Anda di halaman 1dari 21

PENGGUNAAN ALAT UKUR POHON

(Laporan Praktikum Inventarisasi Hutan)

Oleh

Lewi Jupiter
1714151054

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengukuran dilakukan untuk mengetahui atau menduga potensi suatu tegakan

ataupun suatu komunitas tertentu (Edward, 2007). Dalam memperoleh data

pengukuran, jenis dan cara penggunaan alat merupakan faktor penentu utama

yang mempengaruhi keaslian data yang diperoleh. Semakin bagus alat yang

digunakan, maka semakin baik hasil pengukuran yang didapat. Demikian pula

halnya dengan kemampuan pengamatan dalam pengukuran, semakin baik dalam

penggunaan suatu alat maka semakin baik pula data yang dikumpulkan.

Pengukuran tinggi dan diameter pohon menggunakan beberapa alat yang berbeda

pasti akan menghasikan data yag tidak sama persis alias berbeda antara alat satu

dengan alat yang lain. Dengan demikian, perbedaan reatif dari keakuratan data

yang diperoleh diantara alat-alat yan berbeda akan terlihat (Endom dan Sunarno,

2018). Sehingga dapat diketahui pula kelebihan dan kekurangan alat tertentu,

dengan mengetahui kekurangan dan kelebihan suatu alat yang akan digunakan,

maka akan memungkinkan kita untuk mengurangi kemungkinan kesalahan saat

pengukuran.
Pengukuran tinggi dan diameter pohon dengan menggunakan beberapa alat yang

berbeda akan menghasilkan data yang berbeda juga. Dengan demikian, perbedaan

relatif dari keakuratan data yang diperoleh diantara alat yang berbeda akan

terlihat. Sehingga dapat diketahui pula kelebihan dan kekurangan alat tertentu,

dengan mengetahui kekurangan dan kelebihan suatu alat yang akan kita gunakan,

maka akan memungkinkan kita untuk mengurangi kemungkinan kesalahan saat

pengukuran (Anderson, 1964). Pengukuran pohon yang paling umum dilakukan

oleh Rimbawan adalah dengan mengukur diameter setinggi dada. Ada berbagai

alat untuk mengukur atribut pohon ini dengan berbagai tingkat akurasi,

presisi,biaya, kesederhanaan operasional, dan lain-lain (Yulia, 2007).

B. Tujuan Praktikum

Tujuan praktikum pada pengenalan alat ukur pohon antara lain yaitu:

1. Mahasiswa mampu melaksanakan pengukuran diameter pohon, tinggi pohon,

dan keliling pohon dengan baik dan benar.

2. Mahasiswa dapat memperoleh gambaran hasil pembandingan dari pengukuran

diameter dan tinggi pohon dengan menggunakan alat ukur yang berbeda.

C. Waktu dan Tempat

Praktikum Inventarisasi Hutan ini dilakukan pada hari Selasa, 05 Maret 2019

pukul 15.00-17.00 WIB. Praktikum ini dilakukan di gedung HRT 5 dan

dilanjutkan di Arboretum Teknik, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Inventarisasi Hutan

Inventarisasi Hutan adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta

mengenai sumberdaya hutan untuk rencana pengelolaannya. Tujuannya adalah

mendapatkan data yang akan diolah menjadi informasi yang dipergunakan sebagai

bahan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategis jangka panjang, jangka

menengah dan operasional jangka pendek sesuai dengan tingkatan dan kedalam

inventarisasi yang dilaksanakan. Ruang lingkup inventarisasi hutan meliputi

survei mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumberdaya

manusia serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan sekitar hutan (Kadri, 1992).

Inventarisasi hutan merupakan suatu teknik pengumpulan, pengevaluasian, dari

menyajikan informasi yang terspesifikasi dari suatu areal hutan karena secara

umum hutan merupakan areal yang luas, maka data biasanya di kumpulkan

dengan kegiatan sampling. (Murdawa, 1994). Dalam inventore dikenal istilah

sampling sistematik. Sampling sistematik adalah satu cara pengambilan sampel

yang dilakukan dengan satu pola yang bersifat sistematik (systematic pattern),

yang telah ditentukan terlebih dahulu. Bentuk pola tersebut bermacam-macam,

bergantung pada tujuan inventore, waktu dan biaya yang tersedia, serta kondisi

populasi yang dihadapi (Simon H. 2007).


B. Pengertian Tinggi dan Diameter Pohon

Pohon memiliki sebatang pokok tegak berkayu yang cukup panjang dan berbentuk

tajuk (mahkota daun) yang jelas (Endom dan Sunarno, 2016). Pengukuran tinggi

dan diamter pohon menjadi elemen yang penting diperharikan pada pengukuran

volume suatu pohon. Pohon dapat tumbuh cukup tinggi dengan masa hidup

bertahun-tahun. Pohon terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan buah. Batang

merupakan bagian utama pohon dan menajdi penghubung utama antara bagian

akar, sebagai pengumpul air dan mineral, dan bagian tajuk pohon (canopy) sebaga

pusat pengelolaan masukan energi (produksi gula dan bereproduksi). Cabang

juga termasuk batang tetapi berkukuran lebih kecil dan berfungsi memperluas

ruang bagi pertumbuhan daun sehingga mendapat lebih banyak cahaya matahari

dan juga menekan tumbuhan pesaing di sekitarnya. Batang diliputi dengan kulit

yang meindungi batang dari kerusakan (Yullia, 2007).

Setiap pohon mengalami dua bentuk pertumbuhan yang berbeda yaitu

pertumbuhan vertikal atau tinggi dan pertumbuhan horizontal atau diameter.

Pengertian tinggi pohon berbeda dengan pengertian panjang pohon kecuali pohon

yang luru dan berdiri tegak lurus. Tinggi pohon ialah jarak terpendek antara suatu

titik dengan titik proyeksi pada bidang horizontal. Sedangkan panjang pohon

adalah hasil dari pengukuran pangkal pohon menyusuri batang sampai ujung tajuk

(Johari, 1978). Sedangkan diameter merupakan pengukuran panjang garis antara

dua titik pada garis lingkaran batang pohon yang melalui titik pusat lingkaran

batang pohon. Diameter pohon merupakan salah satu parameter pohon yang

mudah untuk diukur. Ukuran diameter dipengaruhi oleh berbagai faktor antara ain
tempat tumbuh serta usia pohon, semakin tua umur pohon maka diameternya akan

lebih besar (Sumarna, 2008). Menurut Asef (2013), secara umum pengukuran

diameter dilakukan setinggi 1,3 m dengan menggunakanalat phiband, kemudian

pengukuran tinggi pohon menggunakan galah berkait dan jikakondisi pohon

terlalu tinggi dilakukan pengukuran dengan alat clinometer yang dipadukan

dengan alat digital distancemeter untuk mengukur jarak pengukur dan objek.

C. Beberapa Alat Ukur Pohon

Menurut Ligfesink (1997), alat ukur diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan

teknik pemakaiannya maka kedudukan kedua alat ukur yang dipergunakan dalam

penelitian antara lain: alat ukur tinggi pohon berdasarkan geometri : Christen,

Weise, Merritt, dan JAL. Alat ukur tinggi pohon berdasarkan trigonometri : Haga

Altimeter, Blumeleise, Suunto, Abeny Level dan Spiegel Relaskop. Pengukuran

jarak horizontal pada pita terdiri atas penetapan paanjang yang diketahui. Pada

pita berpembangian skala langsung pada sebuah garis beberapa kali. Dua garis

timbul tersebut adalah mengukur jarak anatara dua titik. Pengukuran pita

dilakukan dengan 6 langkah yaitu meluruskan, memberikan tegangan,

pengguntingan, menandai pajang pita, membaca pita dan mencatat jarak.

Penerapan langkah-langkah pengukuran dengan pita ini pada tanah yang bertipe

datar dan miring (Arland dkk, 2018).


D. Prinsip Pengukuran Tinggi Pohon

Dalam bidang kehutanan terdapat istilah pengukuran diameter dan pengukuran

tinggi suatu pohon pada keadaan tegakan tertentu. Prinsip pengukuran tinggi,

instrumen yang digunakan untuk pengukuran tinggi pohon yang paling sering

dipilih adalah hypsometer. Banyak tipe pengukuran alat tinggi dan instrumen

yang telah dikembangkan, tetapi hanya sedikit yang telah memperoleh

penerimaan yang luas dan praktisi rimbawan (Rahlan, 2004). Prinsip dasar

trigonometris kebanyakan sering dijelmakan didalam hypsometer dan kompas

klino pengukuran menggunakan haga hypsometer dan kompas klino lebih tinggi,

teliti dan lebih cermat tetapi pengukuran lebih memerlukan banyak waktu dan

kadang-kadang memerlukan jarak yang jauh antara pengamat dan pohon(Rahlan,

2004).

E. . Prinsip Pengukuran Diameter Pohon

Menurut Asef (2013), secara umum pengukuran diameter dilakukan setinggi 1,3

m dengan menggunakan alat phiband, kemudian pengukuran tinggi pohon

menggunakan galah berkait dan jika kondisi pohon terlalu tinggi dilakukan

pengukuran dengan alat clinometer yang dipadukan dengan alat digital

distancemeter untuk mengukur jarak pengukur dan objek.


III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah Garpu Pohon, Christen

Hypsometer, Pita Meter, Biltmore Stick, dan Haga-altimeter. Sedangkan bahan

yang digunakan tally sheet dan buku panduan praktikum.

B. Cara Kerja:

Cara kerja pada praktikum ini sebagai berikut.

1. Memberi materi dan pengarahan kegiatan oleh dosen atau asisten.

2. Menbagikan alat-alat ukur kepada setiap kelompok.

3. Mengukur diameter dan tinggi pohon dari 5 pohon contoh, dimana masing-

masing pohon diukur sebanyak 2 kali dengan menggunakan 3 alat ukur

diameter dan 2 alat ukur tinggi pohon secara bergantian. Hasil pengukuran

dicatat pada tally sheet yang disediakan.

4. Mengisi lembar kerja praktikum.

5. Membuat laporan praktikum.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil dari praktikum yang telah kami lakukan sebagai berikut.

Tabel 1. Tally Sheet pengukuran diameter pohon.


Diameter
Pohon (cm)
No Nama/Jenis Pita Ukur Garpu Biltmore Stick
Poh Pohon Pohon
on
1 2 Xc 1 2 Xs 1 2 Xb
1 Saga 49,04 49,02 49,03 38 48 43 47 58 47.5

2 Marbau Darat 34,84 34,80 34,82 35 37 36 30.05 30 30.02

3 Akasis Alba 35,82 35,82 35,82 38 40 39 40 41 40,5

4 Kupu-kupu 35,90 35,93 35,92 24 26 25 31 32 31,5

5 Wareng 37,35 37,30 37,32 26 26 26,5 30.5 32 31,25

6 Sonokeling 36,62 36,67 36,64 32 33 32,5 42 40 41

Tabel 2. Tally Sheet pengukuran tinggi pohon.


Tinggi Pohon (m)

No Nama Pohon Christen meter Haga


Tt Tbc Tt Tbc
1 Saga 25 8 16 5

2 Kupu-Kupu 7 0,38 6 0,37


3 Akasia Alba 13 4 7 3

4 Wareng 14 2,6 10 2,5

5 Lamtoro 10 1,5 7 1,5

B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini kami melakukan pengunaan alat-alat yang digunakan

dalam menghitung ketinggian pohon dan diameternya. Karena yang kita ketahui

setiap pohon mengalami dua bentuk pertumbuhan yang berbeda, yaitu

pertumbuhan vertikal atau tinggi dan pertumbuhan horizontal atau diameter. Oleh

karena itu alat-alat ini akan sangat berguna (Nuraini dkk, 2016). Dari hasil diatas

untuk pengukuran diameter pohon, yang dilakukan 2 kali pengulangan

pengukuran dapat diketahui bahwa pita ukur mempunyai ketelitian yang lebih

akurat dari garpu pohon dan biltmore stick. Sedangkan untuk pengukuran tinggi

pohon haga altimeter mempunyai keakuratan yang baik dibandingkan dengan

christen hypsometer. Berikut ini adalah cara penggunaan alat ukur tinggi dan

diameter pohon (Newton, 2007):

a. Cristen Hypsometer.
Cristen Hypsometer, atau yang biasa dikenal dengan sebutan CH meter

merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tinggi suatu pohon, dalam

penggunaanya Chmeter dibantu dengan sebuah galah, antara CH dan galah harus

mempunyai skala yang sama. Cara penggunaan alat CH meter yaitu:

1. Samakan skala pada CH meter dan galah.


2. Pasangkan galah sejajar dengan batang pohon.

3. Ukur dengan CH, lihat pada siku dalam, lihat samai pas antara pangkal

pohon dengan ujung tajuk.

4. Lihat ujung galah dan lihat sekala yang bertepatan dengan titik ujung galah.

5. Catat hasil pengamatan pada tally sheet.

b. Haga Meter

Haga meter merupakan alat yang dgunaka untuk mengukur tinggi pohon dengan

praktis, haga meter merupakan alat yang sudah berbasis moderen. Cara

penggunaan alat ini yaitu:

1. Pegang haga meter tepat pada pemegangnya.

2. Buka terlebih dahulu tombol pengunci pada bagian atas pemegang.

3. Mundur sekitar 15 meter dari pohon.

4. Bidik pangkal pohon dan catat skalanya, kemudian bidik pada bagian ujung

pohon dan catat hasilnya.

5. Hitung data dengan menggunakan rumus pengunaan alat haga meter.


c. Garpu Pohon

Garpu pohon adalah alat yang digunakan untuk mengukur diameter pohon atau

diameter batang pohon dengan prinsip pengukuran diameter pohon yang relatif

masih kecil. Cara menggunakan alat ini yaitu:

1. Pilih pohon yang akan diukur diameternya.

2. Ambil garpu pohon, dan japitkan pada pohon yang akan diamati.

3. Lihat angka pada skala, dan catat hasil dari pengamatan tersebut.

d. Pita Meter

Pita meter merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur diameter batang

pohon dengan prinsip pengukuran langsung pada batang dengan pita bersekala.

Cara penggunaan alat ini yaitu:

1. Siapkan pita meter serta pohon yang akan diukur diameternya.

2. Lilitkan pita meter pada batang setinggi dada.

3. Lihat skala pada pita meter.

4. Hitung dengan menggunakan rumus mencari diameter lingkaran.

e. Biltmore Stick

Bitmore stick adalah alat yang digunakan untuk mengukur diameter batang

dengan cara yang sangat mudah, yaitu dengan cara:

1. Himpitkan sisi angka 0 bitmore pada satu sisi pohon.


2. Kemudian pada jarak selebar S lihat batas sisi pohon disebelahnya dan

himpitkan dengan skala diameter pada alat.

Berikut beberapa kelemahan dan kelebihan alat-alat yang digunakan untuk

mengukur diameter pohon dan tinggi pohon adalah.

a. Cristen Hypsometer

Cristen Hypsometer, atau yang biasa dikenal dengan sebutan CH meter

merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tinggi suatu pohon, dalam

penggunaanya Chmeter dibantu dengan sebuah galah, antara CH dan galah harus

mempunyai skala yang sama (Qirom dan Supriadi, 2012).

Kelebihannya:

 Sangat mudah dibawa.

 Menghasilkan hasil yang cepat.

 Karena jarak membidik tidak diperhitungkan, alat ini bisa digunakan

dimana saja.

 Cepat digunakan.

Kekurangannya:

 Perlu kehati-hatian saat membaca tinggi pohon diantara flensa.

 Perlu keajekan untuk hasil yang sempurna.

 Tidak cocok digunakan pada daerah rapat pohon.


b. Haga Altimeter

Haga altimeter atau haga meter merupakan alat yang digunaka untuk mengukur

tinggi pohon dengan praktis, haga meter merupakan alat yang sudah berbasis

moderen (Arland dkk, 2018).

Kelebihannya:

 Membantu dalam menentukan jarak panjang dasar dengan cepat dan tepat.

 Pengunci tombol dapat mengurangi adanya perubahan hasil penembakan.

 Menggunakan prinsip hitung klinometer.

Kekurangannya:

 Peka terhadap cuaca.

 Harganya yang mahal.

c. Pita Meter

Pita meter merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur diameter batang

pohon dengan prinsip pengukuran langsung pada batang dengan pita bersekala

(Arland dkk, 2018).

Kelebihannya:

 Praktis dan Cepat.

 Memiliki tingkat ketelitian 0,5 mm.

 Tidak perlu dikalibrasi.

 Menghasilkan ukuran cm atau inch (jika diperlukan).


Kekurangannya:

 Perlu dikonversikan ke diameter (jika diperlukan).

 Memiliki daya renggang dan daya muai yang (mungkin) mempengaruhi

hasil.

 Selama mengukur, pita meter terputar/terbalik atau naik-turun.

 Untuk lebih akurat, diperlukan dua orang.

d. Biltmore Stick

Bitmore stick adalah alat yang digunakan untuk mengukur diameter batang

dengan cara yang sangat mudah, yaitu dengan cara:

1. Himpitkan sisi angka 0 bitmore pada satu sisi pohon.

2.Kemudian pada jarak selebar S lihat batas sisi pohon disebelahnya dan

himpitkan dengan skala diameter pada alat.

Kelebihannya:

 Alat mudah dibuat.

 Mudah pengunaannya.

 Mudah dibawa.

Kekurangannya:

 Setiap orang memiliki jarak pandang yang berbeda-beda.

 Ketelitiannya kurang.

 Pengukurannya dilakukan dua kal.i


e. Garpu Pohon

Garpu pohon adalah alat yang digunakan untuk mengukur diameter pohon atau

diameter batang pohon dengan prinsip pengukuran diameter pohon yang relatif

masih kecil.

Kelebihannya:

 Praktis penggunaannya.

 Cocok untuk pengukuran pohon-pohon berdiameter keci.l

Kekurangannya:

 Sulit digunakan untuk pohon berdiameter besar.

 Pengukuran harus dilakukan lebih dari 1 kali.

 Alat cukup besar dan berat sehingga kurang praktis untuk dibawa-bawa.

 Tidak dapat digunakan untuk pengukuran diameter yang memerlukan

ketelitian tinggi.
V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Cara menggunakan alat pengukuran tinggi dan diameter pohon berbeda-

beda tergantung ketentuan serta rumus-rumus yang digunakan pada setiap

alat. Pengukuran diameter umumnya dilakukan setinggi 1,3 m dan untuk

pengukuran tinggi pohon yang paling sering dipilih adalah hypsometer.

2. Dari hasil diatas pita ukur mempunyai ketelitian yang lebih akurat dari

garpu pohon dan biltmore stick. Sedangkan untuk pengukuran tinggi pohon

haga altimeter mempunyai keakuratan yang baik dibandingkan dengan

christen hypsometer. Perbedaan dari alat yang digunakan untuk mengukur

tinggi dan diameter pohon adalah dari segi kegunaan dan dari segi cara

pemakaian alat yang harus tepat fungsi, karena setiap alat mempunyai

kelebihan serta kekurangan masing-masing.


B. Saran

Sebaiknya sebelum penggunaan setiap alat harus dikalibrasi untuk menghindari

kesalahan dari alat ukurnya itu sendiri. Serta kepada semua praktikan agar

melakukan pengukuran dengan teliti sehingga diperoleh data yang benar sesuai

dengan tujuan percobaan.


DAFTAR PUSTAKA

Anderson, M.C. 1964. Studies of the woodland light climate: I. The photographic
computation of light conditions. Journal of Ecology. 52(1): 27–41.

Arland, S., Emy, S dan Muhammad, I. 2018. Studi penerapan pendugaan potensi
tegakan hutan eucaliptus menggunakan alat ukur phi band. J. Wahana
Forestra. 13(2): 41-52.

Asef. 2013. Model hubungan tinggi dan diameter tajuk dengan diametersetinggi
dada pada tegakan tengkawang tungkul putih(shorea macrophylla (de
vriese) p.s. ashton) dan tungkul merah(shorea stenoptera burck.) di
semboja, kabupaten sanggau. J. penelitian dipterokarpa. 7 (1) : 7−18.

Edward, 2007.Comparison of thre tools for measuring tree diamter in stands of


different age and tree size. Quarterly Journal of Forestry. 101(4) : 267-274.

Endom, W., & Soenarno. 2016. Penyempurnaan alat ukur diameter pohon.
Rencana Penelitian dan Pengembangan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan. Bogor.

Endom, W dan Soenarno. 2018. Uji coba rekayasa alat ukur diameter pohon di
hutan alam. J. Penelitian Hasil Hutan. 36(2): 101-112.

Johari. 1978. Koreksi pengukuran tinggi pohon untuk alat ukur chirsten dan haga
pada jarak bidik yang berbeda di hutan thropika basah pasir putih, bakaro
manokwari, irian jaya. J. Kehutanan FPPK. Universitas Negeri
Cendrawasih. 10 (4) : 23−27.

Kadri Wartono Ir., dkk. 1992. Ajar Inventarisasi Hutan. Buku. Universitas
Tanjungpura.
Ligfesink. 1997. Perencanaan Invntarisasi Hutan. Buku. UI Press. Jakarta.

Muljono, Pudji. 1995. Pengukuran dalam bidang pendidikan. Buku. Universitas


Negeri Jakarta.

Murdawa, B.1994. Pengenalan dan Pengukuran Karakteristik Pohon. Buku


Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Newton, P. F., and Amponsah, I. G. 2007. Comparative evaluation of five


height-diameter models developed for black spruce and jack pine stand-
types in terms of goodness-of-fit, lack-of-fit and predictive ability. Forest
Ecology and Management 247, 149-166.

Nuraini, Elita, A dan Samsul, K. 2016. Kuantifikasi tumbuhan di hutan kota


putroe phang kota banda aceh menggunakan beberapa alat ukur tinggi
pohon. Prosiding Seminar Nasional Biotik.

Qirom, M.A. dan Supriyadi. 2012. Penyusunan Model Penduga Volume Pohon
Jenis Jelutung Rawa( (Miq) V. Steenis). Balai Penelitian Kehutanan
Banjarbaru. Vol.9 No. 3 Hal 141-153.

Rahlan, E.N. 2004. Membangun Kota Kebun Bernuansa Hutan Kota. Buku. IPB
Press Bogor.

Simon, H. 2007. Metode Inventore Hutan. Buku. Pustaka Pelayar. Yogyakarta.

Sumarna, Y. 2008. Pengaruh diameter dan luas tajuk pohon induk terhadap
potensi permudaan alam tingkat semai tumbuhan penghasil gaharu jenis
karas (Aquilaria malaccensis Lamk). .Jurnal Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam. 5(1): 21-27.

Yullia. 2007. Macam-Macam Alat Ukur Pohon. Buku. Gramedia. Jakarta..


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai