Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMANENAN HASIL HUTAN

ACARA I

PENGENALAN ALAT-ALAT TEBANGAN DAN REDUCE IMPACT LOGGING


(RIL)

Disusun Oleh :

Nama : Krisna Bagus Astami

NIM : 18/427431/KT/08743

Shift : Rabu, 15.30 WIB

Co Ass : Wanda Setyagus P.

LABORATORIUM PEMANENAN HASIL HUTAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2020
ACARA I

PENGENALAN ALAT-ALAT TEBANGAN DAN REDUCE IMPACT LOGGING


(RIL)

I. TUJUAN
Tujuan praktikum ini adalah:
1. Memperkenalkan alat-alat tebangan yang biasanya digunakan
2. Mengetahui bagian-bagian alat dan fungsinya masing-masing
3. Dapat mengetahui cara mengoperasikan alat dan melaksanakan pekerjaan

II. DASAR TEORI

Reduced-impact logging (RIL) adalah sistem pemanenan kaliber modern yang


berupaya mengurangi struktur hutan kerusakan yang terkait dengan tebang pilih. RIL telah
terbukti mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh kegiatan kehutanan, dan memberikan
manfaat berkelanjutan dibandingkan dengan penebangan selektif konvensional (CL)
(Bicknell, 2015). Pemanenan hasil hutan secara sederhana diartikan sebagai kegiatan
mengeluarkan atau memindahkan hasil hutan dari dalam areal hutan ke konsumen atau ke
industri pengolahan hasil hutan (Supriyatno, 2009).
Pemanenan secara umum di artikan sebagai penebangan pohon dan mengangkutnya
ke perusahaan/industri. Pemanenan juga sudah mencakup penjarangan dan operasi
clearfelling. Penjarangan adalah penebangan pohon-pohon yang kecil dan kurang
berpotensi tumbuh baik agar pohon yang berpotensi dapat tumbuh dan berkembang,
sedangkan clearfelling adalah proses penebangan semua tanaman (Seppala, 2019).
Pemanenan hasil hutan memegang peranan penting dalam pengusahaan hutan. Hal ini
didasarkan atas pertimbangan bahwa pemanenan yang terutama menyangkut pembukaan
wilayah hutan, pemeliharaan dan pemanenan dapat memengaruhi efektivitas dan efesiensi
kerja, produktivitas, biaya dan gangguan lingkungan. Proses pemanenan hasil hutan adalah
usaha pemanfaatan kayu dengan mengubah tegakan pohon berdiri menjadi sortimen kayu
bulat dan mengeluarkannya dari hutan untuk dimanfaatkan sesuai kebutuhan
(Mujetahid,2010).
III. ALAT DAN BAHAN
a. Macam-macam kapak
b. Gergaji tangan
c. Gergaji mesin (Chainsaw)
d. Video alat penebangan otomatis

IV. CARA KERJA

Alat tebangan manual


(kapak) dan Cara
semimekanis (gergaji Tiap gambar alat pengoperasian
tangan) yang diberi keterangan dan output
Alat disiapkan
diperkenalkan bagian-bagian alat masing-masing
digambar, sedangkan dan fungsinya alat diuraikan
alat tebangan mekanis secara jelas
diamati melalui video

Uraian cara kerja:


Alat tebangan berupa kapak (manual) dan gergaji tangan (semi-mekanis)
disiapkan, lalu diperkenalkan bagian-bagiannya. Berdasarkan pengamatan,
selanjutnya kedua alat tersebut digambar. Sedangkan alat tebang mekanis
berupa feller buncher, forwarder, harvester, skidder, dan knuckleboom loader
diamati melalui video yang ada. Selanjutnya gambar kelima alat tersebut
dilampirkan (dalam bentuk print) dan diberi keterangan bagian-bagian serta
fungsinya. Output dan cara pengoperasian alat dari masing-masing alat juga
diuraikan dengan jelas.
V. DATA DAN HASIL PERHITUNGAN
VI. PEMBAHASAN

Praktikum pemanenan hasil hutan kali ini membahas mengenai pengenalan alat-alat
tebangan. Pemanenan sendiri memiliki beberapa komponen seperti :
a) Perencanaaan pemanenan (harvesting planning)
Rencana pemanenan merupakan rencana operasional yang disusun berdasarkan
data dan informasi dari hasil inventarisasi yang dilaksanakan sebelum
pemanenan dengan berpedoman pada rencana jangka panjang atau rencana
strategis pengelolaan hutan.
b) Penebangan dan pembagian batang (felling and bucking)
Penebangan (felling) adalah kegiatan merobohkan pohon dengan cara memotong
pada leher akar. Kegiatan terkait dengan felling mencakup pembagian batang
(bucking), pembersihan cabang (delimbing/debranching), pemotongan bagian
pucuk (topping), serta pemotongan banir (butting).
c) Penyaradan (skidding)
Penyaradan adalah kegiatan membawa pohon yang telah ditebang atau kayu
dari lokasi penebangan/tonggak melewati jalur-jalur yang telah direncanakan
menuju ke pinggir jalan atau ke tempat penimbunan sementara.
d) Pemuatan (loading)
Pemuatan adalah kegiatan menaikkan log ke atas alat angkutan. Kegiatan
tersebut mencakup meletakkan dan menata log yang sudah berada di atas alat
angkutan. Tidak hanya log tetapi juga bisa pohon utuh. Pemuatan biasanya
dilakukan di TPN atau di tepi jalan angkutan.
e) Pengangkutan (hauling/ transportation)
Pengangkutan adalah kegiatan memindahkan atau membawa kayu dari lokasi
penimbunan sementara ke tempat penimbunan kayu (TPK) atau sampai halaman
pabrik pengolahan kayu maupun tempat penjualan kayu. Pengangkutan dapat
dilakukan menggunakan berbagai alat angkut atau estafet dengan menggunakan
alat angkut yang berbeda.
f) Pembongkaran (unloading)
Pembongkaran dilaksanakan setelah alat angkut sampai ke tempat tujuan,
menurunkan log dari atas alat angkut. Pembongkaran merupakan aktivitas
terakhir dalam proses memindahkan kayu dari dalam hutan atau petak tebang
sampai ke tempat penimbunan kayu (TPK) atau sampai halaman pabrik
pengolahan kayu maupun tempat penjualan kayu.
g) Pembuatan dan pemeliharaan jalan (road construction and maintenance)
Kegiatan pembuatan jalan dalam pemanenan berfungsi untuk mendukung
kegiatan pengangkutan. Pembuatan jalan dilaksanakan khususnya di areal hutan
yang belum terbuka atau dipandang masih diperlukan adanya pembuatan jalan
baru. Pemeliharaan jalan dilaksanakan di areal hutan yang telah tersedia
jaringan jalan angkutan sehingga proses pengangkutan berjalan lancar.
Sistem penebangan dilakukan dengan 3 cara yaitu mekanis, semi mekanis, dan
manual. Pada sistem mekanis kebanyakan menggunakan mesin yang ditenagai oleh bahan
bakar minyak sehingga kekurangan dari mesin ini adalah menyebabkan polusi udara yang
cukup mengganggu dan polusi suara yang tinggi, alat yang digunakan pun memiliki harga
yang tidak murah. Kelebihan dari sistem ini adalah alat penebang mekanis dapat
melakukan kegiatan pemanenan dengan cepat dan tidak membutuhkan terlalu banyak
tenaga kerja manusia. Contoh alat pada system mekanis adalah antara lain Feller Buncher
dan Harvester. Pada sistem semi mekanis dilakukan dengan persentase 70% tenaga
manusia dan 30% tenaga mesin. Alat yang digunakan adalah chainsaw dengan 3 jenis,
yaitu chainsaw baterai, chainsaw listrik, dan chainsaw bahan bakar minyak. Pada
chainsaw baterai kekurangannya adalah chainsaw hanya dapat digunakan tidak dalam
waktu yang lama. Kelebihannya lebih praktis, polusi udara dan suara cenderung sedikit.
Pada chainsaw listrik kekurangannya adalah jangkauan terbatas karena butuh sakelar untuk
melakukan penebangan. Kelebihannya adalah polusi udara dan suara cenderung lebih
sedikit. Pada chainsaw bahan bakar minyak kekurangannya adalah bahan bakar minyak
cenderung lebih mahal dari 2 jenis chainsaw yang lain, polusi udara dan suara cenderung
tinggi. Kelebihannya dapat dilakukan dgn waktu yang cukup lama. Pada system manual
dilakukan dengan 90% tenaga manusia dan 10% tenaga mesin. Kelebihan dari berbagai
alat dr system manual adalah harga alat yang cukup terjangkau, alat yang praktis dan dapat
digunakan oleh berbagai kalangan. Kekurangannya adalah butuh tenaga yang cukup ekstra,
memerlukan waktu yang cukup lama dalam proses penebangan.
Kegiatan pemanenan konvensional mengakibatkan dampak negatif yang besar
untuk lingkungan. Kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungan memunculkan sistem
pemanenan ramah lingkungan (reduce impact logging) atau biasa disingkat RIL. RIL
adalah suatu pendekatan sistematis dalam perencanaan, pelaksanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi terhadap pemanenan kayu. RIL juga dapat didefinisikan sebagai satu set pedoman
pemanenan kayu yang dirancang untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan dari
penebangan pohon, penyaradan, dan pengangkutan. RIL tidak hanya teknik untuk
mengurangi kerusakan tegakan tinggal saja. Namun, mencakup prosedur untuk
mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya hutan melalui inventarisasi hutan dan
perencanaan pemanenan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jake E. Bicknell pada tahun 2015 dapat
disimpulkan bahwa:
1. Reduced-impact logging (RIL) sedang dipromosikan sebagai praktik kehutanan
terbaik yang dapat meningkatkan keberlanjutan dan menurunkan emisi CO2 dari
penebangan, dengan mengurangi kerusakan jaminan yang terkait dengan ekstraksi
kayu. RIL juga diharapkan agar dapat meminimalkan dampak penebangan selektif
terhadap keanekaragaman hayati, meskipun hal ini belum diuji secara menyeluruh.
Kami melakukan penelitian paling komprehensif hingga saat ini untuk menyelidiki
dampak keanekaragaman hayati dari RIL di berbagai kelompok taksonomi.
2. RIL dapat meningkatkan penyediaan jasa ekosistem, dan diperkirakan bahwa
adopsi lintas hutan produksi secara global akan mengurangi emisi karbon sebesar
160 juta ton setiap tahun, setara dengan 10% emisi karbon dari deforestasi, jika
diterapkan dengan benar. Terlepas dari kelemahan ini, penggunaan RIL tetap
lambat, dan praktik konvensional terus mendominasi industri.
3. Penebangan selektif tidak lebih berdampak kepada keanekaragaman hayati
dibandingkan gangguan skala besar lainnya yang dihadapi oleh hutan tropis, seperti
penebangan habis, kebakaran dan fragmentasi.

