Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

KAYU SEBAGAI STRUKTUR UTAMA BANGUNAN

Disusun Oleh :

1. Nurul Indah Saratri ( 01.2017.1.05368 )


2. Hafis Fadli Rachman ( 01.2017.1.05383 )
3. Bima Bhisana Putra ( 01.2017.1.05393

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA SURABAYA

2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................................... i
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 2
2.1 Kayu sebagai bahan konstruksi ...................................................................... 2
2.1.1 Dasar penggunaan kayu .............................................................................. 2
2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan kayu ................................................................ 5
2.2 Sifat fisik kayu .................................................................................................. 6
2.3 Sifat Mekanis Kayu ........................................................................................ 10
2.4 Jenis Kayu dan fungsi .................................................................................... 16
2.5 Cacat kayu ...................................................................................................... 22
2.5.1 Cacat kayu alami (natural defect) ............................................................. 22
2.5.2 Cacat Penebangan dan Penanganan di Log Yard ...................................... 23
2.5.3 Cacat pengeringan kayu ............................................................................ 24
BAB III
PENUTUP...................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 28

i
BAB I

PENDAHULUAN

Kayu adalah sumber daya alam yang terdapat di sebagian besar dunia.
Implementasi pengelolaan sumber daya hutan yang tepat setidaknya secara teori
memungkinkan untuk menumbuhkan pohon sebagai pasokan kayu yang tak ada habisnya.
Manfaat kayu bagi lingkungan sangat besar. Pohon meneyerap CO2, disimpan kemudian
melepaskan o2 ke atmosfer. Sehingga kayu berperan sebagai penyerap karbon - yang unik
untuk bahan rekayasa. Kayu yang dipanen dari hutan dan digunakan dalam konstruksi
akan terus menyimpan karbon. Karbon hanya dilepaskan kembali ke atmosfer jika kayu
dibakar.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kayu sebagai bahan konstruksi

Kayu dapat digunakan pada berbagai macam bagian bangunan mulai dari
konstruksi, dinding, lantai dan furnitur. Kayu untuk bahan bangunan juga dapat
dengan mudah menyesuaikan dengan desain bangunan berdasarkan gaya hidup,

Dibandingkan jenis konstruksi lain, konstruksi rangka kayu dianggap paling


cocok untuk bangunan perumahan dengan berbagai standar. Sebagai bahan baku
alami, kayu merupakan suatu pilihan terbaik untuk konstruksi yang hemat energi,
selain fungsinya sebagai isolator termal yang baik, memiliki sifat mekanik yang
baik, dan menjamin suasana dalam ruangan yang nyaman.

Banyak yang beranggapan bahwa menggunakan kayu sebagai material


kontstruksi merupakan upaya “tidak cinta alam” karena hanya akan meningkatkan
penggundulan hitan, padahal kayu yang digunakan sebagai material konstruksi
bukan dari hutan alam melainkan diproduksi di hutan produksi yang berkelanjutan.

Kebutuhan bahan bangunan untuk struktural maupun non-struktural terus


meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan peningkatan kebutuhan penyediaan
perumahan yang layak huni bagi masyarakat. Kebijakan pemerintah telah
mencanangkan program.

2.1.1 Dasar penggunaan kayu

Kayu sebagai bahan bangunan mempunyai beberapa sifat utama


(Frick, 2004) yaitu: kayu merupakan sumber daya alam terbarui dan tidak
akan habis apabila diusahakan / dikelola dengan baik. Kayu merupakan
bahan yang mudah diproses dan dibentuk. Kayu mempunyai sifat spesifik
yang tidak mudah ditiru oleh bahan lain seperti sifat elastis, ulet, tahan
terhadap tekanan sejajar dan tegak lurus serat.

2
lokasi maupun anggaran dana. Sifat dan karakteristik kayu dapat
ditingkatkan dengan teknologi pengolahan kayu sehingga dapat
meningkatkan karakteristik dan sifat kayu yang mengacu pada berbagai
macam penggunaan kayu. Hampir semua bagian dari rumah dapat dibangun
dari kayu mulai dari kontruksi, jendela, pintu, kusen, dinding, lantai, langit-
langit, anak tangga, dan lain-lain. Høibø, Hansen, & Nybakk (2015)
melakukan eksperimen terkait kecenderungan konsumen memilih kayu
sebagai bahan bangunan di masyarakat perkotaan di Oslo, Norwegia.

Berdasarkan hasil surveI, sebagian konsumen lebih memilih kayu


untuk berbagai aplikasi bahan bangunan dibandingkan bahan bangunan
lainnya, meskipun para responden tersebut tinggal di area yang jarang dalam
penggunaan kayu. Responden memilih untuk menggunakan kayu dalam
aplikasi dinding, lantai, langit-langit, dan interior, namun masih banyak
yang ragu dalam penggunaan kayu sebagi bahan konstruksi bangunan.
Target market yang paling besar dalam pemasaran bangunan yang berbahan
utama kayu adalah kelas masyarakat yang lebih muda dan mempunyai jiwa
menjaga kelestarian lingkungan yang tinggi (environmentalist).
Pembangunan satu juta unit rumah guna memenuhi kebutuhan perumahan
dan permukiman yang layak huni tersebut. Untuk memenuhi target tersebut,
berbagai jenis bahan bangunan perlu disediakan karena bahan bangunan
merupakan komponen terpenting dalam pembangunan rumah.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh UNIDO diketahui


bahwa untuk negaranegara yang sedang berkembang, 60 - 70% biaya
konstruksi diserap untuk bahan bangunan. Dengan kondisi negara Indonesia
yang berbentuk negara kepulauan maka pengembangan bahan bangunan
lokal sangatlah penting dalam rangka mengurangi biaya untuk
pengangkutan. Meskipun berbagai jenis bahan bangunan telah
dikembangkan dipasaran, kayu masih memegang peranan penting dalam
pembangunan perumahan dan pemukiman. Bagian-bagian tertentu dari
struktur bangunan sebagian besar masih menggunakan material kayu. Hal

3
tersebut disebabkan karena kayu relatif ringan, mudah dikerjakan, memiliki
strength to weight ratio yang lebih tinggi dibanding beberapa jenis bahan
bangunan lain, dan sudah dikenal dengan baik sebagai bahan bangunan
dalam pembangunan perumahan termasuk untuk rumah-rumah tradisional.

