Anda di halaman 1dari 39

HAND-OUT

Nama Mata Kuliah : TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


Nomor Kode / Sks : SI 63227 ( 2 sks )
Pokok Bahasan : BAHAN KAYU

Deskripsi Singkat : Materi ini membahas mengenai struktur kayu, sifat-


sifat kayu, klassifikasi kayu (mutu, kekuatan dan
keawetan), dan pengenalan bahan bangunan yang
terbuat dari kayu.

Tujuan Instrusional : Setelah mengikuti materi ini, mahasiswa dapat


mengetahui sifat dan karakteristik dasar kayu; serta
mampu memahami pemanfaatan dan kriteria bahan
kayu sebagai bahan konstruksi.

KEPUSTAKAAN :
1. ----------, Standar-standar, Tata Cara, Peraturan Konstruksi Kayu, di Indonesia. *)
2. Frick H., Ilmu Bangunan Konstruksi Kayu, Yayasan Kanisius, Semarang, 1982.
3. Gurfinkel, Wood Engineering, Kendal-Hunt Publishing, 1981.
4. Yanto, Pengetahuan Sifat-sifat Kayu, Yayasan Kanisius, 1979.

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 1


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Standar-standar, Tata Cara, Peraturan


Konstruksi Kayu Indonesia
( oleh : Departemen Pekerjaan Umum )

 NI-5 PKKI’ 1961,


Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia.

 SKBI 3.6.53.1987,
Panduan Pengawetan Kayu dengan Cara Pemulasan Pencelupan dan Perendaman.

 SK SNI M-25-1991-03, ( M-25 s/d M-29), ( 5 buku ).


Metode Pengujian Kayu di Laboratorium (Kuat Tarik, Kuat Geser, Kuat Tekan, Kuat
Lentur dan Modulus Elastisitas Lentur).

 SK SNI M-03-1993-03, ( M-03 s/d M-06), (4 buku),


Metode Pengujian Kayu Konstruksi Berukuran Struktural : Modulus Elastisitas Lentur,
Modulus Elastisitas Tekan & Kuat Tekan Sejajar Serat, Modulus Geser dan Kuat
Lentur Kayu).

 SNI 03-0675-1989,
Spesifikasi Ukuran Kusen Pintu Kayu, Kusen Jendela Kayu, Daun Pintu Kayu Untuk
Bangunan Rumah dan Gedung

 SNI 03-2407-1991,
Tata Cara Pengecatan Kayu Untuk Rumah dan Gedung

 SNI 03-2445-1991
Spesifikasi Ukuran Kayu Untuk Bangunan Rumah dan Gedung

 SNI 03-2449-1991
Spesifikasi Kuda-kuda Kayu Balok Paku Tipe 15/6

 SNI 03-2450-1991
Spesifikasi Kuda-kuda Kayu Balok Paku Tipe 30/6

 SNI 03-3233-1998
Tata Cara Pengawetan Kayu untuk Bangunan Rumah dan Gedung

 SNI 03-3399-1994
Metode Pengujian Kuat Tarik Kayu di Laboratorium

 SNI 03-3400-1994
Metode Pengujian Kuat Geser Kayu di Laboratorium

 SNI 03-3958-1995
Metode Pengujian Kuat Tekan Kayu di Laboratorium

 SNI 03-3959-1995
Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu di Laboratorium

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 2


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

 SNI 03-3960-1995
Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu di Laboratorium

 SNI 03-3972-1995
Metode Pengujian Modulus Elastisitas Lentur Kayu Konstruksi Berukuran Struktural

 SNI 03-3973-1995
Metode Pengujian Modulus Elastisitas Tekan dan Kuat Tekan Sejajar Serat Kayu
Konstruksi Berukuran Struk-tural

 SNI 03-3974-1995
Metode Pengujian Modulus Geser Kayu Konstruksi Berukuran Struktural

 SNI 03-3975-1995
Metode Pengujian Kuat Lentur Kayu Konstruksi Berukuran Struktural

 SKBI 4.3.53.1987 UDC. 674.048.004.1


Spesifikasi kayu Awet Untuk Perumahan Dan Gedung

 Pd M-01-1997-03
Metode Pengujian Kuat Cabut Paku Di Laboratorium

 Pd M-02-1997-03
Metode Pengujian Kuat Belah Kayu Di Laboratorium

 Pd M-03-1997-03
Metode Pengujian Kekerasan Kayu Di Laboratorium

 Pd M-04-1997-03
Metode Pengujian Susut Radial Dan Tangensial Kayu Di Laboratorium

 Pd M-08-1998-03
Metode Pengujian Berat Jenis Kayu dan Bahan dari Kayu dengan cara Pengukuran

 Pd M-16-1998-03
Metode Pengujian Berat Jenis Kayu dan Bahan dari Kayu dengan cara Pencelupan
Dalam Air Raksa

 Pd M-17-1998-03
Metode Pengujian Berat Jenis Kayu dan Bahan dari Kayu dengan Tabung
Pengambang

 Pd M-18-1998-03
Metode Pengujian Berat Jenis Kayu dan Bahan dari Kayu dengan Cara Pencelupan
dalam Air

 Pd M-19-1998-03
Metode Pengujian Berat Jenis Batang Kayu dan kayu Struktur Bangunan

 Pd M-20-1998-03
Metode Pengujian Berat Jenis Serpih Kayu.
Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 3
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

POKOK BAHASAN I :

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI DARI KAYU

(4) CABANG DAN RANTING

(3) PERCABANGAN

(2) TENGAH DAN UJUNG

(1) PANGKAL

GAMBAR BAGIAN POHON

Bagian-bagian batang dan kegunaannya :


Umumnya tak bermata kayu, digunakan untuk kayu pertukangan
Memiliki mata kayu, digunakan untuk industri kayu (pabrik kertas, papan
buatan dll)
Khususnya untuk industri kayu
Untuk kayu bakar umumnya.

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 4


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

KARAKTERISTIK KAYU

Karakteristik kayu secara umum ialah :


 Semua batang pohon mempunyai pengaturan vertikal dan simetri
radial
 Tersusun dari sel-sel dengan type bermacam-macam
 Semua kayu bersifat anisotropik
 Merupakan bahan yang bersifat higroskopik
 Dapat diserang makhluk hidup perusak kayu, dan terbakar.

Sb tangensial ( Jari-jari dan tidak


memotong Sb. Longitudinal)

Sb Radial (  dan memotong Sb.


