KEPUSTAKAAN :
1. ----------, Standar-standar, Tata Cara, Peraturan Konstruksi Kayu, di Indonesia. *)
2. Frick H., Ilmu Bangunan Konstruksi Kayu, Yayasan Kanisius, Semarang, 1982.
3. Gurfinkel, Wood Engineering, Kendal-Hunt Publishing, 1981.
4. Yanto, Pengetahuan Sifat-sifat Kayu, Yayasan Kanisius, 1979.
SKBI 3.6.53.1987,
Panduan Pengawetan Kayu dengan Cara Pemulasan Pencelupan dan Perendaman.
SNI 03-0675-1989,
Spesifikasi Ukuran Kusen Pintu Kayu, Kusen Jendela Kayu, Daun Pintu Kayu Untuk
Bangunan Rumah dan Gedung
SNI 03-2407-1991,
Tata Cara Pengecatan Kayu Untuk Rumah dan Gedung
SNI 03-2445-1991
Spesifikasi Ukuran Kayu Untuk Bangunan Rumah dan Gedung
SNI 03-2449-1991
Spesifikasi Kuda-kuda Kayu Balok Paku Tipe 15/6
SNI 03-2450-1991
Spesifikasi Kuda-kuda Kayu Balok Paku Tipe 30/6
SNI 03-3233-1998
Tata Cara Pengawetan Kayu untuk Bangunan Rumah dan Gedung
SNI 03-3399-1994
Metode Pengujian Kuat Tarik Kayu di Laboratorium
SNI 03-3400-1994
Metode Pengujian Kuat Geser Kayu di Laboratorium
SNI 03-3958-1995
Metode Pengujian Kuat Tekan Kayu di Laboratorium
SNI 03-3959-1995
Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu di Laboratorium
SNI 03-3960-1995
Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu di Laboratorium
SNI 03-3972-1995
Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu Konstruksi Berukuran Struktural
SNI 03-3973-1995
Metode Pengujian Modulus Elastisitas Tekan dan Kuat Tekan Sejajar Serat Kayu
Konstruksi Berukuran Struk-tural
SNI 03-3974-1995
Metode Pengujian Modulus Geser Kayu Konstruksi Berukuran Struktural
SNI 03-3975-1995
Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Konstruksi Berukuran Struktural
Pd M-01-1997-03
Metode Pengujian Kuat Cabut Paku Di Laboratorium
Pd M-02-1997-03
Metode Pengujian Kuat Belah Kayu Di Laboratorium
Pd M-03-1997-03
Metode Pengujian Kekerasan Kayu Di Laboratorium
Pd M-04-1997-03
Metode Pengujian Susut Radial Dan Tangensial Kayu Di Laboratorium
Pd M-08-1998-03
Metode Pengujian Berat Jenis Kayu dan Bahan dari Kayu dengan cara Pengukuran
Pd M-16-1998-03
Metode Pengujian Berat Jenis Kayu dan Bahan dari Kayu dengan cara Pencelupan
Dalam Air Raksa
Pd M-17-1998-03
Metode Pengujian Berat Jenis Kayu dan Bahan dari Kayu dengan Tabung
Pengambang
Pd M-18-1998-03
Metode Pengujian Berat Jenis Kayu dan Bahan dari Kayu dengan Cara Pencelupan
dalam Air
Pd M-19-1998-03
Metode Pengujian Berat Jenis Batang Kayu dan kayu Struktur Bangunan
Pd M-20-1998-03
Metode Pengujian Berat Jenis Serpih Kayu.
Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 3
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
POKOK BAHASAN I :
(3) PERCABANGAN
(1) PANGKAL
KARAKTERISTIK KAYU
Komponen kimia dalam kayu sangat menentukan kegunaan sesuatu jenis kayu,
membedakan jenis kayu. Zat ekstraktif dari kayu memiliki arti penting :
Dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau dan rasa suatu jenis
kayu
Dapat digunakan sebagai bahan industri
Dapat menyulitkan dalam pengerjaan dan merusak alat pertukangan
Zat ekstraktif mudah larut dalam pelarut seperti : eter, alkohol, bensin dan air,
banyaknya rata-rata 3-8 % dari berat kayu kering tanur.