Gambar 1. Macam macam penggunaan kayu sebagai struktur bangunan

Di Indonesia, terdapat lebih kurang 4000 jenis kayu namun hanya


beberapa jenis kayu saja yang umum digunakan sebagai bahan konstruksi
bangunan terutama jenis-jenis kayu yang memiliki kekuatan dan keawetan
tinggi. Namun, setelah beberapa dekade kayu menjadi andalan devisa
nasional di luar migas maka ketersediaan kayu-kayu dari hutan alam yang
memiliki kekuatan dan keawetan tinggi semakin berkurang bahkan di
beberapa daerah telah habis.

Untuk menanggulangi masalah kekurangan bahan baku kayu, sejak


dua dekade yang lalu, Pemerintah telah mecanangkan program Hutan
Tanaman Industri (HTI) dengan jenisjenis kayu cepat tumbuh antara lain
Pinus, Agatis, Acacia, Mangium, Sengon, Karet, dan Kayu Afrika. Sebagai
gambaran, untuk kayu hutan alam besarnya riap pertahun sekitar 1
m3/ha/tahun maka untuk kayu dari jenis cepat tumbuh dapat mencapai 20 -

4
50 m3/ha/tahun. Saat ini untuk tanaman acacia mangium saja terdapatr
800.000 hektar dan pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 1 juta hektar.
Pada awalnya tanaman-tanaman cepat tumbuh tersebut dirancang untuk
dimanfaatkan sebagi bahan baku pulp dan kertas, namun dengan adanya
suplai bahan baku kertas dengan harga yang bersaing dengan kualitas yang
lebih baik maka

2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan kayu

Kelebihan Kayu :

 Kayu mudah dalam pengerjaan, bisa dibuat atau dibentuk sesuai


keinginan, misalkan saja untuk ukiran, desain kusen,dll. Selain itu, kayu
juga mudah untuk dipaku, dibaut, dandirekatkan
 Kualitas kayu bisa dilihat secara visual, misalkan saja bila terjadi cacat
kayu dapat diketahui secara kasat mata.
 Kayu lebih tahan terhadap tekanan dan lenturan.
 Dengan adanya bermacam jenis kayu, maka kayu memiliki tekstur yang
baik dan indah.
 Kayu memiliki berat jenis yang cukup ringan sehingga bisa mengapung
dan sifat resonansinya.
 Kayu dapat diubah menjadi bentuk pulp (bubur kayu), dan bisa diolah
untuk dijadikan bahan produk lainnya, misaluntuk bahan baku
pembuatan kertas.

Kekurangan Kayu :

 Tidak tahan api, sehingga kayu mudah terbakar, apalagi kalau dalam
kondisi kering.
 Kayu tidak dapat dimanfaatkan secara keseluruhan sehingga sisa
penggunaan kayu hanya menjadi limbah.
 Untuk pekerjaan tertentu (yang besar atau lebar), kayu tidak bisa
menutup secara keselurahan karena terbatasnya diameter kayu.

5
Biasanya untuk menyikapi hal ini kayu harus disambung atau
diperlebar dan diperbesar.
 Kayu mudah diserang oleh serangga pemakan kayu seperti rayap atau
serangga lainnya.
 Kayu mengandung air dan berpengaruh besar terhadap bentuk kayu.
Kayu yang belum kering biasanya masih mengalami penyusutan atau
perubahan bentuk, oleh karena itu kayu harus dikeringkan sebelum
digunakan.
 Kayu bersifat higroskopis, dan sensitif terhadap kelembaban.

2.2 Sifat fisik kayu

Sifat fisik atau makroskopis adalah sifat yang dapat diketahui secara jelas
melalui panca indera, baik dengan penglihatan, penciuman, perabaan dan
sebagainya tanpa menggunakan alat bantu. Adapun sifat-sifat fisik kayu, yaitu :

a. Kandungan air

Kayu merupakan bahan yang dapat menyerap air disekitarnya, dan dapat
mengembang dan menyusut sesuai kandungan air tersebut. Kerenanya, kadar
air kayu merupakan salah satu syarat kualitas produk kayu gergajian. Jika
dimaksudkan menerima beban, kayu memiliki karakter kekuatan yang berbeda
dari bahan baja maupun beton terkait dengan arah beban dan pengaruh
kimiawi. Kayu memiliki kekuatan lebih besar saat menerima gaya sejajar
dengan serat kayu dan lemah saat menerima beban tegak lurus arah serat kayu.

Brown et al. (1952) menyatakan kadar air kayu adalah banyaknya air
yang terdapat dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering
tanurnya. Dengan demikian standar kekeringan kayu adalah pada saat kering
tanur. Air dalam kayu tediri dari air bebas dan air terikat dimana keduaanya
secara bersama-sama menentukan kadar air kayu. Dalam satu pohon kadar air

6
segar bervariasi tergantung tempat tumbuh dan umur pohon (Haygreen dan
Bowyer, 1993).

