Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMANENAN HASIL HUTAN

ACARA I

PENGENALAN ALAT-ALAT TEBANGAN DAN REDUCE IMPACT LOGGING (RIL)

Nama : Ratih Cahyaning Jati Wibawa

NIM : 20/455366/KT/09214

Shift : Rabu, pukul 15.30

Co-Asisten : Nabila Putri Hafsari

LABORATORIUM PEMANENAN HASIL HUTAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2022
ACARA I

PENGENALAN ALAT-ALAT TEBANGAN DAN REDUCE IMPACT LOGGING

(RIL)

I. TUJUAN
Praktikum Acara 1 memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Memperkenalkan alat-alat tebangan yang biasa digunakan di pemanenan hasil
hutan.
2. Mengetahui bagian-bagian alat dan fungsinya masing-masing.
3. Mengetahui cara mengoperasikan alat dan melaksanakan pekerjaan.

II. DASAR TEORI


Pengelolaan hutan adalah kegiatan yang termasuk dalam pengelolaan
sumber daya alam dengan menerapkan pengusahaan hutan dan perlakuan fisik
maupun mekanis dalam mencapai kelestarian. Saat ini, diperlukan sistem
pengelolaan yang benar-benar optimal dalam pengelolaan hutan agar
kelestarian hutan dapat terjamin (Faqih et al., 2018). Pemanenan hutan sendiri
merupakan tahapan awal dalam kegiatan pengelolaan hutan, khususnya pada
hutan primer. Menurut Elias (2012) kegiatan pemanenan hutan adalah
rangkaian kegiatan kehutanan dengan tujuan untuk merubah pohon beserta
biomasanya menjadi bentuk yang dapat dipindahkan ke lokasi lain sehingga
bermanfaat bagi kehidupan dan ekonomi masyarakat. Pemanfaatan hutan kayu
umumnya dimulai dari proses perencanaan hingga kegiatan logging itu sendiri.
Proses mengeluarkan kayu dari dalam hutan atau lokasi tebang menuju pabrik
kayu atau unit pengolahan selanjutnya yang terdekat dikenal sebagai
pembalakan, eksploitasi hutan, logging, ataupun pemanenan hutan (Darusman
dan Avenzora, 2013).
Tahapan pemanenan yang diawali dengan perencanaan bertujuan untuk
mengestimasi hasil yang bisa diperoleh dari suatu kawasan hutan. Kemudian
menurut Sukadaryati et al. (2018) proses penebangan selanjutnya meliputi
penebangan dan pemotongan pohon menjadi bagian yang lebih sederhana, dan
selanjutnya kayu akan dikeluarkan dengan proses penyaradan. Penyaradan
sendiri menurut Budiaman et al. (2020) merupakan tahapan pemindahan kayu
dari tempat tebangan menuju ke lokasi pengumpulan kayu dalam hutan. Setelah
penyaradan, akan dilakukan pemuatan kayu ke dalam truk, pengangkutan,
hingga sampai pada pembongkaran muatan.
Dalam melakukan pemanenan diperlukan sarana dan prasarana yang
memadahi agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Menurut Hiesl dan
Benjamin (2013) dalam Suhartana dan Yuniawati (2017), peralatan yang
digunakan dalam pemanenan kayu memiliki harga dan biaya operasional yang
cukup mahal, terutama untuk alat-alat yang bersifat mekanis. Oleh karena itu
perlu dilakukan perhitungan melalui perencanaan pemanenan mengenai
kebutuhan alat, efisiensi kerja dan hasil yang dipanen agar tercapai
produktivitas yang optimal. Produktivitas berkaitan erat dengan pemanenan,
yang mana semakin besar produktivitasnya maka biaya pemanenan akan bisa
ditekan, begitu juga sebaliknya (Suhartana et al., 2013 dalam Suhartana dan
Yuniawati, 2016). Sedangkan produktifitas sendiri dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor baik dari lingkungan maupun vegetasi hutan itu sendiri,
meliputi diameter batang, kualitas tapak, medan lapangan dan sebagainya.

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu:
1. Alat tulis
2. Handphone
b. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu:
1. Bermacam-macam kapak
2. Gergaji tangan
3. Gergaji mesin (Chainsaw)
4. Video alat penebangan mekanis

IV. CARA KERJA


Cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu:
1. Alat-alat tebangan digambarkan pada
lembar kertas data

2. Kemudian gambar diberi keterangan


seperti bagian-bagian alat, fungsi, dan
outpunya

3. Cara pengoprasian alat diuraikan dengan


jelas

Acara pengenalan alat tebangan diawali dengan penggambaran setiap contoh alat
tebangan mulai dari alat tebangan manual, semi mekanis, hingga mekanis. Di dalam
gambar disertakan pula keterangan mengenai bagian dan fungsi dari masing-masing
alat tebangan, ditambahkan juga wujud output produk yang dihasilkan, misanya kayu
bulat, atau sortimen kayu. Setelah itu, diberikan sedikit penjelasan singkat mengenai
mekanisme pengoperasian alat tebangan yang telah dijadikan contoh.

