yang

dianalisis menggunakan program SPSS Windows for Release 12. Analisis mengenai

kerapatan kristal kalsium oksalat pada tiga periode pengamatan serta kerapatan

masing-masing bentuk kristal kalsium oksalat dalam umbi menggunakan Anova

(uji F) ( = 5 %), yang dilanjutkan dengan uji Tukey. Analisis kerapatan kristal

kalsium oksalat pada bagian tepi dan tengah umbi porang menggunakan uji T

( = 5 %) (Maurissa dan Mastuti, 2001).

2.3 Neraca Westphal

Dengan neraca Westphal dan prinsip kerja torsi, gaya tarik medan magnet dari

elektromagnet terhadap magnetisasi sampel dapat diukur melalui beban-beban yang

digantungkan pada neraca. Dalam hal ini medan magnet diatur melalui variasi arus (I)

yang mengaliri lilitan elektromagnet sehingga akan diperoleh data dengan variabel

variasi medan magnet. Saat variasi arus, medan magnet diantara dua kutub

elektromagnet diukur menggunakan Gauss meter (Siswanto, 2014).

Ujung bawah tabung berada dalam medan magnet sedangkan ujung atasnya

berada diluar kutub elektromagnet. Sebelum digantung, tabung kaca sudah dicuci

menggunakan aseton dan dikeringkan terlebih dahulu. Sedangkan bahan/ sampel

ditimbang dan selanjutnya diukur tingginya di dalam tabung. Tabung tersebut


kemudian ditutup rapat menggunakan tissue agar sampel CoFe2O4 yang diukur tidak

mudah teroksidasi karena bereaksi dengan udara (Siswanto, 2014).

2.4 Piknometer

Piknometer merupakan peralatan gelas yang digunakan untuk mengukur massa

jenis zat cair. Piknometer tersedia dalam berbagai ukuran. Ukuran yang biasa tersedia

di laboratorium kimia adalah piknometer dengan kapasitas 10 mL. Piknometer

umumnya terbuat dari gelas dengan bentuk badan bulat silinder. Piknometer disertai

dengan penutup yang terdapat rongga kapiler. Rongga kapiler ini berguna untuk

menghilangkan gelembung-gelembung udara yang sangat mungkin berada dalam

botol pada saat pengisian dengan zat cair (Khamidinal, 2009).

Pengukuran massa jenis dilakukan dengan pertama kali menimbang massa

piknometer kosong. Massa piknometer dicatat dalam lembar kertas. Kemudian

piknometer diisi dengan zat cair yang akan diukur massa jenisnya sampai zat cair

memenuhi botol piknometer. Setelah itu piknometer ditutup dengan menggunakan

penutup piknometer yang tersedia. Piknometer yang telah terisi cairan penuh dan

berpenutup kemudian ditimbang. Massa botol dan zat cair dicatat (Khamidinal, 2009).

Pada dasarnya proses yang sama dapat digunakan untuk menentukan volume

suatu zat yang tidak diketahui, ruang tertutup. Pertama obyek ditimbang kosong.

Kemudian diisi dengan cairan yang diketahui kerapatan dan ditimbang kembali.

Perbedaan berat m adalah berat cairan dan dari data tersebut, volume dapat dihitung

dengan V = m/. Seperti yang akan dijelaskan, proses ini digunakan untuk

mengkalibrasi sel sampel yang digunakan dalam merkuri porosimetri (Webb, 2001).

Metode lain piknometer adalah dengan menempatkan jumlah sampel kering,

sebelum ditimbang sampel padat dalam piknometer dan mengisi sisa piknometer
dengan cairan yang kerapatannya diketahui (biasanya air), berat piknometer yang

hanya diisi dengan cairan yang sebelumnya tidak diketahui. Kerapatan dari sampel

dapat ditentukan dari kerapatan yang diketahui yaitu air, berat piknometer yang

mengandung sampel, cairan dan berat sampel. Ini adalah metode yang umum

digunakan dalam karakterisasi sampel padat (Webb, 2001).

