PEMANENAN HUTAN
H1020045
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kayu merupakan salah satu komoditi non-migas yang memberi pemasukan
devisa yang tidak sedikit bagi negara. Melalui kebijakan pembatasan ekspor kayu bulat
yang berlaku sejak tahun 1980, usaha pemerintah untuk mengembangkan industri
pengolahan kayu menampakkan hasil yang sangat nyata. Pesatnya perkembangan
industri pengolahan kayu bulat pada tahun 1985, yang dimaksudkan untuk mencapai
salah satu sasaran pokok di bidang pengolahan kayu, yakni peningkatan ekspor olahan
(Darwo, 2012).
Pemanenan kayu merupakan proses pemindahan hasil hutan berupa kayu dari
hutan atau tempat tumbuhnya menuju pasar atau tempat pemanfaatannya, sehingga
kayu tersebut berguna bagi manusia. Pemanenan merupakan serangkaian kegiatan
untuk memindahkan kayu dari hutan ke tempat penggunaan atau pengolahan. Maka dari
itu, pemanenan hasil hutan merupakan usaha pemanfaatan kayu dengan mengubah
tegakan pohon berdiri menjadi sortimen kayu bulat dan mengeluarkannya dari hutan
untuk dimanfaatkan sesuai peruntukkannya (Mujetahid, 2009).
Kegiatan pemanenan kayu meliputi penebangan, penyaradan, pembagian batang
dengan sistem cut to lenght, muat bongkar, dan pengangkutan. Masing-masing aspek
kegiatan tersebut bisa dilakukan dengan cara manual, semi mekanis, dan mekanis
dengan peralatan yang disesuaikan. Kegiatan pemanenan dimaksudkan untuk
memanfaatkan hutan produksi dan dilaksanakan dengan memperhatikan aspek
ekonomi, ekologi dan sosial dengan tujuan untuk mengoptimalkan nilai hutan, menjaga
pasokan untuk industri stabil, dan meningkatkan peluang kerja, meningkatkan ekonomi
local dan regional. Data yang diperlukan dalam pemanenan adalah data potensi dan
kondisi kawasan hutan, serta data kondisi masyarakat sekitar.
Penebangan merupakan salah satu bagian utama dari kegiatan pemanenan hutan
yang bertujuan untuk mengambil kayu dari tegakan secara keseluruhan atau hanya
sebagian besar tajuk. Penebangan kayu termasuk aktivitas yang mencakup pemotongan
pohon, transportasi dan pemrosesan di tempat.
Pengukuran merupakan hal yang paling penting dilakukan, karena dapat
mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan ataupun suatu komunitas tertentu.
Dalam memperoleh data pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat merupakan faktor
penentu utama yang mempengaruhi data yang diperoleh. Semakin bagus alat yang
dipergunakan maka semakin baik pula hasil pengukuran yang akan didapat. Demikian
pula halnya dengan kemampuan pengamat dalam pengukuran, semakin baik dalam
penggunaan suatu alat maka semakin baik pula data yang dikumpulkan..
Tujuan
Mahasiswa mampu melakukan pengukuran dan pengujian kayu bulat
B. TINJAUAN PUSTAKA
Penebangan dapat dilakukan dengan menggunakna peralatan seperti
gergaji rantai, gergaji tangan, kapak, dan gergaji. Dalam kegiatan tersebut
membutuhkan perencanaan yang matang karena semakin besar diameter pohon yang
ditebang semakin sulit pula menentukan arah rebah. Ketelitian penentuan arah rebah
menjadi sangat penting karena pohon-pohon besar memiliki nilai tinggi (Suparto 1982).
Chainsaw dianggap paling praktis karena muda dipindah-pindahkan, terutama yang
digerakkan dengan motor bensin. Suhartana (2005) menyebutkan bahwa dari berbagai
hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan chainsaw dapat meningkatkan
produktivitas penebangan yang berarti produksi kayu meningkat serta diharapkan dapat
meningkatkan efisiensi pemanfaatan kayu.
Kegiatan penebangan harus memperhatikan keselamatan kerja dan efisiensi.
Oleh karena itu, secara umum kegiatan penebangan dimulai dari beberapa tahapan
sebagai berikut, pertama memeriksa kondisi penebangan: arah condong pohon, kondisi
tajuk pohon, arah angin, periksa kesehatan batang pohon, periksa liana dan tumbuhan
pemanjat pada pohon. Kedua mempersiapkan area kerja: membersihkan permukaan
tanah, membuka jalur penyelamatan, membersihkan bagian batang pohon yang akan
dibuat takik rebah dan takik balas. Terakhir peringatkan semua orang disekitar untuk
menjauhi area berbahaya penebangan (Sopiana, 2011).
Dalam melakukan penebangan perlu diperhatikan produktivitas aktual, hal ini
dikarenakan produktivitas aktual berupa produktivitas nyata selama dilaksanakannya
kegiatan termasuk waktu tidak efektif yang terjadi baik yang dapat dihindari maupun
tidak (Modi, 2021). Waktu efektif kegiatan penebangan meliputi menuju pohon,
kegiatan pembersihan sekitar pohon, menentukan arah rebah pohon, membuat takik
rebah dan balas, waktu tunggu setelah pohon rebah, memangkas pangkal dan ujung
pohon, serta membagi batang bila diperlukan.
Pengujian kayu adalah suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis, isi (volume),
dan mutu kayu. Pengukuran dan menurut Badan Standarisasi Nasional (2001) diartikan
sebagai suatu kegiatan dalam rangka menetapkan jenis, ukuran, isi (volume) dan mutu
(kualitas) hasil hutan.
D. CARA KERJA
Dimana d1 dan d2 = diameter bontos pangkal dan d3 dan d4 = diameter bontos ujung.
Panjang merupakan jarak terpendek antara kedua bontos sejajar dengan sumbu
kayu. Panjang diukur dalam kelipatan 10 cm dan diberikan spilasi 10 cm. volume
kayu ditentukan berdasarkan rumus Brereton sebagai berikut:
No. Sortimen
No. Bulan Volume Mutu
Ulangan Sortime D Panjan Status Macam cacat
Kapling Tebang Jenis (m3) (SNI)
n Kayu (cm) g (m)
I 42 A3 2.3 0.32 KBB -
II 38 A3 0.7 0.08 KBB -
III 28 A2 2 0.12 KBS -
1 29i-2 Oktober B1
IV 25 A2 1.1 0.05 KBS -
V 24 A2 0.8 0.04 KBS -
VI 23 A2 1.1 0.05 KBS -
VII 19 A1 1.1 0.03 KBK -
VIII 17 A1 1.1 0.07 KBK -
IX 15 A1 1.8 0.04 KBK -
X 14 A1 1.6 0.02 KBK -
XI 12 A1 1.3 0.01 KBK -
XII 10 A1 1.5 0.01 KBK -
XIII 11 A1 1.8 0.02 KBK -
XIV 16 A1 1.3 0.03 KBK -
XV 13 A1 1.1 0.01 KBK -
XVII 13 A1 2.2 0.03 KBK -
XVII 12 A1 1.2 0.01 KBK -
I 36 A3 2.5 0.25 KBB -
II 32 A3 0.9 0.07 KBB -
III 30 A3 1.4 0.1 KBB -
IV 27 A2 0.7 0.04 KBS -
V 25 A2 1 0.05 KBS -
VI 21 A2 1 0.03 KBS -
2 29I-2 Oktober
VII 19 A1 0.7 0.02 KBK -
VIII 17 A1 1.6 0.04 KBK -
IX 15 A1 1.1 0.02 KBK -
X 19 A1 1.3 0.04 KBK -
XI 16 A1 1.3 0.02 KBK -
XII 15 A1 1 0.02 KBK -
benjolan (1
bh/tmp)
I 37 A3 2.3 0.25 PP KBB
reduksi gubal
(2 cm)
reduksi gubal
II 30 A3 0.6 0.04 M KBB
(2 cm)
reduksi gubal
III 29 A2 1.6 0.11 D KBS
(2 cm)
3 29i-2 Oktober
mata kayu (13
T cm) reduksi
IV 26 A2 1 0.05 D KBS gubal (3 cm)
D kelurusan (1
bh < 2%)
V 22 A2 1.3 0.05 D KBS -
mata kayu (17
VI 20 A2 1 0.03 T KBS
cm)
VII 19 A1 0.7 0.02 D KBK -
VIII 15 A1 1.1 0.02 D KBK -
IX 13 A1 1.2 0.02 D KBK -
Kebundaran
I 47 A3 2.6 0.45 P KBB
(HBr)
II 27 A2 1.1 0.06 D KBS -
III 26 A2 1.3 0.07 D KBS -
Bengkok (2
D
IV 25 A2 1.2 0.06 KBS cm) Mata kayu
T
(9 cm)
4 29i-2 Okt
V 22 A2 0.7 0.03 D KBS
VI 18 A1 1.3 0.03 T KBK -
VII 19 A1 1.8 0.05 M KBK -
VIII 25 A2 2.1 0.1 D KBS -
IX 20 A2 1.4 0.04 D KBS -
X 20 A2 1.3 0.04 D KBS -
Volume merupakan besaran tiga dimensi dari suatu benda yang dinyatakan
dalam satuan kubik. Besaran ini diturunkan dari setiap besaran panjang. Dengan
demikian bila panjang-panjang tersebut, yaitu tinggi, lebar, dan ketebalan diketahui
maka volume dapat ditentukan (Sabri 1995). Volume yang diukur disini berupa volume
target dan volume isi dari masing-masing sortimen atau A1, A2 dan A3 dari setiap satu
pohon.
