Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN BW-2103


Jaringan Xylem, Kebundaran Batang, dan Lingkaran Tumbuh
serta Identifikasi Struktur Kayu

Disusun Oleh:

Nadya Safitri

11518045

Kelompok 10

Asisten:

Zefanya Zeske Ruth Firstylona H.

11517010

PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN

SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kayu merupakan hasil hutan dari kekayaan alam, merupakan bahan mentah
yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu
memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.
Pengertian kayu disini ialah sesuatu bahan, yang diperoleh dari hasil pemungutan
pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut, setelah
diperhitungkan bagian- bagian mana yang lebih banyak dimanfaatkan untuk
sesuatu tujuan penggunaan. Baik berbentuk kayu pertukangan, kayu industri
maupun kayu bakar (Dumanauw J. F., 1990).

Bagi kebutuhan manusia, kayu sangatlah penting terkait fungsinya sebagai


bahan dasar konstruksi dan bahan baku industri (Marsoem dkk., 2014). Secara
makroskopis kayu tersusun dari empulur, kayu teras, kayu gubal dan kulit kayu
(Suradinata, 1998) sedangkan secara mikroskopis struktur kayu terdiri dari trakea,
trakeid dan parenkim xylem (Marsoem dkk., 2014). Trakea dan trakeid pada
xylem berupa sel-sel memanjang, berdinding tipis, dan memiliki sedikit
protoplasma ketika telah dewasa. Penebalan dinding pada unsur trakea xylem ini
dapat berupa penebalan cincin, spiral, karang dan sebagainya (Mulyani, 2006).

Berikut adalah cara menghitung persen kebundaran batang:

%Kebundaran = Luas kayu keseluruhan/ Luas kayu silindris

Luas kayu keseluruhan dapat dihitung dari menjumlahkan luas kayu gubal dan
kayu teras. Pada praktikum kali ini luas keseluruhan kayu dihitung secara manual
dengan kertas milimeterblock. Luas kayu silindris dapat dihitung menggunakan
luas lingkaran dengan nilai jari-jari yang dimasukkan kedalam rumus adalah jari-
jari terpanjang dari batang. Batang tumbuhan berkayu juga memiliki ciri yaitu
memiliki lingkaran tumbuh. Lingkaran tumbuh merupakan zona pertumbuhan

1
sekunder yang dibedakan berdasarkan musim. Lingkaran tumbuh musim kemarau
lebih kecil daripada yang musim hujan. Lingkaran tumbuh dan lingkaran tahun
mungkin saja berbeda atau mungkin juga sama, tergantung pohon-pohon itu
sendiri (Fahn, 1965).

Pentingnya seorang mahasiswa Rekayasa Kehutanan mempelajari kayu


adalah kita akan selalu berhubungan dengan kayu. Perlu diperhatikan bahwa
penentuan kualitas kayu dapat dilihat berdasarkan persentase kebundaran,
persentase luas kayu teras, dan persentase luas kayu gubal (Damanik, 2005). Oleh
karena itu, praktikum ini penting karena program studi Rekayasa Kehutanan
sangat erat kaitannya dengan permasalahan mengenai kayu. Dalam proses
pemilihan pohon untuk melakukan perancangan hutan pun perlu dipertimbangkan
jenis-jenis tertentu untuk ditanam di hutan tesebut (Marsoem dkk., 2014).

1.2 Tujuan

1. Menentukan persentase kayu teras, kayu gubal, dan kebundaran batang


surian (Toona sinensis).
2. Menentukan umur kayu Surian (Toona sinensis) dengan menghitung
lingkaran tumbuh.
3. Menentukan ciri-ciri pembuluh/pori, jenis parenkim, arah saluran
interseluler/getah/damar dan tipe jari-jari sampel kayu jenis Gymnospermae
(Softwood) dan Angiospermae (Hardwood).