Kollmann dan Cote (1968) menyatakan bahwa biasanya kayu akan


bertambah kuat apabila terjadi penurunan kadar air, terutama bila terjadi
dibawah titik jenuh serat. Wangaard (1950) menyatakan bahwa kekuatan kayu
sebagai balok (lenturan) dan sebagai kolom (tekan sejajar serat) akan
bertambah besar bila kondisi kayu tersebut bertambah kering, kecuali
keuletannya.

b. Kepadatan dan berat jenis kayu

Menurut Brown et al. (1952), berat jenis kayu adalah perbandingan


antara kerapatan kayu tersebut terhadap benda standart. Kerapatan adalah
perbandingan antara massa atau berat benda terhadap volumenya. Air pada
temperatur 40 C atau 32,5 0F mempunyai kerapatan sebesar 1 g/cm3, oleh
karena itu air pada temperatur tersebut dijadikan sebagai kerapatan standar.

Berat kayu meliputi berat zat kayu sendiri, berat zat ekstraktif dan berat
air yang dikandungnya. Jumlah zat kayu dan zat ekstraktif biasanya konstan,
sedangkan jumlah air berubah-ubah. Untuk mendapat keseragaman, maka pada
umumnya dalam penentuan berat jenis kayu, berat ditentukan dalam keadaan
kering tanur. Dalam keadaan kering tanur, volume kayu akan mencapai
minimum sedangakan air yang dikandungnya sangat kecil, kurang lebih 1%
dari berat kayu (Brown et al. 1952).

Tabel 1. Kelas Berat Jenis Kayu

Kelas Berat Kayu Berat Jenis Contoh


Sangat Berat < 0,90 Kayu gulam dan balau
Berat 0,75 – 0,90 Kayu Kulim
Agak Berat 0,60 – 0,75 Kayu Bintangur
Ringan < 0,60 Kayu Balsa dan pinus
Sumber : https://www.academia.edu/7512992/Berat Jenis Kayu

7
Brown et al. (1952) menyatakan bahwa berat jenis kayu bervariasi diantara berbagai
jenis pohon dan diantara pohon dari satu jenis yang sama. Variasi ini juga terjadi pada
posisi yang berbeda dari satu pohon. Adanya variasi jenis kayu tersebut disebabkan oleh
perbedaan dalam jumlah zat penyusun dinding sel dan kandungan zat ekstraktif per unit
volume.

Gambar 2. Kurva sifat mekanis kayu

Berat jenis juga merupakan indeks yang paling baik dan paling sederhana
dari kekuatan kayu bebas cacat. Dengan demikian, bila berat jenis kayu tinggi
maka kekuatan kayu pun juga ikut naik. Ini disebabkan karena berat jenis atau
kerapatan merupakan pengukur banyaknya zat kayu yang ada dalam kayu
segar. Kerapatan yang lebih tinggi berasal dari proporsi yang lebih besar dari
sel – sel dengan dinding sel tebal dan rongga sel sempit. Ini memberikan
kekuatan yang lebih besar pada kayu bebas cacat yang lebih padat. Kekuatan
kayu yang efektif tergantung pada banyaknya zat dinding sel, proporsi dinding
sel yang ada dalam kayu, dan banyaknya zat ekstraktif dalam rongga sel kayu.

8
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi berat jenis kayu dalam
hubungan dengan kekuatan kayu tersebut :

 Susunan dari masing-masing sel kayu tersebut


 Ketebalan dinding sel, semakin tebal dinding sel semakin besar berat
jenis kayu
 Komposisi kimia dari dinding sel atau ukuran dan jumlah pori
c. Keawetan alami kayu

Keawetan alami kayu berbeda-beda antara satu dengan yang lain.


Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari unsur-unsur perusak
kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan kayu disebabkan oleh
adanya suatu zat di dalam kayu (zat ekstraktif) yang merupakan sebagian unsur
racun bagi perusak kayu.

d. Warna kayu

Warna suatu jenis kayu dipengaruhi oleh : tempat di dalam batang, umur
pohon dan kelembaban udara serta zat pengisi warna dalam kayu

e. Arah serat

Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon.
Arah serat dapat dibedakan menjadi:

 Serat lurus
 Serat berpadu
 Serat berombak
 Serat terplin
 Serat diagonal
f. Tekstur kayu

Tekstur kayu yaitu ukuran relatif dari sel-sel kayu. Menurut teksturnya,
kayu dibedakan menjadi :

 Kayu bertekstur halus, contohnya kayu giam, lara, kulim, dll

9
 Kayu bertekstur sedang, contohnya kayu jati, sonokeling, dll.
 Kayu bertekstur kasar, contohnya kayu kempas, meranti, dll

2.3 Sifat Mekanis Kayu

Sifat mekanik kayu adalah sifat yang berhubungan dengan ukuran


kemampuan kayu untuk menahan gaya luar yang membebani kayu. Kayu yang
dibebani ini akan menyebabkan tegangan dalam kayu tersebut dan dapat merubah
bentuk kayu. Perubahan bentuk kayu ini dapat terjadi akibat adanya beban (gaya
luar) yang membebani kayu, perubahan kadar air (adanya gaya pada seluruh bagian
kayu), dan perubahan suhu (adanya muai dan susut pada kayu). Untuk mengetahui
berbagai parameter mengenai sifat mekanik kayu, dilakukan pengujian yang
berdasarkan standar pengujian. Standar ini dilakukan agar menghasilkan hasil
pengujian yang seragam pada setiap pengujian. Standar yang digunakan dalam
pengujian sifat mekanik kayu di antaranya adalah ASTM (American Society for
Testing and Materials) di Amerika Serikat, BS (British Standard) di Inggris, DIN
(Deutsches Institut fur Normung) di Jerman, dan JIS (Japanese Industrial Standard)
di Jepang.

