Disusun Oleh:
11518053
Kelompok 10
Asisten:
11517010
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Kayu adalah bahan yang didapatkan dari tumbuh-tumbuhan alam dan juga
merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai
dengan kemajuan teknologi. Pengertian kayu disini adalah suatu bahan yang
diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian
dari pohon tersebut, setelah diperhitungkan bagian-bagian mana yang lebih banyak
dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan, baik berbentuk kayu
pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar (Frick Heinz, 1977).
Praktikum ini penting untuk dilakukan dan diambil manfaatnya karena ilmu
yang didapat jika diaplikasikan langsung, dapat mempermudah pekerjaan dalam
bidang kehutanan maupun bidang lain.
1
1.2 Tujuan
1. Menentukan persentase kayu teras, kayu gubal, dan kebundaran batang surian
(Toona sinensis).
2. Menentukan umur kayu Surian (Toona sinensis) dengan menghitung
lingkaran tumbuh.
3. Menentukan ciri-ciri pembuluh/pori, jenis parenkim, arah saluran
interseluler/getah/damar dan tipe jari-jari sampel kayu jenis Gymnospermae
(Softwood) dan Angiospermae (Hardwood).
2
BAB II
CARA KERJA
2.1 Pengukuran Proporsi Kayu Gubal dan Kayu Teras serta Kebundaran
Batang
Batas antara kayu gubal dan kayu teras digambarkan pada kertas mika
Batas luar kayu gubal digunting dan digambarkan pada millimeter blok,
dengan cara yang sama dilakukan juga pada batas kayu teras
Luas daerah kayu teras dan luas kayu secara keseluruhan dihitung. Luas
kayu teras dihitung dengan menjumlahkan daerah kayu teras yang telah
digambar dengan ketentuan:
1. < 0,25 cm2 dihitung 0 cm2
2. 0,3 – 0,7 cm2 dihitung 0,5 cm2
3. > 0,75 cm2 dihitung 1 cm2
Sedangkan luas kayu keseluruhan dihitung dengan cara menjumlahkan
seluruh daerahnya dengan ketentuan seperti di atas
3
Presentase kayu teras, kayu gubal, dan kebundaran batang dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
luas kayu teras
%𝑘𝑎𝑦𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑠 = 100%
luas kayu keseluruhan
%𝑘𝑎𝑦𝑢 𝑔𝑢𝑏𝑎𝑙 = 100% − %𝑘𝑎𝑦𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑠
luas kayu keseluruhan
𝑘𝑒𝑏𝑢𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔(%) = 100%
luas kayu silindris
Sampel kayu yang digunakan dalam praktikum ini adalah batang Surian
(Toona Sinensis), batang Jabon Putih (Anthocephalus cadamba), batang Kelapa
Sawit (Elais guineensis), serta sampel kayu dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 10 cm. Jari-
jari kayu, jaringan pembuluh, serta jaringan parenkim ditentukan dan jika ada
saluran damar/endapan-endapan yang ada dalam kayu tersebut juga diamati.
Kemudian sifat atau ciri yang ada dari hasil pengamatan digambarkan dan
dituliskan pada tally sheet. Pengamatan penampang radial harus sejajar dengan
jari-jari kayu, sedangkan untuk penampang tangensial sayatan harus tegak lurus
dengan salah satu jari-jari kayu. Untuk menandai ciri-ciri yang cocok pada tally
sheet diberi tanda centang.
