Anda di halaman 1dari 8

JURNAL LOGIKA, Vol XIX No 1 April 2017 p-ISSN : 1978-2560

http://jurnal.unswagati.ac.id e-ISSN : 2442-5176

TEKNOLOGI PENGAWETAN KAYU BANGUNAN DALAM


RANGKA MENAMBAH NILAI EKONOMI KAYU

Arief Firmanto

Fakultas Teknik Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon

Abstrak

Kayu merupakan komponen penting dalam perumahan, khususnya untuk kusen, pintu,
jendela dan bagian-bagian lain dari suatu bangunan perumahan. Penggunaan kayu
juga semakin ber-kembang, tidak hanya menjadi komponen kontruksi bangunan, namun
juga sebagai bahan baku perangkat interior. Tujuan penelitian adalah untuk
mengetahui (1) teknologi pengawetan kayu untuk bangunan rumah, dan (2) untuk
mengetahui nilai ekonomis kayu yang dilakukan pengawetan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa : (1) Teknik pengawetan kayu adalahusaha untuk
mempertahankan atau memperpanjang umur nilai pakai kayu, baik secara kimia
maupunfisika, dengan cara meningkatkan ketahanannya terhadap serangan organisme
perusak, (2) Penerapannya dapat dilakukan dengan berbagai macam cara mulai dari
cara sederhana,seperti pelaburan,penyemprotan, pencelupan,perendaman, dan atau
diikuti proses difusi sampai dengan cara vakum tekan., dan (3) Pengawetan kayu dapat
menambah umur pakai. Kayu yang tidak diawetkan kemudian dipakai untuk perumahan
dan gedung akan rusak dalam jangka waktu 5 tahun sedangkan kayu untuk gedung dan
perumahan yang diawetkan terlebih dahulu paling tidak tahan sampai 15 tahun.
Kata Kunci : Teknologi Pengawetan Kayu, Bangunan dan Perumahan

PENDAHULUAN Penggunaan kayu juga semakin ber-


kembang, tidak hanya menjadi kompo-
Sejalan dengan pembangunan nen kontruksi bangunan, namun juga
pra-sarana fisik yang terus menerus sebagai bahan baku perangkat inte-rior.
dilaksa-nakan, pengkajian dan penelitian Banyaknya penggunaan kayu dan
masalah bahan bangunan masih terus semakin tingginya minat masyarakat
dilakukan. Oleh karena itu masih selalu akan produk-produk olahan kayu, mem-
dicari dan diusahakan pemakaian jenis buat hasil hutan ini mampu menempati
bahan bangunan dan model struktur posisi penting dalam peringkat kebu-
yang ekonomis, mudah diperoleh, tuhan masyarakat.
mudah pengerjaannya, mencukupi
Alasan pemilihan kayu sebagai
kebutuhan/kekuatan struktur dengan
bahan dasar adalah karena kayu
biaya yang relatif murah.
memiliki kemampuan mudah di ukir dan
Kayu merupakan komponen pen- derangkai dibandingkan dengan bahan
ting dalam perumahan, khususnya untuk dasar polimer. Sebagai bahan alami,
kusen, pintu, jendela dan bagian-bagian kayu memiliki suatu keuntungan yaitu
lain dari suatu bangunan perumahan.
12
JURNAL LOGIKA, Vol XIX No 1 April 2017 p-ISSN : 1978-2560
http://jurnal.unswagati.ac.id e-ISSN : 2442-5176

