Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA KAYU
PENGENALAN CACAT KAYU BANGUNAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3

Ajeng Febrianty G1011221154


Dea Amanda Adistya G1011221082
Desta Pippo Milanisti G1011221242
Erwin Saputra G1011221009
Fikri Rahmadtullah G1011221122
Lebia G1011221146
Robertus Wahyu Pratama G1011221074
Syarif Basri G1011221370

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya kami dapat
menyelesaikan praktikum "Pengenalan Cacat Kayu Pada Toko Bangunan".
Kami juga berterimakasih kepada Pak Ir. Ahmad Yani, M.Sc., IPU karena materi yang beliau
sampaikan dikelas sangat membantu kami dalam penyusunan laporan ini. Rasa terima kasih
juga kami ucapkan kepada Kak Dwi Andini dan seluruh pihak yang terlibat yang mana tidak
bisa disebutkan satu-satu.

Meskipun begitu, kami selaku penulis memberi dan membuka ruang untuk pemberian
kritik, saran, serta komentar mengenai laporan praktikum ini. Kami percaya dengan adanya
kritik, saran, serta komentar dari para pembaca akan membuat diri kami menjadi jauh lebih
baik dalam menyusun laporan dan pelaksanaan praktikum untuk ke depannya.

Pontianak, 08 September 2023

Kelompok 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM
BAB 2 METODE PRAKTIKUM
2.1 ALAT
2.2 BAHAN
2.3 LANGKAH KERJA
BAB 3 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
A. Toko Bangunan Perdana Jaya
B. Toko Bangunan Sinar Karya
C. Enggang Meubel
4.2 PEMBAHASAN
4.2.1 Toko Bangunan Perdana Jaya
4.2.2 Toko Bangunan Sinar Karya
4.2.3 Enggang Mebel
BAB 5 KESIMPULAN
5.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pengukuran Dimensi Kayu TB. Perdana Jaya

Tabel 2. Jenis Jenis Cacat Kayu yang ada di TB. Perdana Jaya

Tabel 3. Pengukuran Dimensi Kayu TB. Sinar Karya

Tabel 4. Jenis Jenis Cacat Kayu yang ada di TB. Sinar Karya

Tabel 5. Pengukuran Dimensi Kayu Enggang Meubel

Tabel 6. Jenis Jenis Cacat Kayu yang ada di Enggang Meubel

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 (a. cacat kayu Retak)

Lampiran 2 (b. cacat kayu Wanvlak)

Lampiran 3 (c. cacat kayu Serat miring)

Lampiran 4 TB. Perdana Jaya

Lampiran 5 TB. Sinar Karya

Lampiran 6 Enggang Meubel


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai
dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat ditiru oleh bahan-
bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian, memerlukan
pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini penting sekali dalam industry pengolahan
kayu sebab dari pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta
macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan
penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara
kontinyu atau terlalu mahal (Fengel dan Wegener 1983).
Kayu merupakan material yang termasuk salah satu bangunan yang berasal
dari tumbuhan (Haygreen, 1993). Sedangkan menurut Janto (1972), kayu merupakan suatu
bahan penting sebagai bahan bangunan maupun perabotan rumah, karena kayu memiliki
kemudahan dalam pengerjaan dan memiliki berat jenis yang lebih ringan dari bahan-bahan
lainnya. Dari kedua pendapat ahli di atas, kedua ahli sepakat bahwa kayu merupakan material
yang berasal dari tumbuhan dan dimanfaatkan menjadi bahan konstruktif.
Cacat-cacat kayu biasanya diakibatkan oleh berbagai faktor mulai dari faktor internal
(faktor yang berasal dari dalam kayu) maupun dari faktor eksternal (faktor yang berasal dari
luar kayu seperti organisme-organisme tertetu). Cacat kayu merupakan suatu kelainan yang
terdapat dalam sebatang kayu sehingga mempengaruhi mutu dan isi kayu (Ardhiansyah et al,
2019). Searah dengan pengertian tersebut Departemen Pertanian (1976) juga mendefinisikan
cacat kayu sebagai setiap kelainan yang terjadi atau terdapat pada kayu dan bisa mempengaruhi
mutu atau kualitas kayu tersebut.

1.2 Tujuan Praktikum

Instruktusional Umum (TIU) : Setelah menyelesaikan praktikum mata ajaran ini, mahasiswa
dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan praktis tentang perbedaan cacat pada kayu
bangunan.