Tingkat tegangan dan regangan kayu ditentukan oleh mutu dan klas kuat kayu. Kayu
dibedakan atas mutu A dan mutu B untuk kayu mutu klas kuat kayu dapat dilihat pada
tabel IIA buku PKKI.
Untuk kayu mutu B maka nilai tegangan pada tabel IIA digandakan
dengan faktor 0,75 untuk masing-masing kelas kuat kayu atau dapat juga
dengan rumus korelasi sebagai berikut :
lt = 170 g kg/cm2
tk // = tr // = 150 g kg/cm2
tk = 40 g kg/cm2
// = 20 g kg/cm2
Secara alami
(proses tumbuh)
Faktor a. Serangga
Perusak b. Jamur
Kayu Biologis c. Cacing laut
Dari luar
a. Faktor fisik
b. Faktor mekanik
Non biologis c. Faktor kimia
Mata kayu adalah lembaga atau bagian cabang yang berada didalam
kayu dan dapat dibedakan atas :
Mata kayu sehat : tidak busuk, berpenampang keras, warna biasanya lebih gelap, kukuh
dan rapat pada kayu.
Mata kayu lepas : tidak tumbuh rapat pada kayu, tidak ada gejala busuk,
pada proses pengerjaan akan terlepas.
Mata kayu busuk : terdapat tanda-tanda pembusukan, bagian kayunya
Lunak atau lapuk, berbeda dengan kayu bagian sekitarnya.
Pecah busur dan pecah gelang yaitu pecah yang mengikuti arah lingkaran
tumbuh .
Hati rapuh, arah serat, jamur penyerang kayu, serangga perusak kayu, lubang gerek dan
cacing laut dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
‘
.
..
..
..
:.
..
. .. .,,
‘
;”..
KANDUNGAN LEMBAB
Kayu bersifat higroskopis dan tergantung pada suhu dan kelembaban
udara sekelilingnya.
Wb - Wo
Banyaknya kandungan air (Ka) % = Wo X 100 %
DURASI PEMBEBANAN
POKOK BAHASAN II :
Kebaikannya :
Menghasilkan bahan panjang dan tebal
Dapat dibuat brntuk melengkung
Dapat dibuat dari kayu berkwalitas rendah dan hasilnya berkwalitas
tinggi.
Biasanya digunakan kayu lunak, ringan, kelas kuat awetnya sekitar II-IV
(meranti, keruwing, kapur, kempas, damar, mangir dll)
Perawatan :
Disimpan secara rata (Horizontal)
Hindari benturan, gesekan dan sebagainya
Terlindung dari sinar matahari langsung
alat tekan
Pisau kupas
Multipleks
Tripleks
a
b
POKOK BAHASAN II :
KLASSIFIKASI, KARAKTERISTIK
DAN PRINSIP DASAR KEKUATAN KAYU
Serat Kayu
Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 13
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Radial
Tangensial
Longitudinal
Gambar 1.1
Susut Kayu
Arah Longitudinal (Memanjang / searah serat)
Arah Radial (Jari-jari/tegak lurus serat Lingk. tahunan)
Arah Tangensial (menjinggung lingkaran tahunan)
b. Sifat-sifat Mekanis
Sifat Orthotropis
Sifat kayu yang tidak saling tergantung pada arah:
Longitudinal (Aksial), Radial & Tangensial
( L, R & T)
Sifat Elastisitas
Modulus Elastisitas:
( EL , E R & ET )
Bilangan Poisson:
( LR, LT, RL, RT, TL, TR)
Kokoh lentur
Kelas Berat Jenis Kokoh tekan
mutlak
Kuat Kering Udara mutlak (kg/cm2)
(kg/cm2)
I 0,90 1100 650
II 0,90 - 0,60 1100 - 725 650 - 425
*)
Kondisi Konstruksi:
a. Selalu berhubungan dengan tanah lembab.
b. Hanya terbuka terhadap angin dan iklim, tetapi air tidak masuk di dalamnya.
c. Di bawah atap, tidak berhubungan dengan tanah lembab dan
dilindungi terhadap kelengasan.
d. Seperti c. tetapi dipelihara dengan baik, seperti: dicat.
e. Serangan rayap.
f. Serangan oleh kumbang, bubuk kayu.
Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 16
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Ditetapkan dari
Kelas
Kelas Kelas Keterangan
Pemakaian
Keawetan Kekuatan
I I I Konstruksi berat, selalu terkena penga-
ruh-pengaruh buruk, seperti: terus me-
I II nerus berada dalam tanah, atau ter-
II
II II kena panas matahari, hujan dan angin.
Konstruksi berat yang terlindung
III III III berada di bawah atap dan tidak
berhubungan dengan tanah basah.
Konstruksi ringan yang terlindung
IV IV IV berada di bawah atap.
Konstruksi yang bersifat tidak
V V V permanen.
a. Kadar
Harus kering udara Kadar lengas 30%
lengas
Faktor Reduksi :
Tegangan-tegangan ijin pada tabel 1.6. di atas, berlaku untuk kayu mutu
“A”, konstruksi terlindung & menerima pembebanan tetap.
Kayu mutu “B” berlaku faktor reduksi 0,75.
Konstruksi yang selalu terendam dalam air atau konstruksi tidak terlindung
dan kadar lengas selalu tinggi, berlaku faktor 2/3.
Untuk konstruksi yang tidak terlindung tetapi kayu dapat mengering
dengan cepat, berlaku faktor 5/6.
Untuk konstruksi yang memikul beban tetap dan beban tidak tetap atau
beban angin, berlaku faktor 5/4.
Tegangan-tegangan ijin merupakan fungsi dari berat jenis kayu (g) kering
udara (kadar lengas . 15%), diberikan korelasi sbb. :
lt = 170 g ; tk = 40 g
tk = tr = 150 g ; = 20 g
Jika suatu jenis kayu masuk dalam beberapa kategori klas kuat, maka
tegangan-tegangan izin dapat ditentukan berdasarkan berat jenis kayu
kering udara ( kadar lengas . 15% ).
BJ.34 BJ.52
BJ.37 BJ.50
BJ.41 BJ.44
KEUNTUNGAN LAIN
Dapat dilas
Komponen-komponen strukturnya bisa dugunakan lagi untuk keperluan
lainnya
Pemeliharaannya tidak terlalu sukar
Elastisitas Tarik, Tekan dan Lentur
Siku-siku Kanal I
H Rel
Misalnya :
Baja bulat tulangan baja
½’’
10
Diameter Berat
mm kg/m’
Inchi cm kg/cm2
10 0,620
1/2 1,27 0,997 16 1,580
¾ 1,905 2,222 22 2,980
1 2,54 3,980
1¼ 3,175 6,194
sama kaki
d baja siku
b tidak sama kaki
b d
45.45.5 45 5 4,30 3,38 sama kaki
45.45.7 45 7 5,86 4,60
a b
40.60.5 40 60 5 4,79 3,76 tdk sama kaki
Harga Tegangan :
l
=
Fk 1,5
POKOK BAHASAN IV :
BATA : merupakan unsur bahan bangunan yang dibuat dari tanah liat, dicetak
dalam bentuk balok-balok, yang telah dibakar menjadi keras.
Bata dibuat dari bahan dasar tanah liat, yang bahan asalnya
dari tanah porselin yang dalam alamnya telah bercampur
dengan tepung pasir-kwarts dan tepungoxid besi (Fe2 O3) dan
tepung kapur (Ca CO3). Ciri-ciri dari banyaknya kadar axid
besi atau kapur dapat diketahui setelah tanah liat dibakar.
II. Proses Pembuatan Bata
Pembuatan bata dapat dilakukan secara sederhana (menggunakan alat-
alat yang sederhana), dapat pula memakai mesin-mesin yang modern
dan serba otomatis. Dalam pembuatan bata merah terdapat tahap-tahap
proses menurut skema sebagai berikut :
Pengangkutan
Pembentukan
Pengeringan
Pembakaran
Tahapan proses pembuatan bata merah ini tahap demi tahap harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dengan upaya menghindari hal-
hal yang dapat mempengaruhi mutu bata.
