Disusun Oleh:
Nadya Safitri
11518045
Kelompok 10
Asisten:
11517010
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Kayu merupakan hasil hutan dari kekayaan alam, merupakan bahan mentah
yang mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu
memiliki beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.
Pengertian kayu disini ialah sesuatu bahan, yang diperoleh dari hasil pemungutan
pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut, setelah
diperhitungkan bagian- bagian mana yang lebih banyak dimanfaatkan untuk
sesuatu tujuan penggunaan. Baik berbentuk kayu pertukangan, kayu industri
maupun kayu bakar (Dumanauw J. F., 1990).
Luas kayu keseluruhan dapat dihitung dari menjumlahkan luas kayu gubal dan
kayu teras. Pada praktikum kali ini luas keseluruhan kayu dihitung secara manual
dengan kertas milimeterblock. Luas kayu silindris dapat dihitung menggunakan
luas lingkaran dengan nilai jari-jari yang dimasukkan kedalam rumus adalah jari-
jari terpanjang dari batang. Batang tumbuhan berkayu juga memiliki ciri yaitu
memiliki lingkaran tumbuh. Lingkaran tumbuh merupakan zona pertumbuhan
1
sekunder yang dibedakan berdasarkan musim. Lingkaran tumbuh musim kemarau
lebih kecil daripada yang musim hujan. Lingkaran tumbuh dan lingkaran tahun
mungkin saja berbeda atau mungkin juga sama, tergantung pohon-pohon itu
sendiri (Fahn, 1965).
1.2 Tujuan
2
BAB II
CARA KERJA
2.1 Pengukuran Proporsi Kayu Gubal dan Kayu Teras serta Kebundaran
Batang
Disk (lempengan) kayu, kertas milimeter blok dan kalkir / plastik transparansi
disiapkan.
Plastik diletakkan di atas permukaan disk melintang kayu kemudian batas antara
kayu gubal dan kayu teras digambar sesuai dengan yang terlihat pada disk kayu.
Gambar batas luar kayu gubal digunting dan dijiplak pada kertas milimeter blok.
Dilakukan hal yang sama pada batas kayu teras.
Setelah digambar, luas daerah kayu teras dan luas kayu secara keseluruhan
dihitung. Luas kayu teras dihitung dengan menjumlahkan daerah kayu teras yang
telah digambar dengan ketentuan:
3
Persentase kayu teras, kayu gubal dan kebundaran batang dihitung dengan
rumus berikut:
Luas Kayu Teras = (luas kayu teras/ luas kayu secara keseluruhan) x100%
Kayu Gubal (%) = 100% - Persentase Kayu Teras
Kebundaran Batang (%) = Luas Kayu secara keseluruhan Luas /Kayu
Silindris x 100%
Sampel disk kayu yang sama dihitung jumlah lingkaran tahun yang ada untuk
memprediksi umur kayu
4
Kertas milimeter block digunting dengan luas 0,2 x 0,2 cm sebagai cetakan yang
memudahkan dalam penghitungan kayu
Lalu kertas millimeter blok diletakkan diatas sampel kayu pada bagian
penampang melintangnya
Pori-pori diamati dengan Loupe pada lubang kertas millimeter blok yang telah
dilubangi sebelumnya
Penggaris diletakkan tegak lurus pada penampang melintang sampel kayu lalu
jari-jarinya diukur
Sampel kayu yang digunakan adalah batang kayu Pinus (Pinus merkusii),
batang kayu Douglas Fir (Pseudotsuga menziesii). Masing-masing kayu dengan
ukuran 2,5 x 2,5 x 10 cm diambil dan diuji. Jari-jari kayu, pembuluh, serta
parenkim ditentukan dan jika ada saluran damar yang ada dalam kayu tersebut.
Ciri yang didapat dari hasil pengamatan digambarkan dan dituliskan pada tally
sheet. Pengamatan penampang radial harus sejajar dengan jari-jari kayu,
sedangkan untuk penampang tangensial sayatan harus tegak lurus dengan salah
satu jari-jari kayu. Untuk menandai ciri-ciri yang cocok pada tally sheet kolom
kedua diberi tanda (√).