Sifat mekanik kayu antara lain adalah kekuatan tarik (tensile strength),
kekuatan tekan (compressive strength), kekuatan geser (shear strength), kekuatan
lentur (bending strength), sifat kekakuan (stiffness), sifat keuletan (toughness), sifat
kekerasan (hardness), dan sifat ketahanan belah (cleavage resistance). Sifat
mekanik kayu ini diuji dengan metode “destructive testing” yang dibagi menjadi
contoh kecil bebas cacat (small clear specimen) dan contoh ukuran pakai (full
scale). Hasil uji ini kemudian dipakai untuk menentukan kekuatan aman kayu/
allowable stress/ working stress/ tegangan yang diperkenankan/ tegangan izin. Sifat
mekanik kayu yaitu kemampuan kayu untuk menahan beban yang berasal dari luar.
Yang mempengaruhi sifat mekanik kayu yaitu :

Faktor luar, terdiri dari pengawetan kayu, kelembaban lingkungan,


pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur dan serangga perusak kayu.

10
Faktor internal, terdiri dari : berat jenis kayu, kadar air, cacat mata kayu dan
penyimpangan arah serat kayu

a. Kuat tarik

Gambar 3. Skema kuat tarik kayu

Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang


berusaha menarik kayu (beban tarik). Terdapat 2 (dua) macam keteguhan
tarik yaitu :

 Keteguhan tarik sejajar arah serat dan


 Keteguhan tarik tegak lurus arah serat

Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik sejajar arah
serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil dari kekuatan tarik
sejajar arah serat. Uji kekuatan tarik dilakukan dengan cara merampingkan
bagian tengah kayu spesimen. Bagian yang dibuat ramping merupakan bagian
yang diamati kerusakannya, apabila kerusakan tidak terjadi pada bagian ini
maka data tidak valid dan pengujian harus diulang dengan spesimen kayu
yang baru. Kecepatan uji penarikan ini 1mm/ min untuk paralel to grain test
(tes tarik sejajar serat) dan 2,5 mm/ min untuk tension perpendicular to grain
test (tes tarik tegak lurus serat)

b. Kuat tekan

Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan


muatan/beban (beban tekan). Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tekan yaitu:

11
 Keteguhan tekan sejajar arah serat dan
 Keteguhan tekan tegak lurus arah serat

Gambar 4. Skema kuat tekan kayu

Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil daripada
keteguhan kompresi sejajar arah serat. Dimensi batang panjang memiliki
dimensi panjang 11 kali dimensi penampang terkecil. Pada batang pendek
sifat kekakuan batang tidak berperan pada kekuatan batang. Batang inilah
yang dipakai untuk pengujian contoh kecil bebas cacat (small clear
specimen). Pada batang panjang (tiang) beban tekan menyebabkan terjadinya
tekukan (beban Euler). Sifat kekakuan batang sangat berperan terhadap
kekuatannya, maka perlu diperhatikan faktor tekuk. Semakin tinggi sifat
kekakuan batang maka kekuatannya semakin besar.Tegangan tekan sejajar
serat maksimum biasa disimbolkan dengan MCS (Maximum Crushing
Strength).

c. Kuat lentur

Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya


yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun
hidup selain beban pukulan (beban lentur). Terdapat 2 (dua) macam
keteguhan yaitu :

 Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang


mengenainya secara perlahan.

12
 Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenainya secara mendadak.

Gambar 5. Skema kuat lentur kayu

d. Kuat geser

Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya


yang membuat suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian lain di
dekatnya ( beban bergeser). Terdapat 3 (tiga) macam keteguhan yaitu :

 Keteguhan geser sejajar arah serat


 Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan

Gambar 6. Skema kuat geser kayu

13
Keteguhan geser miring Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar
dari pada keteguhan geser sejajar arah serat. Kecepatan pembebanan dalam
uji ini adalah 0,6 mm/ min.

e. Perilaku terhadap temperatur tinggi

Sebagian besar kayu tersusun atas selulosa, lignin, dan hemiselulosa,


yang kesemuanya itu merupakan senyawa yang terbentuk dari unsur Carbon,
Hidrogen, dan Oksigen. Unsur-unsur ini (Carbon, Hidrogen, dan Oksigen)
mudah terbakar apabila ada peningkatan temperatur ruangan yang berlebihan.
Oleh karena itu, kayu digolongkan sebagai material yang mudah terbakar
(combustible material).

Ketika temperatur tinggi sudah dapat membakar kayu bagian luar, maka
kayu bagian luar akan terbakar dan berubah menjadi arang. Mengingat angka
penyebaran panas / thermal conductivy kayu yang relatif kecil dan kandungan
air yang ada pada kayu, maka dibutuhkan wakyu yang lama agar api dapat
membakar bagian dalam kayu (Malhotra, 1982)

f. Kekakuan

Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk mempertahankan bentuk dan


ukurannya apabila kayu tersebut mendapatkan beban. Disimbolkan dengan
MOE (Modulus of Elasticity). Sifat ini berlaku untuk tekan, tarik, geser, dan
lentur. Khusus kekakuan untuk geser diberi istilah “Modulus of Rigidity”.
Semakin besar MOE maka semakin besar sifat kekakuannya yang
menyebabkan semakin sulit kayu tersebut dirubah bentuknya

g. Keuletan

Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah tenaga


yang relatif besar mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan
kerusakan sebagian atau secara singkat, Sifat keuletan kayu adalah kemapuan

14
kayu untuk menyerap energi akibat beban pukul. Kayu yang ulet adalah kayu
yang sukar pecah atau patah meski dibebani sampai beban maksimum. Kayu
yang tidak ulet akan mudah patah. Cara pengujian keuletan kayu dilakukan
dengan cara:

 Increament drop impact test (diberi beban pukul berulang)


 Single drop impact test (beban pukul diberikan sekali saja)
 Twisting/ tortion test (contoh uji diberi beban puntir/ torsi)