Sebuah piknometer gas beroperasi dengan mendeteksi Perubahan tekanan yang

dihasilkan dari perpindahan gas oleh benda padat. Sebuah volume objek diketahui Vx

yang ditempatkan dalam sampel yang disegel dengan diketahui Volume Vs. Setelah

penyegelan, tekanan dalam ruang sampel diukur sebagai Ps. Kemudian, ruang

referensi terisolasi dari volume yang diketahui Vr dibebankan pada tekanan Pr, yang

lebih besar dari ruang sampel. Nilai isolasi dua kamar dibuka dan tekanan Ps dari

sistem diseimbangkan. Sesuai hukum gas, PV = nRT diterapkan untuk menentukan

volume yang diketahui sebagai berikut, yaitu Menganggap sistem ini dipertahankan

pada suhu T konstan dan jumlah molekul gas n adalah konstan sepanjang

percobaan (Webb, 2001).

Dalam suatu analisis mutu minyak nilam peralatan yang digunakan adalah

neraca, polarimeter, refraktometer, hot plate, gas kromatografi, tabung polari,

piknometer, termometer, tabung reaksi, labu, dan pendingin tegak. Parameter yang

diukur meliputi bobot jenis, indeks bias, putaran optik, kelarutan dalam alkohol,

bilangan asam, bilangan ester, dan patchouli alkohol. Bahan pereaksi yang digunakan

adalah alkohol, HCl, KOH, boraks, dan indikator PP. Analisis dilakukan untuk

pengukuran bobot jenis dapat menggunakan piknometer. Piknometer kosong yang

telah diketahui bobotnya diisi minyak nilam kemudian ditimbang. Diukur pula bobot

piknometer yang berisi air dan suhu dalam neraca dicatat. Perbandingan bobot minyak

dan air menunjukkan bobot jenisnya (Hayani, 2005).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah akuades, metanol, benzen,

kertas label, tissue roll, dan sabun cair.

3.2 Alat Percobaan

Alat yang digunakan pada percobaan ini ialah neraca westphal, neraca analitik,

piknometer 25 mL, termometer 0-100 oC, gelas ukur, gelas kimia, sikat tabung, dan

pinset.

3.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan ini dilaksanakan pada Senin tanggal 27 Februari 2017,

di Laboratorium Kimia Fisika, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.

3.4 Prosedur Percobaan

3.4.1 Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Menggunakan Neraca


Westphal

Neraca Westphal dirangkai dan dikalibrasi terlebih dahulu, kemudian gelas

ukur diisi dengan akuades sampai tanda batas skala atas. Kemudian suhu akuades

diukur dengan menggunakan termometer dan suhunya dicatat. Penyelam dimasukkan

ke dalam gelas ukur yang berisi akuades dan lengan neraca diatur sedemikian rupa

sehingga penyelam kurang lebih 2 cm dari permukaan cairan. Penyelam diusahakan

tidak bersentuhan dengan dinding gelas ukur. Anting-anting diletakkan sedemikian

rupa sehingga neraca Westphal setimbang. Kemudian angka skala dibaca, dimulai dari
anting yang terbesar sampai anting yang terkecil. Skala menunjukkan bobot jenis

larutan. Kemudian penyelam dan gelas ukur dibersihkan dan dikeringkan dengan

kertas tissue. Dilakukan prosedur yang sama dengan menggunakan metanol dan

benzen.

3.4.2. Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Menggunakan Piknometer

Ditimbang piknometer yang telah bersih dan kering dengan menggunakan

neraca analitik. Kemudian piknometer diisi dengan akuades sampai penuh, hingga

tidak ada lagi gelembung di dalam piknometer. Kemudian bagian luar piknometer

dikeringkan terlebih dahulu dengan menggunakan tissue. Lalu ditimbang piknometer

yang telah berisi akuades dengan menggunakan neraca analitik dan bobotnya dicatat.