5
Kertas milimeter block digunting dengan luas 0,2 x 0,2 cm sebagai cetakan yang
memudahkan dalam penghitungan kayu
Lalu kertas millimeter blok diletakkan diatas sampel kayu pada bagian
penampang melintangnya
Pori-pori diamati dengan Loupe pada lubang kertas millimeter blok yang telah
dilubangi sebelumnya
Penggaris diletakkan tegak lurus pada penampang melintang sampel kayu lalu
jari-jarinya diukur
6
BAB III
Pada penampang melintang kayu Pinus (Pinus merkusii) terlihat jumlah pori
per satuan luasnya sedang (5-10 pori/mm2), parenkimnya paratrakeal selubung,
saluran damarnya berarah radial. Pada kayu Pinus tidak teramati adanya trakea
karena Pinus termasuk dalam Gymnospermae. Gambar sayatan melintang, radial,
dan tangensial kayu Pinus merkusii terlampir.
7
Pada penampang melintang kayu Douglas Fir (Pseudotsuga menziesii)
terlihat jumlah pori per satuan luasnya sedikit (5-10 pori/mm 2), parenkimnya
paratrakeal selubung, saluran damarnya berarah radial. Pada kayu Douglas Fir
tidak teramati adanya trakea karena Douglas Fir termasuk dalam Gymnospermae.
Gambar sayatan melintang, radial, dan tangensial kayu Pseudotsuga menziesii
terlampir.
3.2 Pembahasan
8
sekelilingnya dibandingkan dengan protoxylem (Suradinata, 1998). Pada batang,
metaxylem tumbuh ke arah dalam, sehingga terus mendesak protoxylem ke arah
luar. Proses pembentukan xylem seperti ini dinamakan endarch (Suradinata,
1998).
Lingkaran tumbuh atau lingkaran tahun adalah aktivitas dari pembelahan
sel-sel yang ada di kambium (Fahn, 1965). Prinsip umum dalam penggunaan
lingkar tumbuh pohon sebagai penduga perubahan iklim didasarkan pada fakta
kondisi pertumbuhan yang menguntungkan sehingga lingkar kayu yang terbentuk
menjadi lebih luas dan jelas. Lingkaran kayu terbentuk akibat aktivitas kambium,
yang dipengaruhi oleh perubahan musim (Přemyslovská dkk., 2008).
Lingkaran tahun atau yang bisa disebut annual ring, merupakan lingkaran
atau lapisan yang menunjukkan kambium melakukan pembelahan dan pada saat
kambium tidak melakukan kegiatan. Lingkaran tahun berbentuk lapisan melingkar
berselang-seling berupa garis dan berguna untuk memperkirakan umur pohon.
Tanaman yang bisa memiliki lingkaran tahun hanyalah tanaman yang memiliki
kambium (Purnomo dkk., 2009).
Dalam bidang pemanfaatan kayu, bagian kayu teras mempunyai nilai lebih
dibandingkan kayu gubal karena sifat warna dan keawetan alaminya yang tinggi.
Kayu gubal tersusun atas sel-sel yang masih hidup dan terletak di sebelah dalam
kambium dan berfungsi sebagai penyalur cairan dan juga sebagai tempat
penimbun zat-zat makanan. Sedangkan kayu teras secara fisiologis tidak berfungsi
lagi tetapi berfungsi untuk menunjang pohon secara mekanis (Haygreen dan
Bowyer, 1982).
Kayu teras memiliki warna yang lebih gelap daripada kayu gubal karena
adanya kandungan zat ektraktif di dalamnya. Dalam pemanfaatan kayu Jati,
perbedaan sifat antara kedua bagian batang ini sangat mencolok sekali, sehingga
dengan meningkatnya proporsi kayu teras akan meningkatkan nilai
pemanfaatannya dan sekaligus merupakan suatu peningkatan nilai jual (nilai
ekonomis) yang sangat besar artinya (Pandit, 1996).
Kayu yang dibentuk pada musim semi disebut kayu musim semi atau kayu
awal (sapwood), sedang kayu yang dibentuk mendekati musim panas disebut kayu
9
musim panas atau kayu akhir (heartwood). Kayu awal terdapat pada permulaan
lingkaran tahun, sangat poreus, karena tersusun atas sel-sel berdiameter besar,
berdinding tipis, rongga sel besar, dan pendek. Oleh karena itu berat jenisnya
rendah, berwarna muda dan lebih banyak berfungsi sebagai pengangkutan. Kayu
akhir terdapat pada akhir lingkaran tahun, tersusun atas sel-sel berdiameter kecil,
berdinding tebal, rongga sel sempit, dan lebih panjang daripada kayu awal. Oleh
sebab itu kayu akhir berat jenisnya tinggi, berwarna lebih gelap daripada kayu
awal dan lebih banyak berfungsi sebagai kekuatan (Fahn, 1965).
Perhitungan kebundaran batang dapat diperoleh dari rumus pembagian
antara luas keseluruhan kayu 117,5 cm2 dibagi dengan luas kayu silindris 162,78
cm2 ( πr 2
) dengan jari-jari terpanjang kemudian dikali dengan seratus persen.
Hasil perhitungan pada Toona sinensis menunjukkan bahwa persentase
kebundaran batang adalah 72,18%.
Kayu pinus memiliki lubang lubang kecil (tidak sebesar pori) lubang itu
adalah saluran resin. Resin merupakan hasil metabolit sekunder yang berfungsi
sebagai zat proteksi (Suradinata, 1998). Hanya kayu gymnospermae yang
memiliki resin. Resin merupakan metabolit sekunder, sedangkan tilosis
merupakan isian dari xylem. Saluran resin pada kayu Pinus terbentuk melalui
10
proses schizogenous yaitu terpisahnya sel-sel parenkim sehingga menciptakan
ruang-ruang kosong diantara sel-sel tersebut. Saluran yang bentuknya memanjang
tersebut dikelilingi oleh sel-sel epitel di sebelah luarnya yang berfungsi sebagai
lapisan selubung (Wu dan Hu, 1997).
Menurut literatur, pembuluh kayu Jabon Putih agak kecil sampai agak
besar, umumnya berganda radial 2-3, prankimnya apotrakeal kelompok baur, dan
jari-jarinya sangat sempit sampai sempit. (Mandang dkk., 2008).
Menurut literatur, kayu Douglas Fir memiliki resin yang berukuran kecil,
distribusi saluran resin tidak merata, sel-sel epitel berdinding tebal, berserat lurus
(radial). (Wicaksono, 2017).
11
Menurut literatur, kayu sawit pada parenkim paratrakeal, sel-sel atau
kumpulan sel-sel parenkim terletak bersinggungan dengan pembuluh secara
sepihak atau seluruhnya. (Pandit dan Ramdan, 2002).
Kelima jenis kayu sebagian besar sudah sesuai dengan literatur. Hanya saja
memang masih ada yang belum cocok dikarenakan human error atau kecacatan
benda.
12
BAB IV
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Haygreen, J.G. & Bowyer, J.L. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Yogyakarta:
Gadjah Mada Press.
Iserep, Sumardi. 1993. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Bandung: ITB.
Iswanto, Apri Heri. 2008. Struktur Anantomi Kayu Daun Lebar (Hardwoods) dan
Kayu Daun Jarum (Softwoods). Medan: Universitas Sumatera Utara.
Mandang, Y.I., Damayanti R., Komar, T. E., dan Nurjanah, S. 2008. Pedoman
Identifikasi Kayu Ramin dan Kayu Mirip Ramin. ITTO Project PD 426/06
Rev 1 (F). Bogor
Marsoem dkk. 2014. Studi Mutu Kayu Jati di Hutan Rakyat Gunung Kidul III.
Sifat Fisika Kayu. Jurnal Ilmu Kehutanan. Vol 8(2): 75-88
Mulyani, S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta: Kanisius.
M. Sri Rulliaty dan Mandang Y. I. 1988. “Struktur Anatomi Beberapa Jenis kayu
Hutan Tanaman Industri”. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. Vol. 5, No. 6 pp
326-336.
Nugroho, H. dkk. 2005. Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Pandit. 1996. Anatomi Kayu: Pertumbuhan dan Kualitas Kayu. Bogor: Yayasan
Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.
Pandit dan Ramdan H. 2002. Anatomi Kayu: Penghantar Sifat Kayu Sebagai
Bahan Baku. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.
Přemyslovská, E., J. Šlezingerová and L. Gandelová. 2008. Tree ring width and
basic density of wood in different forest types. TRACE - Tree Rings in
Archaeology, Climatology and Ecology, Vol. 6: Proceedings of the Dendro
14
Symposium 2007, May 3rd–6th 2007, Riga, Latvia. GFZ Potsdam. p: 118
-122.
Purnomo dkk. 2009. Biologi : Kelas XI untuk SMA dan MA. Jakarta: Pusat
Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Suradinata, Tatang. 1998. Struktur Tumbuhan. Penerbit Angkasa: Bandung
Wu H, Hu ZH. 1997. Ultrastructure of the resin duct initiation and formation in
Pinus tabulaeformis. Chin. J Bot. 6:123-126.
15
LAMPIRAN
16
17
18
19
20