Cara uji yang saat ini biasa dipakai adalah “Single drop impact test”.
Sifat ini juga dikenal dengan “kekuatan pukul” dan pengujiannya disebu pula
sebagai “lentur dinamik” atau “dynamic bending”

h. Kekerasan

Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang


membuat takik atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan
keuletan, kekerasan merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap
pengausan kayu. Kekerasan kayu berhubungan dengan berat dan berat jenis
kayu. Contoh kayu yang sangat keras : balau, giam, kayu besi, dll. Kayu
keras,yaitu kulim, pilang, dll. Kayu sedang, yaitu : mahoni, meranti, dll. Kayu
lunak, yaitu : pinus, balsa, dll

i. Keteguhan Belah

Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya-gaya


yang berusaha membelah kayu. Sifat keteguhan belah yang rendah sangat
baik dalam pembuatan sirap dan kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah
yang tinggi sangat baik untuk pembuatan ukir-ukiran (patung). Pada
umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah radial) dari pada arah
tangensial.

15
Gambar 7. Keteguhan belah kayu

Contoh uji ini mirip dengan tarik tegak lurus serat. Tujuan dari uji ini
adalah untuk melihat kemampuan kayu mengikat paku. Cacat interlocked
grain (serat berpadu) biasanya meningkatkan ketahan belah kayu, akibat serat
yang membelit

2.4 Jenis Kayu dan fungsi

Untuk mengenal/menentukan suatu jenis kayu, tidak selalu dilakukan dengan


cara memeriksa kayu dalam bentuk log (kayu bundar), tetapi dapat dilakukan
dengan memeriksa sepotong kecil kayu. Penentuan jenis kayu dalam bentuk log,
pada umumnya dengan cara memperhatikan sifatsifat kayu yang mudah dilihat
seperti penampakan kulit, warna kayu teras, arah serat, ada tidaknya getah dan
sebagainya.

Penentuan beberapa jenis kayu dalam bentuk olahan (kayu gergajian,


moulding, dan sebagainya) masih mudah dilakukan dengan hanya memperhatikan
sifat-sifat kasar yang mudah dilihat. Sebagai contoh, kayu jati (Tectona grandis)
memiliki gambar lingkaran tumbuh yang jelas).

Namun apabila kayu tersebut diamati dalam bentuk barang jadi dimana sifat-
sifat fisik asli tidak dapat dikenali lagi karena sudah dilapisi dengan cat, maka satu-
satunya cara yang dapat dipergunakan untuk menentukan jenisnya adalah dengan
cara memeriksa sifat anatomi/strukturnya. Demikian juga untuk kebanyakan kayu
di Indonesia, dimana antar jenis kayu sukar untuk dibedakan, cara yang lebih lazim

16
dipakai dalam penentuan jenis kayu adalah dengan memeriksa sifat anatominya
(sifat struktur).

Pada dasarnya terdapat 2 sifat utama kayu yang dapat dipergunakan untuk
mengenal kayu, yaitu sifat fisik (disebut juga sifat kasar atau sifat makroskopis) dan
sifat struktur (disebut juga sifat mikroskopis). Secara obyektif, sifat struktur atau
mikroskopis lebih dapat diandalkan dari pada sifat fisik atau makroskopis dalam
mengenal ataumenentukan suatu jenis kayu. Sifat fisik/kasar atau makroskopis
adalah sifat yang dapat diketahui secara jelas melalui panca indera, baik dengan
penglihatan, penciuman, perabaan dan sebagainya tanpa menggunakan alat bantu.
Sifat-sifat kayu yang termasuk dalam sifat kasar antara lain adalah :

1. warna, umumnya yang digunakan adalah warna kayu teras,


2. tekstur, yaitu penampilan sifat struktur pada bidang lintang,
3. arah serat, yaitu arah umum dari sel-sel pembentuk kayu,
4. gambar, baik yang terlihat pada bidang radial maupun tangensial
5. berat, umumnya dengan menggunakan berat jenis
6. kesan raba, yaitu kesan yang diperoleh saat meraba kayu,
7. lingkaran tumbuh,
8. bau, dan sebagainya.

Sifat struktur/mikroskopis adalah sifat yang dapat kita ketahui dengan


mempergunakan alat bantu, yaitu kaca pembesar (loupe) dengan pembesaran 10
kali. Sifat struktur yang diamati adalah :

1. Pori (vessel) adalah sel yang berbentuk pembuluh dengan arah longitudinal.
Dengan mempergunakan loupe, pada bidang lintang, pori terlihat sebagai
lubang-lubang beraturan maupun tidak, ukuran kecil maupun besar. Pori dapat
dibedakan berdasarkan penyebaran, susunan, isi, ukuran, jumlah dan bidang
perforasi).
2. Parenkim (Parenchyma) adalah sel yang berdinding tipis dengan bentuk batu
bata dengan arah longitudinal. Dengan mempergunakan loupe, pada bidang
lintang, parenkim (jaringan parenkim) terlihat mempunyai warna yang lebih