mudah untuk diurai dan bersifat diharapkan dapat memperpanjang usia


biodegradable (Damanik, 2005). pakai kayu, minimal sama dengan usia
Jenis kayu Indonesisa sebagian pakai kayu kelas awet I yang tidak
besar (80%-85%) berkelas awet rendah diawetkan.
(kelas III, IV, dan V) dan hanya sedikit Bahan pengawet adalah bahan-
(15%-20%) (kelas I dan II) yang bahan kimia yang apabila dimasukan ke
berkelas awet tinggi. Kayu tidak awet dalam kayu akan menyebabkan kayu
memiliki kelemahan antara lain dapat menjadi tahan terhadap serangan faktor-
dirusak ataudilapuk oleh organisme faktor perusak kayu golongan biologis
perusak kayu, akibatnya umur kayu (Susanto, 2002). Berdasarkan sifat fisik
menjadi menurun. Padahal nilai suatu dan kimianya, bahan pengawet kayu
jenis kayu untuk keperluan banguna dapat digolongkan ke dalam tiga
perumahan dan perangkat interior sangat golongan besar, yaitu bahan pengawet
ditentukan oleh keawetannya. Karena berupa minyak, bahan pengawet larut
bagaimanapun kuatnya kayu tersebut minyak, dan bahan pengawet larut air
penggunaannya tidak akan berarti jika (Duljapar, 2004).
umur pakainya pendek (Suprapti dkk., Efektivitas bahan pengawet tidak
2004 dan Duljapar, 2004). Hal tersebut hanya ditentukan oleh daya racunnya
menunjukkan bahwa jenis kayu yang saja, tetapi juga oleh metode pengawetan
memiliki tingkat keawetan yang tinggi serta retensi dan penetrasinya ke dalam
sangat sedikit jumlahnya, sementara kayu. Besarnya absorbsi dan penetrasi
dalam penggunaan jenis kayu tersebut yang bisa dicapai ditentukan oleh: (1)
akan banyak dibutuhkan. Struktur anatomi kayu, (2) Persiapan
Fenomena inilah menunjukkan kayu sebelum diawetkan, (3) Metode
bahwa pengawetan kayu menjadi pengawetan, dan (4) Jenis dan konsen-
penting karena dikhawatirkan produksi trasi bahan pengawet (Kusumastuti,
jenis kayu dengan kelas awet tinggi 2005).
tidak dapat lagi terpenuhi pada masa Berdasarkan uraian latar
mendatang. Pengawetan kayu belakang di atas, menurut penulis,
merupakan usaha untuk meningkatkan menjadi suatu hal yang penting untuk
nilai ekonomis kayu, seperti menambah mengetahui bagaimana teknologi
umur pemakaian kayu yang mempunyai pengawetan kayu bangunan dalam
tingkat keawetan alami rendah. Oleh rangka meningkatkan nilai ekonomis
karena itu untuk mening-katkan nilai kayu.
ekonomi dan keawetan kayu bangunan, Tujuan dari penulisan ini adalah
teknologi pengawetan kayu sangat (1) untuk mengetahui teknologi
diperlukan. pengawetan kayu untuk bangunan rumah
Pengawetan kayu adalah proses atau gedung, dan (2) Untuk mengetahui
memasukkan bahan kimia beracun atau nilai ekonomis kayu yang dilakukan
bahan pengawet ke dalam kayu untuk pengawetan
meningkatkan kelas awet suatu jenis
kayu (Susanto, 2002). Pemberian bahan
pengawet ke dalam kayu tidak awet,

