SUPLEMEN
DIARTO TRISNOYUWONO 1
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
MATERIAL KAYU
Achmad Basuki / 1 April 2012
Salah satu material bangunan yang sudah lama dikenal oleh masyarakat adalah kayu. Se-
bagai material yang dapat diperbaharui, kayu yang bersumber dari hutan maupun non
hutan, tentunya akan terjaga ketersediaannya apabila pohon-pohon dilakukan penebangan
secara teratur, terkendali dan berkesinambungan dengan penanaman pohon-pohon peng-
gantinya. Jika dibandingkan dengan material lain, selain mudah diperoleh, kayu mem-
punyai berat jenis yang lebih ringan dan proses pengerjaannya pun dapat dilakukan den-
gan mudah dan menggunakan peralatan yang sederhana. Disamping itu, karena kayu
bersifat alami maka kayu akan terurai dengan baik dan tidak ada limbah (environmental
friendly).
Perkembangan penyediaan perumahan dan bangunan yang sangat besar dan munculnya
material-matierial baru yang berbasis logam pun ternyata tidak mengurangi penggunaan
kayu sebagai material. Karena kayu dapat digunakan sebagai material struktur maupun
non-struktur pada bangunan.
Sebagai material non-struktur, kayu dapat digunakan dalam bentuk kayu lapis (plywood),
pasticleboard, blockboard, Fiberboard, Teakblock, Laminated Veneer Lumber (LVL)
dan sebagainya. Namun demikian, sekarang sudah mulai dilakukan penelitan beberapa
material kayu non-struktur agar dapat digunakan sebagai material kayu struktur dengan
berbagai perlakuan dan teknik pengawetan. Seperti kayu LVL dari sengon dan karet yang
saat ini sudah mulai digunakan sebagai konstruksi kuda-kuda, yang ternyata dari hasil
pengujian, kekuatannya tidak kalah dibandingkan dengan konstruksi kuda-kuda dari baja
ringan.
Material kayu memiliki sifat yang tidak homogen, karena pola pertumbuhan tanaman se-
bagai penghasil kayu sangan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, disamping itu struktur
kayu mempunyai sifat fisik dan mekanik yang berlainan baik dalam arah longintudinal,
DIARTO TRISNOYUWONO 2
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
tangensial dan radial. Kekuatan kayu dalam arah longintudinal lebih besar dari pada arah
radial dan tangensial, sehingga kembang susutnya dalam arah longintudinal akan lebih
kecil dibandingkan dengan arah radial dan tangensial.
Berat jenis material kayu akan sangat menentukan kekuatan kayu. Berat jenis merupakan
perbandingan antara kepadatan kayu dengan kepadatan air pada volume yang sama.
Berdasarkan peraturan kayu yang baru, penggolongan kelas kuat kayu secara masinal
(grading machine) tidak sepenuhnya berdasarkan nama kayu perdagangan, tapi diten-
tukan oleh berat jenis kayu tersebut pada kadar air 15%. Karena pada satu jenis nama
kayu, misalnya kayu bengkirai ternyata mempunyai interval berat jenis yang relatif besar
antara 0,6 sampai 1,16. Sehingga, apabila sama-sama akan digunakan kayu bengkirai,
perlu dicek terlebih dahulu interval berat jenisnya jangan sampai terlalu besar.
Kodifikasi mutu kayu berdasarkan berat jenis saat ini menggunakan kode E10 sampai
E26 yang merujuk pada nilai modulus elastisitas lenturnya. Dari kode kuat mutu tersebut
juga akan dapat diketahui kekuatan tarik, tekan dan geser material kayu searah maupun
tegak lurus serat kayu.
Perencanaan kayu sebagai material struktur pun saat ini sudah berdasarkan standar
kaidah-kaidah dan peraturan perencanaan yang sudah dikaji berdasarkan sifat fisik dan
mekanik kayu yang terdiri atas berbagai macam jenis kayu. Sebelumnya, untuk perancan-
gan konstruksi kayu di Indonesia masih menganut Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia
(PKKI) 1961 dimana dapat dikatakan masih menggunakan teknik analisis yang relatif
sederhana dan mendasarkan pada metode tegangan ijin dan nilai angka keamanan (safety
factor), sehingga dalam proses perancangan dan pemanfaatan kayu menjadi belum opti-
mal.
Oleh karenanya, sejak tahun 2002, Badan Standarisasi Nasional (BSN) telah mengelu-
arkan Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu SNI-5, dimana dalam merencanakan kon-
struksi kayu sudah mendasarkan pada metode Load and Ressistant Factor Design
(LRFD) dan penentuan kualitas kayu berdasarkan Kode Mutu Kayu yang baru. Peraturan
tersebut tentunya sudah mendasarkan pada hasil kajian statistik dan analisis desain yang
lebih mendekati kondisi riil material kayu sebelum dan selama umur layan konstruksi.