4
Sampel batang kayu Surian (Toona Sinensis), batang Jabon Putih
(Anthocephalus cadamba), batang Kelapa Sawit (Elais guineensis) ukuran
2,5 x 2,5 x 10 cm disiapkan
Lalu kertas millimeter blok diletakkan diatas sampel kayu pada bagian
penampang melintangnya
Pori-pori diamati pada lubang kertas millimeter blok yang telah dilubangi
sebelumnya
Sampel kayu yang digunakan dalam praktikum ini adalah batang kayu
Pinus (Pinus merkusii), batang kayu Douglas Fir (Pseudotsuga menziesii) dan
sampel kayu dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 10. Jari-jari kayu, pembuluh, serta
parenkim ditentukan dan jika ada saluran damar/endapan-endapan yang ada dalam
kayu tersebut juga diamati. Kemudian sifat atau ciri yang ada dari hasil
pengamatan digambarkan dan dituliskan pada tally sheet. Pengamatan penampang
radial harus sejajar dengan jari-jari kayu, sedangkan untuk penampang tangensial
sayatan harus tegak lurus dengan salah satu jari-jari kayu. Untuk menandai ciri-
ciri yang cocok pada tally sheet diberi tanda centang.
5
Sampel batang kayu Pinus (Pinus merkusii) dan batang kayu Douglas Fir
(Pseudotsuga menziesii) ukuran 2,5 x 2,5 x 10 cm disiapkan
Lalu kertas millimeter blok diletakkan diatas sampel kayu pada bagian
penampang melintangnya
6
BAB III
Data yang didapatkan dari hasil pengukuran kayu Toona sinesis yang dihitung
menggunakan milimeter blok, kemudian dihitung menggunakan rumus yang telah
ada. Gambar sayatan melintang, radial, dan tangensial dari kayu jenis Toona
sinensis dan data terlampir pada lampiran. Setelah didapatkan data tersebut maka
selanjutnya adalah dihitung luas bidang keseluruhan, luas bidang teras, luas bidang
gubal. Untuk kelompok kami didapatkan hasil untuk luas bidang keseluruhan yaitu
117,5cm2 , luas kayu teras didapatkan 58,5cm2 yaitu 49,79% dan luas kayu
gubalnya adalah 59cm2 yaitu 50,21%.
Cara untuk dapat menghitung luas kayu silindris memerlukan perhitungan jari-
jari terjauh dari kayu tersebut dengan empulur sebagai titik tengahnya. Pada
kelompok kami didapatkan jari-jari pohon tersebut sebesar r = 7,2cm. Lalu
didapatkan luas kayu silindris sebesar 162,78cm2, dan kebundaran batangnya
adalah 72,18%. Lalu kelompok kami menghitung lingkaran tahun pada kayu Toona
sinensis dengan cara melihat banyaknya lingkaran yang berada pada batang kayu
tersebut. Setelah melihat lingkaran tahun yang ada pada kayu kami mengasumsikan
bahwa umur kayu tersebut adalah 10 tahun.
Pada penampang melintang kayu Surian (Toona sinensis) dapat dilihat pola
penyebaran porinya tata lingkar, susunannya soliter dengan gabungan radial,
kelompok miring, isi sel pembuluhnya amorf merah, jumlah pori per satuan luasnya
sedang (5-10 pori/mm2), parenkim paratrakealnya aliform confluent, saluran
intersellulernya berarah aksial dan berderet tangensial. Lalu pada penampang
melintang kayu Jabon Putih (Antocephalus cadamba) dapat dilihat pola penyebaran
porinya tata baur, susunannya pasangan dengan gabungan tangensial, kelompok
miring, dan jumlah pori per satuan luasnya sedang (5-10 pori/mm2). Sedangkan
pada penampang melintang kayu Pinus (Pinus merkusii) dapat dilihat jumlah pori
per satuan luasnya sedang (5-10 pori/mm2), parenkim paratrakealnya selubung,
saluran intersellulernya berarah radial. Pada kayu Pinus tidak teramati adanya
7
trakea karena Pinus termasuk dalam Gymnospermae. Pada penampang melintang
kayu Douglas Fir (Pseudotsuga menziesii) dapat dilihat jumlah pori per satuan
luasnya sedikit (5-10 pori/mm2), parenkim paratrakealnya selubung, saluran
intersellulernya berarah radial. Pada kayu Douglas Fir tidak teramati adanya trakea
karena Douglas Fir termasuk dalam Gymnospermae. Pada penampang melintang
kayu Sawit (Elais guineensis) dapat teramati ciri-cirinya yaitu pola penyebaran
porinya tata baur, susunannya soliter, parenkim patrakeal, dan jumlah pori per
satuan luasnya sedikit (<5 pori/mm2). Gambar sayatan melintang, radial, dan
tangensial dari tiap jenis kayu terlampir pada bagian lampiran.
3.2 Pembahasan
8
Seiring dengan bertambahnya usia kayu, kayu menjadi tidak berfungsi
secara bertahap dalam konduksi dan penyimpanan. Sebelum hal itu terjadi, kayu
sering mengalami perubahan yang dapat terlihat langsung. Beberapa perubahan
yang dapat dilihat melibatkan hilangnya cadangan makanan, dan infiltrasi kayu
oleh berbagai zat (minyak, gusi, resin, dan tanin), yang mewarnai dan kadang-
kadang membuatnya romantis. Kayu yang sering kali terlibat berwarna lebih
gelap dan tidak berkondisi ini disebut kayu teras atau Heartwood. Sedangkan
kayu gubal atau Sapwood memiliki bobot yang lebih ringan dan jika menurut
definisi, Gubal adalah bagian dari kayu di pohon hidup yang mengandung sel
hidup dan bahan cadangan. Pembentukan Heartwood diyakini sebagai proses
yang memungkinkan tanaman untuk menghapus dari daerah pertumbuhan
metabolit sekunder yang dapat menghambat atau bahkan beracun bagi sel-sel
hidup. (Evert E, 1993)
Pada penampang melintang batang, dapat dilihat terdapat kayu awal
(earlywood) dan kayu akhir (latewood). Kayu awal dan kayu akhir ini terbentuk
karena intensitas pertumbuhan dari kambium yang tidak seragam sepanjang
periode tumbuhan. Kayu akhir mempunyai ciri sel berpori-pori kecil, sel-sel
panjang, dinding sel tebal, kerapatan kayu tinggi, warna agak gelap dan berfungsi
sebagai penguat. Kayu awal mempunyai ciri sel berpori-pori besar, sel-sel
pendek, dinding sel tipis, kerapatan kayu rendah, warna lebih mudah dan
berfungsi sebagai pengangkut. Faktor penyebab terbentuknya kayu awal dan kayu
akhir ini disebabkan oleh faktor musim yang dialami. Pada musim kering,
pertumbuhan sel rendah sehingga sel-sel yang dihasilkan kecil dan berdinding
tebal. Pada saat musim hujan, intensitas pertumbuhan sel tinggi, yang ditandai
dengan bentuk sel besar dan berdinding tipis. (Hadi, 2014)
Kebundaran batang dapat dicari dengan rumus pembagian antara luas kayu
keseluruhan (yang telah didapat dari menghitung menggunakan millimeter blok)
dibagi dengan luas kayu silindris (𝜋𝑟2) kemudian dikali dengan seratus persen.
Hasil perhitungan pada Toona sinensis menunjukkan bahwa persentase
kebundaran batang adalah 72,18%.
Manfaat dari mengetahui kebundaran batang adalah agar dapat mengetahui
apakah terdapat kecacatan bundaran batang (Maulana, 2009). Sedangkan manfaat
9
dari mengetahui lingkar tahun atau lingkat tumbuh dari sebuah kayu adalah untuk
mengetahui usia dari suatu pohon tersebut. Manfaat mengetahui kayu awal dan
kayu akhir adalah agar mengetahui bahwa faktor musim merupakan faktor yang
mempengaruhi gelap terang pada kayu.
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan didapatkan bahwa kebundaran
batang dan persen kayu teras dapat dengan mudah dicari melalui perhitungan
yang sederhana dan guna kebundaraan batang adalah untuk mengetahui apakah
terdapat kecacatan bundaran batang itu sendiri yang akan berpengaruh kepada
nilai jual kayu.