13
JURNAL LOGIKA, Vol XIX No 1 April 2017 p-ISSN : 1978-2560
http://jurnal.unswagati.ac.id e-ISSN : 2442-5176

Jenis Kayu Bangunan dan Komponen saluran air dan zat hara. Parenkim
Bangunan dari Kayu memiliki bentuk kotak, berdinding tipis
dan berfungsi sebagai tempat
Kayu merupakan hasil hutan dari
penyimpanan sementara hasil
sumber kekayaan alam, merupakan
fotosintesis. Serat memiliki bentuk
bahan mentah yang mudah diproses
panjang langsing dan berdinding tebal
untuk dijadikan barang sesuai dengan
serta berfungsi sebagai penguat pohon.
kemajuan teknologi (Abdurachman dan
Hadjib. 2001). Kayu memiliki beberapa Kayu umumnya banyak
sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru digunakan sebagai bahan bangunan
oleh bahan-bahan lain. Pengetian kayu (perumahan dan perkantoran). Untuk
disini ialah sesuatu bahan, yang bangunan gedung dan perumahan, kayu
diperoleh dari hasil pemungutan pohon- yang biasa dipakai adalah jenis
pohon di hutan, yang merupakan bagian komersial dan didominasi jenis-jenis
dari pohon tersebut, setelah seperti meranti, kapur atau kamper,
diperhitungkan bagian-bagian mana keruing, kempas, bangkirai dan kayu-
yang lebih banyak dapat dimanfaatkan kayu campuran dari luar jawa.
untuk sesuatu tujuan penggunaan. Baik Persyaratan yang dituntut dari
berbentuk kayu pertukangan, kayu suatu bangunan, dalam hal ini
industri maupun kayu bakar (Duljapar, perumahan adalah (Duljapar, 2004) :
2004). 1. Strukturnya kuat, kokoh dan aman
dihuni
Penggunaan kayu sebagai bahan
2. Tahan sampai umur pakai yang
konstruksi tidak hanya didasari oleh
direncanakan
kekuatannya saja, akantetapi juga
3. Ekonomis, dapat dijangkau
didasarioleh segi keindahannya. Secara
masyarakat banyak
alami kayu memiliki bermacam-macam
4. Fungsional, dapat dipergunakan
warna dan bentuk serat, sehingga untuk
secara nyaman untuk tempat tinggal
bangunan exposematerial kayu tidak
5. Penampilan dan bentuknya cukup
banyakmemerlukan perlakuan tambahan.
menarik
Pada perkembangan teknik penggunaan
kayu struktural perlu diperhatikan sifat- Komponen bangunan dari kayu
sifat dan jenis-jenis kayu serta faktor- selain memenuhi syarat struktural
faktor yang mempengaruhi kekuatan (kekuatannya) juga memenuhi umur
kayu, sambungan dan alat-alat penyam- pakai yang lama sesuai yang diharapkan.
bung serta keawetan kayu (Duljapar, Tindakan pengawetan terhadap kom-
2004). ponen bangunan dari kayu akan mening-
katkan kayu dari kelas awet yang rendah
Senyawa utama penyusun sel
menjadi kelas awet yang tinggi
kayu dengan komposisinya adalah
(Kasmudjo, 2010). Metode pengawetan
selulosa 50%, hemiselulosa25%, lignin
maupun jenis bahan pengawet yang
25%. Sel-sel kayu kemudian secara
dipakai akan tergantung pada tujuan
kelompok membentuk pembuluh,
penggunaan komponen tersebut
parenkim dan serat (Bambang
sehingga memenuhi prasyarat retensi
Wijanarko. 2015). Pembuluh memiliki
bentuk seperti pipa yang berfungsi untuk