Disamping itu, faktor koreksi masa layan juga diperhitungkan dalam perencanaan seperti
pada kondisi layan basah, pengawetan, ketahanan terhadap api, stabilitas dan sebagainya.
Peraturan kayu SNI-5 juga telah mengadopsi hasil penelitian terbaru tentang pengaruh
temperatur dan waktu terhadap perilaku kayu. Senyawa kayu yang terdiri atas selulosa,
lignin dan hemiselulosa sangat mudah terpengaruh oleh perubahan temperature, khusus-
nya temperatur yang tinggi. Sedangkan waktu pembebanan juga akan sangat berpengaruh
pada kekuatn kayu, fenomena rangkak (creep) juga berlaku pada material kayu.**
DIARTO TRISNOYUWONO 3
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PENGERINGAN KAYU
Achmad Basuki / 17 Desember 2013
Salah satu masalah penting dalam pengolahan kayu sebelum digunakan sebagai
bahan/material konstruksi, mebel atau pembuatan material berbahan dasar kayu adalah
masalah pengeringan kayu. Setelah penebangan tanaman kayu, log kayu masih
mengandung air yang relatif besar. Kandungan air pada kayu sangat mempengaruhi
karakteristik kayu.
Pengeringan kayu ini bertujuan untuk mengeluarkan air dari dalam kayu hingga
mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan, dimana kayu akan digunakan,
tanpa menurunkan kualitas kayu tersebut. Pengeringan kayu dapat dilakukan dengan dua
cara yakni secara alami dan menggunakan alat pengering/penguap.
Pengeringan secara alami dilakukan dengan menjemur di bawah panas sinar matahari
atau mengangin-anginkan pada suhu ruang. Kandungan air dalam kayu secara perlahan
akan menguap menyesuaian dengan kondisi lingkungan. Terkadang pengeringan alami
ini membutuhkan waktu yang lebih lama, tergantung pada kondisi cuaca. Sedangkan
pengeringan dengan menggunakan alat pengering, membutuhkan ruangan khusus yang
suhu (panas) ruangannya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan kecepatan pengeringan
kayu.
Proses penguapan air atau pengeringan ini tentu harus dikontrol dengan baik karena akan
sangat mempengaruhi kondisi fisik material kayu. Beberapa keuntungan dari proses
pengeringan kayu yang baik adalah a) pada pengeringan dengan kadar air tertentu dapat
menghindarkan kayu dari tumbuhnya jamur, b) dapat menstabilkan dimensi kayu, tidak
DIARTO TRISNOYUWONO 4
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
mengalami susut dan mengembang yang berlebihan, retak ataupun pecah, c) warna kayu
menjadi lebih cerah, d) dapat meningkatkan rendemen kayu yang berkualitas baik, d)
memudahkan dalam melakukan pengecatan dan finishing kayu. Apabila tidak dikontrol
dengan baik, seperti terjadinya penyusutan atau perubahan dimensi kayu yang cukup
drastis. Bahkan beberapa kasus dapat menyebabkan terjadinya retakan-retakan antar serat
kayu, atau terjadinya puntiran (atau ngulet dalam bahasa Jawa).
Pengeringan harus dilakukan untuk mencapai kadar air yang seimbang, yaitu kadar air
dimana kayu tidak akan mengeluarkan atau menyerap air dari lingkungan sekitarnya.
Kadar air yang diinginkan tentunya disesuaikan dengan tujuan pemakaian material kayu
nantinya, apakah dalam kondisi lingkungan dengan kelembaban lingkungan tinggi atau
rendah, dalam lingkungan yang langsung berhubungan dengan cuaca atau tidak.
Kayu untuk kemasan dan alat musik umumnya mensyaratkan kadar air berkisar 5% –
10%, termasuk kayu yang digunakan pada lingkungan dengan pemanas di sekitarnya.
Sehingga setelah digunakan kayu tidak akan mengalami penyusutan yang lebih besar.
Sedangkan untuk kusen pintu, jendela mebel dalam ruangan berkisar antara 10% – 16%.
Umumnya untuk menghindari timbulnya jamur dan bubuk/serangga kayu basah, kadar air
yang disyaratkan maksimal sebesar 20%. Kadar air keseimbangan ini juga dipengaruhi
kondisi kelembaban lingkungan geografis tempat kayu berada. Beberapa kota di
Indonesia mempunyai kelembaban yang berbeda-beda, umumnya berkisar antara 10% –
19%.
Pada pengeringan kayu menggunakan ruangan khusus pengering, maka hal yang harus
diperhatikan adalah bahwa ruangan harus tersedia energi panas yang cukup sesuai dengan
kapasitasnya, dan sirkulasi udara yang baik untuk meratakan panas ke selurah permukaan
kayu, serta ketepatan susunan penumpukan kayu dalam ruangan.