Tujuan Instruktusional Khusus (TIK) : Setelah mengikuti praktikum ini, mahasiswa


diharapkan dapat membedakan cacat pada kayu bangunan.
BAB 2
METODE PRAKTIKUM

2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu:
1. Alat pengukuran dapat berupa meteran atau penggaris
2. Ponsel untuk melakukan dokumentasi

2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu
1. Kayu dengan 3 jenis yang berbeda tiap toko bangunan.

2.3 Langkah Kerja

Praktikum ini dilakukan dengan serangkaian langkah kerja dengan, yaitu:


1. Memilih jenis kayu yang ada pada toko bangunan.
2. Melakukan pengukuran dimensi kayu (panjang, lebar, dan tebal), dengan
pengukuran pada ujung awal, tengah, dan ujung akhir suatu kayu dan
dihitung rata-ratanya.
3. Identifikasi dan menghitung cacat-cacat yang ada pada kayu.
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA

Kayu merupakan bahan alam hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan berbagai
barang sesuai dengan kreativitas dan kemajuan teknologi. Kayu mempunyai beberapa sifat
istimewa yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain, sehingga kehadiran kayu senantiasa
diperlukan oleh manusia untuk memenuhi sebagian dari kebutuhan hidupnya sehari-hari. Kayu
menurut Dumanauw adalah sesuatu bahan yang diperoleh dari pemungutan pohon-pohon di
hutan, yang diolah lebih lanjut untuk pemanfaatan tertentu, yaitu kayu pertukangan, kayu
industri, dan kayu bakar (Dumanauw, 2001).
Dalam industri pengolahan kayu batangan atau log, menyisakan limbah kayu berupa:
cabang,ranting, daun, serbuk gergaji, dan akar. Selain itu sebenarnya ada bahan kayu yang
dibuang atau ditinggalkan karena nilai jualnya rendah yaitu batang kayu yang rusak atau cacat.
Cacat batang kayu dalam hal ini adalah cacat alam merupakan kerusakan yang terjadi selama
proses pertumbuhan pohon kayu di alam. Cacat kayu di alam ini merupakan akibat serangan
dari luar pohon selama masa pertumbuhannya. Serangan itu antara lain pohon terluka sebagian
karena patah dahan, pohon terbakar sebagian dan masih hidup, pohon terbebani himpitan beban
besar seperti batu, pohon dilukai hewan pengerat, pohon dilukai benda tajam, dan lain
sebagainya. Kondisi tersebut menghasilkan pohon yang terluka sehingga dapat diserang oleh
jamur, serangga, atau hewan yang lain, serta pelapukan oleh cuaca. Hal tersebut lambat laun
mengakibatkan cacat pada batang pohon. Karlinasari menyatakan, bahwa penyimpangan atau
abnormalitas dari struktur normal dalam kayu tidak diperhatikan apabila kayu dianggap sebagai
bagian dari organisme hidup dan sebagai subjek yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
sepanjang hidupnya (Karlinasari, 2006). Namun ketika kayu dilihat dari sudut pandang sebagai
bahan baku maka abnormalitas dalam struktur kayu sangat diperhatikan karena dapat
menurunkan nilai fungsinya.
Abnormalitas tersebut biasa dikenal dengan sebutan cacat kayu. Barly membagi cacat
kayu kedalam dua bagian, yakni pertama cacat yang ditimbulkan dari pengaruh lingkungan
sepanjang pohon itu hidup antara lain penyimpangan bentuk pohon, serat terpilin, kayu reaksi
(kayu tekan dan kayu tarik), pertumbuhan lingkar tahun yang abnormal, warna yang abnormal
dan lain-lain (Barly, 2001).
1. Cacat Kayu Berdasarkan Penyebabnya
Berdasarkan penyebabnya cacat kayu dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu cacat
alami, cacat biologis dan cacat taknis (Maulana, 2009).
a. Cacat Alami
Cacat alami pada kayu merupakan cacat yang disebabkan oleh faktor alam
sepeti faktor cuaca, angin dan tempat tumbuhnya, serta faktor bawaan (genetis) dari
kayu tersebut. Contoh cacat alami pada kayu yaitu adanya lengkung, puntican dan mata
kayu silindris, arah serat, benjolan, kulit tersisip, dan buku.
b. Cacat Biologis
Cacat biologis yaitu cacat yang disebabkan oleh makhluk hidup seperti serangga
dan jamur, yang penyerangannya dilakukan baik terhadap kayu yang masih berupa
pohon maupun setelah ditebang. Contoh dari cacat biologis yaitu lubang gerek, lubang
inger-inger dan pembusukan.
c. Cacat Teknis
Cacat teknis adalah cacat pada kayu yang disebabkan oleh faktor manusia,
perlakuan-perlakuan dan tindakanyan, serta peralatan yang digunakan. Contoh dari
cacat teknis pada kayu yaitu seperti pecah banting, pecah slemper/pecah lepas, dan
lain-lain.
2. Cacat Kayu Berdasarkan Kategorinya
Berdasarkan kategorinya cacat kayu dibedakan menjadi tiga (3) yaitu sebagai berikut.
a. Cacat Bentuk
Cacat bentuk yaitu penyimpangan atau kelainan dalam pada kayu terhadap
bentuknya yang normal. Contohnya membusur (bowing), melengkung (crooking /
spring), melintang (twisting) dan lain-lain.
b. Cacat Badan
Cacat badan adalah penyimpangan atau kelainan yang terdapat pada keempat
sisi kayu dan bukan merupakan cacat bentuk. Contonya adalah mata kayu (knots),
retak (checks), pecah (shakes), dan lubang serangga.
c. Cacat Bontos
Cacat bontos yaitu penyimpangan atau kelainan yang terdapat pada bagian
bontos kayu dan bukan merupakan cacat bentuk dan cacat badan. Contohnya adalah
hati kayu.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil dari survei pada 3 toko bangunan yang ada, ditemukan data
mengenai ukuran dimensi kayu serta identifikasi cacat kayu pada ketiga toko
bangunan, yaitu TB. Perdana Jaya, TB. Sinar Karya dan Enggang Meubel yang akan
disajikan dalam bentuk tabel.
1. Toko Bangunan Perdana Jaya