14
JURNAL LOGIKA, Vol XIX No 1 April 2017 p-ISSN : 1978-2560
http://jurnal.unswagati.ac.id e-ISSN : 2442-5176

dan penetra-sinya (Abdurachman dan Menurut Susanto (2002) jenis


Hadjib, 2006). pengawetan kayu adalah :
Kayu untuk kontruksi dibawah 1. Pengawetan remanen atau sementara
atap, seperti kuda-kuda dan rangka atap (prophylactis treatment) bertujuan
(reng, usuk, gording), pengawetan secara menghindari serangan perusak kayu
sederhana dapat dipertimbangkan pada kayu basah (baru ditebang)
asalkan kontruksi baik sehingga tidak antara lain blue stain, bubuk kayu
bocor sewaktu hujan (Suranto, 2002) basah dan serangga lainnya. Bahan
Untuk yang behubungan langsung pengawet yang dipakai antara lain
dengan udara luar, seperti misalnya lis NaPCP (Natrium Penthaclor Phenol),
plang retensinya harus cukup tinggi. Gammexane, Borax, baik untuk dolok
Begitu juga untuk kerangka, balok-balok maupun kayu gergajian basah
pemikul, kusen daun pintu dan jendela, 2. Pengawetan permanent bertujuan
dinding, balok lantai dan papan lantai. menahan semua faktor perusak kayu
Untuk kayu yang berhubungan dengan dalam waktu selama mungkin. Yang
pondasi diperlukan perhatian khusus perlu diperhatikan dalam pengawetan,
dengan meningkatkan retensinya, kayu tidak boleh diproses lagi
sehingga serangan rayap tanah dan (diketam ataupun digergaji, dibor,
pelapukan jamur dapat dihindari (Sari, dan lain-lain), sehingga terbukanya
N., 2005). permu-kaan kayu yang sudah
Metode Pengawetan Kayu diawetkan. Bila terpaksa harus diolah,
maka bekas pemotongan harus diberi
Untuk pengawetan yang baik bahan pengawet lagi. Adapun bahan
perlu diperhatikan prinsip prinsip di pengawet yang dapat dipakai untuk
bawah ini: (Hadikusumo, 2004). pengawetan remanen (sementara).
1. Pengawetan kayu harus merata pada Pengawetan remanen umumnya
seluruh bidang kayu hanya menggu-nakan metode
2. Penetrasi dan retensi bahan pelaburan dan penyem-protan,
pengawet diusahakan masuk sedalam sedangkan pengawetan tetap dapat
dan sebanyak mungkin di dalam menggunakan semua metode,
kayu. tergantung bahan pengawet yang
3. Dalam pengawetan kayu bahan dipakai serta penetrasi dan retensi
penga-wet harus tahan terhadap yang diinginkan. Sehingga penga-
pelunturan (faktor wetan dapat lebih efektif dan waktu
bahanpengawetnya). pemakaiannya dapat selama mungkin
4. Faktor waktu yang digunakan. (Susanto, 2002).
5. Metode pengawetan yang digunakan. Sedangkan menurut
6. Faktor kayu sebelum diawetkan, (Hadikusumo, 2004), ada 2 macam
meliputi jenis kayu, kadar air kayu, metode pengawetan kayu adalah sebagai
zat ekstraktif yangdikandung oleh berikut :
kayu serta sifat-sifat lainnya.
1. Metode Perendaman
7. Faktor perlatan yang dipakai serta
Kayu direndam di dalam bak
manusia yang melaksanakannya.
larutan bahan pengawet yang telah