Penumpukan kayu yang baik dilakukan terlebih dahulu untuk kayu dengan ketebalan
yang sama, pengganjal penumpuk kayu sebaiknya dari jenis kayu yang sama. Setelah itu,
peningkatan suhu (panas) yang didistribusikan dalam ruangan harus dilakukan secara
bertahap. Pada awal pengeringan dapat digunakan suhu sekitar 40-500C disesuaikan
DIARTO TRISNOYUWONO 5
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
dengan jenis dan kondisi kayu. Ketahanan kayu terhadap panas juga perlu diperhatikan,
apabila tahan panas, maka setelah kadar air mencapai sekitar 20%, maka suhu dapat
dinaikkan sampai 800C atau lebih. Pemantauan setiap saat mutlak dilakukan agar
pengeringan dapat terkontrol dengan baik. Dapat pula dilakukan pengambilan
sampel/contoh selama proses pengeringan untuk mengetahui kelembaban dan kadar
airnya. Pengukuran kadar air ini, dapat dilakukan dengan menggunakan alat secara
langsung, atau dibandingkan juga dengan pengukuran menggunakan neraca dan oven.
Proses pengeringan dihentikan setelah kayu mencapai kadar air yang diinginkan.
Disamping itu, hal yang juga penting dalam proses pengeringan kayu ini adalah proses
penyimpanan kayu yang telah dikeringkan di dalam gudang. Penumpukan di gudang
harus dijaga agar kelembabannya stabil sehingga tidak meningkatkan penyerapan air
kembali ke dalam kayu.***
DIARTO TRISNOYUWONO 6
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Pada konstruksi dengan material berbahan dasar dari kayu, terutama untuk produk-
produk kayu olahan seperti kayu lapis (plywood), blockboard, papan partikel
(particleboard), Laminated Veneer Lumber (LVL), Cross Veneer Lumber (CVL), oriented
strandboard (OSB) dan wafer-board, kayu lamina (glulam – glue laminated), dan
sebagainya, perekat (adhesives) memainkan peranan yang cukup penting dalam
menjamin mutu produk kayu olahan tersebut.
Interior suatu bangunan menggunakan produk kayu olahan seperti papan partikel, yang
digunakan untuk furnitur dan beberapa aplikasi struktural seperti dasaran lantai, dan kayu
lapis, yang digunakan untuk mebel dan panel dekoratif, juga mengandalkan perekat untuk
melapisi bahan kayu.
DIARTO TRISNOYUWONO 7
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Pemilihan, tingkat aplikasi, dan kondisi perawatan untuk perekat produk-produk tersebut
dikontrol pada titik awal pembuatan. Yang menjadi pertanyaan pada aplikasi perekat
pada produk kayu ini adalah mengenai ketahanan dan lamanya rekatan, keandalan,
ketahanan terhadap faktor lingkungan, dan emisi bahan kimia yang mudah menguap ke
dalam ruang bangunan.
Terdapat dua jenis perekat yang umum digunakan untuk pembuatan produk kayu olahan
ini, yaitu urea- formaldehida hyde (UF) yang hanya cocok untuk penggunaan produk
interior dan fenol-formaldehida (PF) yang digunakan untuk aplikasi eksterior.
Perekat urea-formaldehida adalah perekat tebal yang akan mengering menjadi padat tak
berwarna. Perekat UF sangat ekonomis dan mengering cepat tetapi tidak cocok untuk
kondisi basah. Untuk alasan ini, perekat UFbanyak digunakan untuk panel-panel
dimaksudkan penggunaan nonstruktural seperti papan partikel dan kayu lapis (hardwood
plywood).
Perekat UF tak berwarna dan karena itu memiliki keuntungan lebih lanjut tidak mudah
kusam dari permukaan veneer yang digunakan untuk panel kayu interior. Bahan baku
untuk perekat UF berasal dari turunan gas alam melalui intermediasi amonia untuk urea
dan metanol pada formaldehida.
Perekat fenol-formaldehida (PF) berwarna ungu-coklat tua dan memberikan garis lem
gelap yang terkait dengan produk seperti kayu lapis dan OSB. Dikenal sebagai fenolat,
PF merupakan turunan dari minyak mentah dan resin utama yang telah disetujui untuk
pembuatan produk kayu olahan untuk aplikasi eksterior. Perekat PF digunakan untuk
pembuatan glulam, PSL, LVL, kayu lapis, OSB/waferboard dan untuk meningkatkan
tegangan sambungan jari pada kayu.
Perekat PF agak lebih mahal daripada perekat UF dan menunjukkan tingkat yang lebih
rendah emisi formaldehida. Disamping itu, terdapat pula perekat Resorsinol-formaldehida
(RF) yang merupakan zat fenolik yang lebih reaktif daripada perekat PH. Lebih reaktif
dimana pengeringan lebih cepat dan berlangsung pada suhu kamar atau di bawahnya.
Perekat ini memiliki sifat dasar yang sama sebagai perekat PF. Namun, harganya yang
DIARTO TRISNOYUWONO 8
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
mahal membuat dalam prakteknya sering dicampur dengan perekat PF untuk menghemat
biaya.