Suhu akuades diukur dan dicatat. Dilakukan prosedur yang sama dengan

menggunakan metanol dan benzen.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Menggunakan Neraca


Westphal

Tabel 1. Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Menggunakan Neraca


Westphal

Pembacaan Skala
Suhu
No Nama Anting Anting Anting Anting Bobot Jenis
(0C)
I II III IV
1. Akuades 9 6 4 0 0,9606 27

2. Metanol 7 6 5 0 0, 7616 30

3. Benzen 8 4 6 0 0,8430 27

4.2 Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Menggunakan Piknometer

Table 2. Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis dengan Menggunakan Piknometer

Bobot (gram)
Suhu
No. Nama Piknometer + Piknometer Sampel
(0C)
Sampel Kosong

1. Akuades 42,4380 19,7283 25,1343 27

2. Metanol 38,2758 19,7283 19,8752 30

3. Benzen 40,2664 19,7283 21,9374 28

4.3 Pembahasan

Zat memiliki kerapatan dan bobot jenis yang berbeda-beda. Kerapatan

merupakan perbandingan bobot suatu zat pada suhu tertentu dengan bobot air pada

suhu 4 C pada volume yang sama. Bobot jenis adalah perbandingan bobot suatu zat
dengan bobot air pada suhu dan volume yang sama. Percobaan ini menentukan

kerapatan dan bobot jenis dari akuades, metanol, dan benzen dengan menggunakan

dua alat yang tersedia di laboratorium yaitu neraca Westphal dan piknometer.

Pengukuran pertama yaitu dengan menggunakan neraca Westphal dimulai

dengan merangkai neraca sedemikian rupa. Setelah itu, gelas ukur diisi dengan zat

yang akan diukur kerapatan dan bobot jenisnya yaitu akuades, metanol dan benzen

sebelumnya dipastikan bahwa gelas ukur telah dibersihkan dan dikeringkan agar tidak

ada zat lain di dalam geas ukur tersebut yang dapat mempengaruhi pengukuran.

Setelah itu, suhu zat di dalam gelas ukur diukur karena nilai kerapatan zat berpengaruh

pada suhu. Kemudian penyelam dimasukkan ke dalam gelas ukur dan tidak menyentuh

dinding gelas ukur karena hal itu dapat mempengaruhi kesetimbangan neraca sehingga

mengganggu dalam pembacaan skala. Setelah itu, anting-anting diletakkan pada skala

yang tepat sampai neraca seimbang. Saat mengambil anting-anting dan meletakkan

pada skala lengan neraca, harus menggunakan pinset agar tidak ada bobot tambahan

yang mungkin saja berasal dari tangan. Pembacaan skala untuk mengetahui bobot

jenisnya dimulai dari anting terkecil sampai anting terbesar.

Penentuan kerapatan dan bobot jenis dengan menggunakan piknometer

dimulai dengan menimbang piknometer kosong yang telah bersih untuk mendapatkan

bobot akurat yang digunakan untuk menentukan bobot zat. Setelah piknometer kosong

ditimbang dengan neraca analitik, zat yang akan diukur bobot jenisnya dimasukkan ke

dalam piknometer yaitu akuades, metanol dan benzen, kemudian diimpitkan dengan

perlahan sampai tidak ada gelembung udara yang dapat mempengaruhi pengukuran

dan dinding luar piknometer dibersihkan agar tidak mempengaruhi pengukuran.

Kemudian diukur suhu zat di dalam piknometer setelah itu ditimbang piknometer yang
berisi zat dengan neraca analitik dan dicatat bobotnya. Dalam hal ini akuades juga

ditentukan terlebih bobotnya sebagai zat baku pembanding dalam penentuan nilai

bobot jenis zat.