15
JURNAL LOGIKA, Vol XIX No 1 April 2017 p-ISSN : 1978-2560
http://jurnal.unswagati.ac.id e-ISSN : 2442-5176

ditentukan konsentrasi(kepekatan) bahan diawetkan bersama, dan (c) Larutan


penga-wet dan larutannya, selama dapat digunakan berulang kali (dengan
beberapa jam atau beberapa hari.Waktu menambah konsentrasi bila berkurang)
pengawetan (rendaman) kayu harus (Hadikusumo, 2004).
seluruhnya terendam, jangan sampai Kekurangan dari metode
adayang terapung. Karena itu diberi perendaman adalah : (a) Waktu agak
beban pemberat dan sticker. Ada lama, terlebih dengan rendaman dingin,
beberapa macampelaksanaan rendaman, (b) Peralatan mudah terkena karat, (c)
antara lain rendaman dingin, rendaman Pada proses panas, bila tidak hati - hati
panas, dan rendamanpanas dan kayu bisa terbakar, dan (d) Kayu basah
rendaman dingin. Cara rendaman dingin agak sulitdiawetkan (Hadikusumo,
dapat dilakukan dengan bak daribeton, 2004).
kayu atau logam anti karat. Sedangkan 2. Metode Pencelupan
cara rendaman panas atau Kayu dimasukkan ke dalam bak
rendamanpanas dan dingin lazim berisi larutan bahan pengawet dengan
dilakukan dalam bak dari logam. konsentrasi yangtelah ditentukan,
Bila jumlah kayu yang akan dengan waktu hanya beberapa menit
diawetkan cukup banyak, perlu bahkan detik. Kelemahan caraini:
disediakan dua bakrendaman (satu bak penetrasi dan retensi bahan pengawet
untuk meren-dam dan bak kedua untuk tidak memuaskan. Hanya melapisi
membuat larutan bahanpengawet, permukaankayu sangat tipis, tidak
kemudian diberi saluran penghubung). berbeda dengan cara penyemprotan dan
Setelah kayu siap dengan beban pelaburan (pemolesan).Cara ini
pemberat dan lain-lain, maka bahan umumnya dilakukan di industri-industri
pengawet dialirkan ke bak berisi kayu penggergajian untuk mencegahserangan
tersebut (Duljapar, 2004). Cara jamur blue stain. Bahan pengawet yang
rendaman panas dan dingin lebih baik dipakai Natrium
dari cara rendaman panas atau rendaman Penthachlorophenol.Hasil pengawetan
dingin saja. Penetrasi dan retensi ini akan lebih baik bila kayu yang akan
bahan pengawet lebih dalam dan banyak diawetkan dalam keadaan kering dan
masuk kedalam kayu. Larutan bahan bahan pengawetnya dipanaskan lebih
pengawet berupa garam akan dahulu (Hadikusumo, 2004).
memberikan hasil lebih baikdaripada Kelebihan metode pencelupan
bahan pengawet larut minyak atau adalah : (a) Proses sangat cepat, (b)
berupa minyak, karena proses difusi. Bahan pengawet dapat dipakai berulang
Kayu yang diawetkan dengan cara ini kali (hemat), dan (c) Peralatan cukup
dapat digunakan untuk bangunan di
sederhana (Susanto, 2002).
bawah atap dengan penyerang perusak
Kekurangan metode pencelupan adalah :
kayunya tidak hebat (Duljapar, 2004).
(a) Penetrasi dan retensi kecil sekali,
Kelebihan dari metode
terlebih pada kayu basah, dan (b) Mudah
perendaman adalah : (a) Penetrasi dan
luntur, karena bahan pengawet melapisi
retensi bahan pengawet lebih banyak, (b)
permukaan kayu sangat tipis.
Kayu dalam jumlah banyak dapat

16
JURNAL LOGIKA, Vol XIX No 1 April 2017 p-ISSN : 1978-2560
http://jurnal.unswagati.ac.id e-ISSN : 2442-5176

3. Metode Pemulasan tiang kering ataupun basah (Duljapar,


Cara pengawetan ini dapat 2004).
dilakukan dengan alat yang sederhana. Kekurangan metode pembalutan
Bahan pengawet yangmasuk dan diam di adalah : (a) Pemakaian bahan penga-wet
dalam kayu sangat tipis. Bila dalam kayu boros, (b) Jumlah kayu yang diawetkan
terdapat retak-retak, penembusan bahan terbatas, waktu membalut lama, dan (c)
pengawet tentu lebih dalam. Cara Membahayakan mahluk hidup
pengawetan ini hanya dipakaiuntuk sekitarnya (hewan dan tanaman)
maksud tertentu,yaitu (Susanto, 2002) : (Duljapar, 2004).
1. Pengawetan sementara di daerah Nilai Ekonomi Kayu
ekploatasi atau kayu-kayu gergajian
Keuntungan langsung yang
untukmencegah serangan jamur atau
diperoleh dari pengawetan kayu adalah
bubuk kayu basah.
bertambahnya umur pakai kayu (Basri,
2. Untuk membunuh serangga atau
dan Hadjib, 2004). Dengan
perusak kayu yang belum banyak dan
bertambahnya usia pakai kayu maka
belum merusak kayu (represif).
biaya pemakaian kayu rata-rata tiap
3. Untuk pengawetan kayu yang sudah
tahun akan semakin murah karena tidak
terpasang. Cara pengawetan ini hanya
harus sering meng-ganti kayu dengan
dianjurkan bilaserangan perusak kayu
yang baru. Dengan perlakuan
tempat kayu akan dipakai tidak hebat
pengawetan kayu, selain menghemat
(ganas).
pemakaian kayu secara fisik juga akan
Kelebihan metode pemulasan : diperoleh penghematan waktu, biaya
(a) Alat sederhana, mudah penggunaan- serta tenaga renovasi bangunan. Secara
nya, dan (b) Biaya relatif murah. ekonomis penghematan tersebutdapat
Sedangkan kekurangannya adalah : (a)
dihitung dan dinilai dengan besaran nilai
Penetrasi dan retensi bahan pengawet uang, yaitu desngan mencatat data yang
kecil, dan (b) Mudah luntur diperlukan antara lain: (a) Usia pakai
(Hadikusumo, 2004). kayu sebelum diawetkan, (b) Harga
4. Metode Pembalutan kayu sebelum diawetkan, (c) usia pakai
setelah diawetkan, dan (d) harga kayu
Cara pengawetan ini khusus
setelah diawetkan yaitu harga kayu
diguna-kan untuk mengawetkan tiang-
sebelum diawetkan ditambah seluruh
tiang denganmenggunakan bahan
biaya pengawetan (Mindawati, dkk.,
pengawet bentuk cream (cairan) pekat,
2006).
yang dilaburkan/diletakkan pada
permukaan kayu yang masih basah. Biaya pengawetan kayu banyak
Selanjutnya dibalut sehingga terjadilah dipengaruhi oleh tehnik pengawetan,
prosesdifusi secara perlahan-lahan ke peralatan yang digunakan, jenis kayu,
dalam kayu (Hadikusumo, 2004). harga bahan pengawet, dan persyaratan
lain yang berhubungan dengan tujuan
Kelebihan metode pembalutan
penggunaan akhir kayu awetan.
adalah : (a) Peralatan sederhana, (b)
Penetrasi lebih baik, hanya waktu agak Hasil penelitian Mandang dan
lama, dan (c) Digunakan untuk tiang- Pandit (2007), proses pengawetan ren-
daman panasdingin menghasilkan
17
JURNAL LOGIKA, Vol XIX No 1 April 2017 p-ISSN : 1978-2560
http://jurnal.unswagati.ac.id e-ISSN : 2442-5176

