Anda di halaman 1dari 39

PENGUKURAN KBRI DAN

KAYU OLAHAN (GERGAJIAN)

Oleh : Dewi Puspita


Dwi Nugroho A.

PELATIHAN PENGUKURAN DAN PENGENALAN JENIS KAYU RAKYAT


PENGUKURAN KAYU BULAT RIMBA
INDONESIA

DASAR
Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi
Kehutanan No. P.14/VI-BIKPHH/2009 tentang
Metoda Pengukuran dan Tabel Isi Kayu Bulat
Rimba Indonesia.
KETENTUAN UMUM
• Kayu Bulat Rimba adalah bagian batang/cabang dari semua
jenis kayu selain jenis kayu jati, terdiri dari kayu bulat asal
hutan alam, kayu bulat asal hutan tanaman.
• Kayu Bulat Besar (KBB) adalah bagian dari pohon yang
ditebang dan dipotong menjadi batang dengan ukuran
diameter 50 (lima puluh) cm atau lebih.
• Kayu Bulat Sedang (KBS) adalah bagian dari pohon yang
ditebang dan dipotong menjadi batang dengan ukuran
diameter 30 (tiga puluh) cm sampai dengan 49 (empat puluh
sembilan) cm.
• Kayu Bulat Kecil (KBK) adalah pengelompokan kayu yang terdiri
dari kayu dengan diameter kurang dari 30 (tiga puluh) cm.
• Pengukuran hasil hutan adalah kegiatan untuk menetapkan
jumlah dan isi (volume) atau berat dari hasil hutan.
TATA - CARA PENGUKURAN KAYU BULAT RIMBA
Pelaksanaan Pengukuran :
•Kayu bulat disusun sedemikian rupa (tidak ditumpuk).
•Dilakukan pada siang hari atau di tempat yang terang

Penetapan Jenis Kayu

Langkah-langkah Pengukuran
•Mengukur panjang dan diameter kayu bulat setelah itu ditetapkan isi
(volume) kayu bulat.
•Pengukuran batang per batang untuk mengetahui isi (volume) setiap
batang
Pengukuran Panjang

 Panjang kayu merupakan jarak terpendek antara


kedua bontos sejajar dengan sumbu kayu.
 Panjang kayu bulat rimba diukur dalam satuan
meter dengan kelipatan 10 cm, dan pembulatan ke
bawah.
Contoh: Panjang Sebenarnya Panjang yang dicatat (p)
   
8.19 m 8.10 m
8.10 m 8.10 m
8.09 m 8.00 m
8.65 m 8.60 m
8.62 m 8.60 m
Cara Pengukuran Panjang Kayu (p)
• Kayu lurus, potongan bontos siku dan rata

p = panjang kayu
Sb = sumbu kayu
• Kayu Lengkung

p = panjang kayu bukan p’


• Apabila pusat bontos masih berada
didalam ½ lingkaran bontos
p’

p = panjang kayu bukan p’


B = pusat bontos
• Apabila pusat bontos berada diluar
½ lingkaran bontos
p

p’

p = panjang kayu bukan p’


B = pusat bontos
• Apabila bontos tidak siku
p

p’

p = panjang kayu bukan p’


Pengukuran diameter
Pengukuran diameter dari hutan alam dan hutan tanaman
dengan panjang > 5 m

• Pengukuran diameter pada kedua bontos dalam satuan


centimeter dan pembulatan ke bawah.
• Pengukuran diameter dengan cara mengukur garis
tengah terpendek dan garis tengah terpanjang melalui
pusat bontos.
• Diameter kayu bulat (d) diperoleh dengan cara merata-
ratakan ukuran diameter ujung (du) dan diameter
pangkal (dp).
• Contoh :
d3
d3 d1
Bp p
B B Bu

d4 d2

Pengukuran sebenarnya :   Pengukuran perhitungan :


d1 = 93,2 cm   d1 = 93 cm
d2 = 96,0 cm d2 = 96 cm
d3 = 97,6 cm d3 = 97 cm
d4 = 102,9 cm d4 = 102 cm

d1 + d2 93 + 96 du + dp 94 +
 
du = = = 94 cm d= = 99
2 2
2 2  
d3 + d4 97 + 102
dp = = = 99 cm d= 96 cm      
2 2
Pengukuran diameter dari hutan tanaman
dengan panjang ≤ 5 m.

