Anda di halaman 1dari 9

PAPER

PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK


“KAYU”

DOSEN PENGAMPU : LISANI, S.TP,.M.P

DISUSUN OLEH :
EGGY AGUNAN SAPUTRA
(J1B115058)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pohon tidak berbeda dengan tanaman lain dalam hal bahwa kedua kelompok ini
bertambah tinggi dengan pertambahan umurnya. Bedanya adalah bahwa pohon memiliki
kemampuan untuk mempertahankan pertumbuhannya dalam jangka waktu bertahun-
tahun dan memperbanyak lapisan-lapisan pertumbuhannya dalam arah tinggi dan
diameter. Hasil utama dari proses pertumbuhan berupa kayu telah dimanfaatkan dan
menjadi bagian dari kebutuhan manusia sejak lama, bahkan sejak hasil hutan tersebut
dikenal manusia. Dari kayu, manusia dapat memproduksi berbagai produk untuk
bermacam-macam keperluan dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam pemanfaatannya,
kayu yang diambil dari pohon dapat digunakan langsung sebagaimana adanya. Kayu juga
dapat digergaji dan dibentuk untuk menjadi bahan konstruksi. Dari kayu pula dibuat
produk-produk panel/ komposit, kertas, dan bahan energi. Apabila besarnya manfaat dan
kegunaan kayu tersebut dilihat secara lebih seksama, maka sudah seharusnyalah kalau
semua orang yang terlibat dari sejak ditanam hingga digunakan perlu berfikir dan
bertindak secara komprehensif. Dengan kata lain, barang siapa dalam aktivitasnya, baik
langsung maupun tidak langsung, terlibat dalam pengurusan pohon dan kayunya harus
dapat memahami, menjelaskan, dan menganalisis hubungan antara pertumbuhan dan
kualitas kayu. Dengan demikian, usaha-usaha yang dilakukan memiliki arti bagi banyak
pihak.
Untuk memenuhi tuntutan komprehensif seperti dikemukakan di atas masih
memerlukan usaha-usaha mendasar dalam bentuk pengembangan pengetahuan,
khususnya yang berhubungan dengan interaksi antara kegiatan penanaman pohon dan
pemanfaatan kayu. Apa yang umum terjadi saat ini adalah terjadinya pemisahan antara
orang yang bekerja dalam kegiatan seperti penanaman dan pemeliharaan pohon (forester)
dengan orang yang bekerja sebagai pembuat berbagai produk kayu (manufacturer).
Kenyataan menunjukkan bahwa pada umumnya, forester bekerja bertahun-tahun untuk
meningkatkan produksi kayu. Dalam aktivitasnya, berbagai teknik dan usaha
dikembangkan agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, membuat suatu
kawasan menjadi hijau, dan dapat menghasilkan kayu dalam jumlah yang besar. Pada sisi
lain, manufacturer juga secara terus menerus meningkatkan teknologi pengolahan agar
kayu-kayu yang dihasilkan dapat diolah dengan baik agar terjadi efisiensi produksi.
Dengan demikian sangat disayangkan bahwa pada skala yang luas, setiap orang dari
kelompok tersebut hanya bekerja sendiri-sendiri untuk mencapai tujuan yang diinginkan
masing-masing tanpa memperhatikan kepentingan dan keterbatasan satu sama lain. Pihak
foresters sangat senang dan puas apabila mereka mampu membuat pertumbuhan tanaman
berlangsung dengan baik dan cepat. Demikian pula halnya dengan pihak manufacturers
yang sangat bangga dengan kemajuan teknologi pengolahan kayunya. Kedua pihak
tersebut jarang atau bahkan tidak memperhatikan kalau pertumbuhan pohon yang baik
dan cepat tidak selamanya cocok untuk tujuan penggunaan industri tertentu dan teknologi
industri perkayuan yang maju tidak selamanya bermuara pada nilai produksi kayu yang
tinggi.
B. Rumusan Masalah
a) Apa pengertian dari kayu ?
b) Apa saja indikator kualitas kayu ?
c) Apa saja sifat sifat kayu ?
d) Syarat kualitas kayu ?
e) Bagaimana menentukan kualitas kayu ?
C. Tujuan
memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk dapat menjelaskan dan menganalisa
hubungan antara tidakan-tindakan silvikultur dengan kualitas kayu. Dalam hal ini, mahasiswa
dapat mengidentifikasi kualitas kayu akibat pertumbuhan normal, abnormal dan berbagai
perlakuan silvikultur di lapangan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penggertian Kayu
Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang mengeras
karena mengalami lignifikasi (pengayuan). Kayu digunakan untuk berbagai keperluan,
mulai dari memasak, membuat perabot (meja, kursi), bahan bangunan (pintu, jendela,
rangkap atap), bahan kertas, dan banyak lagi.kayu juga dapat dimanfaatkan sebagai
hiasan-hiasan rumah tangga dan sebagainya. Penyebab terbentuknya kayu adalah akibat
akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel berbagai jaringan dibatang.