NO JENIS PANJANG LEBAR TEBAL


KAYU

1 Belian Ujung awal : 3m Ujung awal : 5cm Ujung awal : 4cm


Tengah : 4m Tengah : 5,5cm Tengah : 4cm
Ujung akhir : 4.1m Ujung akhir : 5cm Ujung akhir : 4cm
Panjang rata-rata : 4.1m Lebar rata-rata : 5,2cm Tebal rata-rata : 4cm

2 Mabang Ujung awal : 4.2m Ujung awal : 8cm Ujung awal : 2cm
Tengah : 4m Tengah : 8cm Tengah : 2,2cm
Ujung akhir : 4.1m Ujung akhir : 8cm Ujung akhir : 1,9cm
Panjang rata-rata : 4.1m Lebar rata-rata : 8cm Tebal rata-rata : 2cm

3 Bintangor Ujung awal : 3,8m Ujung awal : 6,5cm Ujung awal : 4cm
Tengah : 3,8m Tengah : 6,8cm Tengah : 4,5cm
Ujung akhir : 3,8m Ujung akhir : 6,5cm Ujung akhir : 5cm
Panjang rata-rata : 3,8m Lebar rata-rata : 6,6cm Tebal rata-rata : 4,5cm

Tabel 1 Pengukuran Dimensi Kayu TB. Perdana Jaya

NO JENIS CACAT PADA KAYU


KAYU

1. Belian Cacat kayu pada Belian adalah retak-retak yang terdapat dibagian depan kayu.
Retak-retak pada kayu Belian hanya mempengaruhi ½ dari tebal kayu yang berarti
masuk ke mutu C.

2. Mabang Cacat kayu pada Mabang adalah retak yang mana hampir mempengaruhi ± 4 cm
lebar kayu, yang berarti masuk ke mutu C.

3. Bintangor Cacat kayu pada Bintangor adalah wanvlak dan masuk ke mutu A.
Tabel 2 Jenis Jenis Cacat Kayu yang ada di TB. Perdana Jaya
2. Toko Bangunan Sinar karya

NO JENIS PANJANG LEBAR TEBAL


KAYU

1 Keladan Ujung awal : 4m Ujung awal : 4,5cm Ujung awal : 5cm


Tengah : 4m Tengah : 4,5cm Tengah : 5cm
Ujung akhir : 4m Ujung akhir : 4,5cm Ujung akhir : 5cm
Panjang rata-rata :4m Lebar rata-rata : 4,5cm Tebal rata-rata : 5cm

2 Kruing Ujung awal : 4.5m Ujung awal : 8cm Ujung awal : 2cm
Tengah : 4,5m Tengah : 8cm Tengah : 2,2cm
Ujung akhir : 4.5m Ujung akhir : 8cm Ujung akhir : 1,9cm
Panjang rata-rata : 4.5m Lebar rata-rata : 8cm Tebal rata-rata : 2cm