2
BAB II

CARA KERJA

2.1 Pengukuran Proporsi Kayu Gubal dan Kayu Teras serta Kebundaran
Batang

Disk (lempengan) kayu, kertas milimeter blok dan kalkir / plastik transparansi
disiapkan.

Plastik diletakkan di atas permukaan disk melintang kayu kemudian batas antara
kayu gubal dan kayu teras digambar sesuai dengan yang terlihat pada disk kayu.

Gambar batas luar kayu gubal digunting dan dijiplak pada kertas milimeter blok.
Dilakukan hal yang sama pada batas kayu teras.

Setelah digambar, luas daerah kayu teras dan luas kayu secara keseluruhan
dihitung. Luas kayu teras dihitung dengan menjumlahkan daerah kayu teras yang
telah digambar dengan ketentuan:

1. Kurang dari 0,25 cm2 dihitung 0 cm2

2. Antara 0,3 – 0,7 cm2 dihitung 0,5 cm2

3. Lebih dari 0,75 cm2 dihitung 1 cm2

Sedangkan luas kayu keseluruhan dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh


daerahnya dengan ketentuan seperti di atas. Kayu yang digambar ditandai pusat
empulurnya dan dijadikan pusat.

Jarak jari-jari terjauh dari empulur dihitung

3
Persentase kayu teras, kayu gubal dan kebundaran batang dihitung dengan
rumus berikut:

Luas Kayu Teras = (luas kayu teras/ luas kayu secara keseluruhan) x100%
Kayu Gubal (%) = 100% - Persentase Kayu Teras
Kebundaran Batang (%) = Luas Kayu secara keseluruhan Luas /Kayu
Silindris x 100%

2.2 Menghitung Jumlah Lingkaran Tahun untuk Memprediksi Umur Kayu

Sampel disk kayu yang sama dihitung jumlah lingkaran tahun yang ada untuk
memprediksi umur kayu

Batas lingkaran tumbuh ditunjukkan dengan adanya perbedaan kayu awal


(earlywood) dan kayu akhir (latewood). Pada kayu dengan pola sel pembuluh
(pori) tata lingkar, kayu awal ditandai dengan ukuran sel pembuluh/pori/trakea
yang berukuran lebih besar, sedangkan sel pembuluh/pori/trakea pada kayu.

2.3 Identifikasi Struktur Kayu

2.3.1 Identifikasi Struktur Kayu Angiospermae (Hardwood)

Sampel kayu yang digunakan adalah batang Surian (Toona Sinensis),


batang Jabon Putih (Anthocephalus cadamba), batang Kelapa Sawit (Elaeis
guineensis). Masing-masing kayu dengan ukuran 2,5 x 2,5 x 10 cm diambil dan
diuji. Jari-jari kayu, pembuluh, serta parenkim ditentukan dan jika ada saluran
damar yang ada dalam kayu tersebut. Ciri yang didapat dari hasil pengamatan
digambarkan dan dituliskan pada tally sheet. Pengamatan penampang radial harus
sejajar dengan jari-jari kayu, sedangkan untuk penampang tangensial sayatan
harus tegak lurus dengan salah satu jari-jari kayu. Untuk menandai ciri-ciri yang
cocok pada tally sheet kolom kedua diberi tanda (√).

4
Kertas milimeter block digunting dengan luas 0,2 x 0,2 cm sebagai cetakan yang
memudahkan dalam penghitungan kayu

Lalu kertas millimeter blok diletakkan diatas sampel kayu pada bagian
penampang melintangnya

Pori-pori diamati dengan Loupe pada lubang kertas millimeter blok yang telah
dilubangi sebelumnya

Kemudian setelah pori-pori diukur, penggaris disiapkan untuk menghitung jari-


jari

Penggaris diletakkan tegak lurus pada penampang melintang sampel kayu lalu
jari-jarinya diukur