Formaldehida merupakan bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan banyak produk
yang tergolong kontemporer, misalnya kain pelapis/terpal, pakaian pres permanen, dan
karpet. Juga merupakan komponen perekat yang digunakan untuk memproduksi sebagian
besar panel-panel kayu dan produk komposit kayu. Formaldehida merupakan suatu
penyebab iritasi alergi terhadap beberapa orang ketika terpapar dalam waktu yang lama
dan tingkatan yang tinggi. Pada bangunan efek atau pengaruh ini dapat diperparah ketika
bangunan memiliki tingkat pertukaran udara di bawah standar yang diijinkan.
Tingkat emisi formaldehida dari setiap produk baru sangat bergantung waktu. Tingkat
emisi tertinggi terjadi ketika produk baru dibuat, dan terus menurun seiring dengan
waktu. Beberapa negara, termasuk Amerika dan Kanada, telah secar ketat mengatur
tingkat emisi atau batas penggunaan jumlah formaldehida yang diijinkan yang dapat
dipancarkan oleh bahan bangunan dan isinya.
Produk kayu yang dibuat dengan perekat PF memiliki tingkat rendah emisi formaldehida
karena resin fenol kimia semua menjadi formaldehida. Karena komponen formaldehida
dari perekat UF tidak sepenuhnya ditentukan oleh urea, beberapa bebas menguap.
Produsen perekat diharuskan memenuhi standar keamanan emisi dengan mengurangi
kandungan formaldehida dan konsekuensinya meningkatkan jumlah perekat dan waktu
pengeringan.
Dengan demikian menjadi tantangan bagi ahli kimia untuk menemukan perekat yang berbiaya
rendah tapi juga ramah lingkungan, sehingga aman digunakan untuk produk-produk kayu
olahan.***25 Oktober 2013
DIARTO TRISNOYUWONO 9
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Pintu kayu lebih disukai oleh banyak orang ketimbang pintu dari bahan lain, hal ini
dikarenakan pintu kayu mampu memberikan fungsi utamanya sebagai perlindungan dan
keamanan dari luar. Selain itu, pintu kayu juga dapat memberikan rasa tenang, nyaman,
elegan dan keindahan yang jarang diberikan oleh jenis pintu bahan lain.
Pintu kayu juga memiliki ketahanan terhadap cuaca, tahan lama, dan mudah di olah dan
dipareasikan sesuai dengan keinginan kita. Bahan alami kayu juga dapat memberikan
efek mengurangi pantulan suara, dan juga lebih ramah terhadap lingkungan serta mem-
berikan kesan akrab
DIARTO TRISNOYUWONO 10
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Kayu mahoni
Kayu Merbau
Kayu Meranti
Ada beberapa cara memilih pintu kayu sebagai pintu rumah yang bisa diikuti agar pas
dengan desain rumah kita. berikut beberapa cara memilih pintu kayu sebagai pintu
rumah.
Tebal pintu
Buatlah pintu dengan ketebalan 4 centimeter (disarankan) atau minimal memiliki kete-
balan 3,5 centimeter. Ini bertujuan agar pintu tersebut benar-benar kuat dan aman.
Pintu selalu merupakan bagian penting dari setiap rumah atau struktur bangunan. Pintu
kayu merupakan pintu yang sangat bagus untuk semua rumah. Banyak rumah yang mem-
buat desain pintunya menjadi klasik dan elegan. Pintu kayu tidaklah harus polos dan
datar. Kita dapat memberikan goresan seni pada kayu tersebut.
DIARTO TRISNOYUWONO 11
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Abstrak
Kayu jati memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan jenis-jenis
kayu yang lain. Antara lain: mudah ditangani, awet, tidak mudah retak dan memi -
liki penampilan serat dan pori yang sangat menarik. Kayu jati mengandung
minyak didalamnya yang dikenal sebagai teak oil. Minyak ini membuat kayu jati
menjadi awet karena tidak disukai oleh ulat atau serangga. Semakin tua usia
kayu jati, maka semakin banyak kandungan minyak di dalamnya dan semakin
baik kualitasnya. Kayu jati memiliki pola serat yang sangat menarik. Dia memiliki
warna dasar coklat muda kekemasan dengan karakter serat yang sangat kuat,
dengan tektur serat dan pori yang dalam.
Selain kayu jati yang didapatkan dari perhutani, kayu jati di Indonesia juga
banyak yang didapatkan dari hutan atau perkebunan rakyat yang ditanam oleh
penduduk. Harga kayu jati yang mahal dan pembudi dayaannya yang relatif mu-
dah membuat kayu ini banyak ditanam oleh penduduk. Kayu jati dari penduduk
ini bisanya dapat diperoleh dengan harga yang lebih murah, dengan kualitas
yang rata-rata di bawah kualitas kayu jati dari Perhutani. demikian tips dari kami
untuk cara memilih kayu jati yang baik supaya anda mendapatkan pengetahuan
mengenai kualitas kayu jati yang baik.
