Anda di halaman 1dari 14

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perkembangan dan kemajuan teknologi telah menciptakan banyak alat-alat yang


mampu mempermudah dan mempercepat pekerjaan manusia. Alat-alat bantu ini
menggunakan sistem instrumentasi atau elektronika digital yang banyak
digunakan di tempat-tempat umum. Pengukuran secara langsung biasanya
menggunakan alat ukur sistem instrumen yang sudah dikembangkan teknologinya
karena ketepatan dalam pengukuran sangat diperlukan.
Instrumentasi adalah alat-alat dan piranti yang dipakai untuk pengukuran dan
pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih kompleks.
Instrumentasi sebagai alat pengukur sering kali berupa pengukur dari semua jenis
besaran fisis, kimia, mekanis, maupun besaran listrik. Beberapa contohnya adalah
alat ukur massa, waktu, panjang, luas, sudut, suhu, kelembaban, tekanan, aliran,
pH (keasaman), radiasi, suara, cahaya, kecepatan, sifat listrik, viskositas, density
dan lain sebagainya.
Kegiatan bengkel sendiri merupakan suatu keterampilan dan pengetahuan
tentang peralatan baik untuk membuat, membentuk, merakit, merubah bentuk,
maupun memperbaiki suatu benda menjadi baru atau menjadi kondisi yang lebih
baik. Selain untuk membuat, membentuk, merakit, merubah bentuk, bengkel
pertanian sendiri dapat digunakan untuk sebagai tempat perawatan
dan  pemeliharaan suatu mesin terutama mesin pertanian.
Dalam pekerjaan perbengkelan yang lebih modern dibutuhkanlah tempat serta
alat yang layak dan tepat untuk merancang hingga membuat alat seutuhnya serta
tentang seluruh jenis dan fungsi alat serta mesin penunjang perbengkelan
pertanian dan juga pada bagian pengenalan alat kita bisa mengetahui karakteristik
dari suatu alat-alat termasuk alat dan macam-macam instrumentasi dalam
perbengkelan pertanian.
Berdasarkan hal diatas maka perlu dilakukan praktikum instrumtasi bengkel
pertanian pendahuluanagar dapat mengetahui macam-macam instrumentasi dalam
perbengkelan dan juga mampu mengoperasikan instrumentasi perbengkelan.
1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini agar mahasiswa dapat mengetahui alat dan
macam-macam instrumentasi dalam perbengkelan, agar mahasiswa mampu
mengoperasikan instrumentasi perbengkelan.
Kegunaan dari praktikum ini kita dapat mengetahui alat dan macam-macam
instrumentasi dalam perbengkelan dan mampu mengoperasikan instrumentasi
perbengkelan.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bengkel Pertanian

Secara umum, pengertian bengkel adalah tempat berupa bangunan atau ruangan
yang berfungsi untuk perawatan atau pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alat dan
mesin (alsin), tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alat dan mesin serta
tempat teknisi untuk belajar (Sulistiadji, 2010).
Menurut Sulistiadji (2010), bengkel digambarkan sebagai berikut:
a. Secara umum berfungsi sebagai tempat service, repair dan maintenance .
b. Secara khusus berfungsi mirip dengan suatu tempat seperti laboratorium yang
digunakan sebagai untuk tempat membuktikan kebenaran ilmu dan melahirkan
teknologi.
Misal bengkel teater, bengkel pengrajin, workshop atau seminar di hotel dan
bengkel R&D (Research and Development). Pertanian merupakan industri
penting dan mendasar karena dapat juga berfungsi sebagai pemasok bahan
pangan. Seiring dengan zaman yang semakin berkembang, maka sektor
pertanian pun melakukan inovasi-inovasi baik di kegiatan usaha tani maupun
pengolahan hasil pertanian. Hal ini terlihat dengan pemanfaatan untuk teknologi
modern pada berbagai kegiatan usaha pertanian (Sulistiadji, 2010).
Beberapa contoh teknologi modern yang dimanfaatkan di bidang pertanian
adalah alat dan mesin budidaya pertanian, alat dan mesin pengolahan hasil
pertanian, bangunan modern pertanian, penggunaan berbagai alat dan
instrumen yang dapat menunjang berbagai kegiatan usaha pertanian. Bengkel
didefinisikan sebagai tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan
atau pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alat dan mesin, tempat
pembuatan bagian-bagian mesin, tempat perakitan alat dan mesin dan tempat
penyimpanan alat dan mesin (pertanian). Bengkel yang dibuat untuk usaha
pertanian biasa disebut sebagai pusat kegiatan mekanisasi, bengkel mekanika
pertanian, atau biasanya juga disederhanakan menjadi bengkel pertanian.
Bengkel pertanian merupakan tempat belajar mekanika yang menyenangkan
(Mikrajuddin, 2016).
Bengkel pertanian dapat ditemukan di sekolah-sekolah, lahan-lahan pertanian,
maupun di sektor industri pertanian lainnya. Di bengkel pertanian, banyak hal
yang bisa dipelajari dimana keahlian yang diperoleh bisa bermanfaat untuk masa
kini atau masa yang akan datang. Keahlian-keahlian penting
perbengkelan yang mendasar adalah dasar-dasar pemakaian perkakas-
perkakas tangan dan perkakas-perkakas listrik (Mikrajuddin, 2016).
2.2 Pengertian Pengukuran