2.3.2 Identifikasi Struktur Kayu Gymnospermae (Softwood)

Sampel kayu yang digunakan adalah batang kayu Pinus (Pinus merkusii),
batang kayu Douglas Fir (Pseudotsuga menziesii). Masing-masing kayu dengan
ukuran 2,5 x 2,5 x 10 cm diambil dan diuji. Jari-jari kayu, pembuluh, serta
parenkim ditentukan dan jika ada saluran damar yang ada dalam kayu tersebut.
Ciri yang didapat dari hasil pengamatan digambarkan dan dituliskan pada tally
sheet. Pengamatan penampang radial harus sejajar dengan jari-jari kayu,
sedangkan untuk penampang tangensial sayatan harus tegak lurus dengan salah
satu jari-jari kayu. Untuk menandai ciri-ciri yang cocok pada tally sheet kolom
kedua diberi tanda (√).

5
Kertas milimeter block digunting dengan luas 0,2 x 0,2 cm sebagai cetakan yang
memudahkan dalam penghitungan kayu

Lalu kertas millimeter blok diletakkan diatas sampel kayu pada bagian
penampang melintangnya

Pori-pori diamati dengan Loupe pada lubang kertas millimeter blok yang telah
dilubangi sebelumnya

Kemudian setelah pori-pori diukur, penggaris disiapkan untuk menghitung jari-


jari

Penggaris diletakkan tegak lurus pada penampang melintang sampel kayu lalu
jari-jarinya diukur

6
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

Berdasarkan hasil pengukuran dengan rumus yang tertera, maka didapatkan


luas keseluruhan kayu Toona sinensis adalah 117,5 cm2, luas kayu terasnya adalah
58,5 cm2, dan luas kayu gubalnya adalah selisih dari luas keseluruhan dan kayu
teras yaitu 59 cm2. Gambar perhitungan luas kayu gubal dan kayu teras terlampir.
Sedangkan luas kayu silindrisnya yaitu 162,78 cm 2 dengan jari-jari terpanjangnya
7,2 cm. Persentase kayu gubal yang didapat dari perhitungan adalah 50,21% dan
persentase kayu teras 49,79%. Presentase kebundaran batang kayu adalah 72,18%.
Prediksi umur kayu Toona sinensis ini adalah 10 tahun dengan menghitung jumlah
earlywood dan latewood.

Pada penampang melintang kayu Surian (Toona sinensis) terlihat pola


penyebaran porinya tata lingkar, susunannya soliter dengan gabungan radial,
kelompok miring, isi sel pembuluhnya amorf merah, jumlah pori per satuan
luasnya sedang (5-10 pori/mm2), parenkimnya paratrakeal aliform confluent,
saluran damarnya berarah aksial dengan deretan tangensial. Gambar sayatan
melintang, radial, dan tangensial kayu Toona sinensis terlampir.

Pada penampang melintang kayu Pinus (Pinus merkusii) terlihat jumlah pori
per satuan luasnya sedang (5-10 pori/mm2), parenkimnya paratrakeal selubung,
saluran damarnya berarah radial. Pada kayu Pinus tidak teramati adanya trakea
karena Pinus termasuk dalam Gymnospermae. Gambar sayatan melintang, radial,
dan tangensial kayu Pinus merkusii terlampir.

Pada penampang melintang kayu Jabon Putih (Anthocephalus cadamba)


terlihat pola penyebaran porinya tata baur, susunannya pasangan, kelompok
miring, dan jumlah pori per satuan luasnya sedang (5-10 pori/mm2). Gambar
sayatan melintang, radial, dan tangensial kayu Anthocephalus cadamba terlampir.

7
Pada penampang melintang kayu Douglas Fir (Pseudotsuga menziesii)
terlihat jumlah pori per satuan luasnya sedikit (5-10 pori/mm 2), parenkimnya
paratrakeal selubung, saluran damarnya berarah radial. Pada kayu Douglas Fir
tidak teramati adanya trakea karena Douglas Fir termasuk dalam Gymnospermae.
Gambar sayatan melintang, radial, dan tangensial kayu Pseudotsuga menziesii
terlampir.