DIARTO TRISNOYUWONO 12
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Cara Memilih Kayu jati Yang baikyaitu dengan memahami kualitas dan jenis- je-
nis kayu jati yang ada, dengan itu kita akan mendapatkan kualitas kayu jati yang
terbaik. dengan mengetahui hasil yang terbaik itulah maka jika kita akan membeli
furniture tentunya kita akan mengetahui kualitas kayu yang diberikan oleh pe-
rusahaan mebel .
kayu jati (teak wood) merupakan kayu yang sangat popular dalam industri wood-
working. Kayu jati ini merupakan salah kayu yang terbaik untuk digunakan seba-
gai bahan baku mebel atau bahan -bahan untuk produk dari kayu yang lain.
DIARTO TRISNOYUWONO 13
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Kayu jati ini banyak tumbuh di daerah asia, dan merupakan produk kayu unggu -
lan dari Indonesia. Kayu jati banyak digunakan sebagai kerangka rumah, pintu,
furniture, pagar, flooring dll. cara memilih kayu jati yang baik untuk furniture yaitu
dengan memahami kualitas, jenis dan kadar air dalam kayu jati tersebut. dengan
itu kita akan mengetahui kayu jati dengan kualitas yang terbaik.
Kayu jati yang akan digunakan untuk produk-produk kayu yang membutuhkan
penampilan yang baik, ternyata harus dikeringkan dengan cara yang benar.
Pada jaman dulu, orang melakukan pemotongan kayu jati hanya pada pohon
yang sudah kering. Pohon jati dimatikan tanpa dipotong. Pohon jati dibiarkan
mati dengan keadaan berdiri, dengan cara ini maka pohon ini akan kering secara
alami. Pohon yang sudah kering ini kemudian baru dipotong dan dibelah untuk
digunakan.
Pada saat ini maka pengeringan kayu jati banyak dilakukan dengan menggu-
nakan oven kayu. Kayu jati dipotong dan dibelah, kemudian dimasukkan dalam
kiln dry untuk dikeringkan. Untuk mendapatkan kayu dengan kualitas terbaik,
maka pengeringan kayu jati tidak boleh terlalu cepat. Biasanya dibutuhkan waktu
sekitar 4 minggu sampai 6 minggu pengeringan untuk mendapatkan hasil kayu
yang maksimal. Pengeringan yang terlalu cepat bisa mengurangi kualitas kayu
dengan adanya kayu yang retak, melengkung atau masalah dengan warna kayu
yang gelap. Pengeringan dengan menggunakan pre drier kiln juga bisa digu-
nakan untuk menghasilkan kualitas kayu yang lebih baik.
Kayu jati yang digunakan untuk membuat produk kayu bagiamanapun juga harus
kayu yang sudah kering. Penggunaan kayu yang masih basah akan menim-
bulkan masalah di kemudian hari seperti masalah kayu pecah, melengkung atau
bahkan masalah jamur. Kayu yang sudah kering juga memiliki resiko yang lebih
kecil untuk terkena masalah dari minyak kayu di dalamnya.
Memahami cara memilih kayu gelondong sangatlah penting, terutama bagi para
pengelola industri permebelan. Sebab, jika ada kesalahan dalam memilih kayu
DIARTO TRISNOYUWONO 14
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Untuk menghindari terjadinya hal yang demikian, berikut ini adalah cara memilih
kayu gelondong atau kayu log yang penting untuk anda ketahui :
1. Pilihlah kayu yang bulat :
Maksudnya adalah pilihlah kayu yang memiliki tingkat kebulatan yang baik
( hampir sempurna bulatnya ). Sebab, pada dasarnya bentuk fisik kayu gelon-
dong atau kayu log memang bermacam-macam dan hampir tidak ada yang be-
nar-benar sempurna tingkat kebulatannya, ada yang bulatnya tidak beraturan
dan ada juga yang bentuk seperti buah belimbing yakni berbentuk bintang. Jika
masih ada pilihan lainnya, sebaiknya kayu gelondong dengan bentuk fisik yang
demikian jangan dipilih, sebab volume kayu yang didapat nantinya ketika kayu
berbentuk belimbing tersebut diproses atau digergaji sangatlah sedikit, atau den-
gan kata lain hanya akan menumpuk limbah karena banyak bagian dari kayu
yang tidak akan bisa digunakan dengan maksimal. Berbeda jika anda memilih
kayu yang memiliki tingkat kebulatan yang baik, volume kayu yang dapat anda
gunakan ketika kayu tersebut sudah diproses menjadi papan jelas lebih banyak
alias lebih maksimal, mungkin hanya menyisakan sedikit limbah. Jadi memper-
hatikan tingkat kebulatan ini penting karena akan menguntungkan bagi ada
ketika digunakan untuk membuat furniture nantinya.