10
apotrakeal kelompok baur, dan jari-jarinya sangat sempit sampai sempit.
(Mandang dkk., 2008). Maka hasil pengamatan sesuai dengan literatur.
11
kedua saluran tersebut saling berhubungan dan membentuk jaringan transportasi
getah di dalam pohon (Santosa, 2010).
Struktur kayu daun lebar lebih bervariasi dan lebih kompleks dibandingkan
kayu daun jarum. (Panshin dan de Zeeuw,1964) mengklasifikasi tipe-tipe sel kayu
daun lebar berdasarkan orientasinya dan fungsi dari sel-sel penyusunnya.
Hardwood tidak memiliki trakeid jari-jari, namun sel parenkim memilikinya. Jari-
jari pada hardwood disusun oleh sel parenkim jari-jari. (Iswanto, 2008)
Struktur kayu daun lebar lebih bervariasi dan lebih kompleks dibandingkan
kayu daun jarum. (Panshin dan de Zeeuw, 1964) mengklasifikasi tipe-tipe sel kayu
daun lebar berdasarkan orientasinya dan fungsi dari sel-sel penyusunnya. Lebih dari
90% volume softwood tersusun oleh sel panjang yang dikenal dengan longitudinal
tracheida. Sel ini relatif lebih panjang (3-4 mm) bila dibandingkan dengan fiber
pada hardwood. Secara umum saluran aksial memiliki diameter yang lebih besar
daripada radial, namun keduanya adalah sebagai penghubung dan pembuat
jaringan. (Iswanto, 2008)
12
BAB IV
4.1 Kesimpulan
1. Presentase kayu teras, kayu gubal, dan kebundaran batang berturut-turut
adalah 49,79%, 50,25%, dan 72,18%.
2. Umur kayu Surian (Toona sinensis) adalah 10 tahun.
3. Kayu jenis Gymnospermae tidak memiliki trakea, memiliki jumlah pori yang
sedikit (<5 pori/mm2), parenkim paratrakealnya terselubung, dan arah saluran
intersellulernya radial. Sedangkan Kayu jenis Angiospermae memiliki pola
penyebaran pori baur/lingkar, jumlah pori sedang (5-10 pori/mm2), parenkimnya
paratrakeal, dan arah saluran interselullernya radial/aksial.
4.2 Saran
Sebaiknya jumlah loop yang dipakai jika memungkinkan ditambah agar
proses pengamatan bisa lebih efektif atau dapat diganti dengan alat yang lebih
presisi.
13
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Jane B. Reece & Lawrence G. Mitchell. 2008. Biologi Jilid 2 Edisi Ke-
8. Jakarta: Erlangga.
Darwis, Atmawi. 2012. Struktur Anatomi Kayu Surian (Toona sinensis Roem)
(Anatomical Structure of Surian Wood (Toona sinensis Roem)). Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Evert, Ray Franklin et al. 1992. Biology of Plants 5th Edition. New York, N.Y. :
Worth Publishers.
Iswanto, Apri Heri. 2008. Struktur Anantomi Kayu Daun Lebar (Hardwoods) dan
Kayu Daun Jarum (Softwoods). Medan: Universitas Sumatera Utara.
Mandang, Y.I., Damayanti R., Komar, T. E., dan Nurjanah, S. 2008. Pedoman
Identifikasi Kayu Ramin dan Kayu Mirip Ramin. ITTO Project PD 426/06
Rev 1 (F). Bogor
Maulana, Ahsan. 2009. “Pengujian Kualitas Kayu Bundar Jati (Tectona grandis
Linn. f) Pada Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Tersertifikasi Di
Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.”
14
Wicaksono, Kurniawan. 2017. Kualitas Kayu Douglas Fir Tersertifikasi Untuk
Menara Pendingin di Star Energy Geothermal (Wayang Windu) Ltd. Bogor:
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
15
LAMPIRAN
16