Longitudinal)

Sb Longitudinal melalui pusat ditengah batang

Karakteristik kayu berhubungan dengan sifat-sifat anatomi kayu dan


dibedakan : sifat Fisik, Sifat Mekanik dan Sifat Kimia

Sifat Fisik Kayu


Berat Jenis Kayu berbeda-beda
Keawetan alami kayu, Ketahanan kayu akibat pengaruh serangga
perusak kayu
Warna Kayu tergantung dari jenis kayu
Higroskopis
Tekstur
Serat Kayu ( arah serat : terpadu, berombak, terpilin, diagonal)
Berat kayu tergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun
Kekerasan
Kesan Raba
Nilai Dekoratif, akustik dan resonansi

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 5


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Sifat Mekanik Kayu

Keteguhan Tarik ( sejajar arah serat )


Keteguhan tekan/kompressi (  // arah serat)
Keteguhan Geser (  arah serat )
Keteguhan Lengkung (lentur)
Kekakuan (dinyatakan istilah modulus Elastisitas)
Keuletan, kekerasan, keteguhan belah

Sifat Kimia Kayu

Komponen kimia dalam kayu sangat menentukan kegunaan sesuatu jenis kayu,
membedakan jenis kayu. Zat ekstraktif dari kayu memiliki arti penting :
Dapat mempengaruhi sifat keawetan, warna, bau dan rasa suatu jenis
kayu
Dapat digunakan sebagai bahan industri
Dapat menyulitkan dalam pengerjaan dan merusak alat pertukangan
Zat ekstraktif mudah larut dalam pelarut seperti : eter, alkohol, bensin dan air,
banyaknya rata-rata 3-8 % dari berat kayu kering tanur.

TINGKAT TEGANGAN DAN REGANGAN KAYU

Tingkat tegangan dan regangan kayu ditentukan oleh mutu dan klas kuat kayu. Kayu
dibedakan atas mutu A dan mutu B untuk kayu mutu klas kuat kayu dapat dilihat pada
tabel IIA buku PKKI.
Untuk kayu mutu B maka nilai tegangan pada tabel IIA digandakan
dengan faktor 0,75 untuk masing-masing kelas kuat kayu atau dapat juga
dengan rumus korelasi sebagai berikut :

 lt = 170 g kg/cm2
 tk // =  tr // = 150 g kg/cm2
 tk  = 40 g kg/cm2
 // = 20 g kg/cm2

g = berat jenis kayu kering udara selanjutnya lihat buku PKKI

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 6


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

PENYEBAB KERUSAKAN KAYU

Secara alami
(proses tumbuh)

Faktor a. Serangga
Perusak b. Jamur
Kayu Biologis c. Cacing laut

Dari luar
a. Faktor fisik
b. Faktor mekanik
Non biologis c. Faktor kimia

PENGARUH KHUSUS YANG MENGURANGI KEKUATAN

Mata kayu adalah lembaga atau bagian cabang yang berada didalam
kayu dan dapat dibedakan atas :
Mata kayu sehat : tidak busuk, berpenampang keras, warna biasanya lebih gelap, kukuh
dan rapat pada kayu.
Mata kayu lepas : tidak tumbuh rapat pada kayu, tidak ada gejala busuk,
pada proses pengerjaan akan terlepas.
Mata kayu busuk : terdapat tanda-tanda pembusukan, bagian kayunya
Lunak atau lapuk, berbeda dengan kayu bagian sekitarnya.

Pengaruh mata kayu :


(1) Mengurangi sifat keteguhan kayu
(2) Menyulitkan pengerjaan
(3) Mengurangi keindahan
(4) Menyebabkan terjadinya lembaran finir berlubang

Pecah dan Belah : Serat terpisah < 2 mm disebut Retak


Serat terpisah < 6 mm disebut Pecah
Serat terpisah > 6 mm disebut belah

Pecah busur dan pecah gelang yaitu pecah yang mengikuti arah lingkaran
tumbuh .

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 7


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Hati rapuh, arah serat, jamur penyerang kayu, serangga perusak kayu, lubang gerek dan
cacing laut dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

a. Cacat bontos (Hati rapuh) b. Pecah Busur

c. Cacat bentuk belimbing d. Cacat belah

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 8


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


.
..

..
..
:.
..

. .. .,,


;”..

e. Cacat akibat serangga f. Cacat Jamur

KANDUNGAN LEMBAB
Kayu bersifat higroskopis dan tergantung pada suhu dan kelembaban
udara sekelilingnya.

Wb - Wo
Banyaknya kandungan air (Ka) % = Wo X 100 %

Keadaan air dalam kayu terdiri dari :

 Air bebas  Dalam rongga sel, tidak mempengaruhi sifat, kecuali


berat, mudah keluar.
 Air terikat  Dalam dinsing sel, sulit dilepaskan, mempengaruhi
penyusutan kayu.
Tingkatan titik jenuh untuk semua jenis kayu adalah : 25 – 30 %

Penyusutan (%) = Dimensi awal – dimensi akhir x 100 %


Dimensi awal

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 9


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Banyaknya air dalam kayu pada titik jenuh total ditentukan


oleh :
 Volume rongga-rongga dalam kayu, yang tidak diisi oleh zat dinding
sel dan zat ekstraktif
 Berat jenis kayu (pada keadaan kering Tanur)

DURASI PEMBEBANAN

Kayu dibebani dengan keadaan :


(1) Tiba-tiba disebut beban kejut
(2) Dengan jangka pendek  4 – 5 menit biasanya terjadi pada saat
pengujian
(3) Jangka waktu sedang  Setahun ( misalnya perancah )
(4) Jangka panjang > 10 tahun (bangunan)

Semakin pendek waktu pembebanan, makin besar tegangan yang dapat


didukung.

POKOK BAHASAN II :

KAYU LAMINA REKATAN DAN PLYWOOD

1. KAYU LAMINA (laminated wood)


 Perekatan beberapa lapis kayu dengan arah sejajar.
 Bentuknya dapat lurus atau melengkung
 Ukurannya dapat besar seperti balok/kecil
 Perekatan dengan Polyvinyl acetat ( PVAC)

Kebaikannya :
 Menghasilkan bahan panjang dan tebal
 Dapat dibuat brntuk melengkung
 Dapat dibuat dari kayu berkwalitas rendah dan hasilnya berkwalitas
tinggi.