B. Indikator Kualitas Kayu


Kualitas kayu adalah ukuran ketepatan penggunaan kayu atau kesempurnaan setiap
bahan kayu untuk keperluan yang diinginkan. Indikator kualitas kayu yang dipengaruhi
oleh perlakuan silvikultur di lapangan antara lain kerapatan, keseragaman lingkaran
tahun, panjang serat, proporsi kayu teras, persentase pori, persentase kayu juvenil, kayu
reaksi, komposisi sellulosa, mata kayu, bentuk batang, orientasi serat dan komposisi
kimia. tidak ada ukuran yang absolut untuk pengukuran kualitas kayu karena hal tersebut
sangat tergantung pada penggunaan akhir yang diinginkan
penanaman untuk bahan baku konstruksi dibutuhkan kayu yang mempunyai
kekuatan menahan beban yang berat serta awet untuk pemakaian yang lama sehingga
kayu yang diperlukan adalah kayu dengan berat jenis dan kandungan ekstraktif yang
tinggi. Lain halnya dengan bahan baku untuk digunakan sebagai papan komposit yang
memerlukan kayu dengan kandungan lignin atau sellulose dan berat jenis yang tinggi.

C. Sifat-sifat kayu
Penggunaan kayu untuk tujuan tertentu, memerlukan pengetahuan yang mendasar
mengenai sifat-sifat kayu tersebut. Sifat-sifat ini sangat penting dalam industri
pengolahan hasil hutan, sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk diversifikasi jenis
dan produk sehingga tidak hanya dari jenis tertentu yang dipakai tetapi bervariasi
mengingat makin langkanya ketersediaan kayu di alam. Sifat-sifat kayu ada yang
bersifat makroskopis, mikroskopis, ultrastruktur bahkan dengan kemajuan tehnologi saat
ini secara nanostruktur dapat diketahui. Ciri-ciri makroskopis kayu adalah riap
pertumbuhan, bidang potongan pada kayu, kayu gubal dan kayu teras, warna dalam
kayu, kilap, bau dan rasa, serat dan tekstur, berat kayu, kekerasan, ciri-ciri anatomis
kayu yang penting dalam pengenalan dan gambar pada kayu.
Sedangkan ciri mikroskopis dan ultrastruktur kayu antara lain adalah dimensi
serat, proporsi dan tipe sel penyusun kayu, komponen kimia penyusun dinding sel, sudut
mikrofibril dan derajat kristalin pada lapisan S2 dinding sel sekunder. Sifat-sifat kayu,
baik makroskopis, mikroskopis maupun ultrastuktur telah banyak dibahas dalam mata
kuliah Ilmu Kayu. Pada bagian ini sifat-sifat tersebut perlu diingat kembali, termasuk
bagaimana sifat-sifat tersebut dapat bervariasi. Secara umum dapat dijelaskan kembali
bahwa pada dasarnya, kayu merupakan biopolimer tiga dimensi yang saling
berhubungan satu sama lain, baik secara fisik maupun secara kimia. Dengan demikian
kayu yang biasa kita lihat bukanlah benda utuh yang homogen, tetapi tersusun atas sel-
sel yang dibentuk secara kimia dengan berbagai sifat, fungsi, dan orientasi