17
cerah disbanding dengan warna sel sekelilingnya. Parenkim dapat dibedakan
berdasarkan atas hubungannya dengan pori, yaitu parenkim paratrakeal
(berhubungan dengan pori) dan apotrakeral (tidak berhubungan dengan pori).
3. Jari-jari (Rays) adalah parenkim dengan arah horizontal. Dengan
mempergunakan loupe, pada bidang lintang, jari-jari terlihat seperti garis-garis
yang sejajar dengan warna yang lebih cerah disbanding warna sekelilingnya.
Jari-jari dapat dibedakan berdasarkan ukuran lebarnya dan keseragaman
ukurannya.
4. Saluran interseluler adalah saluran yang berada di antara sel-sel kayu yang
berfungsi sebagai saluran khusus. Saluran interseluler ini tidak selalu ada pada
setiap jenis kayu, tetapi hanya terdapat pada jenis-jenis tertentu, misalnya
beberapa jenis kayu dalam family Dipterocarpaceae, antara lain meranti
(Shorea spp), kapur (Dryobalanops spp), keruing (Dipterocarpus spp),
mersawa (Anisoptera spp), dan sebagainya.
5. Saluran getah adalah saluran yang berada dalam batang kayu, dan bentuknya
seperti lensa. Saluran getah ini tidak selalu dijumpai pada setiap jenis kayu,
tapi hanya terdapat pada kayu-kayu tertentu, misalnya jelutung (Dyera spp.)
6. Tanda kerinyut adalah penampilan ujung jari-jari yang bertingkattingkat dan
biasanya terlihat pada bidang tangensial. Tanda kerinyut juga tidak selalu
dijumpai pada setiap jenis kayu, tapihanya pada jenis-jenis tertentu seperti
kempas (Koompasia malaccensis) dan sonokembang (Pterocarpus indicus).
7. Gelam tersisip atau kulit tersisip adalah kulit yang berada di antara kayu, yang
terbentuk sebagai akibat kesalahan kambium dalam membentuk kulit. Gelam
tersisip juga tidak selalu ada pada setiap jenis kayu. Jenis-jenis kayu yang
sering memiliki gelam tersisip adalah karas (Aquilaria spp), jati (Tectona
grandis) dan api-api (Avicennia spp).

Menurut keawetannya

Keawetan kayu dan klasifikasinya didasarkan atas percobaan-percobaan tanpa


diadakan pengawetan terlebih dahulu. Percobaan/penelitian tersebut meliputi :

18
 Lamanya kayu bertahan sebagai tonggak yang ditanam ditanah dan
dibiarkan kena hujan dan panas (pengaruh alamiah).
 Lamanya kayu bertahan bila dibiarkan kena hujan dan panas tetapi tidak
berhubungan dengan tanah basah.
 Lamanya kayu bertahan sebagai konstruksi yang terlindung atau tertutup
atap.
 Kayu ditempatkan ditempat yang terlindung dan dipelihara. Selain itu
diselidiki pula daya tahan kayu terhadap serangan rayap dan serangga.
 Kayu termakan oleh rayap.
 Kayu termakan oleh beberapa macam serangga seperti kumbang dan
bubuk kayu.
Tabel 2 . Kelas awet kayu berdasarkan kondisi lingkungan.
Kondisi Kelas Awet
Lingkungan I II III IV V
Terpapar cuaca,
tetapi dijaga tetap Sangat Sangat
8 tahun 5 tahun 3 tahun
kering dan singkat singkat
mendapat ventilasi
Selalu bersentuhan 20 15 Sangat
10 tahun <10 tahun
dengan tanah tahun tahun singkat
Di bawah atap,
Tanpa Tanpa
tidak bersentuhan Sangat Beberapa
batas batas Singkat
dengan tanah dan lama tahun
waktu waktu
mendapat ventilasi
Seperti di atas,
tetapi dengan Tanpa Tanpa Tanpa
pemeliharaan yang batas batas batas 20 tahun 20 tahun
baik dan dicat waktu waktu waktu
secara berkala
Diserang rayap dari Sangat Sangat
Tidak Jarang Cepat
tanah cepat cepat
Hampir
Tidak Sangat
Bubuk kayu Tidak Tidak tidak
signifikan cepat
pernah
Sumber : DENBERGER (1923)

19
Menurut Tingkat Pemakaian Kayu

Untuk tujuan-tujuan tertentu kayu dapat dibagi atas 5 tingkat pemakaian yaitu;

 Tingkat 1, untuk konstruksi-konstruksi berat yang dibangun diluar (tidak


terlindung) dan terkena tanah lembab. Jenis kayunya antara lain kayu jati,
johar, sonokeling, belian dan sebagainya.
 Tingkat 2, untuk konstruksi-konstruksi berat tidak terlindung dan tidak
kena tanah lembab. Jenis kayunya antara lain kayu rasamala, merawan,
walikukun dan sebagainya.
 Tingkat 3, untuk konstruksi-konstruksi berat terlindung. Jenis kayunya
antara lain kayu kamper, keruwing, mahoni, jamuju dan sebagainya.
 Tingkat 4, untuk konstruksi-konstruksi ringan terlindung (didalam rumah).
Jenis kayunya antara lain kayu meranti, suren, durian dan sebagainya.
 Tingkat 5, untuk konstruksi-konstruksi ringan yang bersifat sementara

Macam-macam kayu yang banyak dikenal dan diperdagangkan sebagai bahan


bangunan antara lain :

 Kayu Jati  Kayu Kamper


 Kayu Sonokeling  Kayu Puspa
 Kayu Belian  Kayu Keruwing
 Kayu Johar  Kayu Mahoni
 Kayu Arang  Kayu Suren
 Kayu Merbau  Kayu Durian
 Kayu Rasamala  Kayu Jeungjing
 Kayu Merawan  Kayu Pulai

Penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian tertentu tergantung dari


sifat-sifat kayu yang bersangkutan dan persyaratan teknis yang diperlukan.
Jenis-jenis kayu yang mempunyai persyaratan untuk tujuan pemakaian tertentu
antara lain dapat dikemukan sebagai berikut :

20
a. Bangunan (Konstruksi)

Persyaratan teknis : kuat, keras, berukuran besar dan mempunyai


keawetanalam yang tinggi.

Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, cengal, giam, jati, kapur,


kempas,keruing, lara, rasamala.

b. Veneer biasa

Persyaratan teknis : kayu bulat berdiameter besar, bulat, bebas cacat


dan beratnya sedang.