3 Sungkai Ujung awal : 3,8m Ujung awal : 6,5cm Ujung awal : 4cm
Tengah : 3,8m Tengah : 6,8cm Tengah : 4,5cm
Ujung akhir : 3,8m Ujung akhir : 6,5cm Ujung akhir : 5cm
Panjang rata-rata : 3,8m Lebar rata-rata : 6,6cm Tebal rata-rata : 4,5cm

Tabel 3 Pengukuran Dimensi Kayu pada TB. Sinar Karya

NO JENIS CACAT PADA KAYU


KAYU

1. Keladan Cacat pada kayu Keladan adalah retak dan masuk ke mutu A karena dari tebal
kayu.

2. Kruing Cacat kayu pada kayu kruing adalah terletak di mata kayu yang termasuk kedalam
mutu A karena ⅙ dari lebar kayu.

3. Sungkai Cacat kayu pada kayu Sungkai adalah terletak di arah serat yang termasuk kedalam
mutu B karena ⅑ dari arah kayu.

Tabel 4 Jenis Jenis Cacat Kayu yang ada di TB. Sinar Karya
3. Enggang Meubel

NO JENIS PANJANG LEBAR TEBAL


KAYU

1 Ulin Ujung awal : 2m Ujung awal : 12cm Ujung awal : 3cm


Tengah : 2m Tengah : 12cm Tengah : 3cm
Ujung akhir : 2m Ujung akhir : 12cm Ujung akhir : 3cm
Panjang rata-rata : 2m Lebar rata-rata : 12cm Tebal rata-rata :3 cm

2 Bengkirai Ujung awal : 10m Ujung awal : 9,5cm Ujung awal : 4,5cm
Tengah : 10m Tengah :9,5 cm Tengah : 4,5cm
Ujung akhir :10 m Ujung akhir : 9,5cm Ujung akhir :4,5 cm
Panjang rata-rata : 10m Lebar rata-rata : 9,5cm Tebal rata-rata : 4,5cm

3 Meranti Ujung awal : 4,5m Ujung awal : 7cm Ujung awal : 3cm
Tengah : 4,5m Tengah : 7cm Tengah : 3cm
Ujung akhir : 4,5m Ujung akhir : 7cm Ujung akhir :3 cm
Panjang rata-rata :4,5 m Lebar rata-rata : 7cm Tebal rata-rata :3 cm

Tabel 5 Pengukuran Dimensi Kayu yang ada di Enggang Meubel

NO JENIS KAYU CACAT PADA KAYU

1. Ulin Cacat kayu pada kayu Ulin adalah terletak di arah serat yang
termasuk kedalam mutu B karena ⅑ dari arah kayu.
2. Bengkirai Cacat kayu pada kayu Bengkirai adalah bagian kayu yang
retak-retak dibagian depan kayu,retakan pada kayu Bengkirai
mempengaruhi ⅖ dari tebal kayu yang termasuk kedalam
mutu B.
3. Meranti Jenis cacat kayu yang ada pada kayu meranti ada 1, yaitu Arah
serat miring.
Arah serat miring terdapat di permukaan pada kayu meranti.
Termasuk kedalam kelas mutu B
Tabel 6 Pengukuran Dimensi Kayu yang ada di Enggang Meubel
4.2 Pembahasan

4.2.1. Toko Bangunan Perdana Jaya

Data Tabel 1 dan 2 merupakan data yang diambil pada TB.Perdana Jaya dimana ditemukan
bahwa adanya 3 jenis kayu yang berbeda, yaitu kayu Belian, Mabang dan Bintangor. Pada
pengukuran dimensi kayu ditemukan hasil-hasil yang berbeda, dimana pada kayu Belian
memiliki panjang 4.1 meter, lebar 5,2 cm, dan tebalnya 4 cm. Kayu Mabang memiliki Panjang
4,1 meter, lebar 8 cm dan tebalnya 2 cm. Sedangkan pada kayu Bintangor memiliki Panjang
3,8 meter, lebar 6,6 cm dan tebalnya 4,5 cm.

4.2.2. Toko Bangunan Sinar Karya

Data tabel 3 dan 4 merupakan data yang diambil pada TB. Sinar Karya, dimana
ditemukan bahwa adanya 3 jenis kayu sama halnya dengan di toko bangunan yang pertama.
Yaitu kayu Keladan , kayu Kruing dan kayu Sungkai. Pada pengukuran dimensi kayu
ditemukan hasil-hasil berbeda. Dimana kayu Keladan memiliki ukuran Panjang 4 meter, lebar
4.5 cm , dan tebalnya 5 cm. Sementara kayu Kruing memiliki ukuran Panjang 4,5 meter, lebar
8 cm, dan tebalnya 2 cm. Dan kayu Sungkai memiliki Panjang 3,8 meter, lebar 6,6 cm, dan
tebalnya 4,5 cm.