240 mm 115 mm 52 mm
230 mm 110 mm 50 mm
V. Penggunaan
POKOK BAHASAN V :
TEKNOLOGI BAHAN BETON
Literatur Wajib :
PUBI’1982 ~ Peraturan Umum untuk Bahan Bangunan di Indonesia.
PBI’71 ~ Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971.
SNI 03-2834-1992 (SK SNI T-15-1990-03), Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal.
Teknologi Beton, oleh: Kardiyono Tjokrodimuljo, UGM, Yokyakarta
1996.
Pedoman Pelaksanaan Praktikum Beton, ITB-Bandung, 1993.
Literatur Pendukung :
Rencana Campuran (Mix Design), oleh: D.U. Sudarsono, Jakarta,
1987.
SNI 03-2458-1991, Metode Pengujian Pengambilan Contoh untuk
Campuran Beton Segar.
SNI 03-2493-1991, Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji
Beton di Laboratorium.
SNI 03-2816-1992, Metode Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir
untuk Campuran Mortar dan Beton.
SK SNI T-28-1991-03, Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton.
SNI 03-2495-1991, Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton.
SNI 03-2496-1991, Spesifikasi Bahan Tambahan Gelembung Udara
untuk Beton.
Literatur lain yang berhubungan dengan Bahan Beton.
PENGERTIAN BETON
Unsur-unsur Beton:
Semen Portland (Portland Cement/PC)
Air Bahan Pokok
Agregat Halus (Pasir) (selalu ada)
Agregat Kasar (Kerikil)
Bahan Tambahan (Admixture/Additive) (tidak selalu ada)
SEMEN
AGREGAT
PORTLAND
HALUS
BETON
A I R
AGREGAT
KASAR
BAHAN
TAMBAHA
N
Kerikil 47%
Kerikil ±52%
Gambar 1. Unsur-unsur Beton.
Pasir ±28%
Air ±17% Pasir 26%
Hand out Teknologi Bahan Konstruksi Air ±7% 28
Beberapa Istilah:
Pasta Semen = Semen + Air
Mortar Semen = Semen + Air + Pasir
Adukan Beton = Semen + Air + Pasir + Kerikil
Beton Normal = Beton dengan hanya Bahan Pokok
Beton Khusus …… = Beton dengan Bahan Pokok & Bahan Tambahan
Adukan Beton = Beton Segar (Fresh Concrete)
Beton = Beton Keras (Hardened Concrete)
Contoh perbandingan campuran di atas merupakan gambaran secara umum, dan perbandingan yang
sebenarnya harus ditentukan melalui penelitian di Laboratorium tergantung pada Mutu Beton yang
dikehendaki.
SEMEN PORTLAND
Semen Portland (Portland Cement / PC) adalah semen hidrolis yang dihasil-kan dengan
menghaluskan klinker yang terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan
gips sebagai bahan tambahan (PUBI-1982).
PC merupakan suatu bahan yan sangat penting di dunia konstruksi yaitu setelah dicampur dengan
air terjadi suatu proses hidrasi sehingga dapat berfungsi sebagai bahan pengikat/perekat dalam
campuran.
PC diketemukan oleh Joseph Aspdin tahun 1824, bahan berupa bubuk yang dicampur dengan air,
pasir dan batu-batuan yang ada di pulau Portland, Inggris. Kemudian diproduksi pertama kali
melalui pabrik oleh David Saylor pada tahun 1875 di kota Coplay, Pennsylvania, Amerika
Serikat.
PC yang dikenal secara umum saat ini diperoleh dengan membakar secara bersama-sama, suatu
campuran pada perbandingan tertentu dari Calcareous (bahan yang mengandung kalsium karbonat
atau batu gamping) dan Argillarious (bahan yang mengandung alumina).
Sifat-sifat Semen
Sifat & Susunan kimia: susunan kima semen biasa secara umum adalah sebagai berikut:
Unsur / Oksida %
Kapur, CaO 60 – 65 4 Unsur Utama
Silika, SiO2 17 – 25
Trikalsium silikat (C3S)
Alimina, Al2O3 3 - 8
Dikalsium silikat ( C2S)
Besi, Fe2O3 0,5 – 6 Trikalsium aliminat (C3A)
Magnesia, MgO 0,5 – 4
Tetrakalsium aluminoferit
Sulfur, SO3 1 – 2 (C4AF)
Soda/Potas, Na2O+K2O 0,5 – 1
Unsur C3S dan C2S, merupakan unsur dominan mempengaruhi sifat semen, yang
kandungannya dalam semen sekitar 70% - 80%.