• Pengukuran diameter pada bontos terkecil


(Bontos ujung/ Bu) dan pembulatan ke
bawah.
• Mengukur garis tengah terpendek (d1)
melalui pusat bontos (B) dan garis tengah
terpanjang (d2)
• Diameter (d) diperoleh dengan merata-
ratakan d1 dan d2.
• Contoh :

Pengukuran sebenarnya : Pengukuran perhitungan :


d1 = 52,6 cm d1 = 52 cm
d2 = 67,2 cm d2 = 67 cm
 
d = d1 + d2
2
= 52 + 67 = 119 = 59,5 = 59 cm
2 2
Penetapan isi (volume)

• Kayu bulat rimba dengan tabel A (hutan alam


dan hutan tanaman dengan panjang > 5 m)
0,7854 x d² x p
I = ( m³ )
10.000
Dimana :  
I = Isi kayu bulat dalam m³
0,7854 = ¼ Л = ¼ x 3,1416
d = Diameter kayu bulat dalam cm
p = Panjang kayu bulat dalam m
Kayu bulat rimba dengan tabel A (untuk kayu bulat rimba yang
berasal dari hutan tanaman dengan panjang < 1 m)

0,7854 x d² x p
I = ( m³ )
10.000

Dimana :  
I = Isi kayu bulat dalam m³
0,7854 = ¼ Л = ¼ x 3,1416
d = Diameter kayu bulat dalam cm
p = Panjang kayu bulat dalam m
Penetapan isi (volume) kayu bulat rimba dengan tabel B
(untuk kayu bulat rimba yang berasal dari hutan tanaman
dengan panjang 1 m sampai dengan 5 m)

• Kelompok panjang 1,00 m – 1,50


= 0,7854 x (1,0134 d + 0,3537)2 x p
10.000

• Kelompok panjang 1,60 m – 3,00


= 0,7854 x (1,0223 d + 0,7962)2 x p
10.000
• Kelompok panjang 3,10 m – 4,00m
= 0,7854 x (1,0220 d + 1,2534)2 x p
10.000

• Kelompok panjang 4,10 m – 5,00m


= 0,7854 x (1,0171 d + 1,8493)2 x p
10.000
PENGUKURAN KAYU OLAHAN
(GERGAJIAN)

DASAR
Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi
Kehutanan Nomor P.02/VI-BPPHH/2005
tanggal 7 Maret 2005 tentang metode
pengujian kayu gergajian rimba Indonesia.
KETENTUAN UMUM
Kayu gergajian (KG) adalah kayu persegi empat dengan ukuran
tertentu yang diperoleh dengan menggergaji kayu bulat atau kayu
lainnya.

PELAKSANAAN PENGUKURAN
– Kayu gergajian disusun sedemikian rupa sehingga
memudahkan pengukuran (tidak ditumpuk).
– Dilakukan pada siang hari atau di tempat yang terang
.
• PENGUKURAN DAN PENETAPAN TEBAL (t)
Tebal kayu gergajian diukur bagian tebal tertipis.

t1 t2 t3 t4

• PENGUKURAN DAN PENETAPAN LEBAR (l)


Lebar diukur pada bagian lebar tersempit.

l1 l2 l3 l4
• PENGUKURAN DAN PENETAPAN PANJANG (p)
Panjang diukur pada jarak terpendek antara
kedua bontos kayu gergajian.
p1

p2
PENETAPAN VOLUME/ ISI (V)

 Isi ditetapkan dengan cara mengalikan tebal, lebar


dan panjang kayu.
 Dinyatakan dalam satuan meter kubik (m3)
dengan 4 (empat) desimal di belakang koma.

 Rumus:

I = txlxp
10000
PENGUKURAN KAYU BULAT PACAKAN
DAN KAYU GERGAJIAN PACAKAN
DASAR
• Surat Direktur Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil
Hutan Nomor S.372/VI/BPPHH-2/04 tentang
Penetapan Sortimen dan Pengukuran Kayu Pacakan.
• Kayu Pacakan dikategorikan menjadi 2
sortimen, yakni:
– Kayu Pacakan Bulat
– Kayu Pacakan Gergajian
Kayu pacakan dikategorikan ke dalam sortimen Kayu Pacakan Bulat apabila:

• Kayu bulat yang digergaji/dipacak


sebagian/seluruh permukaan badan/panjang
kayu dan mempunyai bentuk umum kayu bulat
 50 %.
• Kayu digergaji maksimal 75 % panjang dan bila
diikat masih berbentuk KB.
• Semua kayu yang bentuk umumnya dapat
dipersamakan dan atau lebih baik dari
ketentuan di atas.
KB dipacak 2 sisi dengan bentuk umum  50 % adalah bulat.

KB dipacak 4 sisi dengan bentuk dominan kayu bulat.


KB dipacak 4 sisi dominasi masih berbentuk bulat dengan jumlah lebar kayu
gubal  50 % keliling (kll) badan kayu.

KB digergaji 2 buah dalam 1 arah dengan panjang  75 % panjang (p) kayu dan
bila diikat masih berbentuk bulat.

KB digergaji beberapa buah dalam 1 arah dengan panjang  75 % panjang (p)


kayu dan bila diikat masih berbentuk bulat.
KB digergaji 1 buah dalam 1 arah dengan panjang  75 % panjang (p) kayu dan
bila diikat masih berbentuk bulat.

Kayu dengan ¼ bagian masih berbentuk kayu bulat.