Dari percobaan yang telah dilakukan dengan metode neraca Westphal,

diperoleh hasil yaitu pada akuades memiliki kerapatan 0,9606 g/cm3 dan bobot jenis

0,964; metanol memiliki kerapatan 0,7616 g/cm3 dan bobot jenis 0,765; dan benzen

memiliki kerapatan 0,8430 g/cm3 dan bobot jenis 0,845. Sedangkan dengan metode

piknometer, diperoleh hasil yaitu pada akuades memiliki kerapatan 0,9965 g/cm3 dan

bobot jenis 1,0000; metanol memiliki kerapatan 0,7873 g/cm3 dan bobot jenis 0,7908;

dan benzen memiliki kerapatan 0,8695 g/cm3 dan bobot jenis 0,8728.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan neraca Westphal

diperoleh bobot jenis dari akuades, metanol dan benzen berturut-turut adalah 0,964,

0,765 dan 0,846, sedangkan kerapatan dari akuades, metanol, dan benzen

berturut-turut adalah 0,9606 g/cm3 pada suhu 27 oC, 0,7616 g/cm3 pada suhu 30 oC,

dan 0,8430 g/cm3 pada suhu 27 oC.

Berdasarkan hasil pengukuran dengan piknometer diperoleh bobot jenis dari

akuades, metanol, dan benzen berturut-turut adalah 1,0000, 0,7908 dan 0,8728,

sedangkan kerapatan dari akuades, metanol dan benzen berturut-turut adalah 0,9965

g/cm3 pada suhu 27 oC, 0,7873 g/cm3 pada suhu 30 oC, dan 0,8695 g/cm3 pada suhu

28 oC.

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Bahan dan peralatannya dilengkapi dan diperbaharui, kalau perlu

distandardisasi ulang demi kelancaran praktikum terutama penyediaan bahan

praktikum seperti larutan-larutan yang sudah habis dan tidak layak pakai.

5.2.2 Saran untuk Percobaan

Sebaiknya alat digunakan dengan berhati-hati khususnya saat menaruh anting

pada neraca westphalt dan teliti saat membaca hasil pengukuran.


DAFTAR PUSTAKA

Baccini, A., Goetz, S. J., Walker, W. S., Laporte, N. T., Sun, M., Menashe, D. S.,
Hackler, J., Beck, P. S. A., Dubayah, R., Friedl, M. A., Samanta, S., Houghton,
R. A., 2012, Estimated Carbon Dioxide Emissions from Tropical Deforestation
Improved by Carbon Density Maps, Jurnal Nature Climate Change, 2 (10);
182-185.

Hayani, E., 2005, Teknik Analisi Mutu Minyak Nilam, Jurnal Ilmiah Semesta Teknika,
10 (1); 20-22.

Khamidinal., 2009, Teknik Laboratorium Kimia, Pustaka Pelajar, Jogjakarta.

Maurissa, A. E., Masturi, R., 2001, Densitas dan Distribusi Kristal Kalsium Oksalat
dalam Umbi Dua Varian Porang di KPH Saradan, Jawa Timur pada Siklus
Pertumbuhan Ketiga, Universitas Brawijaya, Malang.

Monk, Paul., 2004, Physical Chemistry Understanding our Chemical World, John
Wiley & Sons Ltd, The Atrium, England.

Peters, E.I., 1978, Introduction to Chemical Principles, W. B. Saunders Company,


Amerika.

Petrucci, R. H., 1996, Kimia Dasar, Erlangga, Bogor.


Siswanto, E. R., dan Suharyadi, E., 2014, Pengukuran Tetapan Suseptibilitas pada
Polyethylene Glycol (4000) Coated-Nanopartikel Magnetik Cobalt Ferrite
(CoFe2O4), ika Indonesia, 18 (53); 50-54.

Webb, P. A., 2001, Volume and Density Determinations for Particle Technologists,
Micromeritics Instrument Corp, 2 (16); 4-6.
Lampiran 1. Bagan Kerja

A. Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis Cairan dengan Menggunakan Neraca


Westphal

Neraca Westphal

- Dirangkai dan diseimbangkan terlebih dahulu.

- Diisi gelas ukur dengan akuades secukupnya sampai batas skala atas.

- Diukur suhu akuades dengan menggunakan termometer, lalu dicatat suhunya.

- Dimasukkan penyelam ke dalam gelas ukur yang berisi akuades.