2. PLWOOD (Kayu Lapis)

 Terbuat dari beberapa lapisan finir dengan jumlah ganjil


 Dipasang arah serat silang 

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 10


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Tujuan Pembuatan Plywood :


 Hemat penggunaan kayu
 Memanfaatkan kayu bernilai rendah
 Menambah kekuatan
 Meningkatkan mutu

Jenis Perekat yang digunakan :


 Dari tumbuh-tumbuhan
 Dari hewan
 Sintetis

Plywood tiga lapis  Triplex (threeply)


Plywood lima lapis  5-ply
Plywood banyak lapis  Multipleks (Multiply)

Biasanya digunakan kayu lunak, ringan, kelas kuat awetnya sekitar II-IV
(meranti, keruwing, kapur, kempas, damar, mangir dll)

Perawatan :
 Disimpan secara rata (Horizontal)
 Hindari benturan, gesekan dan sebagainya
 Terlindung dari sinar matahari langsung

Standar ukuran Plywood dalam Perdagangan :


244 x 122 x 0,4 (cm )  Tripleks
244 x 122 x 0,6
244 x 122 x 0,9
213,5 x 94,5 x 0,4 (cm)  Tripleks ukuran kecil
183 x 91,5 x 0,4
244 x 122x 1,2 (cm)  Multipleks
244 x 122 x 1,4 ; 1,5 ; 1,8; 2,4 cm

alat tekan

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 11


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Pisau kupas

CARA KUPAS KAYU

Multipleks

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 12


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Tripleks

a
b

Aturan lapisan plywood


Finir Radial

POKOK BAHASAN II :

KLASSIFIKASI, KARAKTERISTIK
DAN PRINSIP DASAR KEKUATAN KAYU

1. Sifat & Karakteristik Kayu (Review: Teknologi Bahan).


a. Sifat-sifat Phisis :

 Serat Kayu
Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 13
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Serat Kasar dan Serat Halus


Serat Lurus dan Serat Berombak
Serat Terbuka dan Serat Tertutup

Radial

Tangensial
Longitudinal

Gambar 1.1

 Susut Kayu
Arah Longitudinal (Memanjang / searah serat)
Arah Radial (Jari-jari/tegak lurus serat Lingk. tahunan)
Arah Tangensial (menjinggung lingkaran tahunan)

 Kadar Lengas Kayu


Kayu Kering Oven, Kayu Kering Udara,
Kayu Basah, Kayu Jenuh Air.

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 14


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

b. Sifat-sifat Mekanis

 Sifat Orthotropis
Sifat kayu yang tidak saling tergantung pada arah:
Longitudinal (Aksial), Radial & Tangensial
( L, R & T)

 Sifat Elastisitas

Modulus Elastisitas:

( EL , E R & ET )

Modulus Kekokohan / Geser:

( GLR, GLT & GRT)

Bilangan Poisson:
( LR,  LT,  RL,  RT,  TL,  TR)

2. Klassifikasi Kayu sbgi Bahan Bangunan

 Kelas Kekuatan  Tabel 1.1.

 Kelas Keawetan  Tabel 1.2.

 Kelas Pemakaian  Tabel 1.3.

 Mutu Kayu  Tabel 1.4.

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 15


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Tabel 1.1. Penggolongan Kayu berdasarkan Kelas Kekuatan

Kokoh lentur
Kelas Berat Jenis Kokoh tekan
mutlak
Kuat Kering Udara mutlak (kg/cm2)
(kg/cm2)
I  0,90  1100  650
II 0,90 - 0,60 1100 - 725 650 - 425

III 0,60 - 0,40 725 - 500 425 - 300

IV 0,40 - 0,30 500 - 360 300 - 215

V  0,30  360  215

Tabel 1.2. Penggolongan Kayu berdasarkan Kelas Keawetan

Uraian / KELAS KEAWETAN


Nomor I II III IV V
8 5 3 Sangat Sangat
a
KONDISI KONSTRUKSI

Tahun tahun tahun pendek pendek


20 15 10 Beberapa Sangat
b Tahun tahun tahun tahun pendek
Tak Tak Sangat Beberapa
c terbatas terbatas lama tahun
pendek

Tak Tak Tak Minimum Maksimum


d terbatas terbatas terbatas 20 tahun 20 tahun
Agak Sangat Sangat
e Tidak Jarang
Cepat cepat cepat
Hampir Tak Sangat
f Tidak tidak
tidak seberapa Cepat

*)
Kondisi Konstruksi:
a. Selalu berhubungan dengan tanah lembab.
b. Hanya terbuka terhadap angin dan iklim, tetapi air tidak masuk di dalamnya.
c. Di bawah atap, tidak berhubungan dengan tanah lembab dan
dilindungi terhadap kelengasan.
d. Seperti c. tetapi dipelihara dengan baik, seperti: dicat.
e. Serangan rayap.
f. Serangan oleh kumbang, bubuk kayu.
Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 16
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Tabel 1.3. Penggolongan Kayu berdasarkan Kelas Pemakaian

Ditetapkan dari
Kelas
Kelas Kelas Keterangan
Pemakaian
Keawetan Kekuatan
I I I Konstruksi berat, selalu terkena penga-
ruh-pengaruh buruk, seperti: terus me-
I II nerus berada dalam tanah, atau ter-
II
II II kena panas matahari, hujan dan angin.
Konstruksi berat yang terlindung
III III III berada di bawah atap dan tidak
berhubungan dengan tanah basah.
Konstruksi ringan yang terlindung
IV IV IV berada di bawah atap.
Konstruksi yang bersifat tidak
V V V permanen.

Tabel 1.4. Penggolongan Kayu berdasarkan Mutu

Uraian Mutu A Mutu B

a. Kadar
Harus kering udara Kadar lengas  30%
lengas

Besarnya mata kayu  1/6 Besarnya mata kayu  1/4


b. Mata kayu
lebar balok atau  3,5 cm lebar balok atau  5 cm

c. Kandungan Kandungan wanvlak (kayu Kandungan wanvlak (kayu


wanvlak gubal),  1/10 tinggi balok. gubal),  1/10 tinggi balok.

d. Kemiringan Kemiringan arah serat, Kemiringan arah serat,


arah serat tg   1/10 tg   1/7

Retak-retak arah radial  1/4


Retak-retak arah radial  1/3
tebal kayu dan terhdp ling-
e. Retak-retak tebal kayu dan terhdp ling-
karan tumbuh  1/5 tebal
karan tumbuh  1/4 tebal kayu
kayu
Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 17
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

3. Modulus Elastisitas dan Tegangan Izin Kayu

Tabel 1.5. Modulus Elastisitas (PKKI’1961)

MODULUS ELASTISITAS KELAS KUAT


(kg/cm2) I II III IV JATI
Modulus Elastisitas,
sejajar serat, E 125.000 100.000 80.000 60.000 100.000

Tabel 1.6. Tegangan Ijin Kayu (PKKI’1961)


Kayu Mutu A

TEGANGAN KELAS KUAT


(kg/cm2) I II III IV Jati

Tegangan Lentur Ijin lt 150 100 75 50 130

Tegangan Tekan Ijin,


sejajar serat tk 130 85 60 45 110

Tegangan Tarik Ijin,


sejajar serat tr 130 85 60 45 110

Tegangan Tekan Ijin,


tegak lurus serat tk 40 25 15 10 30

Tegangan Geser Ijin,


sejajar serat  20 12 8 5 15

Faktor Reduksi :
 Tegangan-tegangan ijin pada tabel 1.6. di atas, berlaku untuk kayu mutu
“A”, konstruksi terlindung & menerima pembebanan tetap.
 Kayu mutu “B” berlaku faktor reduksi 0,75.
 Konstruksi yang selalu terendam dalam air atau konstruksi tidak terlindung
dan kadar lengas selalu tinggi, berlaku faktor 2/3.
 Untuk konstruksi yang tidak terlindung tetapi kayu dapat mengering
dengan cepat, berlaku faktor 5/6.

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 18


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

 Untuk konstruksi yang memikul beban tetap dan beban tidak tetap atau
beban angin, berlaku faktor 5/4.

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 19


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Korelasi Berat Jenis vs Tegangan Ijin Kayu : (PKKI’1961)

 Tegangan-tegangan ijin merupakan fungsi dari berat jenis kayu (g) kering
udara (kadar lengas . 15%), diberikan korelasi sbb. :
 lt = 170 g ; tk = 40 g
 tk = tr = 150 g ;  = 20 g

 Jika suatu jenis kayu masuk dalam beberapa kategori klas kuat, maka
tegangan-tegangan izin dapat ditentukan berdasarkan berat jenis kayu
kering udara ( kadar lengas . 15% ).

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 20


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

POKOK BAHASAN III :

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI DARI BAJA

BAJA : Adalah bahan yang keserbasamaannya (homogenitasnya)


tinggi. Terdiri dari (Fe) dalam bentuk keristal dan (C) serta (Si),
(Mn), (S), (P), (tembaga), (Chromium), (nikel).

PROSES PEMBUATAN BAJA :

Diproses dalam dapur dengan


BUTIR-BUTIR BESI Temperatur tinggi

BESI KASAR Proses Pembersihan :


a. Proses Bessemer
b. Proses Thomas
c. Proses Martin
d. dengan dapur elektro
e. dll
B A J A Macam-macam Baja

BJ.34 BJ.52

BJ.37 BJ.50

BJ.41 BJ.44

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 21


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

SIFAT-SIFAT BAJA YANG MENGUNTUNGKAN

 Dapat menahan : Tarik, Tekan dan Lentur


 Kekuatan Tinggi
 Kemudahan Pemasangan
 Keseragaman
 Daktilitas

KEUNTUNGAN LAIN

 Dapat dilas
 Komponen-komponen strukturnya bisa dugunakan lagi untuk keperluan
lainnya
 Pemeliharaannya tidak terlalu sukar
 Elastisitas Tarik, Tekan dan Lentur

KELEMAHAN DARI BAJA

 Tidak tahan api


 Karat / Korosi
 Tidak dapat mencegah pergeseran horizontal

BENTUK-BENTUK TAMPANG BAJA

Batangan Dan Pelat

Pipa Sheet Piles

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 22


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Siku-siku Kanal I

H Rel

Dalam Tabel Profil Konstruksi baja Dapat diketahui ukuran-ukuran

Dari setiap bentuk

Misalnya :
Baja bulat tulangan baja

 ½’’
 10
Diameter Berat
mm kg/m’
Inchi cm kg/cm2
10 0,620
1/2 1,27 0,997 16 1,580
¾ 1,905 2,222 22 2,980
1 2,54 3,980
1¼ 3,175 6,194

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 23


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

sama kaki
d baja siku
b tidak sama kaki

ukuran F Berat keterangan


( mm ) (cm2) kg/m’

b d
45.45.5 45 5 4,30 3,38 sama kaki
45.45.7 45 7 5,86 4,60

a b
40.60.5 40 60 5 4,79 3,76 tdk sama kaki
Harga Tegangan :

Tegangan leleh Tegangan dasar


Macam Baja ( l ) ( )
Kg/cm2 Mpa kg/cm2 MPa
BJ 34 2100 210 1400 140
37 2400 240 1600 160
41 2500 250 1666 166,6
44 2800 280 1867 186,7
50 2900 290 1933 193,3
52 3600 360 2400 240

l
 =
Fk 1,5

POKOK BAHASAN IV :

TEKNOLOGI BAHAN BATA

BATA : merupakan unsur bahan bangunan yang dibuat dari tanah liat, dicetak
dalam bentuk balok-balok, yang telah dibakar menjadi keras.

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 24


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

I. Bahan Dasar Bata

Bata dibuat dari bahan dasar tanah liat, yang bahan asalnya
dari tanah porselin yang dalam alamnya telah bercampur
dengan tepung pasir-kwarts dan tepungoxid besi (Fe2 O3) dan
tepung kapur (Ca CO3). Ciri-ciri dari banyaknya kadar axid
besi atau kapur dapat diketahui setelah tanah liat dibakar.
II. Proses Pembuatan Bata
Pembuatan bata dapat dilakukan secara sederhana (menggunakan alat-
alat yang sederhana), dapat pula memakai mesin-mesin yang modern
dan serba otomatis. Dalam pembuatan bata merah terdapat tahap-tahap
proses menurut skema sebagai berikut :

Mendapatkan bahan mentah (lempung)

Pengangkutan

Pengolahan dan penyiapan massa

Pembentukan

Pengeringan

Pembakaran

Tahapan proses pembuatan bata merah ini tahap demi tahap harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dengan upaya menghindari hal-
hal yang dapat mempengaruhi mutu bata.

III. Ukuran-ukuran bata

Berdasarkan standard, Ukuran bata merah secara umum adalah :

Panjang lebar Tebal

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 25


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

240 mm 115 mm 52 mm
230 mm 110 mm 50 mm

Ukuran yang lazim dalam perdagangan :

10,5 x 22,5 x 4,8 cm


10,5 x 22,5 x 6,7 cm
11,5 x 24 x 4,8 cm
11,5 x 24 x 7,5 cm

Ukuran-ukuran bata ini pula dapat disesuaikan berdasarkan atas


petunjuk teknis Standard SII yang dikeluarkan oleh Departemen
Perindustrian yang disesuaikan klasifikasi mutu.

IV. Sifat-sifat bata

a. Bata merah mempunyai kuat desak yang bervariasi berdasarkan sifat


bahan bakunya
b. Warnanya merah, merah abu-abu tergantung dari sifat bahan
dasarnya.
c. Bunyinya nyaring kalau dipukul

V. Penggunaan

Dapat dipergunakan sebagai pasangan dinding luar dari bangunan, dan


atau dijadikan pasangan dinding yang harus mendukung beban, juga
tahan terhadap pengaruh udara, hujan maupun panas.
Dapat juga digunakan sebagai pasangan fondasi bangunan gedung, bila
batu kali sukar didapat.