Unsur C3S, membutuhkan air sekitar 24% beratnya dan air akan segera ber-hidrasi dan
menghasilkan panas, berpengaruh besar terhadap proses pengerasan awal semen terutama
sebelum mencapai umur 14 hari. Unsur C3S ini membebas-kan kalsium hidroksida 3 kali
lebih banyak dari yang dapat dibebaskan oleh C2S.
Unsur C2S, membutuhkan air sekitar 21% beratnya, bereaksi lambat sehingga hanya
berpengaruh terhadap pengerasan semen setelah berumur 7 hari dan memberikan
kekuatan akhir. Unsur ini membuat semen tahan terhadap serangan kimia (chemical attack)
dan mengurangi besarnya susutan pengeringan.
Unsur C3A, membutuhkan air sekitar 40% beratnya, berhidrasi secara axothermic
dan bereaksi sangat cepat, memberikan kekuatan sesudah 24 jam. Semen yang
mengandung unsur ini lebih dari 10%, kurang tahan terhadap asam sulfat, karena
semen yang terkena asam sulfat (SO4) di dalam air/tanah karena keluarnya C3A yang
bereaksi dengan sulfat, dan mengembang sehingga terjadi retak-retak pada beton.
Unsur C4AF, tidak begitu besar pengaruhya dalam proses pengerasan semen.
70
60
C3S
40
30
C2S
20
C3A
10
C4AF
0
0 20 40 60 80 100
U m u r (hari)
Hidrasi Semen: bilamana semen diberi air maka akan terjadi proses hidrasi pada
arah ke luar dan ke dalam, yaitu hasil hidrasi mengendap di bagian luar dan inti semen
yang belum terhidrasi di bagian dalam secara bertahap terhidrasi hingga volumenya
mengecil. Reaksi ini berlangsung lambat, antara 2 – 5 jam, (yang disebut periode
induksi atau tak aktif) sebelum mengalami percepatan setelah kulit permukaan pecah.
Tahapan hidrasi berikutnya, pasta semen berupa gel (butiran sangat halus), dan sisa
semen yang belum/tak bereaksi, kalsium hidroksida Ca(OH) 2, air, dan beberapa
senyawa lainnya. Kristal-kristal dari berbagai senyawa yang dihasilkan membentuk
suatu rangkaian tiga dimensi yang saling melekat secara random dan sedikit demi
sedikit mengisi ruangan yang semula ditempati ait, lalu menjadi kaku dan muncullah
suatu kekuatan yang selanjutnya mengeras menjadi padat dan kuat. Pasta semen yang
telah mengeras berupa struktur yang berpori (pori-pori gel, dengan ukuran terkecil 4 x 10 -7 mm
hingga yang lebih besar).
Setelah hidrasi berlangsung, endapan hasil hidrasi pada permukaan butiran semen membuat difusi
air kebagian dalam yang belum berhidrasi emakin sulit, sehingga memperlambat lajut hidrasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses hidrasi dapat berlangsung sampai 50 tahun, sehingga
kekuatan beton dapat tetap meningkat dalam jangka waktu 50 tahun.
Pemeriksaan sifat kimia semen: yaitu untuk mengetahui mutu semen yang akan digunakan
sebagai bahan bangunan, yaitu tentang “Kesegaran Semen” dan “Sisa Bahan yang tak Larut
dalam Semen”.
Kesegaran Semen yaitu pengujian untuk mengetahui: tingkat kelembaban, kandungan karbon
dioksida atau magnesium dalam semen (maksimum 3,0%).
Sisa Bahan yang tak Larut dalam Semen yaitu pengujian untuk mengetahui jumlah atau sisa
bahan dalam semen yang tidak habis bereaksi atau bahan yang tidak aktif dari semen
(maksimum 1,5%).