VII. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah:
1. Alat-alat tebangan yang banyak digunakan adalah:
 Manual
 Kapak
 Gergaji tangan

 Semi mekanis
 Chain saw

 Mekanis
 Harvester
 Feller buncher
 Skidder
 Forwarder
 Knuckleboom loader

2. Fungsi dari tiap alat yang digunakan adalah:


a. Kapak terdiri dari kepala kapak dan tangkai kapak, berfungsi untuk
memotong dan membelah kayu.
b. Gergaji tangan terdiri dari blade, frame, dan handle, berfungsi untuk
memotong dan membelah kayu.
c. Gergaji mesin terdiri dari power unit, control unit, dan cutting unit.
Berfungsi untuk membagi batang, pruning, membersihkan batang,
memotong kayu.
d. Feller buncher terdiri dari feller buncher head, tracks, boom, dan cab,
berfungsi untuk menebang pohon secara utuh.
e. Forwarder terdiri dari unit control, unit penggerak, unit energi, lengan,
kepala genggam, dan bak pengangkutan, serta berfungsi untuk memuat dan
memindahkan kayu dari lokasi penebangan ke pinggir jalan.
f. Harvester terdiri dari unit kontrol, unit penggerak, unit energi, lengan, dan
kepala genggam, serta berfungsi untuk menebang pohon, membagi batang,
dan membersihkan cabang.
g. Skidder terdiri dari control unit, unit penggerak, unit energi, lengan, dan
kepala genggam, serta berfungsi untuk menyarad dan memindahkan hasil
tebangan dari area tebang menuju pinggir jalan atau tempat penimbunan
kayu.
h. Knuckleboom loader terdiri dari unit kontrol, unit penggerak, unit energi,
lengan, dan kepala genggam, serta berfungsi untuk memuat dan
membongkar hasil tebangan.
3. Cara mengoperasikan alat tebangan:
 Manual: digerakkan menggunakan tenaga manusia dengan kemiringan
sudut tertentu. (90% manusia, 10% mesin)
 Kapak: satu orang
 Gergaji tangan: satu dan atau dua orang

 Semi mekanis (70% manusia, 30% mesin)


 Chain saw: satu orang. Cutting unit menggunakan mesin dan diarahkan
menggunakan tenaga manusia. Pengaturan mesin, on/off, dilakukan dibagian
power unit.

 Mekanis: penggunaan dan pengaturan dioperatori oleh manusia di kabin alat


mekanis dan seluruh kegiatan pemanenan dilakukan oleh mesin. Feller buncher,
forwarder, harvester, skidder, dan knuckleboom loader dengan tenaga manusia
sebesar 30% dan mesin 70% melalui unit control.
VIII. DAFTAR PUSTAKA

Bicknell, Jake. 2015. Reconciling timber extraction with biodiversityconservation in


tropical forests using reduced-impactlogging. Journal of Applied Ecology. 379-388
Mujetahid, A. (2010). Analisis Biaya Penebangan Pada Hutan Jati Rakyat di Kabupaten
Bone. Perenial, 108-115
Seppala, Jyri. 2019. Effect of Increased Wood Harvesting and Utilization on Required
Greenhouse Gas Displacement Factors of Wood-Based Products and Fuels.
Journal of Environmental Management, 580.
Supriyatno, Nunuk dan Haryanto. 2009. Buku Ajar Pemanenan Hasil Hutan.
Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM.

Anda mungkin juga menyukai