POKOK BAHASAN V :
TEKNOLOGI BAHAN BETON

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 26


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Tujuan : Memberikan pengetahuan mengenai sifat-sifat


bahan beton (termasuk unsur beton), agar mahasiswa
dapat mengetahui penggunaan bahan beton dalam
perencanaan dan pelaksanaan konstruksi beton.

Uraian : Bagian Mata Kuliah ini membahas mengenai Sifat-


sifat fisika, mekanika, kimia dan teknologi bahan beton,
yaitu : beton, bahan campuran beton (Semen, Agregat,
Air dan Bahan Tambahan), dan Praktikum Laboratorium.

Literatur Wajib :
 PUBI’1982 ~ Peraturan Umum untuk Bahan Bangunan di Indonesia.
 PBI’71 ~ Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971.
 SNI 03-2834-1992 (SK SNI T-15-1990-03), Tata Cara Pembuatan
Rencana Campuran Beton Normal.
 Teknologi Beton, oleh: Kardiyono Tjokrodimuljo, UGM, Yokyakarta
1996.
 Pedoman Pelaksanaan Praktikum Beton, ITB-Bandung, 1993.

Literatur Pendukung :
 Rencana Campuran (Mix Design), oleh: D.U. Sudarsono, Jakarta,
1987.
 SNI 03-2458-1991, Metode Pengujian Pengambilan Contoh untuk
Campuran Beton Segar.
 SNI 03-2493-1991, Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji
Beton di Laboratorium.
 SNI 03-2816-1992, Metode Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir
untuk Campuran Mortar dan Beton.
 SK SNI T-28-1991-03, Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton.
 SNI 03-2495-1991, Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton.
 SNI 03-2496-1991, Spesifikasi Bahan Tambahan Gelembung Udara
untuk Beton.
 Literatur lain yang berhubungan dengan Bahan Beton.

PENGERTIAN BETON

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 27


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Beton adalah campuran antara Semen Portland (Semen Hidrolik),


Agregat Halus, Agregat Kasar dan Air, dengan atau tanpa Bahan
Tambahan. Selanjutnya melalui proses hidrasi akan membentuk
Massa Padat.

Unsur-unsur Beton:
 Semen Portland (Portland Cement/PC)
 Air Bahan Pokok
 Agregat Halus (Pasir) (selalu ada)
 Agregat Kasar (Kerikil)
 Bahan Tambahan (Admixture/Additive)  (tidak selalu ada)

SEMEN
AGREGAT
PORTLAND
HALUS

BETON

A I R
AGREGAT
KASAR

BAHAN
TAMBAHA
N
Kerikil 47%
Kerikil ±52%
Gambar 1. Unsur-unsur Beton.

Pasir ±28%
Air ±17% Pasir 26%
Hand out Teknologi Bahan Konstruksi Air ±7% 28

Semen ±10% Semen ±13%


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

a) Perbandingan Volume b) Perbandingan Berat

Gambar 2. Komposisi Campuran Beton

Beberapa Istilah:
 Pasta Semen = Semen + Air
 Mortar Semen = Semen + Air + Pasir
 Adukan Beton = Semen + Air + Pasir + Kerikil
 Beton Normal = Beton dengan hanya Bahan Pokok
 Beton Khusus …… = Beton dengan Bahan Pokok & Bahan Tambahan
 Adukan Beton = Beton Segar (Fresh Concrete)
 Beton = Beton Keras (Hardened Concrete)

Bahan campuran beton terbagi dalam 2 kelompok, yaitu:


 Bahan Aktif: Semen dan Air, berfungsi sebagai bahan perekat/pengikat.
 Bahan Pasif: Agregat (Pasir & Kerikil), berfungsi sebagai bahan pengisi.

Dalam pelaksanaan secara umum dikenal beberapa komposisi campuran, yaitu:


 Campuran 1 PC : 1½ Pasir : 2½ Krkl  Beton struktur kedap air,
 Campuran 1 PC : 2 Pasir : 3 Krkl  Beton struktur secara umum,
 Campuran 1 PC : 2 Pasir : 4 Krkl  Beton non-struktur untuk Lantai, mis.
Pabrik, Bengkel, Laboratorium.
 Campuran 1 PC : 3 Pasir : 5 Krkl  Beton non-struktur untuk Lantai, mis.
Rabat, Saluran, Canstin.

Contoh perbandingan campuran di atas merupakan gambaran secara umum, dan perbandingan yang
sebenarnya harus ditentukan melalui penelitian di Laboratorium tergantung pada Mutu Beton yang
dikehendaki.

SEMEN PORTLAND
Semen Portland (Portland Cement / PC) adalah semen hidrolis yang dihasil-kan dengan
menghaluskan klinker yang terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan
gips sebagai bahan tambahan (PUBI-1982).

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 29


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

PC merupakan suatu bahan yan sangat penting di dunia konstruksi yaitu setelah dicampur dengan
air terjadi suatu proses hidrasi sehingga dapat berfungsi sebagai bahan pengikat/perekat dalam
campuran.
PC diketemukan oleh Joseph Aspdin tahun 1824, bahan berupa bubuk yang dicampur dengan air,
pasir dan batu-batuan yang ada di pulau Portland, Inggris. Kemudian diproduksi pertama kali
melalui pabrik oleh David Saylor pada tahun 1875 di kota Coplay, Pennsylvania, Amerika
Serikat.
PC yang dikenal secara umum saat ini diperoleh dengan membakar secara bersama-sama, suatu
campuran pada perbandingan tertentu dari Calcareous (bahan yang mengandung kalsium karbonat
atau batu gamping) dan Argillarious (bahan yang mengandung alumina).

Sifat-sifat Semen
Sifat & Susunan kimia: susunan kima semen biasa secara umum adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Susunan Unsur Semen Biasa

Unsur / Oksida %
Kapur, CaO 60 – 65 4 Unsur Utama
Silika, SiO2 17 – 25
Trikalsium silikat (C3S)
Alimina, Al2O3 3 - 8
Dikalsium silikat ( C2S)
Besi, Fe2O3 0,5 – 6 Trikalsium aliminat (C3A)
Magnesia, MgO 0,5 – 4
Tetrakalsium aluminoferit
Sulfur, SO3 1 – 2 (C4AF)
Soda/Potas, Na2O+K2O 0,5 – 1

Unsur C3S dan C2S, merupakan unsur dominan mempengaruhi sifat semen, yang
kandungannya dalam semen sekitar 70% - 80%.

Unsur C3S, membutuhkan air sekitar 24% beratnya dan air akan segera ber-hidrasi dan
menghasilkan panas, berpengaruh besar terhadap proses pengerasan awal semen terutama
sebelum mencapai umur 14 hari. Unsur C3S ini membebas-kan kalsium hidroksida 3 kali
lebih banyak dari yang dapat dibebaskan oleh C2S.

