Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN KAYU

ACARA I
PENGENALAN SORTIMEN KAYU DAN DIMENSINYA

Disusun Oleh

Nama : Nadiah Salsabila

NIM : 18/432231/SV/16167

Kelompok 5

Co Ass : Mufaiz Fasyah Mursyid

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PENGELOLAAN


HUTAN DEPARTEMEN TEKNOLOGI HAYATI DAN
VETERINER SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH
MADA YOGYAKARTA
2020
ACARA I
PENGENALAN SORTIMEN KAYU DAN DIMENSINYA

I. TUJUAN
Mengetahui dan memahami jenis-jenis sortimen kayu beserta
macam ukurannya.

II. BAHAN DAN ALAT


1. Alat tulis
2. Referensi jenis-jenis sortimen kayu gergajian di toko kayu

III. CARA KERJA


1. Mencari referensi tentang sortimen kayu
2. Mencari harga sortimen kayu yang dijual berdasarkan toko yang
telah dicari.
IV. DATA DAN HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Macam Sortimen kayu menurut SNI dan Ukurannya

No Nama Sortimen jenis Ukuran ( Tabal X Lebar x Panjang) ukuran sebenarnya (cm) Jumlah pcs/m3 Harga/m3 Harga/pcs

1 Papan Lebar (Boards) kayu kamper ≤5 x ≥15 3 x 20 x 400 41 Rp8,500,000 Rp207,317


2 Papan Lis (Strip) kayu kamper ≤ 1/2 L x <15 6 x 12 x 400 35 Rp8,500,000 Rp242,857
3 Reng kayu kamper (2 x 3 ), (3 x 4 ), ( 2 x 4 ) 3 x 4 x 400 228 Rp8,000,000 Rp35,088
4 Papan Tebal (Planks) kayu meranti >5 x ≥15 8 x 12 x 400 26 Rp4,700,000 Rp180,769
5 Papan Sempit (Narrow boards) kayu meranti ≤5 x(10<y ≤15) 5 x 10 x 400 50 Rp4,700,000 Rp94,000
6 Balok (Baulk) kayu meranti <1/2L x <15 6 x 15 x 400 28 Rp4,700,000 Rp167,857
7 Broti (Scantling) kayu meranti tebal ≥ lebar 5 x 10 x 400 55 Rp4,000,000 Rp72,727
8 Usuk (Kaso) kayu meranti (3 x 5 x 150), (4 x 6 x 150 ), (5 x 7 x 150) 5 x 7 x 400 71 Rp4,000,000 Rp56,338
9 Galar kayu meranti 5 x 10 5 x 10 x 400 50 Rp4,700,000 Rp94,000

Nama toko/industri : PT. Mutu Prima Utama


Alamat : Unit TPK ( Tempat Penimbunan Kayu ) Dinas Kehutanan DKI
Jakarta Jl. Raya Bekasi km 26 Ujung Menteng – Cakung – Jakarta
Timur 13
V. PEMBAHASAN
Kayu merupakan salah satu hasil hutan yang memiliki nilai ekonomi
tinggi. Penyebab terbentuknya kayu adalah akibat akumulasi selulosa dan
lignin pada dinding sel di berbagai jaringan batang. Penggunaan kayu untuk
suatu tujuan pemakaian harus memperhatikan sifat–sifat kayu, agar pemilihan
jenis kayu dapat sesuai dengan penggunaan serta mengetahui jenis kayu lain
yang sama sifatnya dapat menggantikan jika terjadi kelangkaan. Kayu
digunakan untuk berbagai keperluan seperti membuat perabotan, bahan
bangunan, bahan kertas, dan lain lain. Menurut Wiryomartono (1976) kayu
mempunyai daya tahan tinggi terhadap pengaruh kimia dan listrik, dapat
dengan mudah untuk dikerjakan, relatif murah, dapat mudah diganti, dan bisa
didapat dalam waktu singkat. Pemakaian kayu sebagai konstruksi dukung
banyak menjadi alternatif pengganti besi dan beton bertulang. Rata-rata
konstruksi kayu dengan daya dukung yang sama, harganya 25%-40% lebih
murah dari pada konstruksi baja dan beton bertulang. Sebagai bahan
konstruksi, kayu harus memiliki kekuatan, kekakuan, kekerasan berukurab
besar dan memiliki keawetan alami yang tinggi. Contoh kayu ini biasanya
tergolong dalam kayu berasal dari hutan, atau kayu rimba (Saefudin, 1999).
Industri pengolahan kayu merupakan industri yang mengolah kayu
atau bahan berkayu menjadi berbagai bentuk produk baik yang masih
menampakkan sifat fisik kayu maupun produk yang sudah tidak
menampakkan sifat fisik kayu. Produk industri perkayuan yang masih
menampakkan sifat fisik kayu adalah kayu gergajian, kayu lapis, papan
partikel, papan untaian dan lain sebagainya. Produk industri perkayuan yang
tidak menampakkan sifat fisik kayu adalah pulp, kertas, produk kimia dari
kayu seperti etanol, asap cair, polyphenol dan produk lainnya (Yetrie, 2019).
Kontribusi industri penggergajian kayu dalam menciptakan lapangan kerja
dan menghasilkan devisa bagi negara disajikan dengan melihat produksi kayu
gergajian dan kayu log serta nilai ekspor dari komoditas kayu gergajian.
Salah satu industri pengolahan kayu adalah industri penggergajian
kayu. Pengggergajian adalah suatu unit pengolahan kayu yang menggunakan
bahan baku dolok, alat utama bilah gergaji, mesin sebagai tenaga penggerak,
serta dilengkapi dengan berbagai alat dan mesin pembantu. Proses
penggergajian merupakan proses terpenting dalam industri pengolahan kayu,
karena setelah proses tersebut kayu akan lebih mudah untuk diproses dalam
tahap selanjutnya. Proses penggergajian juga merupakan upaya meningkatkan
efektivitas produksi dan meminimalkan rendemen yang dihasilkan maka
proses ini memerlukan perhatian khusus (Laksono, 2016). Penggergajian
disebut juga sebagai proses pengolahan kayu primer karena yang pertama
dilakukan adalah mengolah dolok menjadi kayu persegian yang bersifat
setengah jadi dan selanjutnya diolah oleh pengolahan kayu sekunder dan
tersier untuk barang jadi. Penggergajian kayu bertujuan memperoleh kayu
dengan kualitas dan nilai yang lebih tinggi, memperoleh produksi maksimum,
meminimalkan biaya, dan menambah produktivitas hutan.
Penggergajian kayu termasuk dalam bagian dari proses awal dimana
kayu bulat (log) mulai diolah untuk menghasilkan kayu gergajian. Pada
intinya proses penggergajian kayu hanya melibatkan dua proses utama yaitu
proses memotong dan membelah. Bahan baku utama dari suatu industri
penggergajian kayu adalah kayu bulat dan menghasilkan produk akhir yang
berupa kayu juga. Hanya saja berbeda ukuran, bentuk, dan penampilan. Oleh
karena itu, proses penggergajian kayu dinamakan juga sebagai
pengkonversian kayu, yaitu dari kayu bulat ke bentuk lain seperti balok,
papan lebar, dan papan tebal. Kayu-kayu hasil proses penggergajian dapat
langsung dimanfaatkan atau diolah lagi menjadi beberapa produk kayu olahan
yang memiliki nilai jual atau ekonomis yang tinggi. Produk olahan kayu
gergajian tersebut dapat berupa kayu yang berbeda ukuran atau bentuk atau
kayu yang telah dimodifikasi sehingga memiliki kenampakan yang berbeda.
Sortimen kayu gergajian adalah hasil akhir dari suatu proses
penggergajian yang mempunyai ukuran panjang, lebar dan tebal telah sesuai
dengan tujuan penggunaannya. Sortimen kayu penggergajian dapat
digolongkan atas dua golongkan yaitu: a) Spesifikasi sortimen umum, yaitu
kayu gergajian yang dapat digunakan secara umum dan sortimen ini harus