D. Syarat Kualitas Kayu


Kualitas barang atau produk pada dasarnya mengandung banyak definisi karena
sangat ditentukan oleh cara pandang pengguna. Pada Tabel 2 dapat dilihat syarat kualitas
kayu untuk sifat tertentu dalam pengolahan kayu dan sifat dasar kayu (Armstrong,2005).
Penggunaan kayu secara umum dapat dibagi kedalam empat golongan yaitu penggunaan
untuk kayu konstruksi, penggunaan untuk menghasilkan serat, penggunaan untuk papan
komposit dan penggunaan kayu untuk energi. Masing-masing tujuan penggunaan
memiliki persyaratan tehnis yang berbeda sehingga jenis kayu yang digunakan pun akan
berbeda. Dengan demikian diharapkan bahwa pengetahuan akan syarat kualitas kayu dan
sifat-sifat penggunaannya perlu dikembangkan dan disesuaikan dengan perkembangan
teknologi
E . Menentukan kualitas produk kayu
Telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa kualitas kayu sangat ditentukan oleh
tujuan penggunaannya dan oleh karenanya pengadaan produkproduk kayu perlu
memperhatikan permintaan konsumen. Dalam hubungan ini, kualitas dapat ditentukan
berdasarkan kesesuaiannya yang meliputi kesesuaian spesifikasi, kesesuaian penggunaan,
kesesuaian harga, dan kesesuaian pengembangan kebutuhan. Pada kenyataannya, kualitas
kayu dapat saja memenuhi satu kesesuaian atau lebih. Dengan demikian, tingkat kualitas
kayu dapat dilihat dari pemenuhan satu atau lebih tingkat kesesuaian Kesesuaian terhadap
spesifikasi biasanya ditentukan oleh pengguna. Dalam hal ini, produsen berperan untuk
membuat suatu produk yang sesuai dengan lembar spesifikasi yang ditentukan.
Kesesuaian spesifikasi ini tidak dapat lahir atau dipenuhi begitu saja tanpa didahului oleh
identifikasi kebutuhan pasar dan melakukan langkah-langkah pemenuhannya. Kesesuaian
penggunaan dilihat lebih dari sekedar memenuhi lembar spesifikasi. Pada tahap ini, kita
sudah mulai melihat apakah produk kayu yang ada, dengan spesifikasi jelas, telah sesuai
dengan keperluan penggunaannya. Kesesuaian biaya kemudian harus dilihat dengan
membandingkan dua produk yang sama spesifikasinya. Biaya atau harga yang lebih
murah tentu saja akan lebih baik
KESIMPULAN
IPTEK yang berkaitan dengan kayu pulp, industri pulp dan kertas di antaranya teknik
silvikultur, pemuliaan pohon, teknik kimia, ekonomi, biologi, teknologi hasil hutan, teknik
lingkungan dan lain-lain, sangat diperlukan untuk menghasilkan penelitian yang komprehensif
sehingga bisa menjadi dasar kebijakan dalam pengembangan hutan tanaman, khususnya hutan
rakyat pulp. Dengan dukungan IPTEK tersebut diharapkan hutan rakyat menghasilkan kayu pulp
dengan produktivitas tinggi dan berkualitas sehingga mampu berkompetisi dalam pasar dalam
negeri maupun ekspor.
Kajian silvikultur hutan rakyat penghasil pulp ini dapat dijadikan dasar dalam penelitian
dan pengembangan untuk menyediakan alternatif pilihan bagi petani dalam usaha di bidang hutan
rakyat penghasil pulp.
KESIMPULAN