penetrasi yang nyata lebih dalam yaitu akan rusak dalam jangkja waktu 5 tahun
pada umumnya lebih dari 1,5 kali sedangkan kayu untuk gedung dan
penetrasi pengawetan rendaman dingin. perumahan yang diawetkan terlebih
Penetrasi bahan tembaga maupun boron dahulu paling tidak tahan sampai 15
paling tinggi pada kayu sengon karena tahun (Mindawati, dkk., 2006).
volume rongga kayu sengon lebih KESIMPULAN
banyak sehingga bahan pengawet
cenderung lebih mudah masuk. Berdasarkan uraian diatas dapat
Banyaknya rongga dalam kayu sengon ditarik kesimpulan sebagai berikut :
diindikasikan oleh berat jenis (BJ) kayu 1. Teknik pengawetan kayu
yang paling rendah (0,3 3) dalam adalahusaha untuk mempertahankan
penelitian ini, sedangkan BJ kayu manii atau memperpanjang umur nilai
dan mangium berurutan adalah 0,43 dan pakai kayu, baik secara kimia
0,61. maupun fisika, dengan cara
Hasil penelitian Trisna Priadi dan meningkatkan ketahanannya
Gendis A Pratiwi (2008), menunjukkan terhadap serangan organisme
bahwa metode pengawetan panas-dingin perusak.
menghasilkan retensi bahan pengawet 2. Penerapannya dapat dilakukan
lebih tinggi daripada metode dengan berbagai macam cara mulai
pengawetan rendaman dingin yaitu dari cara sederhana,seperti
sekitar 1,7-2,1 kalinya. Pemanasan yang pelaburan, penyemprotan,
digunakan dalam pengawetan rendaman pencelupan, perendaman, dan atau
panasdingin berfungsi mengeluarkan diikuti proses difusi sampai dengan
udara dan uap air dari rongga sel kayu, cara vakum tekan.
sedangkan pendinginan menyebabkan 3. Pengawetan kayu dapat menambah
seolah-olah terjadi vakum dalam rongga umur pakai. Kayu tidak awet dipakai
sel kayu yang dengan sendirinya untuk perumahan dan gedung akan
menarik larutan bahan pengawet masuk rusak dalam jangkja waktu 5 tahun
lebih dalam. sedangkan kayu untuk gedung dan
perumahan yang diawetkan terlebih
Berdasarkan hasil penelitian dahulu paling tidak tahan sampai 15
Abdurrahim (2004), mengatakan bahwa tahun
secara ekonomis pengawetan kayu layak
dilakukan, karena memberikan keun- DAFTAR PUSTAKA
tungan lain dari betambahnya usia pakai Abdurachman dan N. Hadjib. 2001.
yaitu penghematan pemakaian kayu Ukuran dan mutu kayu yang
dalam satuan waktu tertentu. Jika usia berasal dari hutanrakyat.
pakaikayu meningkat menjadi dua kali Makalah disampaikan pada
sebelum diawetkan, maka penghematan Presentasi Hasil-Hasil Penelitian
pemakaian adalah setengahnya (50%). dan Pengembangan Hutan dan
Berdasakan berbagai hasil penelitian Konservasi Alam. di Cianjur
yang dilakukan Puslitbang Hasil Hutan Jawa Barat tanggal 4 Septembar
disimpulkan bahwa, kayu tidak awet 2001.
dipakai untuk perumahan dan gedung