Pada penampang melintang kayu Sawit (Elaeis guineensis) terlihat pola


penyebaran porinya tata baur, susunannya soliter, parenkimnya patrakeal, dan
jumlah pori per satuan luasnya sedikit (<5 pori/mm 2). Gambar sayatan melintang,
radial, dan tangensial kayu Elaeis guineensis terlampir.

3.2 Pembahasan

3.2.1 Jaringan Xylem, Kebundaran Batang, dan Lingkaran Tumbuh

Xylem merupakan suatu jaringan pengangkut yang kompleks. Terdiri dari


berbagai macam bentuk sel. Pada umumnya sel-sel penyusun xylem merupakan
sel-sel yang telah mati dengan dinding sel yang sangat tebal dan tersusun dari zat
lignin yang dapat juga berfungsi sebagai jaringan penguat. Unsur-unsur xylem
terdiri dari unsur trakea, serat xylem dan parenkim xylem (Nugroho, 2006).
Pada pertumbuhan primer, xylem merupakan differensiasi dari
prokambium yang terdiri dari sel-sel meristematik, kaya sitoplasma, dan selnya
memanjang kearah longitudinal organ. Elemen pertama dari xylem primer adalah
protoxylem yang selanjutnya berkembang menjadi metaxylem (Iserep, 1993).
Protoxylem adalah xylem primer yang pertama kali terbentuk sedangkan
metaxylem yang terbentuk kemudian. Protoxylem berdiferensiasi dalam bagian
tubuh primer yang belum selesai pertumbuhan dan diferensiasinya (Fahn, 1965).
Protoxylem dapat mencapai taraf dewasa diantara jaringan-jaringan yang aktif
memanjang dan akan mendapat beban tekanan, sehingga sel ini dapat rusak.
Metaxylem biasanya dibentuk dalam tubuh primer yang sedang tumbuh namun
sebagian besar selnya menjadi dewasa setelah pemanjangan selesai. Berdasarkan
hal itu, jaringan ini kurang dipengaruhi oleh peluasan yang dialami oleh sel-sel

8
sekelilingnya dibandingkan dengan protoxylem (Suradinata, 1998). Pada batang,
metaxylem tumbuh ke arah dalam, sehingga terus mendesak protoxylem ke arah
luar. Proses pembentukan xylem seperti ini dinamakan endarch (Suradinata,
1998).
Lingkaran tumbuh atau lingkaran tahun adalah aktivitas dari pembelahan
sel-sel yang ada di kambium (Fahn, 1965). Prinsip umum dalam penggunaan
lingkar tumbuh pohon sebagai penduga perubahan iklim didasarkan pada fakta
kondisi pertumbuhan yang menguntungkan sehingga lingkar kayu yang terbentuk
menjadi lebih luas dan jelas. Lingkaran kayu terbentuk akibat aktivitas kambium,
yang dipengaruhi oleh perubahan musim (Přemyslovská dkk., 2008).

Lingkaran tahun atau yang bisa disebut annual ring, merupakan lingkaran
atau lapisan yang menunjukkan kambium melakukan pembelahan dan pada saat
kambium tidak melakukan kegiatan. Lingkaran tahun berbentuk lapisan melingkar
berselang-seling berupa garis dan berguna untuk memperkirakan umur pohon.
Tanaman yang bisa memiliki lingkaran tahun hanyalah tanaman yang memiliki
kambium (Purnomo dkk., 2009).

Dalam bidang pemanfaatan kayu, bagian kayu teras mempunyai nilai lebih
dibandingkan kayu gubal karena sifat warna dan keawetan alaminya yang tinggi.
Kayu gubal tersusun atas sel-sel yang masih hidup dan terletak di sebelah dalam
kambium dan berfungsi sebagai penyalur cairan dan juga sebagai tempat
penimbun zat-zat makanan. Sedangkan kayu teras secara fisiologis tidak berfungsi
lagi tetapi berfungsi untuk menunjang pohon secara mekanis (Haygreen dan
Bowyer, 1982).

