Anda di halaman 1dari 35

STANDAR NASIONAL INDONESIA

1
SNI 01-5008.2-2000

KAYU LAPIS PENGGUNAAN UMUM

Toleransi Dimensi

No. UKURAN TOLERANSI

1 Panjang dan lebar -0.00 mm, + 1.5 mm

2. Tebal:

 3 mm  0.15 mm

3 mm s.d.  6 mm  0.20 mm

6 mm s.d.  12 mm  0.30 mm

12 mm s.d.  20 mm  0.40 mm

 20 mm  0.50 mm

3. Kesikuan (beda diagonal)  3 mm

Kelurusan tepi  2 mm

Syarat Kadar Air


Kadar air kayu lapis penggunaan umum maksimum 14%.

Syarat Keteguhan Rekat


Nilai keteguhan rekat pada kayu lapis penggunaan umum untuk setiap tipenya
minimum 7 kg/cm2.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
2
SNI 01-5008.2-2000
Ukuran Tebal Toleransi (mm)
Tebal (mm) Batas Bawah Batas Atas
3 2,80 3,20
4 3,8 0 4,20
5 4,80 5,20
6 5,70 6,30
7 6,70 7,30
8 7,70 8,30
9 8,70 9,30
10 9,70 10,30
11 10,70 11,30
12 11,60 12,40
13 12,60 13,40
14 13,60 14,40
15 14,60 15,40
16 15,60 16,40
17 16,60 17,40
18 17,60 18,40
19 18,60 19,40
20 19,50 20,50
25 24,50 25,50
32 31,50 32,50

Ukuran Parameter Toleransi (mm)


Dimensi (mm) Batas Bawah Batas Atas
Panjang (2440) 2440 2441,5
Lebar (1220) 1220 1221,5
Kesikuan 0 3
Kelurusan 0 2
STANDAR NASIONAL INDONESIA
3
SNI 01-5008.2-2000
CACAT ALAMI

Mata Kayu Sehat


Mata kayu yang bebas dari pembusukan atau pelapukan. Mata kayu ini bisa
utuh (intergrown) yaitu minimum 3/4 bagiannya masih melekat pada veneer
atau sebagian utuh (partially intergrown) yaitu 1/4−3/4 bagiannya masih
melekat pada veneer.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Maks. 4 buah, Maks. 5 buah, Maks.  50 mm, Tidak dibatasi
Maks.  13 mm, Maks.  25 mm, tidak berkelompok
tidak berkelompok tidak berkelompok
dan diampelas rata dan diampelas rata
STANDAR NASIONAL INDONESIA
4
SNI 01-5008.2-2000
Mengukur Diameter Mata Kayu

Mata Kayu Busuk


Mata kayu yang rapuh akibat serangan bakteri atau jamur. Bagian kayunya
lebih lunak dibandingkan dengan kayu disekitarnya. Bila busuknya sudah lanjut
maka kayu dapat berlubang atau mata kayunya lepas.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Tidak diijinkan Maks.  9 mm Maks.  19 mm Tidak dibatasi
dengan diameter didempul baik dan
kumulatif maks. 40 diampelas
mm per m2 didem-
pul dan diampelas
STANDAR NASIONAL INDONESIA
5
SNI 01-5008.2-2000
Lubang Mata Kayu
Lubang akibat mata kayu yang lepas.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Tidak diijinkan Maks.  3 mm Maks.  5 mm Diameter maks.
didempul halus dan didempul dan di- 19 mm
diampelas rata ampelas rata

Mata Kayu Jarum


Mata kayu sehat yang bundar atau lonjong, utuh atau sebagian utuh dengan
diameter tidak lebih dari 3 mm.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Diijinkan asal rapat Diijinkan asal tidak Diijinkan bila ketat Diijinkan
dan tidak berke- terlalu menyolok
lompok
STANDAR NASIONAL INDONESIA
6
SNI 01-5008.2-2000

P E N I L A I A N
▪ Penilaian dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Diameter mata kayu
diukur pada arah melintang serat dan dihitung jumlah diameter per m 2.
Untuk penyebaran dinilai berdasarkan jumlah per m2.
▪ Dipilih mata kayu yang terpanjang sebagai cacat yang paling memberatkan.

Lubang Gerek
Lubang yang berpenampang sempit bulat atau panjang yang disebabkan oleh
serangan serangga penggerek atau cacing laut.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
7
SNI 01-5008.2-2000
Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D
Tidak diijinkan Maks.  1.5 mm, Diijinkan, didempul Diijinkan
tidak berkelompok dan diampelas rata
dan panjang 16 mm

P E N I L A I A N
▪ Penilaian kualitatif: mengamati secara visual keberadaan lubang gerek/
lubang lainnya.
▪ Penilaian kuantitatif: mengukur diameter dan menghitung jumlah lubang
dalam luasan 1 m2. Untuk lubang cacing diukur panjang dan lebarnya.
▪ PERNYATAAN: lubang gerek 1 buah, diameter 5 mm, tidak didempul.

Gembol Sehat
Penyimpangan arah serat kayu yang umumnya terjadi dekat mata kayu tetapi
tidak mengandung mata kayu.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Diijinkan maks. 5% Diijinkan asal halus Diijinkan asal halus Diijinkan asal halus
luas panel asal
halus
STANDAR NASIONAL INDONESIA
8
SNI 01-5008.2-2000
P E N I L A I A N

▪ Penilaian kualitatif: mengamati secara visual keberadaan gembol (sehat/


tidak sehat)
▪ Penilaian kuantitatif: menghitung prosentase gembol terhadap luasan
permukaan kayu lapis, misalnya:
100 𝑚𝑚 𝑥 160 𝑚𝑚
% cacat = 𝑥 100% = 1.1%
1220 𝑚𝑚 𝑥 1220 𝑚𝑚
▪ PERNYATAAN: gembol 1 buah dengan ukuran 100 mm x 160 mm atau 1.1%,
tidak mempengaruhi mutu penampilan

Kantung Damar/Kulit Tersisip


Kantung damar adalah rongga yang terdapat diantara lingkaran tumbuh atau
tempat lainnya didalam kayu yang berisi semacam getah dalam keadaan padat
(kering dan lengket)
Kulit tersisip adalah sebagian kulit kayu yang dikelilingi oleh bagian kayu yang
tumbuhnya normal.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Tidak diijinkan Diijinkan asal di- Diameter maks. 38 Diijinkan
dempul halus, di- mm didempul, war-
ampelas rata warna na sesuai, diam-
sesuai, maks. 1 bu- pelas halus
ah. Per panel lebar
4 mm dan panjang
100 mm
STANDAR NASIONAL INDONESIA
9
SNI 01-5008.2-2000

P E N I L A I A N
Penilaian dilakukan secara kualitatif (visual) dengan memperhatikan kondisi
kulit tersisip atau kantung damar.

Perubahan Warna
Penyimpangan warna dari warna alami kayu yang tidak berhubungan dengan
kekuatan kayu (tidak rapuh) atau penyimpangan warna dari warna aslinya.
Biasanya disebabkan oleh jamur, reaksi antara besi pisau kupas dengan zat
ekstraktif dari kayu, bahan kimia dalam perekat dan sebagainya.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Tidak boleh Diijinkan asal tidak Diijinkan asal tidak Diijinkan
menyolok menyolok
STANDAR NASIONAL INDONESIA
10
SNI 01-5008.2-2000
P E N I L A I A N
Penilaian dilakukan secara kualitatif (visual) dengan memperhatikan adanya
perubahan warna pada penampang kayu lapis.

Getah Basah/Damar Basah


Cairan di dalam kayu yang bersifat lengket, semacam getah yang bersifat lekat
dan basah.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Tidak diijinkan Tidak diijinkan Sedikit Tidak dibatasi asal
tidak mempenga-
ruhi penggunaan

P E N I L A I A N
Penilaian dilakukan secara kualitatif (visual) dengan memperhatikan
keberadaan getah/damar basah dan ada/tidaknya pengaruh terhadap
kekuatan.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
11
SNI 01-5008.2-2000
Alur Mineral
Cacat pada kayu berupa perubahan warna alami berbentuk garis-garis.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Tidak diijinkan Diijinkan asal tidak Diijinkan asal tidak Diijinkan
menyolok menyolok

P E N I L A I A N
Penilaian dilakukan secara kualitatif (visual) dengan memperhatikan
keberadaan alur mineral (menyolok atau tidak).
STANDAR NASIONAL INDONESIA
12
SNI 01-5008.2-2000
Lapuk
Cacat pada kayu yang ditandai dengan buram atau tidak bercahayanya warna
kayu, berkurangnya kekuatan dan terjadinya pelunakan. Disebabkan oleh
jamur.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Tidak diijinkan Tidak diijinkan Diijinkan asal kuat, Diijinkan asal kuat,
didempul dan di- didempul dan di-
ampelas rata ampelas rata

P E N I L A I A N
Penilaian dilakukan secara kualitatif (visual) dengan memperhatikan
keberadaan lapuk (kuat atau tidak).

Busuk
Cacat pada kayu yang ditandai dengan buram atau tidak bercahayanya warna
kayu, berkurangnya kekuatan dan terjadinya pelunakan. Disebabkan oleh
bakteri.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
13
SNI 01-5008.2-2000
Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D
Tidak diijinkan Tidak diijinkan Tidak diijinkan Diijinkan asal tidak
mempengaruhi
penggunaan

P E N I L A I A N
Penilaian dilakukan secara kualitatif (visual) dengan memperhatikan
keberadaan busuk (kuat atau tidak).
STANDAR NASIONAL INDONESIA
14
SNI 01-5008.2-2000
CACAT TEKNIS

Retak Melintang
Serat terpisah yang tidak menembus ketebalan veneer dengan arah tegak lurus
serat. Disebabkan pada saat penebangan, batang pohon menimpa benda
keras.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Tidak diijinkan Maks. panjang 50 Maks. panjang 100 Diijinkan asal tidak
mm seperti rambut mm seperti rambut m e m p e n g a r u h i
penggunaan

P E N I L A I A N
▪ Penilaian kualitatif: mengamati secara visual adanya cacat retak melintang
pada permukaan kayu lapis.
▪ Penilaian kuantitatif: mengukur lebar dan panjang.
▪ PERNYATAAN: retak melintang panjang 90 mm.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
15
SNI 01-5008.2-2000
Pecah Terbuka
Serat terpisah yang menembus ketebalan veneer. Dinamakan PECAH bila lebar
celah  3 mm dan BELAH bila lebah celah  3 mm.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Tidak diijinkan Seperti rambut Seperti rambut Maks. 10 mm x 500
panjang 130 mm panjang 300 mm mm

P E N I L A I A N
Penilaian dilakukan secara kualitatif (visual) dengan memperhatikan adanya
pecah pada permukaan kayu lapis. Diukur panjang, lebar dan dihitung
jumlahnya.

Pecah Didempul
Serat terpisah yang menembus ketebalan veneer.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
16
SNI 01-5008.2-2000

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


1.5 mm x 100 mm, Maks. 3 buah pada Maks. 3 buah pada Maks. 10 mm x 500
3 buah pada ujung tiap ujung panel, tiap ujung panel, mm
panel atau 3 buah lebar 3 mm x 610 lebar 5 mm x 500
lebar 3 mm x 200 mm/3 mm x 300 mm/8 mm x 300
mm mm mm

P E N I L A I A N
Penilaian dilakukan secara kualitatif (visual) dengan memperhatikan adanya
pecah pada permukaan kayu lapis. Diukur panjang, lebar dan dihitung
jumlahnya.

Noda Dempul
Cacat yang disebabkan oleh bekas dempul pada permukaan kayu lapis.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Tidak menyolok Diijinkan asal tidak Diijinkan asal tidak Diijinkan
menyolok menyolok

P E N I L A I A N
Penilaian dilakukan secara kualitatif (visual) dengan memperhatikan adanya
noda dempul pada permukaan kayu lapis.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
17
SNI 01-5008.2-2000
Bekas Lilitan
Bentuk jaringan bekas lilitan tumbuhan pengganggu pada permukaan veneer.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Tidak menyolok, Tidak menyolok, Diijinkan, diampe- Diijinkan
halus dan rata halus dan rata las rata

P E N I L A I A N
Penilaian dilakukan secara kualitatif (visual) dengan memperhatikan adanya
bekas lilitan pada permukaan kayu lapis.

Potongan Kasar/Pemotongan Tepi Tidak Rata


Bagian tepi panel tidak rapi karena proses pengampelasan atau penggergajian
tepi yang tidak baik akibat gergaji tumpul.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
18
SNI 01-5008.2-2000
Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D
Tidak diijinkan Diijinkan asal Diijinkan asal Diijinkan
ringan, didempul ringan, didempul
rata rata

P E N I L A I A N
▪ Penilaian kualitatif: mengamati secara visual adanya cacat potongan kasar
pada bagian tepi kayu lapis.
▪ Penilaian kuantitatif: mengukur panjang dari bagian tepi.

Tambalan
Penutupan cacat terbuka dengan veneer dan memakai perekat.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
19
SNI 01-5008.2-2000
Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D
Tidak diijinkan Tidak diijinkan Tidak diijinkan Maks. 110 mm x
220 mm, 1 buah,
warna sesuai dan
rapat

P E N I L A I A N
▪ Penilaian kualitatif: mengamati tambalan pada permukaan kayu lapis, warna
sesuai dan tambalan sejajar serat.
▪ Penilaian kuantitatif: mengukur panjang dan lebar serta menghitung jumlah
tambalan.
▪ PERNYATAAN: tambalan 2 (dua) buah dengan ukuran 40 mm x 60 mm dan
15 mm x 40 mm, sejajar serat, warna kayu sama, rapat didempul dan
diampelas rata.

Sisipan
Suatu bentuk tambalan yang sempit, memanjang pada bagian tepi kayu lapis.
Disebabkan adanya bagian veneer yang hilang di bagian tepi.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Maks. 6 mm x 152 Maks. 19 mm x 152 Diijinkan, warna Diijinkan asal tidak
mm, rapat, warna mm, rapat, warna sesuai, didempul m e m p e n g a r u h i
sesuai, didempul sesuai, didempul dan diampelas rata penggunaan
dan diampelas rata dan diampelas rata

P E N I L A I A N
▪ Penilaian kualitatif: mengamati secara visual adanya cacat sisipan pada
bagian tepi permukaan kayu lapis.
▪ Penilaian kuantitatif: mengukur panjang dan lebar sisipan.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
20
SNI 01-5008.2-2000
Sambungan
Garis pertemuan sisi tebal antara dua lembar veneer pada bidang yang sama.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Diijinkan 1 buah, Diijinkan 1 buah, Diijinkan 1 buah, Diijinkan
rapat, warna se- rapat, warna se- rapat, warna se-
suai, didempul dan suai, didempul dan suai, didempul dan
diampelas rata diampelas rata diampelas rata

P E N I L A I A N
▪ Penilaian kualitatif: mengamati secara visual adanya cacat sambungan pada
bagian tepi permukaan kayu lapis.
▪ Penilaian kuantitatif: mengukur lebar sambungan.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
21
SNI 01-5008.2-2000
Noda Pita dan Perekat
Bagian pada permukaan kayu lapis yang berubah warna dari warna asli kayu
karena perekat menembus ke permukaan dan bekas pita perekat.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Tidak diijinkan Tidak diijinkan Diijinkan asal sedi- Diijinkan asal sedi-
kit dan rata kit

P E N I L A I A N
Penilaian kualitatif: mengamati secara visual adanya cacat noda pita dan
perekat pada permukaan kayu lapis.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
22
SNI 01-5008.2-2000
Noda Minyak, Oli dan Kapur Berwarna
Bagian pada permukaan kayu lapis yang berubah warna dari warna asli kayu
karena minyak, oli, atau kapur berwarna.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Tidak diijinkan Tidak diijinkan Tidak diijinkan Diijinkan asal kuat
didempul dan
diampelas rata

P E N I L A I A N
Penilaian kualitatif: mengamati secara visual adanya cacat noda minyak, oli dan
kapur berwarna pada permukaan kayu lapis.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
23
SNI 01-5008.2-2000
Cacat Pisau
Goresan berupa garis lurus melintang arah serat. Umumnya disebabkan oleh
bagian pisau mesin kupas yang gompal.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Tidak diijinkan Tidak diijinkan Maks. 1 mm, halus, Diijinkan asal tidak
didempul dan tidak patah
patah

P E N I L A I A N
▪ Penilaian kualitatif: mengamati secara visual adanya cacat pisau pada
permukaan kayu lapis.
▪ Penilaian kuantitatif: mengukur lebar dan panjang cacat.

Cacat Pengampelasan
Lapisan luar yang hilang pada tempat tertentu akibat pengampelasan yang
berlebihan (over sanding) sehingga dapat sampai ke garis rekat.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
24
SNI 01-5008.2-2000
Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D
Halus dan rata Halus dan rata Halus dan rata Diijinkan asal tidak
menyolok

P E N I L A I A N
▪ Penilaian kualitatif: mengamati secara visual adanya cacat ampelas pada
permukaan kayu lapis.
▪ Penilaian kuantitatif: mengukur luas permukaan cacat ampelas.

Goresan
Lekuk halus pada permukaan berupa garis/cacat yang terjadi pada permukaan
kayu lapis karena goresan.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Tidak diijinkan Tidak diijinkan Diijinkan maks. Diijinkan
1 mm, didempul
dan diampelas rata

P E N I L A I A N
▪ Penilaian kualitatif: mengamati secara visual adanya cacat goresan pada
permukaan kayu lapis.
▪ Penilaian kuantitatif: mengukur lebar dan panjang cacat.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
25
SNI 01-5008.2-2000
Cacat Kempa (Press Mark)
Lekuk halus pada tempat tertentu akibat ada benda asing yang secara tidak
sengaja menempel pada permukaan kayu lapis dan ikut terkempa pada saat
proses pengempaan.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Tidak diijinkan Sejajar serat 3 mm Sejajar serat 8 mm Diijinkan asal di-
x 20 mm, 1 buah x 20 mm, 2 buah dempul dan diam-
per panel, didem- per panel, didem- pelas rata
pul dan diampelas pul dan diampelas
rata rata
Melintang serat 1.5 Melintang serat 1.5
mm x 16 mm, mm x 16 mm,
1 buah per panel, 2 buah per panel,
didempul dan di- didempul dan di-
ampelas rata ampelas rata

P E N I L A I A N
▪ Penilaian kualitatif: mengamati secara visual adanya cacat kempa pada
permukaan kayu lapis.
▪ Penilaian kuantitatif: mengukur panjang dan lebar cacat kempa.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
26
SNI 01-5008.2-2000
Tebal-Tipis
Keragaman tebal yang terdapat pada satu lembar kayu lapis.

Mutu A Mutu B Mutu C Mutu D


Tidak diijinkan Tidak diijinkan Tidak diijinkan Diijinkan

Pada umumnya semua standar kayu lapis


MEMPERKENANKAN adanya cacat ketebalan
tidak rata dengan persyaratan

P E N I L A I A N
▪ Penilaian kualitatif: mengamati secara visual adanya cacat ketebalan tidak
rata pada permukaan kayu lapis.
▪ Penilaian kuantitatif: mengukur ketebalan.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
27
SNI 01-5008.2-2000
LAIN-LAIN

Tumpang Tindih
Keadaan dimana veneer salah letak sehingga menghimpit veneer di
sebelahnya.

Pada umumnya semua standar kayu lapis


MEMPERKENANKAN adanya cacat tumpang
tindih dengan persyaratan

P E N I L A I A N
▪ Penilaian kualitatif: mengamati secara visual adanya cacat tumpang tindih
pada bagian tepi kayu lapis.
▪ Penilaian kuantitatif: menghitung jumlah dan persentase terhadap lebar
kayu lapis.
▪ PERNYATAAN: tumpang tindih 1 (satu) buah pada sisi face dengan lebar
5 mm dan panjang 100 mm, mempengaruhi penampilan
STANDAR NASIONAL INDONESIA
28
SNI 01-5008.2-2000
Lepuh (Blister)
Pemisahan lapisan pada tempat tertentu selain pada bagian pinggir sebagai
akibat tidak adanya ikatan perekat sehingga ada bagian veneer yang tidak
melekat sedangkan di sekitarnya melekat.

Pada umumnya semua standar kayu lapis TIDAK


MEMPERKENANKAN adanya cacat lepuh

P E N I L A I A N
▪ Penilaian secara kualitatif dengan mengamati secara visual adanya cacat
lepuh pada permukaan kayu lapis.
▪ Cara pengecekan:

TEKUK PUKUL
STANDAR NASIONAL INDONESIA
29
SNI 01-5008.2-2000
Delaminasi
Garis rekat yang terbuka pada bagian tepi atau mengelupasnya veneer pada
bagian tepi kayu lapis.

Pada umumnya semua standar kayu lapis TIDAK


MEMPERKENANKAN adanya cacat delaminasi
pada mutu tertentu dengan persyaratan

P E N I L A I A N
Penilaian kualitatif dengan mengamati secara visual adanya cacat delaminasi
pada bagian tepi kayu lapis.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
30
SNI 01-5008.2-2000
Lekuk (Dent)
Bagian yang cekung pada lapisan luar (face).

Pada umumnya semua standar kayu lapis


MEMPERKENANKAN adanya cacat lekuk
dengan persyaratan

P E N I L A I A N
▪ Penilaian kualitatif: mengamati secara visual adanya cacat lekuk pada
permukaan kayu lapis.
▪ Penilaian kuantitatif: mengukur luasan.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
31
SNI 01-5008.2-2000
Ukuran Kurang
Keadaan dimana ukuran veneer lebih pendek dari ukuran kayu lapis.

Pada umumnya semua standar kayu lapis


MEMPERKENANKAN adanya cacat ukuran
kurang dengan persyaratan

P E N I L A I A N
▪ Penilaian kualitatif: mengamati secara visual adanya cacat ukuran kurang
pada permukaan kayu lapis.
▪ Penilaian kuantitatif: mengukur panjang dan lebar.
▪ PERNYATAAN: ukuran kurang pada face dengan ukuran 100 mm x 2440 mm.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
32
SNI 01-5008.2-2000
Partikel Asing
Benda kecil yang bukan merupakan bahan baku yang melekat pada permukaan
atau bagian lain.

Pada umumnya semua standar kayu lapis


MEMPERKENANKAN adanya cacat partikel
asing pada mutu tertentu dengan persyaratan

P E N I L A I A N
Penilaian kualitatif dengan mengamati secara visual adanya cacat partikel asing
pada bagian dalam kayu lapis.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
33
SNI 01-5008.2-2000
Permukaan Kasar
Keadaan tidak rata pada permukaan veneer.

Pada umumnya semua standar kayu lapis


MEMPERKENANKAN adanya cacat permukaan
kasar pada mutu tertentu dengan persyaratan

P E N I L A I A N
Penilaian kualitatif dengan mengamati secara visual adanya cacat permukaan
kasar pada permukaan kayu lapis dengan menggunakan telapak tangan.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
34
SNI 01-5008.2-2000
Ketebalan Tidak Rata
Bagian yang lebih tebal pada tempat tertentu dan tampak pada lapisan luar.

Pada umumnya semua standar kayu lapis


MEMPERKENANKAN adanya ketebalan tidak rata
pada mutu tertentu dengan persyaratan

P E N I L A I A N
Penilaian kualitatif dengan mengamati secara visual adanya ketebalan tidak
rata pada permukaan kayu lapis.
STANDAR NASIONAL INDONESIA
35
SNI 01-5008.2-2000

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2014. Materi Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Teknis Pengelolaan Hutan
Produksi Lestari: Pengolahan Kayu Lapis. Balai Pemantauan Pemanfaatan
Hutan Produksi Wilayah VIII. Surabaya.
Standar Nasional Indonesia, 2000. SNI 01-5008.2-2.000: Kayu Lapis Penggunaan
Umum. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Sveza, 2014. Catalog of Plywood Grades. Website: www.sveza.com. Di-unduh tanggal
1 Desember 2018.

Anda mungkin juga menyukai