V. DATA DAN HASIL


VI. PEMBAHASAN

Reduce impact logging atau RIL adalah suatu praktek pemanenan hutan yang
lestari. Pemanenan dengan cara RIL ditujukan untuk tetap menyediakan tegakan tinggal
setelah penebangan dengan tujuan sebagai penyangga dan penyeimbang ekologi. Oleh
karena itu kajian mengenai kemampuan hutan dalam memulihkan keadaan baik dari
kegiatan penebangan ataupun gangguan alam perlu diketahui. Tujuannya adalah untuk
mendapatkan informasi bagaimana pengelolaan hutan tropis berkontribusi dalam
anggaran karbon global dan pertimbangannya di bawah Reducing Emissions from
Deforestation and Forest Degradation di negara berkembang (REDD+)
Menurut Butarbutar et al. (2019) Keberadaan hutan dengan kemampuannya
dalam siklus karbon sangatlah penting terutama pada hutan tropis. Indonesia merupakan
slaah satu negara dengan kawasan hutan tropus yang cukup luas, terutama di pulau
kalimantan. Oleh karena itu, kalimantan dipilih sebagai lokasi pembelajaran atau
penelitian dalam menganalisis pemulihan carbon pasca pemanenan hutan dengan
berbagai perlakuan seperti liberation, refining, dan thinning. Lokasi yang dipilih
tepatnya di lokasi konsesi milik PT Gunung Gajah Abadi yang berada di provinsi
Kalimantan Timur. Dengan membandingkan berbagai perawatan dengan variabel
kontrol, maka akan diketahui seberapa lama waktu yang diperlukan untuk suatu
kawasan hutan tumbuh kembali setelah terjadi pemanenan. Selain dengan cara itu, dapat
juga dilakukan dengan memgestimasi jumlah biomasaa diatar permukaan tanah dengan
tetap memperhatikan faktor koreksi seperti jatuhnya pohon tanpa pemanfaatan.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat memberikan informasi
mengenai tingkat biomassa permukaan dan pemulihan karbon pada hutan sekunder
pasca panen yang dikelola oleh pemilik konsesi dari Kalimantan Timur, Indonesia.
Semakin banyak gangguan yang terjadi dalam hutan tersebut maka pemulihan karbon
juga akan semakin lama. Oleh karena itu perlu adanya pengurangan intervensi hutan
menjadi fungsi lain yang bukan mestinya. Untuk itu, faktor yang dapat menghilangkan
biomassa pada pemanenan sebelumnya dan bagaimana pengelolaannya.
Dalam praktikum ini juga dihasilkan gambar macam-macam alat tebangan yang
relatif sering digunakan dalam proses penebangan. Alat-alat tersebut meliputi alat
manual berupa kapak dan gergaji tangan, alat semi mekanis berupa gergaji mesin
(chainsaw), alat mekanis misalnya feller buncher, harvester, knuckleboom loader, dan
yang terakhir adalah alat otomatis seperti robot untuk menebang kayu. Kapak dapat
dibedakan berdasarkan jumlah mata tajamnya menjadi kapak bermata satu dan kapak
bermata dua. Sedangkan berdasarkan bentuk tangkainya, dibedakan menjadi kapak
tangkai lurus yang biasa digunakan untuk memotong ranting kayu dan kapak tangkai
lengkung untuk membelah kayu. Kapak yang berfungsi untuk membelah kayu biasanya
memiliki bentuk mata tajam yang rata dan untuk kapak potong biasanya bermata
lengkung.
Selain kapak, gergaji tangan juga termasuk ke dalam alat tebangan manual.
Terdapat dua jenis gergaji berdasarkan jumlah handlenya, yaitu gergaji satu tangan dan
gergaji dua tangan. Sedangkan berdasarkan fungsingan, dibedakan menjadi gergaji
belah dengan mata tajam mengarah miring seperti huruf N yang digunakan untuk
membelah kayu, dan gergaji potong dengan mata tajam mengarah tegak lurus dan
ujungnya lebih lebar. Gergaji potong ini biasa digunakan untuk memotong kayu.
Pada gergaji mesin, dapat dibedakan berdasarkan jenis tenaga atau bahan bakar
yang digunakan dalam pengoperasiannya. Pertama adalah chainsaw listrik, yaitu gergaji
mesin dengan energi listrik yang ramah lingkungan. Namun, walaupun ramah
lingkungan, sumber energi listrik akan sulit ditemukan di dalam hutan untuk
menggunakan gergaji jenis ini. Kedua adalah chainsaw baterai, yaitu menggunakan
baterai yang dapat diisi ulang, gergaji ini juga ramah lingkungan dan dapat lebih mudah
digunakan di dalam hutan. Terakhir adalah chainsaw bahan bakar minyak, jenis ini
adalah gergaji mesin yang paling tidak ramah lingkungan dari kedua gergaji mesin
sebelumnya karena menggunakan minyak yang mana merupakan energi tidak
terbarukan dalam pengoperasiannya.
Jenis alat lainnya yang digambarkan dalam praktikum ini adalah alat mekanis
berupa alat berat yang terdiri dari tiga bagian utama, yaitu capit, lengan, dan operator.
Feller buncher misalnya, memiliki ketiga bagian tersebut dan berfungsi untuk
menebang dan mengumpulkan kayu hasil tebang. Sedangkan harvester memiliki fungsi
untuk menebang pohon sesuai ketinggian tertentu. Semua jenis alat penebangan
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing serta perlu keahlian tertentu untuk
menggunakannya.
VII. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Alat tebangan yang digunakan dalam pemanenan dibedakan menjadi 4 antara
lain:
a. Manual dengan proporsi 90% tenaga manusia, 10% tenaga mesin,
contohnya kapak dan gergaji tangan
b. Semi-mekanis dengan proporsi 70% tenaga manusia, 30% tenaga mesin,
contohnya chainsaw/gergaji mesin
c. Mekanis dengan proporsi 30% tenaga manusia, 70% tenaga mesin,
contohnya harvester dan feller buncher
d. Otomatis dengan proporsi 10% tenaga manusia, 90% tenaga mesin,
contohnya robot.
2. Bagian dan fungsi alat pemanenan :
a. Kapak : pipi kapak, rumah tangkai, tumit, lengkung tajam,
dan tangkai kapak
Fungsi : untuk memotong dan membelah kayu.
b. Gergaji tangan : blade, handle dan frame.
Fungsi : untuk memotong dan membelah kayu.
c. Chainsaw : power unit, cutting unit dan control unit.
Fungsi : untuk menebang dan memotong kayu.
d. Feller buncher : capit, lengan, pemotong dan operator.
Fungsi : menebang pohon.
e. Harvester : capit, lengan, pemotong, pembersih dan operator.
Fungsi : menebang, membersihkan batang dari cabang dan
memotong log
3. Alat tebangan dioperasikan dengan cara berikut:
a. Kapak, memegang tangkai kapak lalu mengayunkan mata kapak ke kayu.
b. Gergaji tangan, menggesekkan mata gergaji secara searah ke kayu.
c. Chainsaw, nyalakan mesin chainsaw lalu arahkan cutting unit ke kayu.
d. Alat mekanis, nyalakan mesin oleh operator dan arahlkan sesuai fungsi.
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Budiaman, A., Haneda, N. F., Indahwati, Wahyudi, A. F., Afsari, R. D., & Gifari, R. A. (2020). Dampak
Penyaradan Kayu Dengan Traktor Terhadap Keanekaragaman Semut (Hymeniptera:
Formicidae) di Hutan Produksi Alam, Kalimantan Tengah . Jurnal Sylva Lestari, Vol 85 (2) :
129-143.