Dibahas pada
Pemeriksaan Sifat Fisik Semen: yang penting untuk diketahui yaitu sebagai standar mutu
dalam struktur, yaitu: Berat Jenis, Kehalusan Butir, Konsistensi Normal, Waktu Pengikatan dan
Panas Hidrasi Semen Portland.
Berat Jenis Semen yaitu pengujian untuk mengetahui berat jenis semen untuk keperluan
perbandingan campuran dan membandingkan dengan berat jenis standar (Berat Jenis umumnya
sekitar 3,15 ).
Kehalusan Semen yaitu pengujian untuk menentukan kehalusan butir semen portland.
Kehalusan butir merupakan suatu faktor penting yang mempengaruhi kecepatan rekasi dalam
proses hidrasi. Standar 100% lewat saringan No. 100 dan maksimum 22% tertahan siringan
No. 200.
Konsistensi Normal yaitu pengujian untuk menentukan konsistensi normal dari semen portland
dengan alat standar (Vicat). Konsistensi normal PC adalah kondisi standar dari tingkat
kebasahan pasta (berat air / berat PC, %).
Waktu Pengikatan yaitu pengujian untuk menentukan waktu pengikatan PC. dengan alat
standar (Vicat atau alat lain) pada kondisi konsistensi normal PC. Waktu pengikatan awal
(initial time) yaitu waktu yang dibutuhkan mulai dari proses pencampuran semen dengan air
(pengukuran pasta pada konsistensi normal) sampai pasta kehilangan sebagian sifat plastisnya
(standar min. 60 menit). dengan alat standar (Vicat atau alat lain) pada kondisi konsistensi
normal PC. Waktu pengikatan akhir (final setting time) yaitu waktu yang dibutuhkan mulai
dari proses pencampuran semen dengan air (pengukuran pasta pada konsistensi normal)
sampai pasta menjadi massa yang keras (maks. 480 menit).
Panas Hidrasi yaitu pengujian untuk menentukan panas hidrasi PC., yaitu jumlah
panas dalam kalori/gram pada semen yang terhidrasi yang dihitung hingga proses
hidrasi berlangsung secara sempurna pada temp[eratur tertentu. (Sebagai contoh
Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 32
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI
Dibahas pada
Berbagai jenis semen portland diproduksi dengan tujuan pemakaian tertentu dengan cara merubah
prosentase dari 4 unsur utama dalam semen, maka semen di Indonesia (SII 0013-81) dibagi
menjadi 5 jenis/type:
Type I : PC. biasa untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-
persyaratan khusus, semen jenis ini yang umum digunakan, terdapat di
pasaran.
Type II : PC. yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat
dan panas hidrasi sedang (lingkungan sulfat, tanah, sistem drainase).
Type III : PC. yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan kekuatan awal yang
tinggi setelah pengikatan terjadi. (kecepatan pelaksanaan, bekesting
cepat).
Type IV : PC. yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan panas hidrasi yang
rendah. (pada Struktur Dam, Bangunan Masif).
Type V : PC. yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan sangat
tahan terhadap sulfat. (pada kondisi lingkungan kadar sulfat
tinggi, pada tanah/air tanah).
A G R E G AT
Pengertian
Agregat adalah material granular (butiran kecil seperti: pasir, kerikil, batu pecah,
kerak tungku besi dsb.) yang dipakai bersama-sama dengan media pengikat (pasta
semen) membentuk suatu campuran mortar atau beton.
Agregat Halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan atau
pasir yang dihasilkan oleh mesin pemecah batu ( Stone Crusher) dan mempunyai
ukuran butir terbesar 5 mm.
Agregat Kasar adalah kerikil alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan atau berupa
batu pecah yang dihasilkan oleh mesin pemecah batu (Stone Crusher) dan mempunyai ukuran
butir antara 5 - 40 mm.
Agregat untuk beton adalah agregat yang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu sesuai
dengan mutu beton dan jenis struktur yang diinginkan (strukturil atau non-strukturil). Agregat
sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu
bagian penting dalam rancangan campuran beton (Mix Design).
