Anda di halaman 1dari 13

KAJIAN ALTERNATIF PENGELOLAAN

PENERIMAAN JASA LINGKUNGAN DI


KABUPATEN LOMBOK BARAT

Oleh:
Prayitno Basuki
Dosen Fakultas Ekonomi
Universitas Mataram
Latar Belakang
• Semakin terbatasnya kuantitas maupun kualitas ketersedi
aan air
 degradasi lingkungan hulu dan hilir;
• Terdapat kecenderungan berkurangnya perhatian publik
dan pemerintah pada kegiatan konservasi lingkungan di
era otonomi;
• Sebaliknya ada peluang besar dengan sistem alokasi
pembiayaan pembangunan yang “block grant” dan
kewenangannya bagi pemda untuk memberikan
perhatian kepada kegiatan konservasi lingkungan; dan
• Perlu adanya desain besar untuk menciptakan dan
membangun perhatian para pihak pada kegiatan
konservasi (jasling) untuk keberlanjutan kehidupan dan
pembangunan  bagaimana pengelolaan jasling di
Lombok Barat.
Bentuk Dasar PES di Dunia
Permasalahan Bentuk PES Siapa Siapa Keterlibatan Bentuk Dasar Hukum
Hilir Hulu Membayar Menerima Institusi Kompensasi
Publik
Pengendapan Penghijauan Asosiasi Institusi Pelaku utama, Pembayaran fee Skema dagang
tanah dan reboisasi petani di pemerintah institusi publik per Ha
hilir dan pemilik bagi konservasi penghutanan
lahan di kembali selama
hulu 10 tahun
Kelangkaan air, Penghijauan Asosiasi Institusi Peran minimal; Kontrak individu Perjanjian
banjir, dan reboisasi, petani di pemerintah institusi hanya kerjasama
pengendapan kontrol erosi hilir dan pemilik mendesain
saluran air dan lahan di rencana
perlindungan hulu manajemen dan
sungai pendistribusian
fee
Pengendapan Penghijauan Pengelola Pemilik Minimal; Pembayaran per Perjanjian
dam bagi MH dan reboisasi, MH dan lahan di menyediakan tahun kerjasama
hutan dana dari hulu kerangka kerja
berkelanjutan pemerintah untuk
dan pembayaran,
preservasi jasa sebagai
hutan mediator,
meningkatkan
pembayaran
Menurunnya Pengawasan Pengguna Dana, Keterlibatan Kontrak individu Aturan fee dan
kuantitas dan cadangan air, air Pemilik utama; institusi skema
Permasalahan Bentuk PES Siapa Siapa Keterlibatan Bentuk Dasar Hukum
Hilir Hulu Membayar Menerima Institusi Kompensasi
Publik
Menurunnya Pengurangan Perusahaan Petani di Tidak perlu Pembayaran Kerjasama sama
kualitas mata mengalirnya air kemasan hulu tahunan swasta
air material dan
penggunaan
pestisida

Menurunnya Pengguna Institusi Keterlibatan


kuantitas dan fasilitas Dana utama dari
kualitas air rekreasi universitas
dan
pengguna
air

Menurunnya Implementasi Pengguna Petani di Keterlibatan Mengurangi Aturan skema


kuantitas dan perencanaan air di hulu utama; program pajak pembayaran
kualitas air dan perilaku perkotaan dan pembiayaan pendapatan dan publik dan pajak
minum manajemen (pajak dan penuh dari menutup biaya
pertanian rekening pemerintah tambahan
yang baik air) perubahan
manajemen
yang pro
lingkungan
Erosi lahan, Penghijauan Pemerintah Petani Keterlibatan Pembayaran Aturan skema
menurunnya dan reboisasi utama; tahunan pembayaran
kualitas air serta pemrintah publik
implementasi bertanggungjawa
Sumber: Koch-Weser
perilaku dan Kahleborn, 2002 b penuh pada
Pasal 157 Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Sumber
pendapatan daerah terdiri atas:
a. pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut
PAD, yaitu:
1) hasil pajak daerah;
2) hasil retribusi daerah;
3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan; dan
4) lain-lain PAD yang sah;
b. dana perimbangan; dan
c. lain-lain pendapatan daerah yang sah.
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pasal 6 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat
Dan Pemerintah Daerah
(1) PAD bersumber dari:
a. Pajak Daerah;
b.Retribusi Daerah;
c. hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang
dipisahkan; dan
d. lain-lain PAD yang sah.
PENDAPATAN ASLI DAERAH
(2) Lain-lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d,meliputi:
a. hasil penjualan kekayaan Daerah yang tidak dipisahkan;
b. jasa giro;
c. pendapatan bunga;
d. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing; dan
e. komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat
dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau
jasa oleh Daerah.
KLASIFIKASI JASLING DALAM SKEMA
PENDAPATAN DAERAH
• Jasling Di Kabupaten Lombok Barat dapat
diklasifikasikan sebagai “Lain-lain pendapatan
daerah yang sah” sebagai analogi dari Pendapatan
Negara Bukan Pajak;
• Didasarkan pada UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang
Penerimaan Negara Bukan Pajak dan tidak berdasar
pada UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah
diubah dengan UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAE
RAH
• Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah;
• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 Tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13
Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah;
• Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 32 Tahun 2008 Tentang
Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2009; dan
• Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 900/2677/SJ tanggal
8 Nopember 2007 Perihal Hibah dan Bantuan Daerah
ALTERNATIF SKEMA PROSEDUR
PEMANFAATAN JASLING LOMBOK BARAT
Pasal 27 Ayat (7) PP No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerahdinyatakan bahwa : Klasifikasi Belanja menurut
Jenis Belanja terdiri dari :
a. Belanja Pegawai
b. Belanja Barang dan Jasa
c. Belanja Modal
d. Bunga
e. Subsidi
f. Hibah
g. Bantuan Sosial
h. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan, dan
i. Belanja Tidak Terduga
PENGERTIAN HIBAH
Penjelasan Pasal 27 Ayat (7) Huruf f. :
• Hibah digunakan untuk menganggarkan
pemberian uang/barang atau jasa kepada
pemerintah atau pemerintah daerah lainnya,
perusahaan daerah, masyarakat dan organisasi
kemasyarakatan, yang secara spesifik telah
ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib
dan tidak mengikat, serta tidak secara terus
menerus.
ARTI KATA TIDAK TERUS MENERUS
Pasal 44 Ayat (3) Hibah yang diberikan secara
tidak mengikat/tidak secara terus menerus
diartikan bahwa pemberian hibah tersebut ada
batas ketergantungan pada kemampuan
keuangan daerah dan kebutuhan atas kegiatan
tersebut dalam menunjang penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah;
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan:
• Jasling merupakan pendapatan daerah dari lain-lain pendapatan
daerah yang sah;
• Hibah merupakan alternatif terbaik sebagai mekanisme
pemanfaatan jasling di Kabupaten Lombok Barat
Rekomendasi:
• Perlu upaya sosialisasi yang lebih komperhensif dan
berkelanjutan kepada seluruh stakeholder Jasling dan kelompok
strategis lainnya;
• Pemanfaatan melalui mekanisme hibah membutuhkan kesiapan
penguatan IMP sebagai institusi utama pengelola Jasling.

Anda mungkin juga menyukai