2. Pilihlah kayu yang memiliki sedikit gubal Kayu yang baik adalah kayu yang
sedikit gubal, ketebalan gubal kurang dari 3 cm mungkin masih bisa ditolerir.
Tapi jika bagian gubal pada kayu gelondong yang akan anda pilih sangat tebal,
sebaiknya jangan anda pilih sebab kayu yang banyak gubal sangat rentan dis-
erang rayap dan mudah keluar bubuk.
DIARTO TRISNOYUWONO 15
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
kayu log tersebut sudah diproses. Kayu yang memiliki banyak mata adalah ciri-
ciri kayu yang kurang baik, selain mengurangi keindahan pada tampilan kayu itu
sendiri, kayu yang memiliki banyak mata ini juga memiliki kemungkinan pecah
atau retak lebih besar. Disamping itu, biasanya kayu yang terdapat mata
kayunya secara kurang kuat yakni mudah patah jika terkena beban.
Kesimpulan :
Tiga hal penting yang anda perhatikan sebelum membeli kayu gelondong
DIARTO TRISNOYUWONO 16
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Pertama : Anda cek atau teliti dulu fisik kayu yang akan anda beli. Apakah jenis
kayu dan kualitas kayu serta ukuran kayunya sudah sesuai dengan yang anda
butuhkan?
Kedua : Bertransaksi dengan pemilik kayu tersebut. Sebab sesuai pengalaman,
banyak sekali mafia kayu yang ngaku-ngaku sebagai pemilik asli tetapi setelah
diselidiki lebih dalam ternyata bukan. Jadi anda harus memastikan bahwa anda
bertransaksi dengan pemilik sebenarnya.
https://www.google.com/search?q=tip+memilih+kayu+gelondong&ie=utf-
8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:en-US:official&client=firefox-
a&channel=np&source=hp#channel=np&q=manfaat+memilih+kayu+gelondong+j
ati&rls=org.mozilla:en-US:official
http://klikpintar.com/lingkungan/jenis-kayu-jati/
http://pohonjatimurah.blogspot.com/
http://id.wikipedia.org/wiki/Jati
DIARTO TRISNOYUWONO 17
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Pemanfaatan kayu gelondongan (utuh) dari hasil hutaan saat ini sudah mulai mencapai
keterbatasan, dikarenakan oleh ketersediaannya yang semakin menipis. Sehingga,
dilakukan upaya-upaya untuk pemanfaatan kayu dengan maksimal dan penggunaan kayu
alternatif/kayu cepat tumbuh yang sekarang mulai banyak dikembangkan. Upaya tersebut
dimaksudkan untuk menghasilkan berbagai produk material yang basis utamanya adalah
kayu. Fungsi utama material kayu tetap menjadi hal yang menentukan, baik untuk fungsi
struktural maupun non-struktural, interior maupun eksterior.
Dalam istilah industri, pemanfaatan ini dikenal dengan produk material komposit
berbasis kayu. Istilah material komposit disini dimaksudkan sebagai komponen kayu
(berupa serat, serbuk, veneer/lembaran, papan) yang direkatkan satu sama lain dengan
perekat (adhesive). Material komposit berbasis kayu ini dapat berupa papan serat
(fibreboard), papan partikel (particleboard), sampai balok laminasi (laminated beam).
Tampak bahwa material komposit berbasis kayu dapat memanfaatkan semua jenis dan
tipe kayu, baik itu kayu hasil residu penebangan, daur ulang kayu, serat kayu, kayu
diameter kecil, dan sebagainya.
Secara umum, menurut Maloney, produk material komposit berbasis kayu ini dibagai atas
4 kategori yaitu 1) material berbasis veneer (plywood, laminated veneer leumber/LVL,
parallel strand lumber/PSL), 2) material laminasi (glued laminated timber, overlayde
materials, komposit kayu-non kayu laminasi, multiwood composite), 3) material
komposit (papan serat, papan serat selulosa, hardboard, papan partikel, waferboard,
flakeboard, oriented strand board, laminated strand lumber, oriented strand lumber), 4)
Komposit kayu-non kayu (komposit serat kayu-polimer, inorganic-bonded composite).
DIARTO TRISNOYUWONO 18
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Secara konvensional, pembuatan material komposit berbasis kayu ini dilakukan dengan
sedikit sekali menggukan perekat (resin) dan bahan tambahnya. Sekitar 90% atau lebih
dari massa material komposit merupakan komponen kayu, sisanya merupakan perekat
(adhesive). Perekat yang digunakan umumnya adalah phenol formaldehyde (PF), urea
formaldehyde (UF), melamine formaldehyde (MF), isocyanates, dan perekat bio-based.
Perekat phenol formaldhyde (PF) banyak digunakan untuk proses perekatan material
berbasis kayu yang akan digunakan pada panel eksterior, konstruksi yang langsug
berhubungan dengan cuaca. Sedangkan perekat UF banyak digunakan untuk material
komposit yang akan digunakan dalam ruangan (interior). Perekat MF digunakan untuk
merekatkan panel-panel interior atau laminasi dekonratif, lem kertas dan sebagainya.