Pengukuran adalah proses untuk memperoleh informasi suatu besaran fisis


tertentu, misalnya seperti tekanan (p), suhu (T), tegangan (V), arus listrik (I), dan
lain sebagainya. Informasi yang diperoleh dapat berupa nilai dalam bentuk angka
(kuantitatif) maupun berupa pernyataan yang merupakan sebuah kesimpulan
(kualitatif). Untuk memperoleh informasi tersebut, maka kita memerlukan alat
ukur, misalnya untuk mengetahui tegangan V, arus I, hambatan R kita dapat
menggunakan alat multimeter (Mikrajuddin, 2016)..
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran lain yang
telah ditetapkan sebagai standar pengukuran. Alat bantu dalam proses pengukuran
disebut alat ukur. Alat ukur dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak, misalnya
alat ukur panjang (mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup), alat ukur
massa, alat ukur waktu, dan alat ukur suhu, dll (Bahtiar, 2010).
a. Data Pengukuran

Informasi yang diperoleh dalam sebuah pengukuran disebut data. Sesuai dengan
sifat pengukuran, maka data dapat dibagi menjadi dua macam yaitu Data
Kualitatif dan Data Kuantitatif. Melalui data kualitatif, maka semua informasi
berupa sebuah pernyataan kesimpulan dapat diperoleh, misalnya: “Tembaga dapat
dipindahkan dalam sebuah reaksi kimia dengan menggunakan bahan kimia Ferric
Chlorida”. Sedangkan data kuantitatif adalah informasi yang diperoleh dalam
pengukuran berupa nilai atau angka, misalnya sebuah pengukuran tegangan
diperoleh (10 ± 1) volt. Selanjutnya data kuantitatif dapat digolongkan menjadi
dua macam data, yaitu data empiris dan data terproses (Bahtiar, 2010).
Data empiris adalah data yang diperoleh langsung saat dilakukan pengukuran
atau apa yang terbaca pada alat ukur, sering disebut juga data mentah, karena
belum diproses lebih lanjut. Tegangan yang terbaca pada voltmeter misalnya,
termasuk data empiris. Sedangkan data terproses adalah data yang diperoleh
setelah dilakukan pengolahan tertentu, misalnya melalui sebuah perhitungan.
Sebagai contoh jika diukur tegangan V dan arus I, maka hambatan R = V/I, dan
setelah dihitung hasilnya disebut data terproses. Data tipe ini biasanya diperoleh
dari proses reduksi data (Bahtiar, 2010).
b. Reduksi Data

Berkaitan dengan data di atas maka setelah data terkumpul dari hasil suatu
pengukuran, selanjutnya dilakukan proses perhitungan-perhitungan matematik
atau dilakukan penyusunan ulang data-data. Proses atau prosedur ini disebut
reduksi data atau pengolahan data (Bahtiar, 2010).
2.3 Alat Ukur

Melakukan pengukuran dalam suatu besaran fisika, sangat dibuthkan


dengannamanya alat ukur, dengan adanya alat ukur dapat membantu kita
mendapatkan data hasil pengukuran. Faktor lain selain alat ukur untuk
mendapatkan hasil yang akurat perlu adanya faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
proses pengukuran, antara lain benda yang diukur, proses dalam pengukuran, kond
isisuatu lingkungan dan orang yang melakukan pengukuran. Alat-alat
pengukurantersebut antara lain (Mikrajuddin, 2016).
a. Mistar

Mistar adalah alat ukur panjang yang paling sederhana dan memiliki 2
skalaukuran yaitu skala utama dan skala terkecil. Skala utama pada mistar
adalahsentimeter (cm) dan satuan skala terkecil adalah milimeter (mm). Nilai
skalaterkecil mistar yaitu 1 mm. Mistar memiliki ketelitian sebesar 0,5 mm atau
0,05cm (Ihsan, 2016).