Unsur C2S, membutuhkan air sekitar 21% beratnya, bereaksi lambat sehingga hanya
berpengaruh terhadap pengerasan semen setelah berumur 7 hari dan memberikan
kekuatan akhir. Unsur ini membuat semen tahan terhadap serangan kimia (chemical attack)
dan mengurangi besarnya susutan pengeringan.

Unsur C3A, membutuhkan air sekitar 40% beratnya, berhidrasi secara axothermic
dan bereaksi sangat cepat, memberikan kekuatan sesudah 24 jam. Semen yang
mengandung unsur ini lebih dari 10%, kurang tahan terhadap asam sulfat, karena
semen yang terkena asam sulfat (SO4) di dalam air/tanah karena keluarnya C3A yang
bereaksi dengan sulfat, dan mengembang sehingga terjadi retak-retak pada beton.

Unsur C4AF, tidak begitu besar pengaruhya dalam proses pengerasan semen.

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 30


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

70

60

C3S

Kuat Tekan (MPa)


50

40

30
C2S

20

C3A
10
C4AF
0
0 20 40 60 80 100
U m u r (hari)

Gambar 3. Hubungan umur vs kuat tekan pada unsur-unsur Semen (Mindess,


1981)

Hidrasi Semen: bilamana semen diberi air maka akan terjadi proses hidrasi pada
arah ke luar dan ke dalam, yaitu hasil hidrasi mengendap di bagian luar dan inti semen
yang belum terhidrasi di bagian dalam secara bertahap terhidrasi hingga volumenya
mengecil. Reaksi ini berlangsung lambat, antara 2 – 5 jam, (yang disebut periode
induksi atau tak aktif) sebelum mengalami percepatan setelah kulit permukaan pecah.
Tahapan hidrasi berikutnya, pasta semen berupa gel (butiran sangat halus), dan sisa
semen yang belum/tak bereaksi, kalsium hidroksida Ca(OH) 2, air, dan beberapa
senyawa lainnya. Kristal-kristal dari berbagai senyawa yang dihasilkan membentuk
suatu rangkaian tiga dimensi yang saling melekat secara random dan sedikit demi
sedikit mengisi ruangan yang semula ditempati ait, lalu menjadi kaku dan muncullah
suatu kekuatan yang selanjutnya mengeras menjadi padat dan kuat. Pasta semen yang
telah mengeras berupa struktur yang berpori (pori-pori gel, dengan ukuran terkecil 4 x 10 -7 mm
hingga yang lebih besar).
Setelah hidrasi berlangsung, endapan hasil hidrasi pada permukaan butiran semen membuat difusi
air kebagian dalam yang belum berhidrasi emakin sulit, sehingga memperlambat lajut hidrasi.

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 31


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses hidrasi dapat berlangsung sampai 50 tahun, sehingga
kekuatan beton dapat tetap meningkat dalam jangka waktu 50 tahun.

Pemeriksaan sifat kimia semen: yaitu untuk mengetahui mutu semen yang akan digunakan
sebagai bahan bangunan, yaitu tentang “Kesegaran Semen” dan “Sisa Bahan yang tak Larut
dalam Semen”.
 Kesegaran Semen yaitu pengujian untuk mengetahui: tingkat kelembaban, kandungan karbon
dioksida atau magnesium dalam semen (maksimum 3,0%).
 Sisa Bahan yang tak Larut dalam Semen yaitu pengujian untuk mengetahui jumlah atau sisa
bahan dalam semen yang tidak habis bereaksi atau bahan yang tidak aktif dari semen
(maksimum 1,5%).

Dibahas pada

Pemeriksaan Sifat Fisik Semen: yang penting untuk diketahui yaitu sebagai standar mutu
dalam struktur, yaitu: Berat Jenis, Kehalusan Butir, Konsistensi Normal, Waktu Pengikatan dan
Panas Hidrasi Semen Portland.
 Berat Jenis Semen yaitu pengujian untuk mengetahui berat jenis semen untuk keperluan
perbandingan campuran dan membandingkan dengan berat jenis standar (Berat Jenis umumnya
sekitar 3,15 ).
 Kehalusan Semen yaitu pengujian untuk menentukan kehalusan butir semen portland.
Kehalusan butir merupakan suatu faktor penting yang mempengaruhi kecepatan rekasi dalam
proses hidrasi. Standar 100% lewat saringan No. 100 dan maksimum 22% tertahan siringan
No. 200.
 Konsistensi Normal yaitu pengujian untuk menentukan konsistensi normal dari semen portland
dengan alat standar (Vicat). Konsistensi normal PC adalah kondisi standar dari tingkat
kebasahan pasta (berat air / berat PC, %).
 Waktu Pengikatan yaitu pengujian untuk menentukan waktu pengikatan PC. dengan alat
standar (Vicat atau alat lain) pada kondisi konsistensi normal PC. Waktu pengikatan awal
(initial time) yaitu waktu yang dibutuhkan mulai dari proses pencampuran semen dengan air
(pengukuran pasta pada konsistensi normal) sampai pasta kehilangan sebagian sifat plastisnya
(standar min. 60 menit). dengan alat standar (Vicat atau alat lain) pada kondisi konsistensi
normal PC. Waktu pengikatan akhir (final setting time) yaitu waktu yang dibutuhkan mulai
dari proses pencampuran semen dengan air (pengukuran pasta pada konsistensi normal)
sampai pasta menjadi massa yang keras (maks. 480 menit).
 Panas Hidrasi yaitu pengujian untuk menentukan panas hidrasi PC., yaitu jumlah
panas dalam kalori/gram pada semen yang terhidrasi yang dihitung hingga proses
hidrasi berlangsung secara sempurna pada temp[eratur tertentu. (Sebagai contoh
Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 32
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

untuk semen portland dengan panas hidrasi rendah maksimum 60 kalori/gram


sampat 7 hari pertama dan 70 kalori/gram sampai pada 28 hari, bergantung jenis
semen  lihat brosur semen).