Perekat MF relatif lebih mahal dibandingkan perekat PF, dan seringnya digunakan
bersamaan/dicampur dengan perekat UF. Perekat isocyanates lebih banyak digunakan
sebagai pengganti penggunaan perekat PF, sedangkan perekat berbasis bio saat ini mulai
lebih banyak dikembangkan dan digunakan sebagai alternatif pengganti penggunaan
perekat formaldehyde yang untuk jangka panjang tidak beaik untuk kesehatan. Perekat
berbasis bio dapat dihasilkan dari biji-bijian dan lignin dengan pengolahan khusus.
Zat tambahan juga banyak digunakan seperti wax, yang dimaksudkan untuk membuat
perekat lebih tahan terhadap air atau tidak menyerap air. Hal ini diperlukan juga untuk
membuat material kayu lebih stabil pada kondisi lingkungan yang lembab.
Plywood merupakan sebuah produk panel yang dibuat dari lembaran-lembaran (veneer)
yang umum disebut dengan plies (ply). Plywood paling banyak dijual di pasaran.
Lembaran-lembaran tersebut disusun dan direkatkan saling tegak lurus. Lembaran muka
dan belakang harus mempunyai arah serat yang sama. Sehingga, mensyarakan jumlah
lembaran pada plywood adalah ganjil (odd). Tripleks adalah salah satu tipe plywood.
Oriented strandboard (OSB) adalah produk berbasis kayu yang terdiri atas strand tipis
kayu yang direkatkan satu sama lain dengan perekat dan resin anti air. Terkadang banyak
digunakan untuk keperluan struktural. Umumnya terbuat atas tiga lapis strand.
DIARTO TRISNOYUWONO 19
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Papan partikel banyak digunakan untuk keperluan papan panel dinding, mebelair (meja,
almari) dan sebagainya. Papan partikel dibuat dari partikel-partikel kayu yang direkatkan,
kemudian dipadatkan dengan panas dan tekanan.
Sedangkan papan fiber terbuat atas serat-serat kayu yang direkatkan satu sama lain dan
dipadatkan. Yang paling banyak dijual di pasaran adalah tipe MDF atau middle-density
fibre board. MDF dapat dibuat dalam proses kering dan basah.***
DIARTO TRISNOYUWONO 20
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
1. Sejarah
Jati (Tectona grandis) terkenal sebagai kayu komersial bermutu tinggi, termasuk
dalam family Verbenaceae. Penyebaran alami meliputi negara-negara India,
Birma, Kamboja, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia jati terdapat di
beberapa daerah seperti Jawa, Muna, Buton,Maluku Dan Nusa Tenggara.
Pohon jati cocok tumbuh di daerah musim kering agak panjang sekitar 3-6 bulan
pertahun. Curah hujan yang dibutuhkan rata-rata 1250-1300 mm/tahun dengan
temperatur rata-rata 22-260C. Jati umumnya tumbuh pada tanah bertekstur
sedang dengan pH netral hingga asam. Kayu jati termasuk kelas kuat I dan kelas
awet II . Penyebab keawetan dalam kayu teras jati adalah tectoquinon (2-
methylan thraquinone). Kayu jati mengandung 47,5% selulosa, 30% lignin,
14,5%pentosan, 1,4% abu dan 0,4-1,5% silika.
Kayu jati banyak digunakan untuk bantalan rel kereta api, tiang jembatan, mebel,
balok dan gelagar rumah, serta kusen, pintu, dan jendela.
Perkembangan teknologi khususnya dalam bidang rekayasa genetik (pemuliaan
pohon/tree improvement) dan kultur jaringan telah menghadirkan jati varietas
unggul. Jati yang dihasilkan diharapkan memiliki keunggulan komporatif berdaur
pendek (10-15 tahun), sedikit cabang, batang lurus dan silindris, maka lahirlah
jati varietas Solomon.
Ahli kehutanan menyatakan bahwa semua jenis pohon penghasil kayu cepat
tumbuh akan menghasilkan kualitas kayu (kelas awet dan kelas kuat) yang lebih
rendah dibandingkan dengan pohon yang berumur maksimal. Tetapi pengusaha
kayu menyatakan bahwa masalah kualitas kayu sudah dapat dipecahkan dengan
teknologi industri. Sifat mudah diolah dan dibentuk dari pohon cepat tumbuh
DIARTO TRISNOYUWONO 21
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
DIARTO TRISNOYUWONO 22
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
terutama dari bentuk akar (kalau mau beli bongkar dulu akarnya) . Bibit jati
Solomon stek pucuk mempunyai akar menyamping (kiri kanan, depan belakang
seperti cakar), sedangkan bibit selain stek pucuk akarnya menghujam ke bawah.