18
JURNAL LOGIKA, Vol XIX No 1 April 2017 p-ISSN : 1978-2560
http://jurnal.unswagati.ac.id e-ISSN : 2442-5176

Abdurachman dan Nurwati Hadjib. Sengon terhadap Serangan


2006. Pemanfaatan Kayu Hutan Rayap Tanah Fakultas
Rakyat Untuk Komponen Pertanian, Universitas Tadulako,
Bangunan. PROSIDING Seminar Palu.
Hasil Litbang Hasil Hutan 2006. Martawijaya, A dan Barly. 2001.
Abdurrochim, S. dan D. Martono. 2006. Petunjuk Teknis Pengawetan
Pencegahan Serangan Jamur Biru Kayu Bangunan Perumahan dan
pada Dolok dan Papan Gergajian. Gedung. Badan Penelitian dan
Petunjuk Teknis. Pusat Penelitian Pengem-bangan Departemen
dan Pengembangan Hasil Hutan Kehutanan, Jakarta.
dan Sosial Ekonomi Kehutanan, Mindawati, N., Asmanah W., dan
Bogor. Rustaman, B. 2006. Review
Basri, E. dan N. Hadjib. 2004. Hasil Penelitian Hutan Rakyat.
Hubungan sifat dasar dan sifat Pusat Penelitian dan
pengeringan lima jeniskayu Pengembangan Hutan Tanaman.
andalan Jawa Barat. J. Penelit. Badan Litbang Kehutanan,
Has.Hut. Vol. 22. (3 Jakarta.
Damanik RIM. 2005. Kekuatan Kayu. Sari, N.J. 2005. Uji Retensi dan
Program Studi Ilmu Kehutanan, Efektivitas Bahan Pengawet
Fakultas Pertanian, Universitas Boraks pada Kayu pinus(pinus
Sumatera Utara. merkusii jung et de vrise)
Djuljapar, K. 2002. Pengawetan Kayu. terhadap Serangan Rayap Tanah
Penebar Swadaya. Jakarta. (Captotermessp). Fakultas
Hadikusumo, SA. 2004. Pengawetan Pertanian.
Kayu. Fakultas Kehutanan UniversitasTadulako,Palu.
Univer-sitas Gajah Mada, Suprapti S, Djarwanto, dan Hudiansyah.
Yogyakarta. 2004. Ketahanan Lima Jenis
Kasmudjo, 2010. Teknologi Hasil Kayu Terhadap Beberapa Jamur
Hutan Suatu Pengantar. Perusak Kayu. Jurnal Penelitian
Cakrawala Media, Yogyakarta. Hasil Hutan 22(4):239-246
Suranto, Y. 2002. Bahan dan Metode
Kusumastuti, F. 2005. Uji Retensi dan Pengawetan Kayu. Kanisius.
Efektivitas Bahan Pengawet Yogyakarta.
Lentrek 400 EC pada Kayu

19

Anda mungkin juga menyukai