Anda di halaman 1dari 14
PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Jalan Majapahit No: 54 MATARAM 83115 pon (0370) 622870 — 633945 Fax. (0370) 640457 - 633961 Tele KEPUTUSAN KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Nomor: 188/209 /KPTS/RPM-DISLHK/2018 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KEMITRAAN KEHUTANAN PADA KAWASAN HUTAN DI PROVINSI NUSA. TENGGARA BARAT KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Menimbang —: a, Bahwa dalam upaya mewujudkan peningkatan efisiensi dan efektifitas pelayanan kepada masyarakat dan peningkatan daya saing daerah, dipandang perlu adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) Kemitraan Kehutanan pada kawasan Hutan sebagai panduan bagi masyarakat dan berbagai pihak lain yang akan bermitra dengan Balai Kesatuan Pengelolaan Hutan (BKPH) maupun Taman Hutan Raya (Tahura) Nuraksa b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi ‘Nusa Tenggara Barat tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Kemitraan Kehutanan pada Kawasan Hutan, Mengingat —— 1. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan 4, Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2018 tentang Kerja Sama Daerah; 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 22 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Kerja Sama Daerah; 6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan — Nomor. P.83/MENLHK/SETJEN/ KUMI/10/2016 Tentang Perhutanan Sosial 7. Peraturan Dirjen PSKL Nomor 18 /PSKL/SET/PSL.O/12 2016 Tentang Pedoman Penyusunan Naskah Kesepakatan Kerjasama (NKK), & Deraturan Guiharnnir Nica Tananara Barat Namar Ad Tahun W017 9. Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Barat Nomor 29 Tahun 2018 Tentang Pembentukan, Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Pada Dinas- Dinas Daerah Dan Unit Pelaksana Teknis Badan Pada Badan-Badan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat; MEMUTUSKAN MENETAPKAN KESATU + Standar Operasional Prosedur (SOP) Kemitraan Kehutanan Pada Kawasan Hutan Produksi, Hutan Lindung dan Taman Hutan Raya (Tahura) di Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagai standar pelayanan pelaksanaan kemitraan kehutanan dalam upaya peningkatan efisiensi dan efiktifitas pelayanan untuk mencapai kepuasan masyarakat dan para pihak lainnya KEDUA : SOP Kemitraan Kehutanan pada Dinas Kehutanan Provinsi Nusa Tenggara Barat meliputi kemitraan pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (HHK), Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dan jasa lingkungan, dengan proses dan urutan aktivitas sebagaimana terlampir, KETIGA + Hal-hal yang belum diatur dalam SOP ini akan diatur lebih lanjut sesuai dengan aturan yang berlaku; KEEMPAT =: Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan bahwa apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya, maka akan diubah dan diperbaiki sebagaimana mestinya. Ditetapkan di: Mataram Pada Tanggal 15 Ckiebor 2018 KEPALA DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN |? | I. MADANI MUKAROM.BSc.F.M.Si Pembina Utama Muda (IV/c) NIP, 19630405 198903 1 019 ‘Tembusan disampaikan kepada Yth : Gubernur Nusa Tenggera Barat di Mataram (sebagai laporan), Sekretaris Jenderal Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Jakarta; Dirjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Kementerian LHK di Jakarta; Inspektur inspektorat Provinsi NTB di Mataram; Kepala Biro Kerjasama SDA Setda Provinsi NTB di Mataram; Kepala Biro Organisasi Setda Provinsi NTB di Mataram Kepala Balai KPH se Provinsi Nusa Tenggara Barat di Tempat Kepala Balai Tahura Nuraksa eI AHR YNe Lampiran Keputusan Kepala Dines Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provins! NTB Nomor ‘Nomor SOP, 188 7 IKPTS/ RPM DISLHK/2016 DINAS LINGKUNGAN | Tanagal Pembuatan HIDUP DAN KEHUTANAN 12092! Revisi PROVINSINTR —|-Tanggal Efektt Disahkan oleh ‘Kepala DinasLingkungan Hidup dan Kehutanan Prov. NTB. ‘SEKSI PEMBERDAYAAN DAN PENYULUHAN Nama SOP : Kemitraan Kehutanan Dasar Roku 1. Undang-undang Nomor: 41 Tahun 1999 tentang Kehtanan 2. Undang-undang Nomor: 28 Tahun 2044 tentang Pemesntah Daerah 8. Peraturen Pemeriniah Nomar: 28 Tahun 2018 tentang Kerja Sama Daerah 4. Peraturan Mente Dalam Neger Nomor: 22 Tahun 2008 tentang Petunjk Teknis Tata Care Kena Sama Deeren 5. Peraturen Mente Lingkungan Hiduo dan Kehutanen Nomor.P BRMENLHKISE TIEN! KUMT/02016, tentang Perutanen Sosiat ©. Peraturan Dinen PSKL Nomor 18 IPSKUSETIPSLO/2 12016 Tentang Pedoran Penyusunan Naskah Keeepakatan Kerjasama (NK) 7. et. Dasar hukum yang mendasar posedr (Kiiioes Pasar { Pelaksana 1 dwvajokan momikl Tornarpuan, _WeoaRapan terampil dan inovatf Pendsiken serencah-rendatnya S.A sederajat yang mengert tentang adminstas! perkantoran den teks kehutanan, 2 Peloksana 2 dhwajtkan merit emampuan, kecakapan, ferampi (G18) dan inovalt Pendidikan serendah-rendahnya S.A soderajat yang mengert tentang adminstras\ perkantoren dan prosedur perpran Rater Parasten?Perengeapan: 7 SOP yang dlaksonakan bartaian dengan SOP Lernbaga lain (Biro Kejasama SDA SETDA Pro NTB, Dien PSKL, SPSKL Wil, JBN, BKPH dan Pokja PPS) 7.1 (satu) unt Komputer 2 Satuunt Pinter 3 GPs 4 Aisarana Kegitan apangen Parrgatan, Pencatatan den Pensatssn 1. Hambalan dapat saa ove 12. Pejabat yang berwenang tidak ade d tempat 1 PPlaksana 1 éan 2 menerima den mencatst Surat Perbmbangan teknis Dinas can has Verthasi kris Palas a Bae io] Urutan akivtas Keterangan ms eta “a Polaksana |_| Pelaksana 2 | Persyrtn | We Output 7 [sen Perohon Repada Paronon aaah aia KPH dengan esporate tom pok lebusen Guverurcandnes] (Mi Surat don WWasyaranat UH 1 hai ane |ipengetola/peme gang 2 aa FH F | as aaa on ee Proses Lonotap | san |S | Panerisan Capen clerghpanprsyaraan SxPH Bera Acara Ha |oamartasan Lapenge Jalon mitra ( Venfikasi Teknis) | | Dinas LHK J} o Lengkap | 7 hart |¥Or38 TES | sonst aibartu Poko olen Onas LK dan BKPH Proses rae lpesnra: as t Pervananan Naat a oxen er aban Poe Pes ne IS. Kabrmeok Masyarakat | POOMRLEE kL UPTON | | cencay | 2 har fasta Nc 5 [Penanantanganas WOE TAR aR oh wx |Peransetangan | Moseloamt aan uprdan xr] bentae | 1 HSt ac, Kadis LHK re ene? rc i Pelaksana Mutu Baku No aes 2) Polaksana 1 | Pelaksana2 | Persyrtn | Waktu Output — 7 ap ara see cevay| svn [Pomcamon] Pema fers | Dereon rma | reas Dietapkan ol Watargm Pada Tanggal [Bexar 2018 ‘Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provins Nusa Tenggara Barat yt oy Ir. | MUKAROM,BSc.F.M.Si Pembina Utama Muda (IVic) NIP.19630405 198903 1 019 sees ALUR TATA CARA PELAKSANAAN we KEMITRAAN KEHUTANAN Permohonan Kelompok Masyarakat atau Pengelala / Pemegang Izin Kepada Menteri Tembusan : direktur jenderal dan gubernur Direktur Jenderal memberikan persetujuan kemitraan kehutanan Pemeriksaan lapangan kelengkapan persyaratan masyarakat calon mitra dapat dibantu Pokja PPS Pengelola hutan/pemegang izin bersama masyarakat caion mitra Menyusun naskah kesepakatan kerja sama yang dapat dibantu oleh Pokja PPS melibatkan lembaga desa dan pihak lain yang disepakati masyarakat Pembuaten Naskah Kesepakatan mer la Berna Penandatangan Naskah Kesepakatan Kerja Sama Naskah Kesepakatan Kerja Sama yang diketahui oleh kepala desa, camat, atau lembaga adat Former Neskah Kesepetatan Kerasama =x Perdiron PSKL No. 18 Tahun 2016 Tentang Naskah Kesepakatan Kerjasama: dilaporkan pengelola hutary pemegang izin ke Direktur Jenderal Tembusan 3, Dirjen Konservasi SDA & Ehosistem, @eeee Kepala Badan Penelitian Pengembangan Inovasi LH @eee & KehutananKepala Badan Penyuluhan dan @eeoe Pongembangan SOM ®, Gubernur atau bupatiwalikota ©. Kepata dinas provinsi 4, Kepala UPT Kepala UPT terkait Cua ar tt Pere ie ar yeyeseAseu yoduio) es ee et: ceeanaaenunniaeniet J yeuid iseqyises ote ake x TiSd ueuesuezepuer vafiig Jseqiysey uep uesue UPSTIQUISL |: «xckencen nmin craneLncananeaein’ = ueyadabt ueuoyouwiad Wi edesitie ke) Ba 2) eyeleoe| KETENTUAN UMUM KEMITRAAN KEHUTANAN I, Pelaku Kemitraan Kehutanan () Pengelola hutan atau pemegang izin wajib melaksanakan pemberdayaan masyarakat setempat melalui kemitraan kehutanan. @ _ Pengelola hutan sebagaimana dimaksud meliputi: a s mo a 9 kesatuan pengelolaan hutan; balai besar/balai taman nasional; balai besar/balai konservasi sumber daya alam; pengelola kawasan hutan dengan tujuan khusus; unit pelaksana teknis daerah taman hutan raya; dan/atau badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah pengelola hutan negara. (9 Pemegang izin sebagaimana dimaksud meliputi: a. b. c izin usaha pemanfaatan kawasan; izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan; izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan alam; izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam hutan tanaman; izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dalam hutan alam; izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dalam hutan tanaman; izin usaha pemanfaatan air; izin usaha pemanfaatan energi ai izin usaha pemanfaatan jasa wisata alam; izin usaha pemanfaatan sarana wisata alam; izin usaha pemanfaatan penyerapan karbon di hutan produksi dan hutan lindung; izin usaha pemanfaatan penyimpanan karbon di hutan produksi dan hutan lindung; izin penggunaan kawasan hutan; dan/atau izin usaha industri primer hasil hutan. Il. Persyaratan Kemitraan Q a 8 Luasan areal untuk kemitraan kehutanan dilakukan dengan ketentuan: luasan areal kemitraan kehutanan di areal kerja pengelola hutan paling luas 2 (dua) hektar untuk setiap kepala keluarga; dan/atau luasan areal kemitraan kehutanan di areal kerja pemegang iin paling luas 5 (lima) hektar untuk setiap keluarga. Luasan areal untuk kemitraan kehutanan sebagaimana dimaksud pada areal yang sedang berkonflik antara pengelola atau pemegang izin dengan masyarakat setempat diatur sesuai dengan kondisi lapangan dan secara bertahap luasan areal untuk kemitraan dibatasi sebagaimana dimaksud pada point (1). Dalam hal masyarakat setempat bermitra untuk memungut hasil hutan bukan kayu atau jasa lingkungan hutan luasan areal untuk kemitraan kehutanan sebagaimana dimaksud pada point (1) tidak berlaku. Persyaratan masyarakat setempat calon mitra pengelola hutan atau pemegang izin harus memiliki : kartu tanda penduduk atau surat keterangan tempat tinggal dari Kepala Desa setempat yang membuktikan bahwa calon mitra bertempat tinggal di dalam dan/atau di sekitar areal pengelola hutan dan pemegang izin; dalam hal masyarakat berada di dalam kawasan konservasi sebagai penggarap dibuktikan dengan areal garapan_—sebelum ditunjuk/ditetapkan kawasan konservasi berupa tanaman kehidupan berumur paling sedikit 20 (dua puluh) tahun atau keberadaan situs budaya; dalam hal masyarakat setempat sebagaimana dimaksud pada point (4) berasal dari lintas desa, diberikan surat keterangan oleh camat setempat atau lembaga adat setempat; Q) Q mempunyai mata pencaharian pokok bergantung pada lahan garapan/pungutan hasil hutan bukan kayu di areal kerja pengelola hutan atau pemegang izin; dan mempunyai potensi untuk pengembangan usaha padat karya secara berkelanjutan. Dalam hal masyarakat setempat atau perorangan bermitra dengan pemegang izin industri primer hasil hutan kayu atau bukan kayu, masyarakat memiliki bukti sebagai pemasok bahan baku ke pemegang izin industri mitranya. Areal Kemitraan Kehutanan Areal kemitraan kehutanan antara pengelola hutan atau pemegang izin dengan masyarakat setempat ditetapkan dengan ketentuan: a areal konflik dan yang berpotensi konflik di areal pengelola hutan atau pemegang izin; b areal yang memiliki potensi dan menjadi sumber penghidupan masyarakat setempat; a diareal tanaman kehidupan di wilayah kerja IUPHHK-HTI; © di zona pemanfaatan, zona tradisional dan zona rehabilitasi pada taman nasional atau blok pemanfaatan pada taman wisata alam dan taman hutan raya; dan/atau areal yang terdegradasi di kawasan konservasi. Dalam hal areal yang terdegradasi sebagaimana dimaksud pada point (1) huruf e berada di zona inti atau zona rimba pada taman nasional atau blok perlindungan pada taman hutan raya dan taman wisata alam, sebelum diberikan kegiatan kemitraan pada kawasan konservasi dilakukan revisi zonasi dan blok sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tata Cara Pelaksanaan Kemitraan Pengelola atau Pemegang Izin memohon kepada Menteri untuk melakukan kemitraan dengan masyarakat setempat dengan tembusan kepada Direktur Jenderal dan gubernur. Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada point 1 Menteri melalui Direktur Jenderal memberikan persetujuan kemitraan kehutanan dengan mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam peraturan ini. Pemeriksaan lapangan kelengkapan persyaratan masyarakat setempat yang akan bermitra dengan pengelola hutan atau pemegang izin dilakukan oleh instansi calon mitranya. Pemeriksaan lapangan sebagaimana dimaksud pada point 3 dapat dibantu oleh Pokja PPS. Berdasarkan hasil pemeriksaan lapangan sebagaimana dimaksud dalam point (4), pengelola hutan atau pemegang izin bersama masyarakat calon mitra menyusun naskah kesepakatan kerja sama. Penyusunan naskah kesepakatan kerja sama sebagaimana dimaksud diatas dapat dibantu oleh Pokja PPS, dengan melibatkan lembaga desa dan pihak lain yang dipilih dan disepakati oleh masyarakat setempat. Naskah kesepakatan kerja sama sebagaimana dimaksud pada point (6) memuat ketentuan: a. latar belakang; identitas para pihak yang bermitra; lokasi kegiatan dan petanya; ees rencana kegiatan kemitraan; obyek kegiatan; biaya kegiatan; hak dan kewajiban para pihak; PR mo jangka waktu kemitraan; pembagian hasil sesuai kesepakatan; j. _ penyelesaian perselisihan; dan Kk. sanksi pelanggaran. Naskah kesepakatan kerja sama ditandatangani oleh pengelola hutan/pemegang izin dengan pihak yang bermitra diketahui oleh kepala desa atau camat atau lembaga adat setempat. @ Naskah kesepakatan kerja sama sebagaimana dimaksud dilaporkan oleh pengelola hutan/pemegang izin kepada Direktur Jenderal dengan tembusan: (1) Direktur Jenderal yang membidangi Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem atau Kepala Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia; (2) gubernur atau bupati/walikota; (3) kepala dinas provinsi; dan (4) kepala UPT atau kepala UPT terkait. (19 Pengelola hutan atau pemegang izin yang telah melaksanakan kemitraan kehutanan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri ini dapat diberikan insentif berupa kemudahan pelayanan di lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (11) Pengelola Hutan atau Pemegang Izin yang tidak melaksanakan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini, diberikan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. V. Kewajiban () Kewajiban pembayaran penerimaan negara bukan pajak dari kegiatan kemitraan antara pengelola hutan atau pemegang izin dalam kawasan hutan, dibayar sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Q Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimasukan dalam naskah kesepakatan kerja sama. SOP PENGECEKAN LAPANGAN KEMITRAAN KEHUTANAN (Acuan: Perdirjen PSKL P.18 tahun 2016) Ketentuan Umum 1. Pengecekan lapangan dapat dilakukan oleh Pengelola Hutan atau Pemegang Izin dan dapat dibantu oleh Balai PSKL, Dishutprov, KPH, Pokja PPS, UPT Terkait, dan Dit. PKPS 2 Output akhir pengecekan lapangan: Peta hasil pengecekan lapangan Daftar nama anggota Kelompok/Gapoktan/Kop. calon mitra hasil pengecekan lapangan Surat Pernyataan Ketua Kelompok/Gapoktan/Koperasi*) bermaterai ‘SK Pembentukan Kelompok/Gapoktan atau Akte Notaris Koperasi (kalau di dokumen permohonan belum dilampirkan) Tahanan Pelakeanaan 1. TELAAHAN PETA PERMOHONAN Output = peta telaahan/peta kerja Telaahan peta dibuat oleh Tim sebelum turun ke lapangan (dapat dilaksanakan di Pengelola hutan/Pemegang izin, kantor BPSKL/Dishutprov.) Tahapan kegiatan: Overlay peta permohonan dengan peta2 ter update berikut: 1) PIAPS 2) Peta kawasan hutan 3) Peta perizinan kehutanan/non kehutanan 4) Peta KPH 5) Peta tutupan lahan 6) Peta TORA 7) Peta PIPPIB 8) Peta arahan pemanfaatan hutan produksi Ditjen PHPL 9) Peta RPIP KPH 10) Peta administrasi terupdate Buat layout peta kerja (Peta Hasil Telaahan) dengan layer minimum: 1) Batas calon areal Kemitraan Kehutanan yang dimohon 2) Batas calon areal Kemitraan Kehutanan hasil telaahan (Berdasarkan peta permohonan yang masuk pada HP/HL yang dibebani izin dan open akses) 3) Ratas kawasan huitan neninjukan/penetapan/tata batas terupdate 4) Batas perizinan kehutanan/non kehutanan terupdate 5) Batas administrasi terupdate 6) Batas KPH 7) Jaringan jean, jringan sungai, toponim ampona/desa/pemukiman 8) Tutupan lahan/penampakan citra satelit 2. FGD DAN CHECK CALON Mitra Output: Daftar Nama Anggota Kelompok/Gapoktan/Kop. Calon Pemegang 1UPKemitraan (Lamp. BAVT) Tahapan kegiatan: 1) Perkenalan Tim 2), Sampaikan latar belakang dan maksud dan tujuan pegecekan lapangan 3) Jelaskan singkat tentang Kemitraan kemitraan kehutanan 4) Beri kesempatan Diskusi masalah Kemitraan Kehutanan secara unum 5) Acara Inti: a. Beri kesemoatan Ketua Kelomook/Ganoktan/Konerasi*) menielaskan orofile Tanyakan keabsaan dokumen permoforan yang dikrimkan ke KLHK C. Tjaken Keabsahan —kelembagaan pengusul, ek SK _pembentukan kelompok/Gapoktan dari instansi yang berwenang dan atau akte notaris pendiian Koperasi d. Tanya pemahaman, maksud dan tujuan permohonan Kemitraan kepada beberapa anggota Kelompok/Gapoktan/Koperasi*) secara acak e. Tanyakan apakah ada penggarap di dalam lokasi permohonan yg belum masuk keanggotaan ? Kenapa tidak dimasukan ? f, Tanyakan komitmen Kelompok/Gapoktan/Koperasi*) terhadap kelestarian hutan, buat surat pernyataan sesuai dengan pedoman dan di ttd ketua Kelompok/Gapoktan/Koperasi*) di atas materai (contoh teriampir) g. Chek anggota Kelompok/Gapoktan/Koperasi*) yang ada di daftar permohonan ‘satu per satu, untuk memastikan anggota Kelompok/Gapoktan/Koperasi*): 1) Masih hidup dan merupakan masyarkat setempat (cek alamat dalam KTP/SKD) 2) Masyarakat miskin yang tidak punya lahan atau masyarakat yang mempunyai mata pencaharian utama atau mempunyai ketergantungan pada kawasan hutan (Cek pekerjaan dalam KTP) 3) 1 orang dalam 1 KK (Cek KK) 4) Apabila anggota Kelompok/Gapoktan/Koperasi*) tidak hadir, point 1 sd 3 di atas tanyakan kepada anggota Kelompok/Gapoktan/Koperasi*) yang hadir . Buat Daftar anggota Kelompok/Gapoktan/Koperasi*) calon Mitra hasil verifikasi teknis sekurang-kurangnya meliputi nama, NIK dan alamat. 3. CHECKING LAPANGAN Output : Peta Hasil Cheking Lapangan Kegiatan Checking Lapangan: 1) Ambiltitik koordinat : a) kantor desa, b) batas kawasan, fungsi kawasan, perizinan kehutanan (Pal batas kawasan), ©) batas luar calon areal_kerja_ yang dimohon —sesual__petunjuk Kelompoly Gapoktan/Koperasi*) (setidaknya 4 arah mata angin atau sesuai kondisi lapangan) 4) Titik ikat alam (muara sungai, pertigaan jalan, situs, dil). ) Titik beberapa lokasi penggarapan di dalam lokasi permohonan 2) Track GPS dihidupkan selama kegiatan Checking lapangan. 3) Catat kondisi biofsik di lapangan (tutupan lahan, tipologi hutan, tanah, kelerengan, ketinggian, vegetasi dominan, dll). Apabila ada tutupan lahan sawit, agar diber! catatan khusus sawit milk siapa dan berapa luasnya. 4) Catat Potensi kawasan (Agroforestry, jasa lingkungan, HHBK, dl) 5) Bahas hasil pengambllan titik koordinat dengan Kelompok/Gapoktan/Koperasi*). Diskusikan batas batas areal kerja yang dimohon dan kesesuainnya dengan fakta fapangan hasil checking lapangan. Manfaatakan citra Spot7. Sepakati peta hasil verifikasi teknis (Sesuai fakta lapangan, tidak masuk APL/KK, bebas perizinan kehutanan dan non kehutanan, dil) » 6) Buat peta hasil verifikasi teknis, dengan layer minimal: a) Batas calon areal kerja yang dimohon b) Titik Checking lapangan dan hasil tracking ¢) Batas calon areal kerja hasil verifikasi teknis 4) Batas kawasan hutan ter €) Batas perizinan kehutanan/non kehutanan terupdate f)Batas PIPPIB terupdate 9) Batas administrasi ter uadate h) Jaringan jalan, jaringan sungai, toponimi kampong = 4, Penyusunan Naskah Kesepaatan Kerjasama (NKK) a. Pembahasan Jangka Waktu Pelaksanaan b. Pembahasan Bagi Hasil Bagi hasi! hutan kayu Bagi hasil HHBK Bagi Hasil Jasa Lingkungan . Penyusunan rencana jangka pendek dan menengah

Anda mungkin juga menyukai