Kayu teras memiliki warna yang lebih gelap daripada kayu gubal karena
adanya kandungan zat ektraktif di dalamnya. Dalam pemanfaatan kayu Jati,
perbedaan sifat antara kedua bagian batang ini sangat mencolok sekali, sehingga
dengan meningkatnya proporsi kayu teras akan meningkatkan nilai
pemanfaatannya dan sekaligus merupakan suatu peningkatan nilai jual (nilai
ekonomis) yang sangat besar artinya (Pandit, 1996).

Kayu yang dibentuk pada musim semi disebut kayu musim semi atau kayu
awal (sapwood), sedang kayu yang dibentuk mendekati musim panas disebut kayu

9
musim panas atau kayu akhir (heartwood). Kayu awal terdapat pada permulaan
lingkaran tahun, sangat poreus, karena tersusun atas sel-sel berdiameter besar,
berdinding tipis, rongga sel besar, dan pendek. Oleh karena itu berat jenisnya
rendah, berwarna muda dan lebih banyak berfungsi sebagai pengangkutan. Kayu
akhir terdapat pada akhir lingkaran tahun, tersusun atas sel-sel berdiameter kecil,
berdinding tebal, rongga sel sempit, dan lebih panjang daripada kayu awal. Oleh
sebab itu kayu akhir berat jenisnya tinggi, berwarna lebih gelap daripada kayu
awal dan lebih banyak berfungsi sebagai kekuatan (Fahn, 1965).
Perhitungan kebundaran batang dapat diperoleh dari rumus pembagian
antara luas keseluruhan kayu 117,5 cm2 dibagi dengan luas kayu silindris 162,78
cm2 ( πr 2
) dengan jari-jari terpanjang kemudian dikali dengan seratus persen.
Hasil perhitungan pada Toona sinensis menunjukkan bahwa persentase
kebundaran batang adalah 72,18%.

Kebundaran batang merupakan salah satu indikator yang juga menentukan


kualitas kayu. Semakin bundar suatu kayu, maka semakin bagus kualitas kayu
tersebut (Marsoem dkk. 2014). Kita juga dapat mengetahui seberapa banyak kayu
yang dapat dimanfaatkan untuk nilai jual yaitu kayu teras itu sendiri.

3.2.2 Identifikasi Struktur Kayu

Kayu penyusun tumbuhan gymnospermae dan angiospermae memiliki


perbedaan stuktur (Fahn, 1965). Kayu gymnospermae tersusun dari jaringan
xylem tanpa trakea. Itulah mengapa kayu gymnospermae tidak memiliki pori pada
kayunya dan terkesan lebih halus sehingga disebut softwood. Pada kayu
angiospermae terdapat jaringan trakea dan parenkim. Serat yang ada pada trakea
lebih besar dibanding trakeid (Fahn, 1965) dan itulah yang membuat kayu
angiospermae lebih kasar dan dapat disebut hardwood.

Kayu pinus memiliki lubang lubang kecil (tidak sebesar pori) lubang itu
adalah saluran resin. Resin merupakan hasil metabolit sekunder yang berfungsi
sebagai zat proteksi (Suradinata, 1998). Hanya kayu gymnospermae yang
memiliki resin. Resin merupakan metabolit sekunder, sedangkan tilosis
merupakan isian dari xylem. Saluran resin pada kayu Pinus terbentuk melalui

10
proses schizogenous yaitu terpisahnya sel-sel parenkim sehingga menciptakan
ruang-ruang kosong diantara sel-sel tersebut. Saluran yang bentuknya memanjang
tersebut dikelilingi oleh sel-sel epitel di sebelah luarnya yang berfungsi sebagai
lapisan selubung (Wu dan Hu, 1997).