Pasir alam umumnya terdapat pada tiga tempat/lokasi pengambilan (quarry), yaitu:
a. Pasir Galian, diperoleh langsung dari suatu permukaan tanah atau dengan cara menggali,
biasanya bekas endapan lahar, bentuknya bersudut dan tajam, berpori, bebas dari kandungan
garam, biasanya mengandung banyak lumpur (diameter butir < 0,075 mm) dan kotoran
sehingga harus dicuci.
b. Pasir Sungai, diperoleh langsung pada dasar sungai, bentuk butir agak bulat, bebas dari
garam, umumnya bersih dari lumpur atau kotoran, kualitasnya bergantung pada tempat
endapannya disungai.
c. Pasir Laut, diperoleh di pantai, butirannya halus dan bulat, mengandung garam sehingga
tidak baik untuk bahan campuran mortar atau beton.
Beberapa jenis agregat selain agregat alami dan agregat pecahan yang biasa digunakan sesuai dengan
jenis struktur, antara lain:
Tanah Liat Bakar. Terbuat dari tanah liat yang khusus dibuat bulat-bulat kecil kemuadian
dibakar, sehingga berbentuk butiran yang keras, ringan, berpori dan penyerapan airnya 8 -
20%.
Lempung bekah. Hasil pembuatan dari suatu jenis lempung (shale) yang dimasukkan ke
dalam tungku putar pada suhu 1100 OC selama 10 menit. Gas dalam shale mengembang dan
membekah membentuk jutaan sel kecil udara dalam massa yang dikelilingi oleh selaput tipis
kedap air yang bening dan kuat. Agregat ini sangat ringan dengan berat jenisnya 1,15 tetapi
cukup kuat sehingga dapat digunakan untuk beton tahan api/panas, bersifat baik meredam
suara.
Agregat Abu Terbang. Merupakan hasil dari pemanasan abu terbang sampai meleleh dan
mengeras kembali sampai membentuk butiran-butiran seperti kerikil.
Benda padat buangan/limbah. Limbah/sampah padat dapat dibuat sebagai agregat alternatif
setelah melalui suatu proses daur ulang. Hal ini harus memperhatikan aspek ekonomis dan
aspek teknis strukturil.
relatif kecil. Secara teoritis gradasi ideal menurut Fuller & Thompson (1907) dapat dihitung
sbb.:
d
Pt X 100%
D
Distribusi ukuran butir dilakukan dengan analisa saringan menggunakan saringan standar
oleh ISO (International Standards Organization, Genewa, Switzerland), yaitu: 1½”, 1”,
3
¾”, ½”, 8 ”, No. 4, No. 8, No. 16, No. 30, No. 50, No. 100 dan No. 200.
Kadar lumpur dalam agregat : adalah prosentase bahan lolos saringan No. 200 (0,075 mm),
syarat untuk pasir kadar lumpur maks. 5% dan syarat untuk kerikil kadar lumpur maks. 1%
(PBI’71).
Bahan Organis dalam agregat : yaitu zat-zat yang dapat merusak beton, dilakukan dengan
percobaan warna dari Abrams-Harder dengan menggunakan larutan NaOH.
Kekerasan agregat kasar : harus sesuai dengan persyaratan melalui percobaaan abrasi
menggunakan Mesin Pengaus Los Angelos, dimana maksimum kehilangan berat 50% (fraksi
9,5 – 19 mm, maksimum 24% dan fraksi 19 – 30 mm, maksimum 22%).
A I R
Air untuk pembuatan beton atau mortar, tidak boleh mengandung minyak, alkali, garam, bahan-
bahan organis atau bahan-bahan yang dapat merusak beton dan atau baja tulangan. Olehnya itu jika
air yang akan digunakan timbul keragu-raguan maka disyaratkan diperiksa di laboratorium.
Secara umum tolerasnsi persyaratan air untuk beton, adalah sebagai beikut:
tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter.
tidak mengandung garam-garam (asam, zat organik, dan lain-lain) yang dapat merusak beton, lebih dari
15 gram/liter. (contoh air laut 35 gram/liter).
tidak mengandung chlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
tidak mengandung senyawa sulfat, lebih dari 1 gram/liter.
Chemikal Admixture
Bahan kimia tambahan untuk mengurangi pemakaian air sehingga dapat meningkatkan mutu
beton, dan atau mempertinggi kelecakan adukan sehingga mudah dalam pengecoran (faktor
workability).