Arifin. Z, Irawan W. Kusuma, Agus S. Budi, Sipon Muladi and Edi Sukaton, 2005 The
Morphologies of Pulp Fiber from Four Hardwood Species in Realation to Paper Strength.Tropical
Wood Properties and Utilization. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Daniel, T.W., J.A. Helms dan F.S Baker, 1979. Prinsip-prinsip Silvikultur. Terjemahan
Joko Marsono dan Oemi Hani’in. Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Departemen Kehutanan, 2000. Statistik Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Tahun


1999/2000. Jakarta.

Haroen,W.K, Uzair dan Nursyamsu Bahar, 1997. Kualitas Pulp Kertas Acacia mangium
Berbagai Umur Tanaman. Berita Selulosa Vol XXXIII, No. 4. Bandung.

Heyne. K, 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II. Badan Litbang Kehutanan.


Departemen Kehutanan.

Hardiyanto, E.B, 2005. Beberapa Isu Silvikultur dalam Pengembangan Hutan Tanaman.
Makalah Seminar Peningkatan Produktivitas Hutan. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.

Kasmudjo, 1999. Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.

Martawijaya A., Iding Kartasudjana., Y.I. Mandang., Soewanda Among Prawira dan
Kosasi Kadir, 2005. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Departemen Kehutanan Bogor.

Mindawati, N., 2007. UKP Silvikultur Hutan Tanaman Kayu Pulp. Badan Litbang
Kehutanan. Bogor.

Muliah, 1976. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berat Jenis Kayu. Berita Selulosa, Vol
XII No 1.Bandung.
Na’iem, M., 2004. Pengembangan Spesies Non-Acacia mangium Untuk Hutan Tanaman
Buku Pembangunan Hutan Tanaman Acacia mangium. Editor Eko Bhakti Hardiyanto dan
Hardjono Arisman. PT. Musi Hutan Persada. 10 Rimpala, 2001. Penyebaran Pohon Manglid
(Manglietia glauca BI.) Di Kawasan Hutan Lindung Gunung Salak.

Laporan Ekspedisi Manglid. WWW.Rimpala.Com. Bogor.

Sudrajat, DJ, Asep Rohandi dan Naning Yuniarti, 2002. Pengaruh Media Semai dan
Dosis Penyemprotan Regent 50 SC Terhadap Pertumbuhan Semai Tisuk (Hibiscus
macrophyllus). Buletin Teknologi Perbenihan, Bogor.

Syamsuwida, D. Naning Yuniarti, Rina Kurniaty dan Zaenal Abidin, 2003. Teknik
Penanganan Benih Ortodok. Buku 1 Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan
Bogor.

Soeseno. O.H., 1985. Diktat Pemuliaan Pohon Hutan. Fakultas Kehutanan, Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.

Soekotjo, 2004 Silvikultur Hutan Tanaman : Prinsip-Prinsip Dasar. Buku Pembangunan


Hutan Tanaman Acacia mangium. Pengalaman di PT. MHP Sumatra Selatan.

Simon, H., 1988. Pengantar Ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.

Siarudin, M., 2005. Praktek Silvikultur dan Pengaruhnya pada Kualitas Kayu. Prosiding
Seminar Nasional Pengembangan Pengelolaan dan Pemanfaatan Hasil Hutan Rakyat di
Indonesia. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Soenardi, 1974. Hubungan Antara Sifat-Sifat Kayu dan Kualitas Kertas. Berita Selulosa
Vol X, No. 3. Bandung

Soerianegara, I., 1970 Pemuliaan Hutan. Laporan No 104. Lembaga Penelitian Hutan
Bogor.
Zobel, J.B and Talbert, 1984. Applied Forest Tree Improvement. Wood and Tree
Improvement. John Willey & Sons. New York. Pp. 376-413.

Anda mungkin juga menyukai