- Diatur lengan neraca sedemikian rupa sehingga penyelam kurang lebih 2 cm

dari permukaan cairan.

- Diusahakan penyelam tidak bersentuhan dengan dinding gelas ukur.

- Diletakkan anting-anting pada skala lengan tunggal sedemikian rupa sehingga

neraca westphal setimbang.

- Dibaca angka skala pada anting-anting, mulai dari anting yang terbesar

sampai anting yang terkecil. Skala itu menunjukkan bobot jenis dari zat.

- Dibersihkan dan dikeringkan penyelam dan gelas ukur dengan tissue.

- Dilakukan hal yang sama, dengan mengganti akuades dengan metanol dan

benzen.

Hasil
B. Penentuan Kerapatan dan Bobot Jenis Cairan dengan Menggunakan
Piknometer

Piknometer
- Ditimbang massa piknometer kosong.

- Dimasukkan akuades ke dalam piknometer hingga mencapai batas atas.

- Ditutup piknometer, lalu dibersihkan dan dikeringkan dinding bagian

luar.

- Ditimbang bobot piknometer yang berisi akuades.

- Diukur suhunya dengan menggunakan termometer.

- Dicatat.

- Dilakukan hal yang sama dengan menggunakan metanol dan benzen.


Hasil
Lampiran 2. Perhitungan

1. Neraca Wesphal

A. Akuades

Anting I : 9 x 0,1 = 0,9

Anting II : 6 x 0,01 = 0,06

Anting III : 4 x 0,001 = 0,004

Anting IV : 0 x 0,0001 =0

Anting I + II + III + IV = 0,964

Sgt = 0,964

dt4 = Sgt x dtaq 27 C = 0,964 x 0,996512 g/cm3

= 0,9606 g/cm3

B. Metanol

Anting I : 7 x 0,1 = 0,7

Anting II : 6 x 0,01 = 0,06

Anting III : 5 x 0,001 = 0,005

Anting IV : 0 x 0,0001 =0

Anting I + II + III + IV = 0,765

Sgt = 0,765

dt4 = Sgt x dtaq 30 C = 0,765 x 0,995646 g/cm3

= 0, 7616 g/cm3

C. Benzena

Anting I : 8 x 0,1 = 0,8

Anting II : 4 x 0,01 = 0,04

Anting III : 6 x 0,001 = 0,006


Anting IV : 0 x 0,0001 =0

Anting I + II + III + IV = 0,846

Sgt = 0,846

dt4 = Sgt x dtaq 27 C = 0,846 x 0,996512 g/cm3

= 0,8430 g/cm3

2. Piknometer

A. Akuades

Bobot akuades + piknometer = 42,4380

Bobot piknometer kosong = 19,7283

Bobot akuades = 25,1343

Bobot akuades 25,1343


Sgt = = = 1,0000
Bobot akuades 25,1343

dt4 = Sgt x dtaq 27 C = 1 x 0,996512 g/cm3

= 0,996512 g/cm3

B. Metanol

Bobot metanol + piknometer = 38,2758

Bobot piknometer kosong = 19,7283

Bobot metanol = 19,8752

Bobot metanol 19,8752


Sgt = Bobot akuades = = 0,7908
25,1343

dt4 = Sgt x dtaq 30 C = 0,7908 x 0,995646 g/cm3

= 0,7873 g/cm3

C. Benzen

Bobot benzen + piknometer = 40,2664

Bobot piknometer kosong = 19,7283


Bobot benzen = 21,9374

Bobot benzen 21,9374


Sgt = = = 0,8728
Bobot akuades 25,1343

dt4 = Sgt x dtaq 28 C = 0,8728 x 0,996232 g/cm3

= 0,8695 g/cm3
Lampiran 3. Dokumentasi Percobaan

Gambar 1. Hasil kerapatan dan bobot jenis dengan menggunakan neraca Westphal

Gambar 2. Hasil kerapatan dan bobot jenis dengan menggunakan piknometer

Anda mungkin juga menyukai