Gambar 2.1 Mistar


(sumber : Ihsan, 2016)
b. Jangka Sorong
Jangka sorong adalah alat ukur untuk menghitung panjang, lebar, tinggi,diameter
luar dan dalam, serta kedalaman lubang suatu benda. Jangka sorong dapat
mengukur hingga ketilitian 0,1 mm. Skala utama terletak di batang
di batang jangka sorong, sedangkan pada rahang sorong diberi skala sebanyak 10 
bagian dengan panjang 9 mm maka disebut skala nonius (Ihsan, 2016).

Gambar 2.2 Jangka Sorong


(Sumber : Ihsan, 2016)

c. Tachometer

Kata tachometer berasal dari kata yunani tachos yang berarti kecepatan dan
metron yang berarti untuk mengukur. Alat Tachometer adalah sebuah alat yang
digunakan untuk pengujian yang dirancang untuk mengukur kecepatan rotasi dari
sebuah objek, seperti alat pengukur dalam sebuah Motor listrik yang mengukur
putaran per menit (RPM) dari poros engkol motor. Alat tachometer laser adalah
alat yang dapat melakukan pengukuran dari jarak jauh yaitu bekerja dengan sensor
cahaya yang sangat sensitip terhadap elemen berputar. Maka dari itu alat harus
dirawat dan diperbaiki secara teratur (Enny, 2017).

Gambar 2-3 Tachometer


(Sumber: Enny, 2017)
Apabila ada kerusakan. Kegiatan perawatan yang dilakukan adalah perawatan
pencegahan dan pemeliharan kerusakan. Sehingga alat tachometer dapat
digunakan secara maksimal sesuai dengan instruksinya pemakaian alat tersebut.
Dengan adanya perawatan dan pemakaian yang tepat diharapkan bahwa alat
tachometer laser agar dapat berfungsi dengan baik dalam waktu yang lama (Enny,
2017).
2.4 Pengukuran dan ketidakpastian

Suatu pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian. Bebereapa penyebab


ketidak pastian adalah adanya nilai skala terkecil (NST). Kesalahan kalibrasi,
kesalahan titik nol, kesalahan pegas, adanya gesekan,
kesalahan paralaks, fluktuasi
parameter pengukuran dan alat lingkungan yang saling mempengaruhi serta
keterampilan pengamat sehingga sangat sulit mendapatkan nilai sebenarnya suatu
besaran melalui pengukuran. pengukuran merupakan suatu yang sangat vital.
Suatu pengamatan terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran (Gunanda,
2014).
Pengukuran yang sangat teliti sangat dibutuhkan dalam fisika
agar peristiwa yang akan terjadi dapat diprediksi dengan kuat, namun ketika kitam
engukur suatu besaran fisis menggunakan instrument, tidak mungkinakan
mendapatkan nilai benar melainkan selalu terdapat ketidakpastian. Pengukuran
dilakukan dengan alat yang pasti memiliki nilai skala terkecil (NST). Untuk
mencapat suatu tujuan tertentu didalam fisika adalah melakukan pengamatn yang
disertai dengan pengukuran. Pengamatan suatu gejala secara umum tidak lengkap
apabila tidak ada data didapatkan dari hasil pengamatan (Bahtiar, 2010).
Melakukan pengukuran suatu besaran menggunakan alat ukur yang sudah di 
tentukan, karena pengukuran sebenarnya adalah proses pembandingan nilai
besaran yang belum diketahui dengan nilai standar (Bahtiar, 2010).
3 METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum pengenalan dan instrumentasi alat-alat bengkel ini dilakukan pada hari
Kamis, 05 Maret 2020 pada pukul 13.00 WITA sampai selesai, bertempat di
Laboratorium Teknik Bengkel, Prodi Keteknikan Pertanian, Dapartemen
Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.3 Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan yaitu mistar ukur, jangka sorong, micrometer sekrup,
tachometer, RH meter, sound level meter, lux meter, vibration meter.
Sedangkan bahan yag digunakan yaitu besi plat, besi silinder papan balok dan
lain-lain.
3.4 Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja praktikum ini terdiri dari:


a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Mengukur kecepatan rotasi dengan menggunakan tachometer
c. Mengukur besar pecahan lampu menggunakan luc meter
d. Mengukur tingkat keseimbangan motor listrik menggunakan sound level
meter
e. Mengukur tingkat kelembaban ruangan menggunakan RH meter
f. Mengukur besarnya getaran yang dihasilkan oleh motor listrik menggunakan
vibrator motor
4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4-1 Tabel Spesifikasi Alat Perbengkelan Pertanian


No Nama dan Gambar Alat Keterangan dan Fungsinya
1. Jangka Sorong 1. Rahang tetap atas untuk mengukur
1 2 3 4 5 6 7 8 diameter dalam benda.
2. Rahang sorong atas untuk mengukur
diameter dalam benda.
3. Rahang tetap bawah untuk mengukur
diameter luar. Fungsi: mengukur diameter
dalam dan diameter luar suatu benda.
4. Rahang sorong bawah berfungsi untuk
mengukur diameter luar.
5. Pengunci untuk menahan bagian yang
bergerak saat proses berlangsungnya
proses pengukuran.
6. Skala nonius berfungsi sebagai skala
pengukuran fraksi dalam bentuk mm.
7. Sekrup penyetel untuk lebar rahang
sorong.
8. Skala utama untuk menyatakan ukuran
dalam bentuk cm.

2. Mikrometer Sekrup 1. Anvil atau poros tetap, sebagai penahan


saat sebuah benda akan diukur dan
ditempatkan di antara anvil dan spindle.
2. Spindle atau poros gerak, sebuah silinder
yang bisa digerakkan secara maju dan
mundur menjauh dan menuju anvil.
3. Lock nut atau pengunci, untuk menahan
spidle atau poros gerak agar tidak
bergerak saat proses pengukuran benda
1 2 3 4 5 6 7 berlangsung.
4. frame atau bingkai, yang menyerupai
huruf U. Bingkai ini dibuat dengan bahan
logam yang tahan panas dan dibentuk
dengan ketebalan yang tepat sehingga bisa
mengurangi pregangan dan
mempermudah proses pengukuran.
5. Sleeve merupakan batang logam tempat
skala utama berada ( dalam satuan mm).
6. Thimble, batang logam yang dapat diputar
dan ukurannya lebih besar dari sleeve
serta merupakan tempat dimana skala
nonius atau skala putar berada.
7. Ratchet knob, berfungsi untuk memutar
spindle atau poros gerak saat ujung dari
spindle telah dekat dengan benda yang
akan diukur. Bagian ini kemudian
digunakan untuk mengencangkan spindle
dengan cara diputar searah jarum jam
sampai terdengar suara bunyi klik.

3. Tachometer Digital 1. Roda Idler, berfungsi sebagai penyalur


putaran.
2. Bantal, sebagai bantalan pengukuran.
3. LCD, menampilkan aktivitas yang terjadi
pada alat ukur yaitu baterai, nilai
kecepatan, kondisi arus, mode
pengukuran yang dipilih, cahaya latar,
dan penyimpanan data.
4. Tip sentuh cekung, alat yang akan
menentukan jumlah putaran dan
1 2 3 4 5 6 7 kecepatan putaran.
5. Meas, sebagai tombol penyimpanan data
dan menampilkan nilai kecepatan
putaran.
6. Tip sentuh cembung, alat yang akan
menentukan jumlah putaran dan
kecepatan putaran.
7. Pegangan, sebagai pegangan tachometer.

4. Mistar Baja 1. Skala utama, untuk menunjukkan panjang


dalam satuan cm.
2. Lubang penggantung, sebagai lubang
untuk menggantung.

1 2

5. Tachometer Manual 1. Limited, sebagai dinding luar.


2. Dial frame, sebagai body atau cover yang
menyelimuti mekanisme pengukuran di
dalam dial.
3. Short pointer, jarum penunjuk kecil
terletak di bagian dalam yang akan
menunjuk angka 1 saat long pointer
berputar pada satu putaran.
4. Long pointer, jarum penunjuk ini akan
1 2 34 5 6 7 bergerak menunjuk angka disekitar
numeric ndicator sesuai dengan
pergerakan spindle.
5. Find adjusment, berbentuk seperti sekrup
untuk mengatur kekencangan auter
frame.
6. Cap, untuk mengatur putaran.
7. Spindle, sebagai input menuju dial
indicator.
Beradasarkan praktikum yang telah dilakukan, di dapatkan beberapa instrumentasi
dalam bengkel pertanian antara lain tachometer digital, mistar baja, tachometer
manual, mikrometer sekrup, dan jangka sorong. Jenis-jenis instrumentasi tersebut
memiliki bagian-bagian dan fungsi yang berbeda. Setiap alat atau instrumen
masing-masing memiliki tampilan skala atau display, yang tak lain berfungsi
untuk menunjukkan nilai atau ukuran suatu variabel yang diukur. Instrumentasi
yang digunakan dalam pengukuran adalah untuk memberikan suatu nilai numerik
yang sesuai dengan variabel yang diukur. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sulistiadji (2010) yang menyatakan bahwa fungsi instrumen yang banyak
digunakan di industri maupun di laboratorium pengujian antara lain, seperti alat
ukur kadar air, alat ukur suhu, alat ukur tekanan, alat ukur gaya, alat ukur getaran,
alat ukur tingkat kebisingan, tachometer digital dan lain-lain yang harus mampu
secara akurat mendeteksi setiap perubahan.

4-2 Tabel Hasil Pengukuran


N Alat yang Objek yang Hasil Gambar
o Digunakan Diukur Pengukuran Pengukuran
1. Jangka Mengukur DL= 25,7 cm
Sorong diameter dalam DD=25,5 cm
dan diameter
luar pipa
2. Mistar Baja Panjang pipa 33 cm

3. Tachometer Mengukur 2993,5 rpm


digital kecepatan
rotasi gerinda
statif

4. Tachometer Mengukur 2993,9 rpm


digital kecepatan
rotasi gerinda
statif

5. Tachometer Mengukur 2904,6 rpm


digital kecepatan
rotasi gerinda
statif

Berdasarkan praktikum Instrumentasi Bengkel Pertanian yang telah dilakukan,


dapat diketahui bahwa setiap alat instrumen dalam bengkel pertanian,
masing-masing alat tersebut memiliki objek pengukuran yang berbeda-beda yang
disesuaikan dengan fungsinya masing-masing. Dimana, hasil dari pengukuran
tersebut dihasilkan secara cepat. Adapun nilai yang dihasilkan pada pengukuran
yang telah dilakukan yakni dalam bentuk angka atau numerik. Hal ini menujukkan
bahwa pengukuran tersebut dilakukan untuk menentukan harga kuantitas dari
pengukuran suatu objek. Seperti yang telah dijelaskan oleh Sulistiadji (2010),
bahwa instrumentasi merupakan alat-alat dan piranti (device) yang dipakai untuk
pengukuran dan pengendalian dalam suatu sistem yang lebih besar dan lebih
kompleks. Instrumentasi juga merupakan piranti atau alat ukur untuk mengukur
harga atau kuantitas sesuatu selama pengamatan.

5. PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah di dilaksanakan maka dapat disimpulkan

bahwa:

a.
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar., 2010, Buku Panduan Praktek Lapangan, Institut Pertanian Stiper,
Yogyakarta.

Enny., 2017, “Analisis Kondisi Dan Pengendalian Bahaya Di Bengkel


Laboratorium Sekolah Menengah Kejuruan”, Jurnal Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan, Vol. 20, No.2, Hh. 203-205.

Ihsan., 2016, “Pengelolaan Bengkel Teknik Mekatronika”, Tesis, Vol. 2, No. 1,


Hh. 2-4.
Mikrajuddin., 2016, “Pengelolaan Laboratorium Di Perguruan Tinggi”, Bahari
Jogja, Vol. 14, No. 25, Hh. 1-6.

Sulistiadji., 2010, “Manajemen Risiko K3 (Keselamatan Dan Kesehatan Kerja)


Pada Proyek Pembangunan Apartemen Puncak Permai Surabaya”,
Prosing Seminar Nasional Teknologi XIII, Vol. 1, No. 1, Hh. 1-3.

Anda mungkin juga menyukai