Dibahas pada

Jenis-jenis Semen Portland

Berbagai jenis semen portland diproduksi dengan tujuan pemakaian tertentu dengan cara merubah
prosentase dari 4 unsur utama dalam semen, maka semen di Indonesia (SII 0013-81) dibagi
menjadi 5 jenis/type:

Type I : PC. biasa untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-
persyaratan khusus, semen jenis ini yang umum digunakan, terdapat di
pasaran.
Type II : PC. yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat
dan panas hidrasi sedang (lingkungan sulfat, tanah, sistem drainase).
Type III : PC. yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan kekuatan awal yang
tinggi setelah pengikatan terjadi. (kecepatan pelaksanaan, bekesting
cepat).
Type IV : PC. yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan panas hidrasi yang
rendah. (pada Struktur Dam, Bangunan Masif).
Type V : PC. yang dalam penggunaannya menuntut persyaratan sangat
tahan terhadap sulfat. (pada kondisi lingkungan kadar sulfat
tinggi, pada tanah/air tanah).
A G R E G AT
Pengertian
 Agregat adalah material granular (butiran kecil seperti: pasir, kerikil, batu pecah,
kerak tungku besi dsb.) yang dipakai bersama-sama dengan media pengikat (pasta
semen) membentuk suatu campuran mortar atau beton.
 Agregat Halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan atau
pasir yang dihasilkan oleh mesin pemecah batu ( Stone Crusher) dan mempunyai
ukuran butir terbesar 5 mm.
 Agregat Kasar adalah kerikil alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan atau berupa
batu pecah yang dihasilkan oleh mesin pemecah batu (Stone Crusher) dan mempunyai ukuran
butir antara 5 - 40 mm.

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 33


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

 Agregat untuk beton adalah agregat yang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu sesuai
dengan mutu beton dan jenis struktur yang diinginkan (strukturil atau non-strukturil). Agregat
sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu
bagian penting dalam rancangan campuran beton (Mix Design).

 Pasir alam umumnya terdapat pada tiga tempat/lokasi pengambilan (quarry), yaitu:

a. Pasir Galian, diperoleh langsung dari suatu permukaan tanah atau dengan cara menggali,
biasanya bekas endapan lahar, bentuknya bersudut dan tajam, berpori, bebas dari kandungan
garam, biasanya mengandung banyak lumpur (diameter butir < 0,075 mm) dan kotoran
sehingga harus dicuci.

b. Pasir Sungai, diperoleh langsung pada dasar sungai, bentuk butir agak bulat, bebas dari
garam, umumnya bersih dari lumpur atau kotoran, kualitasnya bergantung pada tempat
endapannya disungai.

c. Pasir Laut, diperoleh di pantai, butirannya halus dan bulat, mengandung garam sehingga
tidak baik untuk bahan campuran mortar atau beton.
Beberapa jenis agregat selain agregat alami dan agregat pecahan yang biasa digunakan sesuai dengan
jenis struktur, antara lain:
 Tanah Liat Bakar. Terbuat dari tanah liat yang khusus dibuat bulat-bulat kecil kemuadian
dibakar, sehingga berbentuk butiran yang keras, ringan, berpori dan penyerapan airnya 8 -
20%.
 Lempung bekah. Hasil pembuatan dari suatu jenis lempung (shale) yang dimasukkan ke
dalam tungku putar pada suhu 1100 OC selama 10 menit. Gas dalam shale mengembang dan
membekah membentuk jutaan sel kecil udara dalam massa yang dikelilingi oleh selaput tipis
kedap air yang bening dan kuat. Agregat ini sangat ringan dengan berat jenisnya 1,15 tetapi
cukup kuat sehingga dapat digunakan untuk beton tahan api/panas, bersifat baik meredam
suara.
 Agregat Abu Terbang. Merupakan hasil dari pemanasan abu terbang sampai meleleh dan
mengeras kembali sampai membentuk butiran-butiran seperti kerikil.
 Benda padat buangan/limbah. Limbah/sampah padat dapat dibuat sebagai agregat alternatif
setelah melalui suatu proses daur ulang. Hal ini harus memperhatikan aspek ekonomis dan
aspek teknis strukturil.

Sifat-sifat & Persyaratan Agregat


Pengertian :
 Berat Isi (Unit Weight) : adalah berat satuan volume atau perbandingan antara berat agregat
(kondisi tertentu) dengan volume wadah (agregat+pori).
 Berat Jenis (Specific Grafity) : perbandingan antara berat agregat kering dengan berat air
suling yang isinya sama dengan isi agregat (untuk agregat normal biasanya G = 2,50 - 2,70).
 Penyerapan agregat : perbandingan berat air yang dapat diserap pori dengan berat agregat
kering. Penyerapan agregat normal nilainya sekitar 1% - 2%. Berat air diukur pada kondisi
agregat SSD (saturated surface dry).
 Gradasi agregat : adalah distribusi butiran dari agregat. Butiran agregat yang terdistibusi
dengan baik akan diperoleh kepadatan yang tinggi karena prosentasi pori-pori diantara butiran

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 34


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

relatif kecil. Secara teoritis gradasi ideal menurut Fuller & Thompson (1907) dapat dihitung
sbb.:

d
Pt  X 100%
D

Pt = prosentase butiran yang lebih kecil dari d


D = diameter maksimum butiran
d = diameter tertentu butiran

Distribusi ukuran butir dilakukan dengan analisa saringan menggunakan saringan standar
oleh ISO (International Standards Organization, Genewa, Switzerland), yaitu: 1½”, 1”,
3
¾”, ½”, 8 ”, No. 4, No. 8, No. 16, No. 30, No. 50, No. 100 dan No. 200.
 Kadar lumpur dalam agregat : adalah prosentase bahan lolos saringan No. 200 (0,075 mm),
syarat untuk pasir kadar lumpur maks. 5% dan syarat untuk kerikil kadar lumpur maks. 1%
(PBI’71).
 Bahan Organis dalam agregat : yaitu zat-zat yang dapat merusak beton, dilakukan dengan
percobaan warna dari Abrams-Harder dengan menggunakan larutan NaOH.
 Kekerasan agregat kasar : harus sesuai dengan persyaratan melalui percobaaan abrasi
menggunakan Mesin Pengaus Los Angelos, dimana maksimum kehilangan berat 50% (fraksi
9,5 – 19 mm, maksimum 24% dan fraksi 19 – 30 mm, maksimum 22%).
A I R
Air untuk pembuatan beton atau mortar, tidak boleh mengandung minyak, alkali, garam, bahan-
bahan organis atau bahan-bahan yang dapat merusak beton dan atau baja tulangan. Olehnya itu jika
air yang akan digunakan timbul keragu-raguan maka disyaratkan diperiksa di laboratorium.
Secara umum tolerasnsi persyaratan air untuk beton, adalah sebagai beikut:
 tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gram/liter.
 tidak mengandung garam-garam (asam, zat organik, dan lain-lain) yang dapat merusak beton, lebih dari
15 gram/liter. (contoh air laut 35 gram/liter).
 tidak mengandung chlorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
 tidak mengandung senyawa sulfat, lebih dari 1 gram/liter.

BAHAN TAMBAHAN (ADDITIVE)


Bahan tambahan (additive) adalah bahan yang dapat dicampurkan pada adukan beton selain bahan pokok
(semen, air dan agregat). Hal ini dimaksudkan untuk mengubah sifat beton, atau berfungsi sebagai:
mempercepat pengerasan, memperlambat proses pengikatan, meningkatkan kelecakan, menambah
kekuatan, menambah daktilitas, mengurangi retak-retak, mengurangi pemakaian semen, dan sebagainya.
Kelompok bahan tambahan antara lain: Chemical Admixture, Pozolan dan Serat.

Chemikal Admixture
 Bahan kimia tambahan untuk mengurangi pemakaian air sehingga dapat meningkatkan mutu
beton, dan atau mempertinggi kelecakan adukan sehingga mudah dalam pengecoran (faktor
workability).
 Bahan kimia tambahan untuk memperlambat proses pengikatan beton, sehingga memberi
keleluasaan (tambahan waktu) dalam pelaksanaan.

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 35


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

 Bahan kimia tambahan untuk mempercepat proses pengikatan dan penge-rasan beton.
Dimaksudkan untuk struktur beton yang memerlukan waktu penyelesaian yang singkat, pengecoran
di dalam air, landasan pacu dsb.
 Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu mengurangi pemakaian air dan memperlambat
proses pengikatan.
 Bahan kimia tambahan berfungsi ganda yaitu mengurangi air dan mempercepat proses
pengikatan dan pengerasan beton.

Pozolan
Pozolan adalah bahan alam atau buatan yang sebagian besar terdiri dari unsur-unsur silikat dan atau
aluminat yang reaktif. Pozolan dalam bentuk bubuk halus (lolos saringan 0,21 mm) jika dicampur
dengan air akan bereaksi menjadi suatu massa padat.
Fungsi pozoalan antara lain: dapat dipakai sebagai pengganti sebagian dari semen portland (berkisar 10 –
35%); beton lebih tahan terhadap garam, sulfat dan asam; beton lebih mudah diaduk; beton lebih rapat
air; mengurangi pemuaian beton; mengurangi retak-retak beton, dibandingkan dengan beton normal.

Serat
Serat (fibre mess) adalah salah satu bahan tambahan dalam campuran beton, yaitu dapat berupa:
asbestos, gelas/kaca, plastik, baja, tumbuh-tumbuhan (rami, ijuk). Beton yang diberi serat
sebagai bahan tambahan disebut beton serat (fibre reinforced concrete).
Fungsi serat antara lain: menambah kuat tarik beton, mengurangi retak-retak akibat susut beton
dan meningkatkan ketahanan akibat benturan.

SIFAT-SIFAT BETON

a) Sifat Kimia:
Sifat kimia beton sangat tergantung kepada sifat kimia bahan asalnya, terutama sifat kimia
dari bahan semen yang digunakan. Namun secara umum beberapa sifat kimia secara umum
dari beton, yaitu:

Sifat yang menguntungkan:


 Setelah mengalami/melalui proses hidrasi (semen dan air), beton akan mengeras seperti
batu, proses pengerasan berlangsung relatif lama.
 Tahan terhadap panas, aus, cuaca/kondisi lingkungan secara umum.

Sifat yang merugikan:


 Tidak tahan terhadap beberapa unsur kimia, seperti: garam, asam, sulfat, belerang,
chlorida dan bahan kimia sejenis.
 Bahan organik, lempung, garam  terkandung dalam pasir atau melapisi permukaan
kerikil.

b) Sifat Fisik:

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 36


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Sifat Fisik beton sangat tergantung kepada sifat fisik bahan asalnya, terutama
bahan agregat (pasir & kerikil), namun secara umum beberapa sifat fisik beton,
yaitu:

Sifat yang menguntungkan:


 Beton segar mudah dibentuk,
 Awet atau tahan lama,
 Kekuatan Beton semakin bertambah dengan bertambahnya umur beton,
 Kemunduran kekuatan dan keawetan relatif kecil akibat pengaruh
lingkungan/cuaca.

Sifat yang merugikan:


 Tidak kedap air secara sempurna,
 Memuai dan menyusut akibat perubahan suhu,
 Sifat Getas (tidak liat), Sifat Rangkak (Creep), Sifat Susut (karena
pengerasan).
 Tidak homogen: Kekuatan Tekan (tinggi) berbeda dengan Kekuatan Tarik
(rendah),

c) Sifat Mekanika:
Beberapa Sifat Mekanika yang dari Beton yang juga sangat tergantung kepada
sifat fisik dan sifat mekanika bahan asalnya, yaitu:
 Tegangan (¦): Tegangan tekan beton relatif tinggi, tetapi tegangan tariknya
rendah, (tegangan tarik beton hanya sekitar 9%-15% dari tegangan
tekannya).
 Regangan (e): Tegangan tekan beton maksimum akan tercapai pada regangan
tekan (e’) mencapai 0,002 dan selanjutnya akan turun dengan bertambahnya
nilai regangan hingga benda uji hancur pada nilai regangan mencapai 0,003 –
0,005. Beton tegangan tinggi lebih getas sehingga akan hancur pada nilai
regangan maksimum yang lebih rendah dibandingkan beton tegangan rendah.
 Elastisitas (E): Bahan beton bersifat Elasto-Plastis artinya disamping
memperlihatkan kemampuan elastis bahan juga menunjukkan deformasi
permanen. Modulus elastisitas beton tidak berbanding lurus dengan
tegangannya, karena kurva tahap awal berbentuk lengkung (lazimnya untuk
bahan homogen seperti baja kurva tahap berupa garis lurus/linier).
 Lenturan: Beton tidak kuat menahan lenturan, karena tegangan/kekuatan
tekannya tidak seimbang dengan tegangan/kekuatan tariknya, kecuali jika
diberi baja tulangan.

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 37


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Tegangan
¦ c’ (MPa)
40

35

30
25

20

28 hari 1 tahun 5 tahun


Umur Beton
Gambar 4. Hubungan Tegangan vs Umur Beton.

Tegangan
¦ c’ (MPa)
¦c’ = 40 MPa
40
¦c’ = 35 MPa
35

30 ¦c’ = 30 MPa

25 ¦c’ = 25 MPa
¦c’ = 20 MPa
20

0,001 0,002 0,003 0,004 0,005


Regangan, ec (mm/mm)

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 38


TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

Gambar 5. Hubungan Tegangan vs Regangan berbagai Mutu Beton

Tegangan
¦ c’ (MPa)
40

35

30

25

20

0,85¦c’ ¦c’ maks

0,001 0,002 0,003 0,004 0,005


Regangan, ec (mm/mm)
Gambar 6. Hubungan Tegangan vs Regangan Beton

Hand out Teknologi Bahan Konstruksi 39

Anda mungkin juga menyukai