Berdasarkan hasil pengukuran kayu dilapangan volume isi paling besar ada
pada pohon ulangan pertama terdapat 17 sortimen dengan rata-rata diameter sebesar
19.53 cm, panjang total sebesar 23.5 m dan volume total sebesar 0.94 m3. Dimana target
volume dari pohon 5 yaitu 0.8038 m3, setelah dilakukan pemotongan dan pengukuran
hasilnya melebihi target dengan besaran 117%. Terbesar kedua pada pohon ulangan
keempat terdapat 12 sortimen dengan rata-rata diameter sebesar 24.9 cm, pajang total
sebesar 14.8 m dan volume total sebesar 0.93 m3. Dimana target volumenya sebesar
0.8218 m3, setelah dilakukannya pemotongan dan pengukuran didapatkan hasil target
sebesar 113% yang mana melebihi target dari target. Pada pengukuran volume isi kayu
bulat terlihat kebanyakan sortimen yang didapat adalah A1.
Pengukuran kayu ini sangat penting untuk dilakukan karena dengan mengukur
maka akan mendapatkan data pengukuran dan bisa dapat mengetahui potensi suatu
hutan, baik itu hutan alam ataupun hutan tanaman kemudian mengetahui kualitas dari
kayu. Kegunaan lain dari hasil pengukuran volume kayu yaitu sebagai dasar
perhitungan dan nilai jual dari kayu yang diuji tersebut. Untuk memperoleh data
pengukuran yang akurat tergantung dari alat yang dipakai dalam mengukur kemudian
sumber daya atau dalam hal ini orang yang mengukur harus profesional atau sudah
berpengalaman dalam melakukan pengukuran kayu. Teknik pengukuran pada jarak
terpanjang dan terpendek yaitu melakukan dua kali pengukuran yang mana satu kali
pada jarak terpanjang dan satu kali pada jarak terpendek dari penampang diameter kayu
gelondongan, lalu nilai hasil pengukuran dirata-rata untuk mendapatkan hasil data
diameternya.
Pada pengamatan lapangan di petak 29i-2 dapat dilihat bahwa tidak terdapat
cacat kayu yang disebabkan oleh kesalahan teknis, terutama dalam penggunaan
chainsaw. Akan tetapi, ditemukan banir pada bagian bawah pohon mahoni yang secara
tidak langsung menjadi cacat alami berupa mata kayu pada sortimen. Cacat alami lain
yang banyak ditemukan adalah cacat gubal berupa reduksi gubal, benjolan, bengkok,
kelurusan, mengalami kebundaran. Cacat tersebut ditemukan setelah pohon ditebang
dan dipotong-potong dan untuk reduksi gubal ini dikarenakan pada dasarnya kayu
mahoni berwarna merah dengan gubal yang sukar untuk dibedakan gubal dan terasnya.
F. KESIMPULAN
Pengukuran kayu bertujuan untuk menentukan volume kayu, data volume kayu
digunakan untuk mengetahui potensi suatu hutan, mengetahui kualitas dari kayu, dasar
perhitungan, dan nilai jual dari kayu yang diuji. Pada pengulangan pohon 1 rata-rata
diameter sebesar 19.53 cm, panjang total sebesar 23.5 m dan volume total sebesar 0.94
m3. Pada pengulangan 4 rata-rata diameter sebesar 24.9 cm, pajang total sebesar 14.8
m dan volume total sebesar 0.93 m3.
Pengujian kayu setiap sortimen berbeda-beda hasilnya akan tetapi, terdapat
mutu kualitas prima (P) pada sortimen 1 semua pohon dan juga ada mutu yang
tergolong rendah yaitu mutu kualitas ketiga (T). Dan juga ditemukan berbagai macam
cacat seperti mata kayu, reduksi gubal, bengkok, kelurusan, dan benjolan.
DAFTAR PUSTAKA
Darwo. 2012. Metode Pengaturan Hasil Hutan Tanaman Eucalyptus Berdasarkan Optimasi
Tegakan Persediaan Nyata Dan Erosi Tanah. [Skripsi]. IPB. Bogor.
Modi Sandiana BES. A. P. et al. 2021. Produktivitas Pemanenan Kayu Dengan Teknik Ril Di
PT. Wijaya Sentosa, Papua Barat. Jurnal Sylva Scienteae. 4(1): 36 - 43
Mujetahid, A. (2008). Produktivitas Penebangan Pada Hutan Jati (Tectona grandis). Jurnal
Perennial. 5(1): 53-58.
Sabri. 1995. Pengukuran Volume Log. https://www.academia.edu/9206974/Pengukuran_
Volume_Log. Diakses 17 Oktober 2022.
Sopiana, A. 2011. Studi Pengaturan Hasil Dalam Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten
Jepara.[Skripsi]. IPB. Bogor.
Suhartana S. 2006. Efisiensi penggunaan chainsaw pada kegiatan penebangan: Studi kasus di
PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 24(1):63-67.
Suparto RS. 1982. Pemanenan Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Bogor (ID) : Institut
Pertanian Bogor.
LAMPIRAN