Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

MATA KULIAH PEMANENAN HUTAN

PENGUJIAN KAYU
(GRADING)

Pembimbing :
Dr. Ir. Ahmad Budiaman, M.Sc. Forst.
Trop Asprak

Uswatun Khasanah Nrp. E14180011


Yunia Terpujiana Nrp. E14180005
Etrin Herabadi Sunjaya Nrp. E14180034
Penza Lindiani Nrp.

E14180045 Disusun oleh :

Athallah Syafiq Padantya Nrp.E14190077

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN DAN LINGKUNGAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
Lembar kerja hasil pengamatan
Nomor kayu: 1
1. Dimensi kayu
a. Diameter; pangkal 25 cm, ujung 22 cm, rata-rata 23.5cm
b. Panjang, hasil ukur 2.12m; pembulatan 2.10m; dicatat 2m
2. Kesegaran kayu; segar (), tidak segar ()
3. Kelurusan; lurus (); tidak lurus (), jika tidak lurus besarnya simpangan
(defleksi) 0cm, persen bengkok 0%.
4. Arah serat, lurus (), spiral (), terpilin ()
5. Pecah/retak/belah
a. Pecah (); panjang 7cm, lebar 0.1cm
b. Retak (); panjang. 5cm, lebar 0.3cm
c. Belah (); panjang. 0cm, lebar 0cm
6. Lobang gerek (); jumlah 0buah, diameter lobang 0mm, jika lebih dari satu
sebutkan diameter lobangnya 0
7. Mata kayu sehat (); jumlah 0buah, diameter. 0cm, jika lebih dari satu
sebutkan diameternya 0
8. Mata kayu busuk (); jumlah 0buah, diameter 0cm, jika lebih dari satu
sebutkan diameternya 0
9. Hati Kayu; sehat (), lapuk ()
10. Bontos; siku (), tidak siku (), luas bontos: 0cm2
a. Pecah Bontos (), panjang 2cm, lebar 0.1cm, luas: 0cm2
b. Retak Bontos (), panjang 0cm, lebar 0cm, luas: 0cm2
c. Belah Bontos (), panjang 0cm, lebar 0cm, luas: 0cm2
d. Growong (), panjang 0cm, diameter 0cm, luas: 0m2
11. Sebutkan informasi lainnya yang saudara dapatkan:

12. Foto sampel kayu bulau, jenis dan lokasi cacat kayu yang ditemukan.
Gambar 2. Pecah dan retak pada kayu

Gambar 1. Pecah bontos


Nomor kayu: 2
1. Dimensi kayu
a. Diameter; pangkal 23 cm, ujung 23 cm, rata-rata 23cm
b. Panjang, hasil ukur 2.16m; pembulatan 2.10m; dicatat 2m
2. Kesegaran kayu; segar (), tidak segar ()
3. Kelurusan; lurus (); tidak lurus (), jika tidak lurus besarnya simpangan
(defleksi) 0.5cm, persen bengkok 3%.
4. Arah serat, lurus (), spiral (), terpilin ()
5. Pecah/retak/belah
a. Pecah (); panjang 2cm, lebar 0.1cm
b. Retak (); panjang 1.7 cm, lebar 0.1cm
c. Belah (); panjang. 0cm, lebar 0cm
6. Lobang gerek (); jumlah 2.buah, diameter lobang 2mm, jika lebih dari satu
sebutkan diameter lobangnya 2
7. Mata kayu sehat (); jumlah 2 buah, diameter. 4cm, jika lebih dari satu
sebutkan diameternya 5.5
8. Mata kayu busuk (); jumlah 0 buah, diameter 0cm, jika lebih dari satu
sebutkan diameternya.
9. Hati Kayu; sehat (), lapuk ()
10. Bontos; siku (), tidak siku (), luas bontos: 0cm2
a. Pecah Bontos (), panjang 8cm, lebar 0.1cm, luas: 0.8cm2
b. Pecah Bontos (), panjang 16cm, lebar 0.2cm, luas: 3.2cm2
c. Retak Bontos (), panjang 0 cm, lebar 0cm, luas: 0cm2
d. Belah Bontos (), panjang 0cm, lebar 0cm, luas: 0cm2
e. Gerowong (), panjang 0cm, diameter 0 cm, luas: 0cm2

11. Sebutkan informasi lainnya yang saudara dapatkan:


12. Foto jenis cacat kayu yang ditemukan.
Gambar 2 cacat kayu pecah Gambar 3 cacat kayu lubang gerek
dan retak

Gambar 4. Mata Kayu


Gambar 5. Pecah Bontos
Nomor kayu: 3
1. Dimensi kayu
a. Diameter; pangkal 24cm, ujung 23cm, rata-rata 23.5cm
b. Panjang, hasil ukur 2.09m; pembulatan 2m; dicatat 1.90m
2. Kesegaran kayu; segar (), tidak segar ()
3. Kelurusan; lurus (.); tidak lurus (), jika tidak lurus besarnya simpangan
(defleksi) 0cm, persen bengkok 0%.
4. Arah serat, lurus (), spiral (), terpilin ()
5. Pecah/retak/belah
a. Pecah (); panjang 0 m, lebar 0 cm
b. Retak (); panjang. 0 cm, lebar 0 cm
c. Belah (); panjang. 0 cm, lebar 0 cm
6. Lobang gerek (); jumlah 0 buah, diameter lobang 0 mm, jika lebih dari satu
sebutkan diameter lobangnya.
7. Mata kayu sehat (); jumlah 1 buah, diameter 4 cm, jika lebih dari satu
sebutkan diameternya
8. Mata kayu busuk (); jumlah 0 buah, diameter 0 cm, jika lebih dari satu
sebutkan diameternya
9. Hati Kayu; sehat (), lapuk ()
10.Bontos; siku (), tidak siku (), luas bontos: 0 cm2
a. Pecah Bontos (), panjang 5 cm, lebar 0.1 cm, luas: 0.5cm2
b. Retak Bontos (), panjang 0 cm, lebar 0 cm, luas: 0 cm2
c. Belah Bontos (), panjang 0 cm, lebar 0 cm, luas: 0 cm2
d. Growong (), panjang 0 cm, diameter 0 cm, luas: 0

cm2 11.Sebutkan informasi lainnya yang saudara dapatkan:

12.Foto jenis cacat kayu yang ditemukan.


Gambar 1. Pecah bontos Gambar 2. Mata Kayu
PEMBAHASAN

Dalam proses grading atau pengujian kayu dapat dilakukan dengan


menggunakan 2 metode, yaitu visual dan juga granding machine. Dalam
pengujian kayu yang harus diperhatikan adalah cacat pada kayu yang ada. Kayu
dengan kualitas rendah dan cacat akan berpengaruh terhadap kualitas, kekuatan
dan ketahanan kayu tersebut. Cacat kayu perlu diperhatikan karena sangat
berpengaruh terhadap kekuatan dan umur dari produk kayu olahan. Cacat kayu
dapat terjadi karena alam seperti cacat mata kayu, borok karena luka, maupun
retak akibat proses pengangkutan, pengeringan, dan finishing. Selain itu cacat
pecah atau belah dapat mempengaruhi beberapa hal, antara lain: Mengurangi
keteguhan tarik, Mengurangi keteguhan kompresi, distribusi beban jadi tidak
merata, Keteguhan geser berkurang, akibat luasan daerah yang menahan beban
berkurang (Wananda et al 2018). Setelah diketahui cacat kayu yang ada maka
akan dilakukan grading pada setiap lognya untuk menentukan kualitas yang ada.
Cacat yang terdapat pada tanaman jati bisa terjadi secara alami maupun secara
teknis, cacat secara teknis yaitu bisa terjadi pada saat penebangan dan pembagian
batang. Jenis cacat alami yaitu seperti gerowong atau busuk hati, gubal busuk,
inger-inger, buncak-buncak, dan lain-lain. Sedangkan cacat teknis yaitu seperti
pecah banting, pecah slemper, kunus, dan lain-lain (Ardhiansyah et al. 2019).
Karakteristik yang digunakan haruslah mengandung parameter-parameter yang
berhubungan dengan tingkat kekuatan kayu seperti mata kayu, kemiringan serat,
serta cacat yang terdapat pada kayu. kekuatan kayu sangat penting untuk
diketahui, terutama jenis-jenis kayu yang diperdagangkan dan kegunaannya untuk
konstruksi (Kasmudjo 2010).

Kualitas bahan baku diklasifikasikan menjadi tiga kelas kualitas/grade,


yaitu A, B, dan C. Dasar yang digunakan dalam penentuan standar kualitas bahan
baku adalah keberadaan cacat-cacat tertentu. Kualitas grade A adalah bahan baku
kayu yang tidak memiliki cacat pada seluruh bagiannya; cacat yang masih
diperbolehkan pada kategori grade B adalah bluestain dan serat patah; Sedangkan
jenis-jenis cacat pada kategori grade C antara lain serat terangkat, tanda serpih,
membengkok, pinhole, mata kayu, pecah, serat berpadu, heavy bluestain dan
lateks hole. Pada standar kualitas yang dipakai perusahaan, pengujian juga dipakai
untuk proses penyortiran berdasarkan tiga kelas kualitas/grade tersebut. Kayu
grade A akan langsung dipakai pada proses produksi umumnya untuk natural
color frame, grade B untuk solid color frame sedangkan grade C akan
ditolak/dirijek dan kayu dikembalikan ke supplier (Widiyanto & Siarudin 2011).
Pada kayu yang akan diuji memiliki diameter dibawah 30cm sehingga otomatis
menjadi kategori kayu lokal, namun hanya terdapat sedikit cacat yang ada
sehingga membuat pertumbuhan dapat terhambat. Pada pohon 1 terdapat Retak,
Mata Kayu busuk, Pecah Bontos, Kayu 2 terdapat kayu yangTidak lurus, pecah,
reta, belah, lobang gerek, mata kayu sehat, pecah bontos. Sedangkan pada kayu
3terdapat Pecah Bontos, Serat kayu spiral, Mata kayu sehat
Jenis cacat yang mengurangi kualitas kayu yang ditemukan pada kayu bulat:

Sampel 1: Pecah, Retak, Mata Kayu busuk, Pecah Bontos

Sampel 2: Tidak lurus, pecah, reta, belah, lobang gerek, mata kayu sehat, pecah
bontos.

Sampel 3: Pecah Bontos, Serat kayu spiral, Mata kayu sehat

Sampel 1 memiliki kualitas kayu Lokal


Argumen/Alasan: Dikarenakan diameter kayu yang dibawah 30 cm, dan juga
untuk kualitas kayu lokal hanya yang paling menentukan adalah diameternya
sedangkan untuk cacat yang ada tidak dibatasi

Sampel 2 memiliki kualitas kayu Lokal


Argumen/Alasan: Dikarenakan diameter kayu yang dibawah 30 cm, dan juga
untuk kualitas kayu lokal hanya yang paling menentukan adalah diameternya
sedangkan untuk cacat yang ada tidak dibatasi

Sampel 3 memiliki kualitas kayu Lokal


Argumen/Alasan: Dikarenakan diameter kayu yang dibawah 30 cm, dan juga
untuk kualitas kayu lokal hanya yang paling menentukan adalah diameternya
sedangkan untuk cacat yang ada tidak dibatasi
SIMPULAN
Dalam proses grading atau pengujian kayu dapat dilakukan dengan menggunakan
2 metode, yaitu visual dan juga granding machine. Dalam pengujian kayu yang
harus diperhatikan adalah cacat pada kayu yang ada. Semakin tinggi grade maka
cacat yang dimiliki semakin dikit dan memiliki kualitas yang paling bagus.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhiansyah A, Tavita GE, & Iskandar. 2019. Identifikasi jensi cacat kayu bulat
jati (Tectona grandis Linn. F.) pada areal pemanenan di KPH Jember.
Jurnal Hutan Lestari. 7(1): 525-531.
Kasmudjo. (2010). Teknologi Hasil Hutan. Yogyakarta: Cakrawala Media.
Wananda P D, Novamizanti L, & Atmaja R D. 2018. Sistem Deteksi Cacat Kayu
dengan Metode Deteksi Tepi SUSAN dan Ekstraksi Ciri
Statistik. ELKOMIKA: Jurnal Teknik Energi Elektrik, Teknik
Telekomunikasi, & Teknik Elektronika. 6(1): 140.
Widiyanto A, & Siarudin M. 2011. Kajian Kualitas Kayu Jabon (Antochepalus
cadamba Miq.) Sebagai Bahan Baku Bingkai Kayu (Studi Kasus di PT
Daisen Wood Frame, Bogor). Jurnal Ilmu & Teknologi Hasil Hutan. 4(2):
41-45.

Anda mungkin juga menyukai