Jenis kayu : meranti merah, meranti putih, nyatoh, ramin, agathis,

c. Veneer mewah

Persyaratan teknis :, kayu harus bernilai dekoratif.

Jenis kayu : jati, eboni, sonokeling, kuku, bongin, dahu, lasi, rengas,
sungkai,weru, sono kembang.

d. Perkakas (mebel)

Persyaratan teknis : berat sedang, dimensi stabil, dekoratif, mudah


dikerjakan,mudah dipaku, dibubut, disekrup, dilem dan dikerat.

Jenis kayu : jati, eboni, kuku, mahoni, meranti, rengas,


sonokeling,sonokembang, ramin.

e. Lantai (parket)

Persyaratan teknis : keras, daya abrasi tinggi, tahan asam, mudah


dipaku dancukup kuat.

Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, bintangur, bongin, bungur,


jati,kuku.

21
2.5 Cacat kayu

Kesalahan atau cacat kayu dapat dicegah dan diatasi sebelum kita melangkah
lebih lanjut. Pedoman yang harus diperhatikan adalah bahwa nilai kayu yang
diproses adalah besar, sekali salah akan berakibat fatal. Oleh karena itu proses
pengeringan kayu dan karakteristik kayu yang dikeringkan harus dapat dikontrol
dan dikuasai. Proses pengeringan tidak dapat dipaksa atau dipercepat hanya
menaikkan temperatur ruang begitu saja. Karena dapat berakibat kayu menjadi
rusak dan cacat sehingga tidak dapat dimanfaatkan.

Gambar 8. Jenis cacat kayu

2.5.1 Cacat kayu alami (natural defect)

Cacat kayu bawaan ini tumbuh pada saat pohon tumbuh, karena lokasi
tempat tumbuh yang menyebabkan kayu mempunyai kandungan bahan
kimia tertentu, atau karena penyakit kayu tersebut.

a. Cacat punter

Cacat karena kayu tumbuh dalam posisi terpilin. Cacat ini dapat
dilihat dari bentuk log yang terpilin.Pada umumnya pada waktu
tumbuhnya banyak terkena tekanan angin pada satu sisi saja (berputar).
Kayu ini tidak dapat dipakai untuk bahan baku produk yang bermutu
tinggi.

22
b. Alur minyak

Yaitu garis-garis alur minyak pada kayu jati yang berwarna abu-abu
muda kecoklatan atau kebiruan kemudian menjadi garis-garis hitam atau
berwarna gelap setelah proses pengeringan kayu. Proses ini tidak dapat
dicegah.

c. Cacat doreng

Garis-garis atau bercak-bercak hitam pada kayu jati yang tumbuh


karena penyakit alami. Cacat ini bukan cacat noda warna
(discoloursation) melainkan cacat alami. Cara memilih atau melihat
yaitu pada penampang bontos log. Bila pada lingkaran tahunnya terlihat
bercak-bercak hitam atau coklat tua seperti berkas-berkas basah air,
berarti log tersebut mempunyai cacat doreng.

2.5.2 Cacat Penebangan dan Penanganan di Log Yard

Pada saat penebangan, sering terjadi log membentur log lain. Benturan
ini menyebabkan log memar atau pecah didalam. Pecahan-pecahan halus ini
tampak jelas setelah proses pengeringan atau pada saat proses akhir tampak
jelas setelah proses pengeringan atau pada saat proses akhir (finishing). Pada
waktu proses penggergajian, dituntut kejelian untuk menghindari kayu yang
cacat tersebut.

Selain itu proses penanganan kayu log (Log Treatment), ujung bontos
sebaiknya diolesi dengan cat pelindung atau penutup pori-pori sehingga
proses evaporasi pada bontos dapat dihambat. Tujuan ini untuk mencegah
terjadinya retak-retak rambut (hairline Cracks) atau pecah ujung (End
Cheeks).

a. Cacat penggergajian

Cacat penggergajian biasanya penggergajian yang dilakukan dengan


sistem tangensial (flat Sawn) ini akan menyebabkan penyusutan kayu

23
tidak sama pada satu sisi sehingga terjadi terjadi baling (diamonding).
Biasanya terjadi setelah proses oven.Bentuk baling ini dapat diatasi
dengan meluruskan kembali melalui penggergajian atau penyerutan ke 4
sisinya (moulding).

2.5.3 Cacat pengeringan kayu

Setiap proses pengeringan selalu memiliki resiko kerusakan atau cacat


pengeringan. Resiko inilah yang harus ditekan sekecil mungkin.

Cacat pengeringan kayu dapat terjadi karena :

 Mesin dan teknologi pengeringan.


 Kemampuan operator oven.
 Kondisi kayu sebelum diproses.

a. Retak ujung dan permukaan (end and surface checks).

Retak ujung dan permukaan, serta retak rambut dapat terjadi bila
kelembaban udara dalam ruang tidak diperhatikan pada saat oven mulai
beroperasi. Pada saat permukaan kayu mengering, bagian luar kayu
mulai menyusut, tetapi bagian dalam kayu masih basah, akibatnya,
terjadi tegangan dan retak-retak pada permukaan, atau ujung kayu.
Pencegahannya dengan mengoleskan oli pada ujung kayu atau
menggunakan resin urea atau polyethiline glycol kayu cacat retak
rambut tidak dapat dipakai untuk yang dicat, karena bagian yang retak
akan merusak permukaan cat pada saat kayu kembang susut oleh udara
sekitar.

b. Pengerasan kayu (case hardening).

Pengerasan kayu disebabkan oleh tingginya kadar air dalam kayu


pada saat sebelum mulai dikeringkan dan sangat cepatnya proses

24
pengeringan kayu. Permukaan kayu akan mencapai titik keseimbangan
lebih cepat daripada bagian dalam kayu, sehingga permukaan kayu
mulai menyusut.