Butarbutar, T., Soedirman, S., Neupane, P. R., & Kohl, M. (2019). Carbon recovery following selective
logging in tropical rainforest in Kalimantan, Indonesia. Forest Ecosystems, Vol 6 (35) : 1-14.

Elias. (2012). Pembukaan Wilayah Hutan. Edisi II. Bogor: IPB Press.

Faqih, S., Hardiansyah, G., & Roslinda, E. (2018). Analisa Biaya Pemanenan Tanaman Mangium
(Acacia mangium) Di PT Bina Silva Nusa Kecamatan Batu Ampar Kabupaten Kubu Raya.
Jurnal Hutan Lestari, Vol 6 (4) : 804-813.

Suhartana, S., & Yuniawati. (2016). Produktivitas dan Biaya Pemanenan Kayu Di Hutan Tanaman
Rawa Gambut . Jurnal Hutan Tropis, Vol 4 (3) : 273-.

Suhartana, S., & Yuniawati. (2017). Analisis Kebutuhan Peralatan Pemanenan Kayu: Studi Kasus Di
PT. Surya Hutani Jaya, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hasil Hutan, Vol 35 (2) : 145-
153.

Sukadaryati, Yuniawati, & Dulsalam. (2017). Pemanenan Kayu Hutan Rakyat (Studi Kasus di Ciamis,
Jawa Barat). Jurnal Ilmu Kehutanan, Vol 12 : 142-155.
LAMPIRAN

Gambar 1.1 Jurnal tentang RIL


Gambar 2.2 Jurnal oleh Faqih et al.
(2018)
Gambar 3.3 Jurnal oleh Suhartana dan Gambar 4.4 Jurnal oleh Suhartana dan

Yuniawati (2016) Yuniawati (2017)


Gambar 6.6 Buku oleh Elias (2012)

Gambar 5.5 Jurnal oleh Budiaman et al.


(2020)
Gambar 7.7 Jurnal oleh Sukadaryati et al.
(2018)

Gambar 8.8 Jurnal oleh Sukadaryati et


al. (2018)

Anda mungkin juga menyukai