Disusun Oleh :
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................... i
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 2
2.1 Kayu sebagai bahan konstruksi ...................................................................... 2
2.1.1 Dasar penggunaan kayu .............................................................................. 2
2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan kayu ................................................................ 5
2.2 Sifat fisik kayu .................................................................................................. 6
2.3 Sifat Mekanis Kayu ........................................................................................ 10
2.4 Jenis Kayu dan fungsi .................................................................................... 16
2.5 Cacat kayu ...................................................................................................... 22
2.5.1 Cacat kayu alami (natural defect) ............................................................. 22
2.5.2 Cacat Penebangan dan Penanganan di Log Yard ...................................... 23
2.5.3 Cacat pengeringan kayu ............................................................................ 24
BAB III
PENUTUP...................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 28
i
BAB I
PENDAHULUAN
Kayu adalah sumber daya alam yang terdapat di sebagian besar dunia.
Implementasi pengelolaan sumber daya hutan yang tepat setidaknya secara teori
memungkinkan untuk menumbuhkan pohon sebagai pasokan kayu yang tak ada habisnya.
Manfaat kayu bagi lingkungan sangat besar. Pohon meneyerap CO2, disimpan kemudian
melepaskan o2 ke atmosfer. Sehingga kayu berperan sebagai penyerap karbon - yang unik
untuk bahan rekayasa. Kayu yang dipanen dari hutan dan digunakan dalam konstruksi
akan terus menyimpan karbon. Karbon hanya dilepaskan kembali ke atmosfer jika kayu
dibakar.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kayu dapat digunakan pada berbagai macam bagian bangunan mulai dari
konstruksi, dinding, lantai dan furnitur. Kayu untuk bahan bangunan juga dapat
dengan mudah menyesuaikan dengan desain bangunan berdasarkan gaya hidup,
2
lokasi maupun anggaran dana. Sifat dan karakteristik kayu dapat
ditingkatkan dengan teknologi pengolahan kayu sehingga dapat
meningkatkan karakteristik dan sifat kayu yang mengacu pada berbagai
macam penggunaan kayu. Hampir semua bagian dari rumah dapat dibangun
dari kayu mulai dari kontruksi, jendela, pintu, kusen, dinding, lantai, langit-
langit, anak tangga, dan lain-lain. Høibø, Hansen, & Nybakk (2015)
melakukan eksperimen terkait kecenderungan konsumen memilih kayu
sebagai bahan bangunan di masyarakat perkotaan di Oslo, Norwegia.
3
tersebut disebabkan karena kayu relatif ringan, mudah dikerjakan, memiliki
strength to weight ratio yang lebih tinggi dibanding beberapa jenis bahan
bangunan lain, dan sudah dikenal dengan baik sebagai bahan bangunan
dalam pembangunan perumahan termasuk untuk rumah-rumah tradisional.
4
50 m3/ha/tahun. Saat ini untuk tanaman acacia mangium saja terdapatr
800.000 hektar dan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 1 juta hektar.
Pada awalnya tanaman-tanaman cepat tumbuh tersebut dirancang untuk
dimanfaatkan sebagi bahan baku pulp dan kertas, namun dengan adanya
suplai bahan baku kertas dengan harga yang bersaing dengan kualitas yang
lebih baik maka
Kelebihan Kayu :
Kekurangan Kayu :
Tidak tahan api, sehingga kayu mudah terbakar, apalagi kalau dalam
kondisi kering.
Kayu tidak dapat dimanfaatkan secara keseluruhan sehingga sisa
penggunaan kayu hanya menjadi limbah.
Untuk pekerjaan tertentu (yang besar atau lebar), kayu tidak bisa
menutup secara keselurahan karena terbatasnya diameter kayu.
5
Biasanya untuk menyikapi hal ini kayu harus disambung atau
diperlebar dan diperbesar.
Kayu mudah diserang oleh serangga pemakan kayu seperti rayap atau
serangga lainnya.
Kayu mengandung air dan berpengaruh besar terhadap bentuk kayu.
Kayu yang belum kering biasanya masih mengalami penyusutan atau
perubahan bentuk, oleh karena itu kayu harus dikeringkan sebelum
digunakan.
Kayu bersifat higroskopis, dan sensitif terhadap kelembaban.
Sifat fisik atau makroskopis adalah sifat yang dapat diketahui secara jelas
melalui panca indera, baik dengan penglihatan, penciuman, perabaan dan
sebagainya tanpa menggunakan alat bantu. Adapun sifat-sifat fisik kayu, yaitu :
a. Kandungan air
Kayu merupakan bahan yang dapat menyerap air disekitarnya, dan dapat
mengembang dan menyusut sesuai kandungan air tersebut. Kerenanya, kadar
air kayu merupakan salah satu syarat kualitas produk kayu gergajian. Jika
dimaksudkan menerima beban, kayu memiliki karakter kekuatan yang berbeda
dari bahan baja maupun beton terkait dengan arah beban dan pengaruh
kimiawi. Kayu memiliki kekuatan lebih besar saat menerima gaya sejajar
dengan serat kayu dan lemah saat menerima beban tegak lurus arah serat kayu.
Brown et al. (1952) menyatakan kadar air kayu adalah banyaknya air
yang terdapat dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering
tanurnya. Dengan demikian standar kekeringan kayu adalah pada saat kering
tanur. Air dalam kayu tediri dari air bebas dan air terikat dimana keduaanya
secara bersama-sama menentukan kadar air kayu. Dalam satu pohon kadar air
6
segar bervariasi tergantung tempat tumbuh dan umur pohon (Haygreen dan
Bowyer, 1993).
Berat kayu meliputi berat zat kayu sendiri, berat zat ekstraktif dan berat
air yang dikandungnya. Jumlah zat kayu dan zat ekstraktif biasanya konstan,
sedangkan jumlah air berubah-ubah. Untuk mendapat keseragaman, maka pada
umumnya dalam penentuan berat jenis kayu, berat ditentukan dalam keadaan
kering tanur. Dalam keadaan kering tanur, volume kayu akan mencapai
minimum sedangakan air yang dikandungnya sangat kecil, kurang lebih 1%
dari berat kayu (Brown et al. 1952).
7
Brown et al. (1952) menyatakan bahwa berat jenis kayu bervariasi diantara berbagai
jenis pohon dan diantara pohon dari satu jenis yang sama. Variasi ini juga terjadi pada
posisi yang berbeda dari satu pohon. Adanya variasi jenis kayu tersebut disebabkan oleh
perbedaan dalam jumlah zat penyusun dinding sel dan kandungan zat ekstraktif per unit
volume.
Berat jenis juga merupakan indeks yang paling baik dan paling sederhana
dari kekuatan kayu bebas cacat. Dengan demikian, bila berat jenis kayu tinggi
maka kekuatan kayu pun juga ikut naik. Ini disebabkan karena berat jenis atau
kerapatan merupakan pengukur banyaknya zat kayu yang ada dalam kayu
segar. Kerapatan yang lebih tinggi berasal dari proporsi yang lebih besar dari
sel – sel dengan dinding sel tebal dan rongga sel sempit. Ini memberikan
kekuatan yang lebih besar pada kayu bebas cacat yang lebih padat. Kekuatan
kayu yang efektif tergantung pada banyaknya zat dinding sel, proporsi dinding
sel yang ada dalam kayu, dan banyaknya zat ekstraktif dalam rongga sel kayu.
8
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi berat jenis kayu dalam
hubungan dengan kekuatan kayu tersebut :
d. Warna kayu
Warna suatu jenis kayu dipengaruhi oleh : tempat di dalam batang, umur
pohon dan kelembaban udara serta zat pengisi warna dalam kayu
e. Arah serat
Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon.
Arah serat dapat dibedakan menjadi:
Serat lurus
Serat berpadu
Serat berombak
Serat terplin
Serat diagonal
f. Tekstur kayu
Tekstur kayu yaitu ukuran relatif dari sel-sel kayu. Menurut teksturnya,
kayu dibedakan menjadi :
9
Kayu bertekstur sedang, contohnya kayu jati, sonokeling, dll.