Penyusutan permukaan menyebabkan tegangan pada permukaan


kayu dan menyebabkan retak. Sebaliknya, bila permukaan kayu tetap
elastis dan tidak timbul cacat retak permukaan, proses evaporasi pada
kayu (inti) terhambat. Sel-sel permukaan kayu yang kering akan
menutup jalan air sel bagian dalam kayu keluar kepermukaan. Bila
proses pengeringan ini diteruskan, bagian luar kayu akan mengeras dan
kedap. Sehingga timbul pengeringan kayu (case Hardening).

c. Retak dalam (Honey Combing)

Cacat retak dalam adalah cacat akibat kesalahan pengendalian


mesin pengering, tetapi cacat ini dapat dihindarkan. Keadaan ini adalah
kelanjutan dari cacat pengerasan bagian luar (case hardening). Bila
kesalahan pengendalian mesin tidak cepat diatasi, kayu menjadi kering
dan cacat retak-retak. Cacat retak dalam tidak dapat diperbaiki dan kayu
tidak dapat dipakai.

d. Perubahan bentuk (distorsi)

Perubahan bentuk pada papan atau pada balok saat pengeringan


kayu adalah normal dan tidak mutlak kesalahan pengeringan kayu.
Namun merupakan suatu keharusan untuk menekan perubahan bentuk
ini sekecil mungkin dengan menggunakan mesin pengering. Tegangan
dalam kayu dapat dihilangkan melalui pengaturan oven. Perubahan-
perubahan bentuk kayu yang mungkin terjadi adalah melengkung
(bowing), cekung (cupping) dan memuntir (twisting). Perubahan bentuk
ini disebabkan oleh tidak meratanya prosentasi penyusutan bagian-

25
bagian kayu. Perbedaan penyusutan selalu terjadi karena perbedaan
arah pemotongan kayu (tangensial, radial dan aksial).

e. Cacat Kadar Air tidak Merata

Seringkali hasil proses pengeringan tidak merata kadar airnya,


terutama pada bagian tengah tumpukan kayu masih basah. Sebab utama
adalah tidak meratanya distribusi panas keseluruhan bagian kayu.

Yang perlu diperiksa adalah :

 Apakah kipas-kipas (Fans Impeller) masih bekerja dengan baik.


 Pengaturan susunan ketebalan kayu.
 Kecepatan sirkulasi udara panas dan pengarahan sirkulasi.
f. Perubahan Warna Kayu

Perubahan warna kayu dapat berupa perubahan warna total atau


berupa noda-noda udara, yang sedikit banyak juga sampai kedalam
kayu. Noda-noda warna pada permukaan kayu masih dapt dihilangkan
dengan cara menyerut kayu, tetapi perubahan warna yang sampai
kedalam, sulit dihilangkan.

Sebab-sebab utama perubahan warna karena temperatur atau uap


yang tinggi, dan menyebabkan zat tamin kayu beraksi, sehingga terjadi
proses oksidasi yang menyebabkan warna kayu berubah. Temperatur
yang tinggi lebih banyak berpengaruh pada perubahan warna daripada
menurunkan kadar air dengan cepat.

Temperatur 500 0C atau 600 0C lebih cenderung mengubah warna


kayu. Makin tinggi temperatur digunakan, warna kayu akan makin
gelap.

26
BAB III

PENUTUP

Untuk memanfaatkan potensi kayu secara maksimal kita harus mempelajari lebih
dalam tentang karakteristik, sifat, dan jenis kayu tersebut serta kita tidak boleh
mengabaikan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh kayu tersebut. Kayu berasal dari
berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda. Sifat fisik atau
makroskopis adalah sifat yang dapat diketahui secara jelas melalui panca indera, baik
dengan penglihatan, penciuman, perabaan dan sebagainya tanpa menggunakan alat bantu.
Sifat lain kayu yang perlu diperhatikan adalah sifat mekanis kayu. Sifat Mekanis Kayu
adalah daya tahan kayu terhadap tegangan yang diberikan kepada kayu tersebut. Hal ini
biasanya dipengaruhi oleh gaya-gaya yang bekerja pada kayu.

Kerusakan dan cacat pada kayu mengakibatkan kekuatan kayu menurun, serat mutu
dan nilai pakai kayu menurun. Contoh cacat-cacat yang terdapat pada kayu adalah cacat
mata kayu, cacat pecah dan belah, cacat pecah busur dan pecah gelang, cacat hati kayu
rapuh, cacat karena jamur, cacat karena serangga perusak kayu, dan cacat karena lubang
gerek dan lubang cacing lau

27
DAFTAR PUSTAKA

Dina, Anggra. https://www.academia.edu/7512992/Macam_penggunaan_kayu. 22


Agustus 2015. 10 Nopember 2020.

Marpaung, Boy. https://boymarpaung.wordpress.com/2009/01/24/sifat-fisis-dan-


mekanik-kayu/. 24 January 2009. 09 Nopember 2020.

"Nousseva, Annisaa, Ainun, Anandityo." Sifat Fisik dan Mekanik Kayu Serta Cacat-
Cacat Pada Kayu (2017): 1-17.

Simatupang, Tasya. https://beritagar.id/artikel/sains-tekno/jepang-akan-bangun-


pencakar-langit-berbahan-kayu. 21 Februari 2018. 10 Nopember 2020.

Sri Sumarni, ST, MT. Struktur Kayu Edisi Revis. Surakarta: Yuma Pustaka, 2016.

Tanudjaja, Ridwan. https://slideplayer.info/slide/12835840/. 21 Oktober 2018. 10


Nopember 2020.

28

Anda mungkin juga menyukai