Menurut literatur, sel pembuluh kayu surian berbentuk bundar sampai


oval, berisi tilosis meski jarang, sebaran sel pembuluh soliter dan bergabung
radial 2-3 sel, susunan sel pembuluh mengikuti pola tata lingkar dengan
bidang perforasi sederhana dan memiliki noktah (ceruk) selang-seling pada
dinding selnya. Sel pembuluh pada kayu ini memiliki legulate extention pada
kedua ujungnya. Dalam luasan 1 mm2 terdapat 5-7 sel pembuluh (pada bagian
kayu akhir) dan 13-14 sel pembuluh (pada bagian kayu awal). Sel pembuluh
hampir seluruhnya soliter, berkelompok radial atau miring, rataan diameter sel
pembuluh arah vertikal berkisar 214,44-218,56 μm, ada yang berisi cairan
berwarna merah berbau cedar. Sel-sel parenkim aksial pada kayu surian termasuk
dalam kategori parenkim aksial paratrakeal vasisentrik dimana sel-sel parenkim
mengelilingi pembuluh soliter atau pembuluh bergabung secara lengkap. Kayu
surian memiliki saluran interseluler aksial dalam deret tangensial pendek.
(Darwis, 2012).

Menurut literatur, pembuluh kayu Jabon Putih agak kecil sampai agak
besar, umumnya berganda radial 2-3, prankimnya apotrakeal kelompok baur, dan
jari-jarinya sangat sempit sampai sempit. (Mandang dkk., 2008).

Menurut literatur, kayu pinus tidak berpori (trakea), parenkim apotrakeal


tersebar, jari-jari homoseluler, saluran interseluler aksial dan radialnya ada. (M.
Sri dan Mandang Y., 1988). Bila dibandingkan dengan literatur, ada satu yang
berbeda yaitu parenkimnya, seharusnya adalah parenkim apotrakeal tersebar.

Menurut literatur, kayu Douglas Fir memiliki resin yang berukuran kecil,
distribusi saluran resin tidak merata, sel-sel epitel berdinding tebal, berserat lurus
(radial). (Wicaksono, 2017).

11
Menurut literatur, kayu sawit pada parenkim paratrakeal, sel-sel atau
kumpulan sel-sel parenkim terletak bersinggungan dengan pembuluh secara
sepihak atau seluruhnya. (Pandit dan Ramdan, 2002).

Kelima jenis kayu sebagian besar sudah sesuai dengan literatur. Hanya saja
memang masih ada yang belum cocok dikarenakan human error atau kecacatan
benda.

3.2.2.1 Identifikasi Struktur Kayu Angiospermae (Hardwood)

Pada praktikum kali ini dilakukan identifikasi terhadap beberapa kayu


angiospermae. Hasil identifikasi dapat dilihat pada hasil pengamatan. Setiap kayu
memiliki ciri khas yang berbeda satu sama lain. Kayu surian (Toona sinensis)
memiliki pola penyebaran trakea yaitu pola penyebaran tata lingkar. Pola
penyebaran tata baur artinya, pola penyebaran trakea pada kayu tidak terpusat
dalam bentuk tertentu (Fahn, 1965). Pada penampang melintang, secara umum
sebaran pembuluhnya (pori) terbagi menjadi 2 yaitu tersebar atau baur dan
berkelompok, pengelompokan pembuluhnya dapat menjurus ke arah radial,
tangensial, atau diagonal, susunan porinya soliter/berganda, parenkimnya dibagi
menjadi 2 yaitu parenkim apotrakea dan paratrakea, dan pada hardwood saluran
interselulernya dikenal dengan saluran damar. Hardwood tidak memiliki trakeid
jari-jari, namun sel parenkim memilikinya. Jari-jari pada hardwood disusun oleh
sel parenkim jari-jari (Iswanto, 2008).

3.2.2.2 Identifikasi Struktur Kayu Jenis Gymnospermae (Softwood)

Kayu pinus yang tergolong sebagai kayu gymnospermae hanya


diidentifikasi bagian saluran resinnya dan jari-jarinya saja, karena tidak memiliki
trakea. Saluran resin yang dimiliki oleh kayu pinus memiliki arah yang aksial dan
tersebar. Secara umum saluran aksial memiliki diameter yang lebih besar daripada
radial, namun keduanya adalah sebagai penghubung dan pembuat jaringan
(Iswanto, 2008).