Daun jati Solomon stek pucuk lebih halus permukaannya, sedangkan bibit biasa
cenderung lebih kasar. Pada batang paling bawah terlihat seperti bekas
potongan yang mengeluarkan akar, pada ruas pertama terlihat lebih besar dan
lebih kokoh serta cenderung lebih gelap dari ruas selanjutnya, karena pada saat
pertumbuhan pucuk (proses pemotongan sampai keluar akar 3-4 minggu) terjadi
penguatan batang untuk pertumbuhan akar, dan pada saat tersebut
pertumbuhan pucuk terhenti.
e. Kayu
Pohon jati merupakan jenis pohon tropis dan sub tropis dikenal sejak abad ke-9
sebagai pohon dengan kualitas tinggi dan awet sampai 500 tahun. Kayunya
berwarna kemerah-merahan. Pohon tua sering beralur dan berbanir. Kulit batang
tebal, abu-abu atau coklat muda keabu-abuan.
Jati (Tectona) yang dikenal luas ada 3 jenis, yaitu;
1. Tectona grandis Linn f. (Jati Indonesia diperkirakan asalnya dari India)
2. Tectona hamiltoniana wall (Tumbuh di daerah kering Myanmar)
3. Tectona phillipinensis Benth & Hooker (tumbuh di Filipina sebagian pulau
ling Mindoro dan Batangas)
Tectona grandis diakui memilki kelas awet dan kelas kuat yang terbaik. Kelas
awet merupakan kekuatan alami kayu terhadap serangan serangga, sementara
kelas kuat merupakan ketahanan alami kayu terhadap beban mekanis. Tectona
grandis (jati) Indonesia var Solomon mempunyai kelas awet tingkat I dan II serta
kelas kuat tingkat I sehingga kayu jati Indonesia merupakan kayu jati terbaik di
dunia dengan harga yang sangat mewah (sesuai kualitas kayu).
Untuk harga kayu jati utamanya dalam bentuk kayu bulat (bagian batang yang
terbentuk bundar memanjang dari pohon jati) ditentukan oleh;
a. Besarnya diameter
- Sortimen kayu bundar kecil (KBK-A1) = diameter antara 4-19 cm
- Sortimen kayu bundar sedang (KBS-A2) = diameter antara 20-29 cm
DIARTO TRISNOYUWONO 23
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
DIARTO TRISNOYUWONO 24
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
konvensional pohon sebenarnya baru bisa dipanen pada umur 60 tahun dan
optimal 80 tahun, tapi sejak berkembangnya pengembangan jati secara vegetatif
melalui kultur jaringan, kultur tunas dan stek pucuk sehingga dihasilkan pohon
jati berproduksi cepat (antara 10 sd 15 tahun) dengan hasil produksi yang cukup
tinggi.
5. Tempat Tumbuh
Walaupun jati dikenal sebagai penghasil kayu yang kuat, tetapi jati juga
memerlukan kondisi yang kondusif untuk mendukung pertumbuhannya. Habitat
tumbuh yang sesuai akan mendukung kualitas kayu yang dihasilkan. Tanah
dengan topografi relatif datar (hutan dataran rendah) kemiringan lereng
maksimal 20% dan kandungan unsur kimia pokok yang dapat mendukung
pertumbuhan jati adalah Kalsium (Ca), Fosfor (P), Kalium (K) dan Nitrogen (N),
sedangkan kapasitas bahan organik (humus) optimum antara 1,87-5,55 yang
berada dipermukaan dan 0,17-0,19% sekitar 100 cm di bawah permukaan.
Ketinggian tempat maksimal adalah 800 m dpl karena ketinggian tempat lebih
dari 800 m dpl tanaman jati tidak dapat tumbuh dengan baik akibat suhu tahunan
yang lebih rendah.
Curah hujan minimum untuk tanaman jati adalah 750 mm/tahun, optimum 1000-
1500 mm/tahun dan maksimum 2500 mm/tahun. Walaupun demikian tanaman
jati masih dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 3 750 mm/tahun. Curah
hujan secara fisik dan fisiologis berpengaruh terhadap sifat gugurnya daun dan
kualitas produk kayu. Di daerah dengan musim kemarau panjang tanaman jati
akan menggugurkan daunnya dan biasanya lingkaran tahun yang terbentuk lebih
artistik.
Suhu udara yang dibutuhkan tanaman jati untuk tumbuh baik minimum 13-170C
dan maksimum 39-430C. Pada suhu optimum 22-420C, kualitas kayu jati yang
dihasilkan lebih baik.
Kelembaban lingkungan optimum untuk tanaman jati sekitar 80% untuk fase
vegetatif dan 60-70% pada fase generatif.
6. Pertumbuhan
DIARTO TRISNOYUWONO 25
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
DIARTO TRISNOYUWONO 26
POLITEKNIK NEGERI KUPANG
JURUSAN TEKNIK SIPIL
DIARTO TRISNOYUWONO 27