4.2.3. Toko Bangunan Enggang Mebel

Data tabel 5 dan 6 merupakan data yang diambil pada Enggang Meubel, dimana
ditemukan bahwa adanya 3 jenis kayu sama halnya dengan di toko bangunan yang pertama dan
kedua. Yaitu kayu Ulin , kayu Bengkirai dan kayu Meranti. Pada pengukuran dimensi kayu
ditemukan hasil-hasil berbeda. Dimana kayu Ulin memiliki ukuran Panjang 2 meter, lebar 12
cm , dan tebalnya 3 cm. Sementara kayu Bengkirai memiliki ukuran Panjang 10 meter, lebar
9,5 cm, dan tebalnya 4,5 cm. Dan kayu Meranti memiliki Panjang 4,5 meter, lebar 7 cm, dan
tebalnya 3 cm.
BAB 5
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang kami lakukan dan kami analisa, dapat kami simpulkan
yang menjadi penutup dari laporan praktikum ini, yaitu:

1. Pada Toko Bangunan terdapat 8 jenis kayu dengan spesies yang berbeda, yaitu Kayu
Belian (Eusideroxylon zwageri), Kayu Mabang (Shorea ovalis), Kayu Bintangur
(Callophyllum inophyllum), Kayu Keladan atau Keruing Batu (Dipterocarpus lowit),
Kayu Keruing (Dipterocarpus elongatus), Kayu Sungkai (Peronema canescens J.),
Kayu Meranti (Shorea spp), kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri),

2. Dari 8 jenis spesies yang ada, 3 di antaranya merupakan kayu kaso, yaitu
Mabang,Belian dan Keruing. Sedangkan 3 jenis lainnya merupakan kayu balok yaitu
kayu Meranti ,Keladan dan Sungkai. Kayu papan 2 jenis lainnya adalah kayu Ulin dan
kayu Bintangur.

3. Keteguhan Lentur Statik paling baik ada pada kayu Ulin, sedangkan kayu Bintangur
merupakan jenis yang memiliki nilai keteguhan lentur statik terburuk dari ke-7 jenis
lainnya. Kayu Keruing dan Keruing Batu (Keladan) sama sama memiliki nilai yang
tinggi tetapi Kayu Keladan memiliki nilai yang lebih baik daripada Kayu Keruing
(Dipterocarpus elongatus).
DAFTAR PUSTAKA

Fengel, D dan Wegener, G, 1995. Kayu: Kimia , Ultrastruktur, Reaksi-reaksi.

Haygreen, J.G. dan Bowyer, J.L. 1993. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar.
Diterjemahkan oleh Hadikusumo, S.A. dan Prawirohotmodjo, S. Gajahmada
University Press. Yogyakarta.

Janto, JB. 1972. Pengetahuan Sifat-Sifat Kayu, Penerbit Yayasan Kanisius, Jakarta.

Departemen Pertanian.1976.
Vademecum Kehutanan Indonesia. Direktorat Jenderal Kehutanan. Jakarta

Ardhiansyah A., Tavita, G. E., & Iskandar. 2019.


Identifikasi Jenis Cacat Kayu Bulat Jati (Tectona grandis Linn . F.) Pada Areal
Pemanenan Di KPH Jember. Jurnal Hutan Lestari. 7 (1): 525-531.

Dumanauw, J.F. (2001). Mengenal Kayu. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Karlinasari, L. (2006). Penentuan Kualitas Berdasarkan Cacat Kayu.


Junal Teknologi Hasil Hutan, (Fakultas Kehutanan IPB).

Barly, H. N. (2001). Peningkatan Efisiensi Pemanfaatan Kayu. Penelitian


Dan Pengembangan Teknologi Hasil Hutan. Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kehutanan, Dapartemen Kehutanan RI., (Bogor).

Maulana, A. 2009. Pengujian Kualitas Kayu Bundar Jati (Tectona grandis Linn. F.)
Pada Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Tersertifikasi di Kabupaten Konawe
Selatan, Sulawesi Tenggara. Skripsi. Departemen Hasil Hutan Fakultas IPB. Bogor.
LAMPIRAN

a. Cacat kayu : Retak b. Cacat kayu : Wanvlak

TB. Perdana Jaya

c. Cacat kayu : Serat miring

TB. Sinar Karya Enggang Meubel

Anda mungkin juga menyukai