12
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

1. Persentase kayu teras 49,79%, kayu gubal 50,21%, dan kebundaran


batang 72,18% (Toona sinensis).
2. Umur kayu Surian (Toona sinensis) adalah 10 tahun.
3. Kayu jenis Gymnospermae (Softwood) tidak memiliki trakea, jumlah pori
sedikit (<5 pori/mm2), parenkim paratrakealnya terselubung, dan arah
saluran damarnya radial. Kayu jenis Angiospermae (Hardwood) memiliki
pola penyebaran pori baur/lingkar, jumlah pori sedang (5-10 pori/mm2),
parenkimnya paratrakeal, dan arah saluran damarnya radial/aksial.

4.2 Saran

Sebaiknya sampel-sampel kayu yang dipersiapkan ada dalam kondisi


sebaik dan seutuh mungkin agar mengurangi ketidakakuratan dalam pengamatan
dan pengukuran.

13
DAFTAR PUSTAKA

Damanik, R. I. M. 2005. Kualitas Kayu. Fahutan USU Repository. 1(1): 1-7.

Dumanauw, J.F. 2001. Mengenal Kayu. Yogyakarta: Kanisius.

Fahn, A. 1965. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Haygreen, J.G. & Bowyer, J.L. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Yogyakarta:
Gadjah Mada Press.
Iserep, Sumardi. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Bandung: ITB.

Iswanto, Apri Heri. 2008. Struktur Anantomi Kayu Daun Lebar (Hardwoods) dan
Kayu Daun Jarum (Softwoods). Medan: Universitas Sumatera Utara.
Mandang, Y.I., Damayanti R., Komar, T. E., dan Nurjanah, S. 2008. Pedoman
Identifikasi Kayu Ramin dan Kayu Mirip Ramin. ITTO Project PD 426/06
Rev 1 (F). Bogor
Marsoem dkk. 2014. Studi Mutu Kayu Jati di Hutan Rakyat Gunung Kidul III.
Sifat Fisika Kayu. Jurnal Ilmu Kehutanan. Vol 8(2): 75-88
Mulyani, S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.

M. Sri Rulliaty dan Mandang Y. I. 1988. “Struktur Anatomi Beberapa Jenis kayu
Hutan Tanaman Industri”. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Vol. 5, No. 6 pp
326-336.
Nugroho, H. dkk. 2005. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Pandit. 1996. Anatomi Kayu: Pertumbuhan dan Kualitas Kayu. Bogor: Yayasan
Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.
Pandit dan Ramdan H. 2002. Anatomi Kayu: Penghantar Sifat Kayu Sebagai
Bahan Baku. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.
Přemyslovská, E., J. Šlezingerová and L. Gandelová. 2008. Tree ring width and
basic density of wood in different forest types. TRACE - Tree Rings in
Archaeology, Climatology and Ecology, Vol. 6: Proceedings of the Dendro

14
Symposium 2007, May 3rd–6th 2007, Riga, Latvia. GFZ Potsdam. p: 118
-122.
Purnomo dkk. 2009. Biologi : Kelas XI untuk SMA dan MA. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Suradinata, Tatang. 1998. Struktur Tumbuhan. Penerbit Angkasa: Bandung
Wu H, Hu ZH. 1997. Ultrastructure of the resin duct initiation and formation in
Pinus tabulaeformis. Chin. J Bot. 6:123-126.

15
LAMPIRAN

Gambar 3.1.1 Perhitungan Luas Kayu Teras


Sumber: Dokumen Pribadi Kelompok 10

Gambar 3.1.1 Perhitungan Luas Kayu Gubal


Sumber: Dokumen Pribadi Kelompok 10

16
17
18
19
20

Anda mungkin juga menyukai