Bahan kimia tambahan untuk memperlambat proses pengikatan beton, sehingga memberi
keleluasaan (tambahan waktu) dalam pelaksanaan.
Bahan kimia tambahan untuk mempercepat proses pengikatan dan penge-rasan beton.
Dimaksudkan untuk struktur beton yang memerlukan waktu penyelesaian yang singkat, pengecoran
di dalam air, landasan pacu dsb.
Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu mengurangi pemakaian air dan memperlambat
proses pengikatan.
Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu mengurangi air dan mempercepat proses
pengikatan dan pengerasan beton.
Pozolan
Pozolan adalah bahan alam atau buatan yang sebagian besar terdiri dari unsur-unsur silikat dan atau
aluminat yang reaktif. Pozolan dalam bentuk bubuk halus (lolos saringan 0,21 mm) jika dicampur
dengan air akan bereaksi menjadi suatu massa padat.
Fungsi pozoalan antara lain: dapat dipakai sebagai pengganti sebagian dari semen portland (berkisar 10 –
35%); beton lebih tahan terhadap garam, sulfat dan asam; beton lebih mudah diaduk; beton lebih rapat
air; mengurangi pemuaian beton; mengurangi retak-retak beton, dibandingkan dengan beton normal.
Serat
Serat (fibre mess) adalah salah satu bahan tambahan dalam campuran beton, yaitu dapat berupa:
asbestos, gelas/kaca, plastik, baja, tumbuh-tumbuhan (rami, ijuk). Beton yang diberi serat
sebagai bahan tambahan disebut beton serat (fibre reinforced concrete).
Fungsi serat antara lain: menambah kuat tarik beton, mengurangi retak-retak akibat susut beton
dan meningkatkan ketahanan akibat benturan.
SIFAT-SIFAT BETON
a) Sifat Kimia:
Sifat kimia beton sangat tergantung kepada sifat kimia bahan asalnya, terutama sifat kimia
dari bahan semen yang digunakan. Namun secara umum beberapa sifat kimia secara umum
dari beton, yaitu:
b) Sifat Fisik:
Sifat Fisik beton sangat tergantung kepada sifat fisik bahan asalnya, terutama
bahan agregat (pasir & kerikil), namun secara umum beberapa sifat fisik beton,
yaitu:
c) Sifat Mekanika:
Beberapa Sifat Mekanika yang dari Beton yang juga sangat tergantung kepada
sifat fisik dan sifat mekanika bahan asalnya, yaitu:
Tegangan (¦): Tegangan tekan beton relatif tinggi, tetapi tegangan tariknya
rendah, (tegangan tarik beton hanya sekitar 9%-15% dari tegangan
tekannya).
Regangan (e): Tegangan tekan beton maksimum akan tercapai pada regangan
tekan (e’) mencapai 0,002 dan selanjutnya akan turun dengan bertambahnya
nilai regangan hingga benda uji hancur pada nilai regangan mencapai 0,003 –
0,005. Beton tegangan tinggi lebih getas sehingga akan hancur pada nilai
regangan maksimum yang lebih rendah dibandingkan beton tegangan rendah.
Elastisitas (E): Bahan beton bersifat Elasto-Plastis artinya disamping
memperlihatkan kemampuan elastis bahan juga menunjukkan deformasi
permanen. Modulus elastisitas beton tidak berbanding lurus dengan
tegangannya, karena kurva tahap awal berbentuk lengkung (lazimnya untuk
bahan homogen seperti baja kurva tahap berupa garis lurus/linier).
Lenturan: Beton tidak kuat menahan lenturan, karena tegangan/kekuatan
tekannya tidak seimbang dengan tegangan/kekuatan tariknya, kecuali jika
diberi baja tulangan.
Tegangan
¦ c’ (MPa)
40
35
30
25
20
Tegangan
¦ c’ (MPa)
¦c’ = 40 MPa
40
¦c’ = 35 MPa
35
30 ¦c’ = 30 MPa
25 ¦c’ = 25 MPa
¦c’ = 20 MPa
20
Tegangan
¦ c’ (MPa)
40
35
30
25
20