Kayu dengan bontos tidak rata. Dipapras sebelum diukur.


Kayu pacakan dikategorikan ke dalam
sortimen Kayu Pacakan Gergajian apabila:
• Kayu gergajian digergaji/dipacak sebagian/seluruh
permukaan badan/panjang kayu dan mempunyai bentuk
umum kayu gergajian  50 % sebagai balok dan broti.
• Kayu gergajian yang berpingul karena pingulnya akibat
dipacak/digergaji maupun masih merupakan pingul asli
dari kayu bulat dan mempunyai bentuk umum kayu
balok/broti.
• Semua kayu gergajian yang ukuran dan bentuk umumnya
dapat dipersamakan dan atau lebih baik dari ketentuan di
atas.
Kayu dipacak 2 sisi sepanjang badan. Kategori sortimen balok.

Sortimen balok.

Sortimen balok.

l
Balok yang telah digergaji beberapa buah dengan panjang  75 % panjang (p)
kayu, bila diikat masih berbentuk balok.

Dominan berbentuk kayu balok.


PENGUKURAN KAYU BUNDAR JATI
Dasar Hukum
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-5007.17-2001

Penetapan diameter ( d ) :
• Diukur pada Bu tanpa kulit dengan alat ukur
pita phi atau dengan pita ukur biasa, untuk
mencari keliling dengan kelipatan 1 cm,
padanan diameternya lihat Tabel Isi.
Batas atas dan batas bawah kelas diameter adlh sbb;

  Kelas Dia-meter Batas atas dan Titik tengah Batas


Sortimen batas bawah keliling
kelas diameter
KBK 4 3,0 s/d 5,99 4,5 9 s/d 18
(AI) 7 6,0 s/d 8,99 7,5 19 s/d 27
10 9,0 s/d 11,99 10,5 28 s/d 37
13 12,0 s/d 14,99 13,5 38 s/d 46
16 15,0 s/d 17,99 16,5 47 s/d 56
19 18,0 s/d 20,99 19,5 57 s/d 65
KBS 22 21,0 s/d 23,99 22,5 66 s/d 74
( A II ) 25 24,0 s/d 26,99 25,5 75 s/d 84
28 27,0 s/d 29,99 28,5 85 s/d 93
KBB 30 30,0 s/d 30,99 30,5 94 s/d 96
( A III ) 31 31,0 s/d 31,99 31,5 97 s/d 99
32 32,0 s/d 32,99 32,5 97 s/d 103
33 33,0 s/d 33,99 33,5 104 s/d 106
34 34,0 s/d 34,99 34,5 107 s/d 109
dst Dst dst dst
Penetapan panjang ( p )
Diukur pada jarak terpendek antara kedua bontos
melalui badan kayu, dengan kelipatan 10 cm s/d
panjang 10,00 m dan kelipatan 50 cm untuk
panjang > 10,00 m.

Penetapan Volume/ Isi


Isi dapat dilihat pada Tabel isi.
Pengukuran Kayu Gergajian Jati

Dasar Hukum
Standar Nasional Indonesia (SNI) 01 5008.5-1999
Revisi SNI 01-2029-1990

Sortimen Kayu Gergajian Jati


• Kayu Gergajian Kecil (KGK)
• Kayu Gergajian Besar (KGB).
Kayu Gergajian Kecil (KGK)
• Papan Tipis (Boards)
tebal ≤ 50 mm dan lebarnya ≥ 100 mm.

• Papan Tebal (Planks)


tebal > 50 mm dan lebarnya ≥ 150 mm serta tebalnya < setengah lebar.
 
• Papan Sempit (Narrow boards)
tebal < setengah lebar dan lebar < 100 mm.

• Broti Kecil (Small Scantlings)


tebal ≥ setengah lebar dan lebarnya ≤ 150 mm.
 
• Skuer Kecil (Small Squares)
tebal < 100 mm dan lebar < 100 mm tebalnya = lebar.
 
Kayu Gergajian Besar (KGB)
• Broti Besar (Large Scantlings)
tebal ≥ setengah lebar dan lebarnya > 150 mm.

• Skuer Besar (Large Squares)


tebal ≥ 100 mm dan lebar lebih/sama dari 100
mm tebalnya = lebar.

• Balok dan Swalep (termasuk tarahan berhati)


tebal ≥ 100 mm dan lebarnya ≥ 200 mm.
Pengukuran

• Tebal diukur pada bagian tebal tertipis dengan kelipatan 1 mm.

• Lebar diukur pada bagian lebar tersempit dengan kelipatan 1 mm.

• Panjang diukur pada jarak terpendek kedua bontos dengan


kelipatan 5 mm.

• Isi ditetapkan dengan cara mengalikan : tebal, lebar dan panjang


kayu gergajian dalam satuan m³ dengan ketentuan sbb :
KGK dalam 6 desimal ( 6 angka dibelakang koma )
KGB dalam 4 desimal ( 4 angka dibelakang koma )
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai