Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMANENAN HASIL HUTAN


ACARA I
PENGENALAN ALAT-ALAT TEBANGAN & REDUCE IMPACT LOGGING (RIL)

Disusun oleh :
Nama : Yoland Windy Astika
NIM : 19/440049/KT/08934
Shift : Rabu, 15.30 WIB
Coass : Peggy Sukmawati

LABORATORIUM PEMANENAN HASIL HUTAN


DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
ACARA I
PENGENALAN ALAT-ALAT TEBANGAN &
REDUCE IMPACT LOGGING (RIL)

I. TUJUAN
Tujuan dari praktikum acara ini yaitu :
1. Memperkenalkan alat – alat tebangan yang biasa digunakan di pemanenan hasil hutan.
2. Mengetahui bagian – bagian alat dan fungsinya masing – masing.
3. Mengetahui cara mengoperasikan alat dan melaksanakan pekerjaan.

II. DASAR TEORI


Pemanenan hasil hutan adalah serangkaian kegiatan kehutanan yang mengubah
pohon atau biomassa lainnya, sehingga bermanfaat bagi keghidupan ekonomis dan
kebudayaan masyarakat (Natadiwirja dkk., 1976 dalam Sihombing, 2020). Kegiatan
tersebut terdapat beberapa tahapan yaitu penebangan (felling), penyaradan (skidding or
yarding), pembagian batang (cutting), pengangkutan (transportation) dan penimbunan
kayu (unloading). Berdasarkan peralatan yang digunakan dalam penebangan terdapat 2
sistem yaitu sistem manual dan mekanis. Sistem penebangan manual menggunakan
peralatan sederhana seperti gergaji tangan, kapak dan baji, sedangkan kegiatan penebangan
secara mekanis menggunakan gergaji rantai (Pradipta, 2016).
Produktivitas pemanenan kayu dapat mempengaruhi biaya produksi pemanenan.
Semakin tinggi nilai produktivitas kerja maka semakin rendah biaya produksi yang
dikeluarkan. Untuk mengetahui biaya produksi dari kegiatan pemanenan kayu diperlukan
hitungan biaya mesin pada setiap kegiatan pemanenan kayu. Biaya mesin pada setiap
kegiatan pemanenan kayu dibagi dengan produktivitas pada setiap kegiatan akan diperoleh
biaya produksi pada setiap kegiatan (Suhartana & Yuniawati, 2016). Maka dari itu,
pengenalan alat-alat yang digunakan pada saat pemanenan sangat dibutuhkan untuk
mengetahui biaya yang harus dikeluarkan.
Pemanenan kayu yang ramah lingkungan (Reduced Impact Logging) menjadi
indikator yang paling penting dalam pengelolaan hutan yang lestari. Hasil penelitian Pinard
et.al., 1995; Sularso, 1996; Elias, 1998 menunjukkan bahwa metode pemanenan kayu yang
berdampak rendah mampu mengurangi kerusakan ekosistem hutan alam produksi
(Sihombing, 2020). Dalam konsep RIL ada 6 titik krusial perbaikan teknik dan teknologi
pemanenan kayu yaitu perencanaan sebelum pemanenan, pembukan wilayah hutan,
operasi penebangan, operasi penyaradan, operasi pengangkutan, dan operasi perbaikan
terhadap kerusakan setelah pemanena kayu. Ciri-ciri penerapan RIL yaitu peta pohon dan
garis kontur berskala besar, peta rencana pemanenan kayu memuat informasi tentang garis
kontur, areal yang dilindungi, lokasi pohon masak tebang, pohon inti, pohon dilindungi
dan pohon induk, jaringan jalan, rencana arah penyaradan dan arah rebah pohon,
penggunaan peta pemanenan kayu dalam operasi penebangan dan penyaradan, penebangan
sesuai dengan arah rebah yang direncanakan dan menggunakan teknik yang tepat,
pembuatan jalan sarad sesuai dengan rencana (Gautama dkk., 2019).

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu :
1. Alat tulis
2. Handphone
b. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu :
1. Bermacam – macam kapak
2. Gergaji tangan
3. Gergaji mesin (Chainsaw)
4. Video alat penebangan mekanis
IV. CARA KERJA
Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu :

Alat-alat tebangan
Gambar diberi Diuraikan cara
digambar pada
keterangan pengoperasian alat
kertas

Pada acara pengenalan alat-alat tebangan dan Reduce Impact Logging (RIL), alat-
alat yang sudah diperkenalkan kemudian digambar pada kertas. Alat-alat tersebut
diantaranya 6 jenis kapak, 4 jenis gergaji, 3 jenis chainsaw, dan 2 alat mekanis yaitu feller
buncher dan harvester. Kemudian pada masing-masing gambar diberi keterangan
mengenai bagian-bagian serta fungsinya. Setelah itu, diuraikan cara pengoperasian dari
masing-masing alat tersebut.

V. HASIL DAN PERHITUNGAN


Hasil .yang diperoleh dari praktikum ini terlampir dalam bentuk PDF.
VI. PEMBAHASAN
Menurut Suparto (1999) dalam Hendrayana dkk. (2020), pemanenan hasil hutan
adalah serangkaian kegiatan dalam dunia kehutanan yang mengubah pohon menjadi bentuk
lain, sehingga dapat dipindahkan. Hasil dari bentuk lain tersebut akan bernilai ekonomi
yang bermanfaat bagi kehidupan ekonomi masyarakat. Definisi lain dari pemanenan hasil
hutan yaitu kegiatan mengeluarkan dan memindahkan hasil hutan (kayu maupun non kayu)
dari dalam areal hutan ke luar hutan, baik ke konsumen atau ke industri pengolahan hasil
hutan. Dalam kegiatan tersebut terbagi menjadi beberapa tahapan yang dilalui dari pohon
di hutan hingga ke tempat penyimpanan kayu. Tahapannya yaitu penebangan (felling),
penyaradan (skidding), pembagian batang (cutting), pengangkutan (hauling), penimbunan
kayu (unloading), serta pembuatan dan pemeliharaan jalan (road construction).
Pada praktikum kali ini, akan membahas alat-alat yang digunakan dalam proses
penebangan (felling) dan tentang Reduce Impact Logging (RIL). Alat-alat penebangan
dapat dikategorikan berdasarkan komposisi antara tenaga manusia dan tenaga mesin
menjadi 4, yaitu manual, semi mekanis, mekanis, dan otomatis. Dalam sistem manual,
tenaga manusia berperan lebih tinggi yaitu sebesar 90% dan mesin hanya 10%. Contoh alat
yang termasuk dalam sistem manual yaitu kapak dan gergaji tangan. Kapak (atau kadang
disebut dengan kampak) adalah sebuah alat yang biasanya terbuat dari logam, memiliki
mata tajam, dan diikat pada tangkai berupa kayu (Gautama dkk., 2015). Kapak memiliki
dua bagian utama yaitu kepala kapak yang terdiri dari pipi kapak, lengkung tajam, tumit,
serta rumah tangkai, dan tangkai kapak. Kepala kapak memiliki sisi tajam yaitu pada
lengkung tajam dan tumit, sedangkan pipi kapak berfungsi untuk membantu membelah
kayu dengan memberikan tekanan. Rumah tangkai berfungsi untuk tempat melekatnya
tangkai kapak. Terdapat beberapa klasifikasi kapak yaitu berdasarkan penggunaan / fungsi,
berdasarkan bentuk tangkai, dan berdasarkan sisi tajam. Berdasarkan penggunaan / fungsi,
ada dua jenis kapak yaitu kapak belah dan kapak potong. Kapak belah memiliki fungsi
untuk membelah kayu dengan sejajar sumbu pohon. Hasil yang diperoleh dari alat ini yaitu
berupa kayu panjang dan kayu pendek. Yang kedua yaitu kapak potong yang berfungsi
untuk memotong kayu dengan tegak lurus sumbu pohon. Pemilihan penggunaan kedua
kapak tersebut menyesuaikan tujuan penebangan. Hasil yang diperoleh dari alat ini yaitu
berupa kayu utuh, kayu panjang, dan kayu pendek. Berdasarkan bentuk tangkai, ada dua
jenis kapak yaitu kapak tangkai lurus dan kapak tangkai lengkung. Sedangkan berdasarkan
sisi tajamnya, ada kapak mata satu dan kapak mata dua. Kapak mata satu dapat digunakan
hanya pada satu sifat kayu (misalnya pada kayu bagian keras). Sedangkan pada kapak mata
dua, tiap sisi tajam memiliki fungsi yang berbeda sehingga dapat digunakan ada dua sifat
kayu. Hasil yang diperoleh dari alat ini yaitu berupa kayu utuh, kayu panjang, dan kayu
pendek Jadi kapak mata dua dapat memudahkan ketika ingin melakukan penebangan
karena tidak harus mencari kapak lain. Dalam menggunakan kapak juga perlu perawatan
agar mata tajamnya tetap tajam dengan melakukan pengasahan.
Alat pada sistem manual yang kedua yaitu gergaji tangan. Gergaji adalah perkakas
berupa besi tipis bergigi tajam yang digunakan untuk memotong atau pembelah kayu atau
benda lainnya. (Cahyadin dkk., 2021). Bagian-bagian dari gergaji yaitu saw blade yang
memiliki gigi-gigi tajam, handle yang merupakan pegangan, serta frame. Kapak
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu berdasarkan jumlah orang yang mengoperasikan dan
berdasarkan fungsi / penggunaan. Berdasarkan orang yang mengoperasikan, terdapat
kapak dengan satu tangan dan dua tangan. Kapak satu tangan dapat digunakan oleh satu
orang saja. Sedangkan kapak dua tangan membutuhkan dua orang untuk penggunaannya.
Hasil yang diperoleh dari alat ini berupa kayu panjang dan kayu pendek. Sedangkan
berdasarkan fungsi / penggunaan, terdapat gerjagi belah dan gergaji potong. Gergaji belah
memiliki ciri yaitu arah mata gergaji miring mendekati huruf N, jarak antar mata gergaji
lebih lebar, dan ujung gergaji lebih sempit. Gergaji ini digunakan untuk membelah kayu
searah sumbu pohon. Sedangkan ciri dari gergaji potong yaitu arah mata gergaji tegak
lurus, jarak antar mata gergaji lebih sempit, dan ujung gergaji lebih lebar. Gergaji ini
digunakan untuk memotong kayu dengan tegak lurus sumbu pohon. Pemilihan gergaji
dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan hasil kayu yang hendak diperoleh.
Sistem kedua yaitu sistem semi mekanis. Sistem penebangan ini memiliki
komposisi 70% tenaga manusia dan 30% mesin. Dengan proporsi tersebut, menunjukkan
bahwa SDM yang dibutuhkan lebih sedikit karena lat yang digunakan lebih efektif. Alat
yang termasuk dalam sistem ini yaitu chainsaw / gergaji mesin. Chainsaw (gergaji rantai)
adalah gergaji yang menggunakan mesin untuk menggerakkan rantai gergajinya (Pradipta,
2016). Pada awalnya orang menebang atau memotong kayu dengan gergaji manual. Setelah
mesin ditemukan maka mesin diaplikasikan pada gergaji untuk mendapatkan produktivitas
yang tinggi. Ada berbagai merek dan spesifikasi chainsaw yang dapat digunakan dalam
berbagai kegiatan, seperti pruning, penebangan, pembagian batang, pembersihan batang,
dan pekerjaan lainnya. Chainsaw tersusun atas tiga bagian pokok yaitu power unit, handle
& contol, dan cutting unit. Power unit terdiri atas karburator, busi, dan kopling. Cutting
unit terdiri atas cutter, side link, dan guide bar. Terdapat tiga jenis chainsaw yang
dibedakan berdasarkan sumber tenaga, yaitu chainsaw listrik, chainsaw bahan bakar
minyak, dan chainsaw dengan baterai. Hasil yang diperoleh dari alat tersebut berupa kayu
utuh, kayu panjang, dan kayu pendek.
Yang ketiga yaitu sistem mekanis, yaitu sistem yang komposisi tenaga manusianya
30% dan tenaga mesin 70%. Dalam sistem ini, mesin berperan penting, namun juga tetap
diperlukan tenaga manusia sebagai operatornya. Dengan sistem ini, penebangan dapat
dilakukan secara cepat dan efektif karena mesin mampu bekerja lebih cepat dibandingkan
tenaga manual manusia. Dalam praktikum ini, terdapat dua alat yang digunakan yaitu
harvester dan feller buncher. Harvester merupakan adalah jenis alat berat kehutanan yang
digunakan dalam pengerjaan penebangan cut-to-length. Dengan harvester, selain
melakukan penebangan, juga dapat membagi kayu sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
Bagian-bagian dari harvester antara lain capit yang digunakan untuk mencengkeram
batang pohon, lengan, mesin, ruang operator bagi manusia yang mengoperasikan, serta
roda penggerak. Hasil yang diperoleh dari penebangan menggunakan alat ini yaitu berupa
kayu utuh serta kayu panjang. Penebangan yang menggunakan alat ini biasanya pada
perusahaan-perusahaan besar, karena alat ini memiliki harga yang sangat mahal. Namun
alat ini sangat efektif untuk penebangan karena bisa menghemat waktu, energi, serta biaya
yang dikeluarkan untuk upah SDM.
Selain harvester, ada pula alat yang bernama feller buncher. Alat ini mirip dengan
harvester namun memiliki cara kerja yang berbeda. Alat ini cocok untuk digunakan di
topografi yang landai karena ukurannya yang besar sehingga menyulitkan untuk melewati
medan curam. Cara kerja feller buncher yaitu menebang dan mengumpulkan kayu
sekaligus, sehingga tidak perlu satu persatu dan dapat ditampung langsung. Bagian-bagian
dari alat ini kurang lebih sama dengan harvester yaitu capit, lengan, ruang operator, mesin,
serta roda rantai. Hasil yang diperoleh pada penebangan dengan alat ini yaitu berupa kayu
utuh.
Secara sederhana, prinsip RIL mengedepankan perencanaan matang
untuk kegiatan pembalakan. Mulai dari pohon yang harus ditebang, arah jatuhnya, jalan
saradnya, hingga tempat penampung log-nya. RIL juga mengamanatkan untuk
dilakukannya langkah-langkah pencegahan erosi dan penanaman kembali di titik yang
sempat terbuka. Berbekal pedoman tersebut, pembukaan hutan untuk kegiatan pemanenan
kayu sangat minimal. Limbah kayu juga bisa dikurangi. Sementara tegakan tinggal tetap
bisa hidup dan tumbuh dengan kerusakan minimal sehingga menjadi harapan untuk
dipanen pada rotasi berikutnya. Jangan heran jika blok tebangan dimana RIL
diimplementasikan tak butuh waktu lama untuk kembali pulih tutupan vegetasinya.
Dari jurnal Idris & Soenarno (2015), membahas tentang teknik penyaradan dengan
tree length logging berdasarkan prinsip reduce impact logging (RIL). Pada metode tree
length logging maka kayu yang disarad ke TPn tidak saja berupa batang bebas cabang
tetapi juga bagian kayu di atas cabang pertama sampai diameter ujung minimal 30 cm.
Traktor sarad yang umum digunakan adalah traktor beroda rantai (Crawler tractor).
Sedangkan untuk mengurangi kerusakan pohon dan lingkungan maka metode tree length
logging diterapkan berdasarkan prinsip ramah lingkungan atau yang dikenal dengan
reduced impact logging (RIL). Dalam teknologi RIL tersebut didesain tata letak (lay out)
dari petakpetak tebang dan unit-unit inventarisasi tegakan, rencana operasi pemanenan
kayu dan arah rebah pohon. Arah rebah yang terbaik adalah yang mendekati atau menjauhi
jalan sarad dengan membentuk sudut 30 - 45 (pola sirip ikan 0 0 /fish born pattern) atau
arah rebah dalam posisi sejajar di atas jalan sarad dengan arah berlawanan dengan arah
penyaradan. Diperoleh persamaan hubungan biaya penyaradan sehingga dapat dilakukan
simulasi untuk memprediksi peningkatan kebutuhan biaya penyaradan. makin pendek jarak
sarad akan menyebabkan makin besar biaya penyaradan. Oleh karena itu, perencanaan
jaringan jalan yang baik mempunyai peranan penting untuk memperkecil biaya penyaradan
kayu. Kendatipun demikian perlu dipertimbangkan secara teknis dan ekonomisnya,
mengingat makin pendek jalan sarad yang akan dibuat dapat menyebabkan meningkatnya
kerapatan jalan. Ini berarti bahwa harus lebih banyak dibuat jalan-jalan cabang (secondary
road) dan jalan utama (main road) yang biayanya jauh lebih mahal. Diperoleh kesimpulan
guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi biaya maka penerapan metode tree length
logging sebaiknya panjang jalan sarad rata-rata tidak lebih dari 300 m.
VII. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Alat tebangan dalam sistem pemanenan dapat dibedakan menjadi 4 berdasarkan
komposisi tenaga manusia dan tenaga mesin, yaitu :
a. Manual dengan proporsi 90% tenaga manusia, 10% tenaga mesin,
contohnya kapak dan gergaji tangan
b. Semi-mekanis dengan proporsi 70% tenaga manusia, 30% tenaga mesin,
contohnya chainsaw / gergaji mesin
c. Mekanis dengan proporsi 30% tenaga manusia, 70% tenaga mesin,
contohnya harvester dan feller buncher.
d. Otomatis dengan proporsi 10% tenaga manusia, 90% tenaga mesin,
contohnya robot
2. Tiap alat memiliki bagian dan fungsi yang berbeda-beda.
a. Kapak terdiri dari dua bagian utama yaitu kepala kapak yang terdiri dari
pipi kapak, lengkung tajam, tumit, serta rumah tangkai, dan tangkai kapak.
Kepala kapak memiliki sisi tajam yang digunakan untuk membelah atau
memotong kayu. Tangkai kapak digunakan untuk memegang dan rumah
tangkai berfungsi untuk tempat melekatnya tangkai kapak.
b. Gergaji tangan terdiri dari tiga bagian utama yaitu saw blade yang memiliki
gigi-gigi tajam, handle yang merupakan pegangan, serta frame. Gergaji
dapat digunakan untuk membelah atau memotong kayu.
c. Chainsaw terdiri dari tiga bagian utama yaitu power unit, cutting unit, dan
control unit. Power unit digunakan untuk menghidupkan mesin yang dapar
berupa tenaga minyak, baterai, maupun listrik. Cutting unit merupakan
bagian gerigi tajam yang bersentuhan dengan kayu, serta control unit untuk
memegang dan mengendalikan alat. Alat ini digunakan untuk membelah
dan memotong kayu, serta membersihkan ranting-rantingnya.
d. Harvester terdiri dari capit, lengan, ruang operator, mesin, serta roda. Capit
digunakan untuk mencengkeram batang pohon. Alat ini dapat menenbang
pohon sekaligus memotongnya sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
e. Feller buncher terdiri dari capit, lengan, ruang operator, mesin, serta roda.
Alat ini kurang lebih memiliki sistem yang sama dengan harvester, bedanya
alat ini mampu menebang dan menampung kayu sekaligus sehingga tidak
perlu meletakkan satu persatu.
3. Cara pengoperasian masing-masing alat berbeda. Kapak dapat digunakan dengan
memegang tangkai kapak dan menganyunkannya ke batang pohon hingga terbelah
/ terpotong. Gergaji dapat digunakan dengan menggesekkan gigi tajam pada batang
berulang-ulang hingga terpotong / terbelah. Chainsaw dapat digunakan dengan
memegang handle dan menyalakan mesin, slink akan bergerak apabila menekan
gas. Sedangkan untuk harvester dan feller buncher dioperasikan di ruang operator
oleh SDM yang sudah memiliki keahlian khusus.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Cahyadin, M., Ladiansari, S., Hibatunnur, H., Asmarita, A., Selhari, O. M., Raharjo, C. S.,
& Nuriadi, N. (2021). Peran Media Informasi sebagai Sarana Penunjang Wisata
Kolam Manggong Desa Batu Kumbung. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan
IPA, 4(1), 238.
Gautama, I. D. G. A., Sudita, I. K., & Ardana, I. G. N. S. (2015). PEMBUATAN PATUNG
PADAS PUTIH DI BANJAR LIMO DESA KUTAMPI KALER, NUSA PENIDA.
Jurnal Pendidikan Seni Rupa Undiksha, 5(1).
Gautama, I., Dassir, M., Mujetahid, A., & Dalya, N. (2019). Pemanenan Hutan Rakyat
(Teknik Pembalakan Berdampak Rendah). Makassar : Fakultas Kehutanan,
Universitas Hasanuddin.
Hendrayana, Y., Adhya, I., Supartono, T., Karyaningsih, I., & Nurlaela, A. (2020).
PELATIHAN OPERATOR CHAINSAW DAN TEKNIK PENEBANGAN DI
PERUM PERHUTANI KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH)
TASIKMALAYA. Empowerment: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 3(02), 143-
149.
Idris, M. M., & Soenarno, S. (2015). Unjuk Kerja Teknik Penyaradan Kayu Dengan
Metode Tree Length Logging Pada Hutan Alam Lahan Kering. Jurnal Penelitian
Hasil Hutan, 33(2), 153-166.
Pradipta, R. A. (2016). Risk Assessment pada Pekerjaan Menebang Kayu di Hutan
Produksi (Studi Kasus pada Pengoperasian Chainsaw Perum Perhutani KPH
Madiun). Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, 5(2), 153-162.
Sihombing, R. (2020). PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN
MENGGUNAKAN MESIN PANCANG TARIK (MONOCABLE WINCH) 26 PK
DI PT. RATAH TIMBER. MEKANIK, 8(1), 1-8.
Suhartana, S., & Yuniawati, Y. (2016). Produktivitas Dan Biaya Pemanenan Kayu Di
Hutan Tanaman Rawa Gambut. Jurnal Hutan Tropis, 4(3), 273-281.
IX. LAMPIRAN

Gambar 1. Jurnal oleh Cahyadin, M., Ladiansari, S., Hibatunnur, H., Asmarita, A., Selhari,
O. M., Raharjo, C. S., & Nuriadi, N. (2021).
Gambar 2. Jurnal oleh Gautama, I. D. G. A., Sudita, I. K., & Ardana, I. G. N. S. (2015).
Gambar 3. Buku oleh Gautama, I., Dassir, M., Mujetahid, A., & Dalya, N. (2019)
Gambar 4. Jurnal oleh Hendrayana, Y., Adhya, I., Supartono, T., Karyaningsih, I., &
Nurlaela, A. (2020).
Gambar 5. Jurnal oleh Idris, M. M., & Soenarno, S. (2015).
Gambar 6. Jurnal oleh Pradipta, R. A. (2016).
Gambar 7. Jurnal oleh Sihombing, R. (2020).
Gambar 8. Jurnal oleh Suhartana, S., & Yuniawati, Y. (2016).

Anda mungkin juga menyukai