Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN BW-2103


Jaringan Xylem, Kebundaran Batang, dan Lingkaran Tumbuh
serta Identifikasi Struktur Kayu

Disusun Oleh:

Muhammad Yunus Sulthan Azhar Idrus

11518053

Kelompok 10

Asisten:

Zefanya Zeske Ruth Firstylona H.

11517010

PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN

SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kayu adalah bahan yang didapatkan dari tumbuh-tumbuhan alam dan juga
merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai
dengan kemajuan teknologi. Pengertian kayu disini adalah suatu bahan yang
diperoleh dari hasil pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian
dari pohon tersebut, setelah diperhitungkan bagian-bagian mana yang lebih banyak
dapat dimanfaatkan untuk sesuatu tujuan penggunaan, baik berbentuk kayu
pertukangan, kayu industri maupun kayu bakar (Frick Heinz, 1977).

Sebagai mahasiswa sarjana dari Rekayasa Kehutanan, mengetahui ciri dari


struktur makroskopis dan mikroskopis kayu merupakan hal yang penting. Hutan
terdiri dari banyak sekali jenis pohon yang berkayu dan itulah sebabnya mengapa
mengidentifikasi ciri struktur makroskopis dan mikroskopis kayu ini penting.
Beberapa manfaat dari hal tersebut adalah kita dapat dengan mudah mengetahui isi
kandungan dari kayu, kualitas ketahanan dari kayu, potensi yang dapat
dikembangkan dari beragamnya struktur dari berbagai kayu. Menentukan
kebundaran batang juga merupakan ilmu penting yang dapat diaplikasikan dalam
kegiatan industri. Kebundaran dari suatu batang dapat mempengaruhi harga serta
kualitas kayu yang akan digunakan sebagai berbagai macam benda jual. Dengan
mengetahui ilmu-ilmu yang telah disebutkan, kita dapat mengetahui dan juga
mengaplikasikan bagaimana membuat kayu yang berkualitas tinggi dan dapat
dimanfaatkan secara optimal.

Praktikum ini penting untuk dilakukan dan diambil manfaatnya karena ilmu
yang didapat jika diaplikasikan langsung, dapat mempermudah pekerjaan dalam
bidang kehutanan maupun bidang lain.

1
1.2 Tujuan

1. Menentukan persentase kayu teras, kayu gubal, dan kebundaran batang surian
(Toona sinensis).
2. Menentukan umur kayu Surian (Toona sinensis) dengan menghitung
lingkaran tumbuh.
3. Menentukan ciri-ciri pembuluh/pori, jenis parenkim, arah saluran
interseluler/getah/damar dan tipe jari-jari sampel kayu jenis Gymnospermae
(Softwood) dan Angiospermae (Hardwood).

2
BAB II

CARA KERJA

2.1 Pengukuran Proporsi Kayu Gubal dan Kayu Teras serta Kebundaran
Batang

Kertas mika diletakkan di atas permukaan disk/penampang melintang


kayu

Batas antara kayu gubal dan kayu teras digambarkan pada kertas mika

Batas luar kayu gubal digunting dan digambarkan pada millimeter blok,
dengan cara yang sama dilakukan juga pada batas kayu teras

Luas daerah kayu teras dan luas kayu secara keseluruhan dihitung. Luas
kayu teras dihitung dengan menjumlahkan daerah kayu teras yang telah
digambar dengan ketentuan:
1. < 0,25 cm2 dihitung 0 cm2
2. 0,3 – 0,7 cm2 dihitung 0,5 cm2
3. > 0,75 cm2 dihitung 1 cm2
Sedangkan luas kayu keseluruhan dihitung dengan cara menjumlahkan
seluruh daerahnya dengan ketentuan seperti di atas

Kayu yang sudah digambar dalam milimeter blok ditandai pusat


empulurnya dan dijadikan pusat

Jarak jari-jari terjauh dari empulur dihitung

3
Presentase kayu teras, kayu gubal, dan kebundaran batang dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
luas kayu teras
%𝑘𝑎𝑦𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑠 = 100%
luas kayu keseluruhan
%𝑘𝑎𝑦𝑢 𝑔𝑢𝑏𝑎𝑙 = 100% − %𝑘𝑎𝑦𝑢 𝑡𝑒𝑟𝑎𝑠
luas kayu keseluruhan
𝑘𝑒𝑏𝑢𝑛𝑑𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔(%) = 100%
luas kayu silindris

2.2 Menghitung Jumlah Lingkaran Tahun untuk Memprediksi Umur Kayu

Jumlah lingkaran tumbuh yang ada dihitung menggunakan sampel disk


yang sama seperti pada percobaan 2.1

Batas lingkaran tumbuh ditunjukkan dengan adanya perbedaan kayu awal


dan kayu akhir. Pada kayu dengan sel pembuluh (pori) tata lingkar, kayu
awal ditandai dengan ukuran sel pembuluh/pori/trakea yang berukuran
lebih besar, sedangkan sel pembuluh/pori/trakea pada kayu berukuran
lebih kecil.

2.3 Identifikasi Struktur Kayu

2.3.1 Identifikasi Struktur Kayu Angiospermae (Hardwood)

Sampel kayu yang digunakan dalam praktikum ini adalah batang Surian
(Toona Sinensis), batang Jabon Putih (Anthocephalus cadamba), batang Kelapa
Sawit (Elais guineensis), serta sampel kayu dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 10 cm. Jari-
jari kayu, jaringan pembuluh, serta jaringan parenkim ditentukan dan jika ada
saluran damar/endapan-endapan yang ada dalam kayu tersebut juga diamati.
Kemudian sifat atau ciri yang ada dari hasil pengamatan digambarkan dan
dituliskan pada tally sheet. Pengamatan penampang radial harus sejajar dengan
jari-jari kayu, sedangkan untuk penampang tangensial sayatan harus tegak lurus
dengan salah satu jari-jari kayu. Untuk menandai ciri-ciri yang cocok pada tally
sheet diberi tanda centang.

4
Sampel batang kayu Surian (Toona Sinensis), batang Jabon Putih
(Anthocephalus cadamba), batang Kelapa Sawit (Elais guineensis) ukuran
2,5 x 2,5 x 10 cm disiapkan

Kertas millimeter blok disiapkan dan dipotong sebesar 0,2 mm x 0,2 mm

Lalu kertas millimeter blok diletakkan diatas sampel kayu pada bagian
penampang melintangnya

Pori-pori diamati pada lubang kertas millimeter blok yang telah dilubangi
sebelumnya

Kemudian setelah pori-pori diukur, penggaris disiapkan untuk menghitung


jari-jari

Penggaris diletakkan tegak lurus pada penampang melintang sampel kayu


lalu jari-jarinya diukur

2.3.2 Identifikasi Struktur Kayu Gymnospermae (Softwood)

Sampel kayu yang digunakan dalam praktikum ini adalah batang kayu
Pinus (Pinus merkusii), batang kayu Douglas Fir (Pseudotsuga menziesii) dan
sampel kayu dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 10. Jari-jari kayu, pembuluh, serta
parenkim ditentukan dan jika ada saluran damar/endapan-endapan yang ada dalam
kayu tersebut juga diamati. Kemudian sifat atau ciri yang ada dari hasil
pengamatan digambarkan dan dituliskan pada tally sheet. Pengamatan penampang
radial harus sejajar dengan jari-jari kayu, sedangkan untuk penampang tangensial
sayatan harus tegak lurus dengan salah satu jari-jari kayu. Untuk menandai ciri-
ciri yang cocok pada tally sheet diberi tanda centang.

5
Sampel batang kayu Pinus (Pinus merkusii) dan batang kayu Douglas Fir
(Pseudotsuga menziesii) ukuran 2,5 x 2,5 x 10 cm disiapkan

Kertas millimeter blok disiapkan dan dipotong sebesar 0,2 mm x 0,2 mm

Lalu kertas millimeter blok diletakkan diatas sampel kayu pada bagian
penampang melintangnya

Pori-pori daiamati pada lubang kertas millimeter blok yang telah


dilubangi sebelumnya

Kemudian setelah pori-pori diukur, penggaris disiapkan untuk menghitung


jari-jari

Penggaris diletakkan tegak lurus pada penampang melintang sampel kayu


lalu jari-jarinya diukur

6
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Data yang didapatkan dari hasil pengukuran kayu Toona sinesis yang dihitung
menggunakan milimeter blok, kemudian dihitung menggunakan rumus yang telah
ada. Gambar sayatan melintang, radial, dan tangensial dari kayu jenis Toona
sinensis dan data terlampir pada lampiran. Setelah didapatkan data tersebut maka
selanjutnya adalah dihitung luas bidang keseluruhan, luas bidang teras, luas bidang
gubal. Untuk kelompok kami didapatkan hasil untuk luas bidang keseluruhan yaitu
117,5cm2 , luas kayu teras didapatkan 58,5cm2 yaitu 49,79% dan luas kayu
gubalnya adalah 59cm2 yaitu 50,21%.

Cara untuk dapat menghitung luas kayu silindris memerlukan perhitungan jari-
jari terjauh dari kayu tersebut dengan empulur sebagai titik tengahnya. Pada
kelompok kami didapatkan jari-jari pohon tersebut sebesar r = 7,2cm. Lalu
didapatkan luas kayu silindris sebesar 162,78cm2, dan kebundaran batangnya
adalah 72,18%. Lalu kelompok kami menghitung lingkaran tahun pada kayu Toona
sinensis dengan cara melihat banyaknya lingkaran yang berada pada batang kayu
tersebut. Setelah melihat lingkaran tahun yang ada pada kayu kami mengasumsikan
bahwa umur kayu tersebut adalah 10 tahun.

Pada penampang melintang kayu Surian (Toona sinensis) dapat dilihat pola
penyebaran porinya tata lingkar, susunannya soliter dengan gabungan radial,
kelompok miring, isi sel pembuluhnya amorf merah, jumlah pori per satuan luasnya
sedang (5-10 pori/mm2), parenkim paratrakealnya aliform confluent, saluran
intersellulernya berarah aksial dan berderet tangensial. Lalu pada penampang
melintang kayu Jabon Putih (Antocephalus cadamba) dapat dilihat pola penyebaran
porinya tata baur, susunannya pasangan dengan gabungan tangensial, kelompok
miring, dan jumlah pori per satuan luasnya sedang (5-10 pori/mm2). Sedangkan
pada penampang melintang kayu Pinus (Pinus merkusii) dapat dilihat jumlah pori
per satuan luasnya sedang (5-10 pori/mm2), parenkim paratrakealnya selubung,
saluran intersellulernya berarah radial. Pada kayu Pinus tidak teramati adanya

7
trakea karena Pinus termasuk dalam Gymnospermae. Pada penampang melintang
kayu Douglas Fir (Pseudotsuga menziesii) dapat dilihat jumlah pori per satuan
luasnya sedikit (5-10 pori/mm2), parenkim paratrakealnya selubung, saluran
intersellulernya berarah radial. Pada kayu Douglas Fir tidak teramati adanya trakea
karena Douglas Fir termasuk dalam Gymnospermae. Pada penampang melintang
kayu Sawit (Elais guineensis) dapat teramati ciri-cirinya yaitu pola penyebaran
porinya tata baur, susunannya soliter, parenkim patrakeal, dan jumlah pori per
satuan luasnya sedikit (<5 pori/mm2). Gambar sayatan melintang, radial, dan
tangensial dari tiap jenis kayu terlampir pada bagian lampiran.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Jaringan Xylem, Kebundaran Batang, dan Lingkaran Tumbuh

Xilem merupakan jaringan pengangkut kompleks yang terdiri dari berbagai


macam bentuk sel. Pada umumnya sel-sel penyusun xilem telah mati dengan
dinding tebal yang tersusun dari zat lignin sehingga xilem juga berfungsi sebagai
jaringan penguat (Campbell, 2008). Xilem berkembang dengan diferensiasi
secara terus menerus dari unsur baru yang dihasilkan prokambium. Xilem yang
dihasilkan pada tubuh primer disebut xilem primer. Kambium vaskular adalah
meristem lateral yang bertanggung jawab untuk pembentukan xilem dan floem
sekunder. Pada pohon, pembelahan sel kambial dan diferensiasi menghasilkan
produksi kayu (xilem sekunder). (Allona et al. 1998, Sterky et al. 1998).
Pada kebanyakan tumbuhan, setelah pembentukan tubuh primer lengkap,
segera dibentuk jaringan sekunder. Xilem yang dibentuk oleh kambium pembuluh
disebut xilem sekunder (Mulyani, 2006). Dalam kedua xilem sekunder floem, jika
lapisan pertumbuhan mewakili pertumbuhan satu musim, itu disebut cincin
tahunan. Perubahan mendadak dalam air yang tersedia dan faktor lingkungan
lainnya mungkin bertanggung jawab untuk produksi lebih dari satu cincin
pertumbuhan pada tahun tertentu, cincin tersebut disebut cincin tahunan palsu.
dengan demikian usia bagian tertentu dari batang kayu tua dapat diperkirakan
dengan menghitung cincin pertumbuhan, tetapi perkiraan tersebut mungkin tidak
akurat jika cincin tahunan palsu dimasukkan.

8
Seiring dengan bertambahnya usia kayu, kayu menjadi tidak berfungsi
secara bertahap dalam konduksi dan penyimpanan. Sebelum hal itu terjadi, kayu
sering mengalami perubahan yang dapat terlihat langsung. Beberapa perubahan
yang dapat dilihat melibatkan hilangnya cadangan makanan, dan infiltrasi kayu
oleh berbagai zat (minyak, gusi, resin, dan tanin), yang mewarnai dan kadang-
kadang membuatnya romantis. Kayu yang sering kali terlibat berwarna lebih
gelap dan tidak berkondisi ini disebut kayu teras atau Heartwood. Sedangkan
kayu gubal atau Sapwood memiliki bobot yang lebih ringan dan jika menurut
definisi, Gubal adalah bagian dari kayu di pohon hidup yang mengandung sel
hidup dan bahan cadangan. Pembentukan Heartwood diyakini sebagai proses
yang memungkinkan tanaman untuk menghapus dari daerah pertumbuhan
metabolit sekunder yang dapat menghambat atau bahkan beracun bagi sel-sel
hidup. (Evert E, 1993)
Pada penampang melintang batang, dapat dilihat terdapat kayu awal
(earlywood) dan kayu akhir (latewood). Kayu awal dan kayu akhir ini terbentuk
karena intensitas pertumbuhan dari kambium yang tidak seragam sepanjang
periode tumbuhan. Kayu akhir mempunyai ciri sel berpori-pori kecil, sel-sel
panjang, dinding sel tebal, kerapatan kayu tinggi, warna agak gelap dan berfungsi
sebagai penguat. Kayu awal mempunyai ciri sel berpori-pori besar, sel-sel
pendek, dinding sel tipis, kerapatan kayu rendah, warna lebih mudah dan
berfungsi sebagai pengangkut. Faktor penyebab terbentuknya kayu awal dan kayu
akhir ini disebabkan oleh faktor musim yang dialami. Pada musim kering,
pertumbuhan sel rendah sehingga sel-sel yang dihasilkan kecil dan berdinding
tebal. Pada saat musim hujan, intensitas pertumbuhan sel tinggi, yang ditandai
dengan bentuk sel besar dan berdinding tipis. (Hadi, 2014)
Kebundaran batang dapat dicari dengan rumus pembagian antara luas kayu
keseluruhan (yang telah didapat dari menghitung menggunakan millimeter blok)
dibagi dengan luas kayu silindris (𝜋𝑟2) kemudian dikali dengan seratus persen.
Hasil perhitungan pada Toona sinensis menunjukkan bahwa persentase
kebundaran batang adalah 72,18%.
Manfaat dari mengetahui kebundaran batang adalah agar dapat mengetahui
apakah terdapat kecacatan bundaran batang (Maulana, 2009). Sedangkan manfaat

9
dari mengetahui lingkar tahun atau lingkat tumbuh dari sebuah kayu adalah untuk
mengetahui usia dari suatu pohon tersebut. Manfaat mengetahui kayu awal dan
kayu akhir adalah agar mengetahui bahwa faktor musim merupakan faktor yang
mempengaruhi gelap terang pada kayu.
Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan didapatkan bahwa kebundaran
batang dan persen kayu teras dapat dengan mudah dicari melalui perhitungan
yang sederhana dan guna kebundaraan batang adalah untuk mengetahui apakah
terdapat kecacatan bundaran batang itu sendiri yang akan berpengaruh kepada
nilai jual kayu.

3.2.2 Identifikasi Struktur Kayu

Tanaman yang termasuk golongan Gymnospermae terdiri atas tanaman-


tanaman yang berkayu dengan bermacam-macam habitus. Dalam bagian xilem
tidak terdapat pembuluh-pembuluh kayu, melainkan hanya trakeida saja dan di
dalam bagian floem berlainan juga dangan tumbuahan biji tertutup
(Angiospermae) tidak terdapat sel-sel pengiring (Tjitrosoepomo, 2010).

Pada penampang melintang kayu Surian (Toona sinensis) dapat dilihat


pola penyebaran porinya tata lingkar, susunannya soliter dengan gabungan
radial, kelompok miring, isi sel pembuluhnya amorf merah, jumlah pori per
satuan luasnya sedang (5-10 pori/mm2), parenkim paratrakealnya aliform
confluent, saluran intersellulernya berarah aksial dan berderet tangensial.
Menurut literatur, kayu surian memiliki saluran interseluler aksial dalam deret
tangensial pendek. (Darwis, 2012). Maka dari itu hasil pengamatan sudah sesuai
dengan literatur.

Lalu pada penampang melintang kayu Jabon Putih (Antocephalus


cadamba) dapat dilihat pola penyebaran porinya tata baur, susunannya pasangan
dengan gabungan tangensial, kelompok miring, dan jumlah pori per satuan
luasnya sedang (5-10 pori/mm2). Menurut literatur, pembuluh kayu Jabon Putih
agak kecil sampai agak besar, umumnya berganda radial 2-3, prankimnya

10
apotrakeal kelompok baur, dan jari-jarinya sangat sempit sampai sempit.
(Mandang dkk., 2008). Maka hasil pengamatan sesuai dengan literatur.

Sedangkan pada penampang melintang kayu Pinus (Pinus merkusii) dapat


dilihat jumlah pori per satuan luasnya sedang (5-10 pori/mm2), parenkim
paratrakealnya selubung, saluran intersellulernya berarah radial. Pada kayu
Pinus tidak teramati adanya trakea karena Pinus termasuk dalam
Gymnospermae. Menurut literatur, kayu tidak berpori (trakea), parenkim
apotrakeal tersebar, jari-jari homoseluler, saluran interseluler aksial dan
radialnya ada. (M. Sri dan Mandang Y., 1988). Dikarenakan hal ini berbeda
maka diasumsikan bahwa terjadi ketidaktelitian dalam penelitian.

Pada penampang melintang kayu Douglas Fir (Pseudotsuga menziesii)


dapat dilihat jumlah pori per satuan luasnya sedikit (5-10 pori/mm2), parenkim
paratrakealnya selubung, saluran intersellulernya berarah radial. Pada kayu
Douglas Fir tidak teramati adanya trakea karena Douglas Fir termasuk dalam
Gymnospermae. Menurut literatur, kayu Douglas Fir memiliki resin yang
berukuran kecil, distribusi saluran resin tidak merata, sel-sel epitel berdinding
tebal, berserat lurus. (Wicaksono, 2017). Maka hasil pengamatan sesuai dengan
literatur.

Pada penampang melintang kayu Sawit (Elais guineensis) dapat teramati


ciri-cirinya yaitu pola penyebaran porinya tata baur, susunannya soliter,
parenkim patrakeal, dan jumlah pori per satuan luasnya sedikit (<5 pori/mm2).
Menurut literatur, pada parenkim paratrakeal, sel-sel atau kumpulan sel-sel
parenkim terletak bersinggungan dengan pembuluh secara sepihak atau
seluruhnya. (Pandit dan Ramdan, 2002). Maka hasil pengamatan sesuai dengan
literatur.

Struktur saluran interselluler pada Pinus merkusii merupakan saluran


resin. Saluran resin pada pohon Pinus ada dua macam yaitu saluran aksial (sejajar
sumbu batang dan terletak diantara selsel trakeida aksial) dan saluran radial
(terdapat diantara sel-sel penyusun jari-jari kayu). Ukuran saluran resin aksial
pada umumnya lebih besar dibandingkan dengan saluran resin radial. Seringkali

11
kedua saluran tersebut saling berhubungan dan membentuk jaringan transportasi
getah di dalam pohon (Santosa, 2010).

3.2.2.1 Identifikasi Struktur Kayu Angiospermae (Hardwood)

Struktur kayu daun lebar lebih bervariasi dan lebih kompleks dibandingkan
kayu daun jarum. (Panshin dan de Zeeuw,1964) mengklasifikasi tipe-tipe sel kayu
daun lebar berdasarkan orientasinya dan fungsi dari sel-sel penyusunnya.
Hardwood tidak memiliki trakeid jari-jari, namun sel parenkim memilikinya. Jari-
jari pada hardwood disusun oleh sel parenkim jari-jari. (Iswanto, 2008)

3.2.2.2 Identifikasi Struktur Kayu Jenis Gymnospermae (Softwood)

Struktur kayu daun lebar lebih bervariasi dan lebih kompleks dibandingkan
kayu daun jarum. (Panshin dan de Zeeuw, 1964) mengklasifikasi tipe-tipe sel kayu
daun lebar berdasarkan orientasinya dan fungsi dari sel-sel penyusunnya. Lebih dari
90% volume softwood tersusun oleh sel panjang yang dikenal dengan longitudinal
tracheida. Sel ini relatif lebih panjang (3-4 mm) bila dibandingkan dengan fiber
pada hardwood. Secara umum saluran aksial memiliki diameter yang lebih besar
daripada radial, namun keduanya adalah sebagai penghubung dan pembuat
jaringan. (Iswanto, 2008)

12
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Presentase kayu teras, kayu gubal, dan kebundaran batang berturut-turut
adalah 49,79%, 50,25%, dan 72,18%.
2. Umur kayu Surian (Toona sinensis) adalah 10 tahun.
3. Kayu jenis Gymnospermae tidak memiliki trakea, memiliki jumlah pori yang
sedikit (<5 pori/mm2), parenkim paratrakealnya terselubung, dan arah saluran
intersellulernya radial. Sedangkan Kayu jenis Angiospermae memiliki pola
penyebaran pori baur/lingkar, jumlah pori sedang (5-10 pori/mm2), parenkimnya
paratrakeal, dan arah saluran interselullernya radial/aksial.

4.2 Saran
Sebaiknya jumlah loop yang dipakai jika memungkinkan ditambah agar
proses pengamatan bisa lebih efektif atau dapat diganti dengan alat yang lebih
presisi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Allona I, Quinn M, Shoop E, Swope K, St. Cyr S, Carlis J, RiedlJ, Retzel E,


Campbell MM, Sederoff R, Whetten RW.1998.Analysis of xylem formation
in pine by cDNA sequencing.ProcNatl Acad Sci USA 95: 9693–9698.

Campbell, Jane B. Reece & Lawrence G. Mitchell. 2008. Biologi Jilid 2 Edisi Ke-
8. Jakarta: Erlangga.

Darwis, Atmawi. 2012. Struktur Anatomi Kayu Surian (Toona sinensis Roem)
(Anatomical Structure of Surian Wood (Toona sinensis Roem)). Bandung:
Institut Teknologi Bandung.

Evert, Ray Franklin et al. 1992. Biology of Plants 5th Edition. New York, N.Y. :
Worth Publishers.

Hadi, Surya Didik. 2014. Ilmu Kayu: Pertumbuhan Pohon.

Heinz, Frick. 1977. Ilmu Konstruksi Kayu. Yogyakarta: Kanisius.

Iswanto, Apri Heri. 2008. Struktur Anantomi Kayu Daun Lebar (Hardwoods) dan
Kayu Daun Jarum (Softwoods). Medan: Universitas Sumatera Utara.

Mandang, Y.I., Damayanti R., Komar, T. E., dan Nurjanah, S. 2008. Pedoman
Identifikasi Kayu Ramin dan Kayu Mirip Ramin. ITTO Project PD 426/06
Rev 1 (F). Bogor

Maulana, Ahsan. 2009. “Pengujian Kualitas Kayu Bundar Jati (Tectona grandis
Linn. f) Pada Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat Tersertifikasi Di
Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara.”

Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

Pandit, N. K. dan Ramdan H. 2002. Anatomi Kayu: Penghantar Sifat Kayu


Sebagai Bahan Baku. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB

Panshin, A. J. Carl de Zeeuw. 1964. Textbook of Wood Technology. New York:


Mc Graw-Hill Book Company

14
Wicaksono, Kurniawan. 2017. Kualitas Kayu Douglas Fir Tersertifikasi Untuk
Menara Pendingin di Star Energy Geothermal (Wayang Windu) Ltd. Bogor:
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

15
LAMPIRAN

Gambar 3.1.1 Perhitungan Luas Kayu Teras

Sumber: Dokumen Pribadi Kelompok 10

Gambar 3.1.2 Perhitungan Luas Kayu Gubal

Sumber: Dokumen Pribadi Kelompok 10

16

Anda mungkin juga menyukai