Kayu bertekstur kasar, contohnya kayu kempas, meranti, dll
Sifat mekanik kayu antara lain adalah kekuatan tarik (tensile strength),
kekuatan tekan (compressive strength), kekuatan geser (shear strength), kekuatan
lentur (bending strength), sifat kekakuan (stiffness), sifat keuletan (toughness), sifat
kekerasan (hardness), dan sifat ketahanan belah (cleavage resistance). Sifat
mekanik kayu ini diuji dengan metode “destructive testing” yang dibagi menjadi
contoh kecil bebas cacat (small clear specimen) dan contoh ukuran pakai (full
scale). Hasil uji ini kemudian dipakai untuk menentukan kekuatan aman kayu/
allowable stress/ working stress/ tegangan yang diperkenankan/ tegangan izin. Sifat
mekanik kayu yaitu kemampuan kayu untuk menahan beban yang berasal dari luar.
Yang mempengaruhi sifat mekanik kayu yaitu :
10
Faktor internal, terdiri dari : berat jenis kayu, kadar air, cacat mata kayu dan
penyimpangan arah serat kayu
a. Kuat tarik
Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah
serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil dari kekuatan tarik
sejajar arah serat. Uji kekuatan tarik dilakukan dengan cara merampingkan
bagian tengah kayu spesimen. Bagian yang dibuat ramping merupakan bagian
yang diamati kerusakannya, apabila kerusakan tidak terjadi pada bagian ini
maka data tidak valid dan pengujian harus diulang dengan spesimen kayu
yang baru. Kecepatan uji penarikan ini 1mm/ min untuk paralel to grain test
(tes tarik sejajar serat) dan 2,5 mm/ min untuk tension perpendicular to grain
test (tes tarik tegak lurus serat)
b. Kuat tekan
11
Keteguhan tekan sejajar arah serat dan
Keteguhan tekan tegak lurus arah serat
Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada
keteguhan kompresi sejajar arah serat. Dimensi batang panjang memiliki
dimensi panjang 11 kali dimensi penampang terkecil. Pada batang pendek
sifat kekakuan batang tidak berperan pada kekuatan batang. Batang inilah
yang dipakai untuk pengujian contoh kecil bebas cacat (small clear
specimen). Pada batang panjang (tiang) beban tekan menyebabkan terjadinya
tekukan (beban Euler). Sifat kekakuan batang sangat berperan terhadap
kekuatannya, maka perlu diperhatikan faktor tekuk. Semakin tinggi sifat
kekakuan batang maka kekuatannya semakin besar.Tegangan tekan sejajar
serat maksimum biasa disimbolkan dengan MCS (Maximum Crushing
Strength).
c. Kuat lentur
12
Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenainya secara mendadak.
d. Kuat geser
13
Keteguhan geser miring Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar
dari pada keteguhan geser sejajar arah serat. Kecepatan pembebanan dalam
uji ini adalah 0,6 mm/ min.
Ketika temperatur tinggi sudah dapat membakar kayu bagian luar, maka
kayu bagian luar akan terbakar dan berubah menjadi arang. Mengingat angka
penyebaran panas / thermal conductivy kayu yang relatif kecil dan kandungan
air yang ada pada kayu, maka dibutuhkan wakyu yang lama agar api dapat
membakar bagian dalam kayu (Malhotra, 1982)
f. Kekakuan
g. Keuletan
14
kayu untuk menyerap energi akibat beban pukul. Kayu yang ulet adalah kayu
yang sukar pecah atau patah meski dibebani sampai beban maksimum. Kayu
yang tidak ulet akan mudah patah. Cara pengujian keuletan kayu dilakukan
dengan cara:
Cara uji yang saat ini biasa dipakai adalah “Single drop impact test”.
Sifat ini juga dikenal dengan “kekuatan pukul” dan pengujiannya disebu pula
sebagai “lentur dinamik” atau “dynamic bending”
h. Kekerasan
i. Keteguhan Belah
15
Gambar 7. Keteguhan belah kayu
Contoh uji ini mirip dengan tarik tegak lurus serat. Tujuan dari uji ini
adalah untuk melihat kemampuan kayu mengikat paku. Cacat interlocked
grain (serat berpadu) biasanya meningkatkan ketahan belah kayu, akibat serat
yang membelit
Namun apabila kayu tersebut diamati dalam bentuk barang jadi dimana sifat-
sifat fisik asli tidak dapat dikenali lagi karena sudah dilapisi dengan cat, maka satu-
satunya cara yang dapat dipergunakan untuk menentukan jenisnya adalah dengan
cara memeriksa sifat anatomi/strukturnya. Demikian juga untuk kebanyakan kayu
di Indonesia, dimana antar jenis kayu sukar untuk dibedakan, cara yang lebih lazim
16
dipakai dalam penentuan jenis kayu adalah dengan memeriksa sifat anatominya
(sifat struktur).
Pada dasarnya terdapat 2 sifat utama kayu yang dapat dipergunakan untuk
mengenal kayu, yaitu sifat fisik (disebut juga sifat kasar atau sifat makroskopis) dan
sifat struktur (disebut juga sifat mikroskopis). Secara obyektif, sifat struktur atau
mikroskopis lebih dapat diandalkan dari pada sifat fisik atau makroskopis dalam
mengenal ataumenentukan suatu jenis kayu. Sifat fisik/kasar atau makroskopis
adalah sifat yang dapat diketahui secara jelas melalui panca indera, baik dengan
penglihatan, penciuman, perabaan dan sebagainya tanpa menggunakan alat bantu.
Sifat-sifat kayu yang termasuk dalam sifat kasar antara lain adalah :
1. Pori (vessel) adalah sel yang berbentuk pembuluh dengan arah longitudinal.
Dengan mempergunakan loupe, pada bidang lintang, pori terlihat sebagai
lubang-lubang beraturan maupun tidak, ukuran kecil maupun besar. Pori dapat
dibedakan berdasarkan penyebaran, susunan, isi, ukuran, jumlah dan bidang
perforasi).
2. Parenkim (Parenchyma) adalah sel yang berdinding tipis dengan bentuk batu
bata dengan arah longitudinal. Dengan mempergunakan loupe, pada bidang
lintang, parenkim (jaringan parenkim) terlihat mempunyai warna yang lebih
17
cerah disbanding dengan warna sel sekelilingnya. Parenkim dapat dibedakan
berdasarkan atas hubungannya dengan pori, yaitu parenkim paratrakeal
(berhubungan dengan pori) dan apotrakeral (tidak berhubungan dengan pori).
3. Jari-jari (Rays) adalah parenkim dengan arah horizontal. Dengan
mempergunakan loupe, pada bidang lintang, jari-jari terlihat seperti garis-garis
yang sejajar dengan warna yang lebih cerah disbanding warna sekelilingnya.
Jari-jari dapat dibedakan berdasarkan ukuran lebarnya dan keseragaman
ukurannya.
4. Saluran interseluler adalah saluran yang berada di antara sel-sel kayu yang
berfungsi sebagai saluran khusus. Saluran interseluler ini tidak selalu ada pada
setiap jenis kayu, tetapi hanya terdapat pada jenis-jenis tertentu, misalnya
beberapa jenis kayu dalam family Dipterocarpaceae, antara lain meranti
(Shorea spp), kapur (Dryobalanops spp), keruing (Dipterocarpus spp),
mersawa (Anisoptera spp), dan sebagainya.
5. Saluran getah adalah saluran yang berada dalam batang kayu, dan bentuknya
seperti lensa. Saluran getah ini tidak selalu dijumpai pada setiap jenis kayu,
tapi hanya terdapat pada kayu-kayu tertentu, misalnya jelutung (Dyera spp.)
6. Tanda kerinyut adalah penampilan ujung jari-jari yang bertingkattingkat dan
biasanya terlihat pada bidang tangensial. Tanda kerinyut juga tidak selalu
dijumpai pada setiap jenis kayu, tapihanya pada jenis-jenis tertentu seperti
kempas (Koompasia malaccensis) dan sonokembang (Pterocarpus indicus).
7. Gelam tersisip atau kulit tersisip adalah kulit yang berada di antara kayu, yang
terbentuk sebagai akibat kesalahan kambium dalam membentuk kulit. Gelam
tersisip juga tidak selalu ada pada setiap jenis kayu. Jenis-jenis kayu yang
sering memiliki gelam tersisip adalah karas (Aquilaria spp), jati (Tectona
grandis) dan api-api (Avicennia spp).
Menurut keawetannya
18
Lamanya kayu bertahan sebagai tonggak yang ditanam ditanah dan
dibiarkan kena hujan dan panas (pengaruh alamiah).
Lamanya kayu bertahan bila dibiarkan kena hujan dan panas tetapi tidak
berhubungan dengan tanah basah.
Lamanya kayu bertahan sebagai konstruksi yang terlindung atau tertutup
atap.
Kayu ditempatkan ditempat yang terlindung dan dipelihara. Selain itu
diselidiki pula daya tahan kayu terhadap serangan rayap dan serangga.
Kayu termakan oleh rayap.
Kayu termakan oleh beberapa macam serangga seperti kumbang dan
bubuk kayu.
Tabel 2 . Kelas awet kayu berdasarkan kondisi lingkungan.
Kondisi Kelas Awet
Lingkungan I II III IV V
Terpapar cuaca,
tetapi dijaga tetap Sangat Sangat
8 tahun 5 tahun 3 tahun
kering dan singkat singkat
mendapat ventilasi
Selalu bersentuhan 20 15 Sangat
10 tahun <10 tahun
dengan tanah tahun tahun singkat
Di bawah atap,
Tanpa Tanpa
tidak bersentuhan Sangat Beberapa
batas batas Singkat
dengan tanah dan lama tahun
waktu waktu
mendapat ventilasi
Seperti di atas,
tetapi dengan Tanpa Tanpa Tanpa
pemeliharaan yang batas batas batas 20 tahun 20 tahun
baik dan dicat waktu waktu waktu
secara berkala
Diserang rayap dari Sangat Sangat
Tidak Jarang Cepat
tanah cepat cepat
Hampir
Tidak Sangat
Bubuk kayu Tidak Tidak tidak
signifikan cepat
pernah
Sumber : DENBERGER (1923)
19
Menurut Tingkat Pemakaian Kayu
Untuk tujuan-tujuan tertentu kayu dapat dibagi atas 5 tingkat pemakaian yaitu;
20
a. Bangunan (Konstruksi)
b. Veneer biasa
c. Veneer mewah
Jenis kayu : jati, eboni, sonokeling, kuku, bongin, dahu, lasi, rengas,
sungkai,weru, sono kembang.
d. Perkakas (mebel)
e. Lantai (parket)
21
2.5 Cacat kayu
Kesalahan atau cacat kayu dapat dicegah dan diatasi sebelum kita melangkah
lebih lanjut. Pedoman yang harus diperhatikan adalah bahwa nilai kayu yang
diproses adalah besar, sekali salah akan berakibat fatal. Oleh karena itu proses
pengeringan kayu dan karakteristik kayu yang dikeringkan harus dapat dikontrol
dan dikuasai. Proses pengeringan tidak dapat dipaksa atau dipercepat hanya
menaikkan temperatur ruang begitu saja. Karena dapat berakibat kayu menjadi
rusak dan cacat sehingga tidak dapat dimanfaatkan.
Cacat kayu bawaan ini tumbuh pada saat pohon tumbuh, karena lokasi
tempat tumbuh yang menyebabkan kayu mempunyai kandungan bahan
kimia tertentu, atau karena penyakit kayu tersebut.
a. Cacat punter
Cacat karena kayu tumbuh dalam posisi terpilin. Cacat ini dapat
dilihat dari bentuk log yang terpilin.Pada umumnya pada waktu
tumbuhnya banyak terkena tekanan angin pada satu sisi saja (berputar).
Kayu ini tidak dapat dipakai untuk bahan baku produk yang bermutu
tinggi.
22
b. Alur minyak
Yaitu garis-garis alur minyak pada kayu jati yang berwarna abu-abu
muda kecoklatan atau kebiruan kemudian menjadi garis-garis hitam atau
berwarna gelap setelah proses pengeringan kayu. Proses ini tidak dapat
dicegah.
c. Cacat doreng
Pada saat penebangan, sering terjadi log membentur log lain. Benturan
ini menyebabkan log memar atau pecah didalam. Pecahan-pecahan halus ini
tampak jelas setelah proses pengeringan atau pada saat proses akhir tampak
jelas setelah proses pengeringan atau pada saat proses akhir (finishing). Pada
waktu proses penggergajian, dituntut kejelian untuk menghindari kayu yang
cacat tersebut.
Selain itu proses penanganan kayu log (Log Treatment), ujung bontos
sebaiknya diolesi dengan cat pelindung atau penutup pori-pori sehingga
proses evaporasi pada bontos dapat dihambat. Tujuan ini untuk mencegah
terjadinya retak-retak rambut (hairline Cracks) atau pecah ujung (End
Cheeks).
a. Cacat penggergajian
23
tidak sama pada satu sisi sehingga terjadi terjadi baling (diamonding).
Biasanya terjadi setelah proses oven.Bentuk baling ini dapat diatasi
dengan meluruskan kembali melalui penggergajian atau penyerutan ke 4
sisinya (moulding).
Retak ujung dan permukaan, serta retak rambut dapat terjadi bila
kelembaban udara dalam ruang tidak diperhatikan pada saat oven mulai
beroperasi. Pada saat permukaan kayu mengering, bagian luar kayu
mulai menyusut, tetapi bagian dalam kayu masih basah, akibatnya,
terjadi tegangan dan retak-retak pada permukaan, atau ujung kayu.
Pencegahannya dengan mengoleskan oli pada ujung kayu atau
menggunakan resin urea atau polyethiline glycol kayu cacat retak
rambut tidak dapat dipakai untuk yang dicat, karena bagian yang retak
akan merusak permukaan cat pada saat kayu kembang susut oleh udara
sekitar.
24
pengeringan kayu. Permukaan kayu akan mencapai titik keseimbangan
lebih cepat daripada bagian dalam kayu, sehingga permukaan kayu
mulai menyusut.
25
bagian kayu. Perbedaan penyusutan selalu terjadi karena perbedaan
arah pemotongan kayu (tangensial, radial dan aksial).
26
BAB III
PENUTUP
Untuk memanfaatkan potensi kayu secara maksimal kita harus mempelajari lebih
dalam tentang karakteristik, sifat, dan jenis kayu tersebut serta kita tidak boleh
mengabaikan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh kayu tersebut. Kayu berasal dari
berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda. Sifat fisik atau
makroskopis adalah sifat yang dapat diketahui secara jelas melalui panca indera, baik
dengan penglihatan, penciuman, perabaan dan sebagainya tanpa menggunakan alat bantu.
Sifat lain kayu yang perlu diperhatikan adalah sifat mekanis kayu. Sifat Mekanis Kayu
adalah daya tahan kayu terhadap tegangan yang diberikan kepada kayu tersebut. Hal ini
biasanya dipengaruhi oleh gaya-gaya yang bekerja pada kayu.
Kerusakan dan cacat pada kayu mengakibatkan kekuatan kayu menurun, serat mutu
dan nilai pakai kayu menurun. Contoh cacat-cacat yang terdapat pada kayu adalah cacat
mata kayu, cacat pecah dan belah, cacat pecah busur dan pecah gelang, cacat hati kayu
rapuh, cacat karena jamur, cacat karena serangga perusak kayu, dan cacat karena lubang
gerek dan lubang cacing lau
27
DAFTAR PUSTAKA
"Nousseva, Annisaa, Ainun, Anandityo." Sifat Fisik dan Mekanik Kayu Serta Cacat-
Cacat Pada Kayu (2017): 1-17.
Sri Sumarni, ST, MT. Struktur Kayu Edisi Revis. Surakarta: Yuma Pustaka, 2016.
28