melalui proses penyerutan sebelum digunakan. Bentuk dari sortimen ini
antara lain sortimen besar (Flithces), papan lebar (Board) dan papan tebal
(Plank). b) Spesifikasi sortimen pasaran khusus, yaitu sortimen yang biasanya
digunakan untuk tujuan pemakaian khusus tanpa dilakukan penyerutan
maupun penggergajian kembali (ukurannya telah ditentukan).
Ukuran atau dimensi dan jenis kayu gergajian untuk masing-masing
pengguna yang satu dengan yang lainnya akan berbeda. Demikian juga
dengan kebutuhan kayu gergajian untuk bahan baku industri, juga berbeda
satu sama lainnya. Faktor lain yang juga sangat menentukan jenis dan
dimensi sortimen kayu gergajian adalah tujuan negara ekspor produk kayu
gergajian dan penggunaan akhir dari sortimen kayu gergajian tersebut. Jenis-
jenis sortimen kayu gergajian yang terdapat di Indonesia meliputi sortimen
kayu gergajian rakyat di Papua dan Papua Barat, sortimen kayu gergajian
rimba, sortimen kayu gergajian jati, serta sortimen kayu gergajian mahoni.
pada beberapa daerah, seperti di Jawa, Papua dan Papua Barat, Kalimantan,
dan Sumatera tentu akan sangat berbeda satu dengan yang lainnya.
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan bentuk dan
tipe perumahan, terutama rumah adatnya, kondisi lingkungannya, dan juga
ketersediaan bahan baku kayunya.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) SNI 01-5008.1-1999,
pengertian dari kayu gegajian rimba adalah kayu gergajian selain jati. Kayu
gergajian yang diperolah baik dari hutan alam, maupun hutan tanaman, selain
kayu jati, dapat dikelompokkan dalam kayu gergajian rimba. Apabila
mengacu kepada SNI ini, kayu gergajian rimba dapat dikelompokkan ke
dalam tujuh kelompok sortimen, yaitu papan lebar (boards), papan tebal
(Planks), papan sempit ( Narrow boards), papan lis (Strips), balok (Baulks),
broti (Scantling), dan kayu gergajian pendek (Shorts). Pengelompokkan
sortimen tersebut terutama berdasarkan perbedaan karakteristik mendasar
antara dimensi lebar dan tebalnya. Pengelompokkan sortimen kayu gergajian
tersebut dibuat dengan tujuan untuk memudahkan proses penetapan dan
pengujian kualias sortimen kayu gergajian, baik bagi departemen teknis,
dalam hal ini departemen kehutanan, dan bagi perusahaan. Sehingga masing-
masing pihak memiliki panduan baku dalam memproduksi sortimen tersebut.
Disisi lain, standarisasi sortimen ini juga akan memudahkan dalam
menentukan perhitungan perpajakan, kompensasi, dan pelaporan
keuangankepada masing-masing instansi terkait.
Dapat dilihat tabel di bagian data bahwa dalam kegiatan pengenalan
jenis-jenis sortimen kayu pada praktikum kali ini dilakukan terhadap sortimen
kayu gergajuan rimba jenis kayu kamper dan kayu meranti. Menurut Fitriani
(2016) kayu meranti dan kayu kamper adalah jenis kayu yang banyak
digunakan sebagai bahan bangunan di Indonesia. Kayu meranti (Shorea spp.)
merupakan jenis kayu kelas kuat golongan II - IV, sedangkan keawetannya
tergolong dalam kelas III – IV, sedangkan kayu kamper (Cinnamomum
camphora) menunjukkan kualitas keawetan golongan kelas II – III, dengan
kekuatannya kelas I - II. Keawetan kayu menunjukkan daya tahan kayu
terhadap serangan hama yaitu serangga dan jamur, sedangkan kekuatan kayu
menunjukkan daya tahan kayu terhadap kekuatan mekanis dari luar, antara
lain : daya dukung, daya tarik, dan daya tahan.
Jenis-jenis sortimen yang diamati pada kayu kamper meliputi papan
lebar (boards), papan lis (strip) dan reng. Sedangkan jenis sortimen pada
kayu meranti meliputi papan tebal (planks), papan sempit (narrow boards),
balok (baulk), broti (scantling), usuk (kaso) dan galar. Masing-masing jenis
sortimen tersebut memiliki ukuran menurut SNI yang berbeda. Dapat dilihat
pada tabel bahwa sortimen kayu gergajian dengan ukuran yang pasti atau
baku tidak ditetapkan oleh SNI. Tetapi hanya memberikan batasan-batasan
tertentu, sehingga pihak perusahaan dan konsumen memiliki keleluasaan
untuk memproduksi sortimen kayu gergajian sesuai dengan kesepakatan atau
yang diinginkan. Khusus untuk sortimen jenis balok (baulks), hanya sortimen
yang berasal dari bagian tengah kayu bulat, atau mengandung kayu teras dan
pith (hati). Hal ini berhubungan dengan penggunaan sortimen balok, yang
sebagian besar untuk bantalan kereta api, sehingga memerlukan kekuatan
yang tinggi. Menurut SNI tersebut, kualitas sortimen kayu gergajian rimba
ditentukan berdasarkan ketepatan ukurannya, kualitas penampakan, dan
cacat-cacat alami yang dimilikinya.
Berdasarkan referensi yang diperoleh dari perusahaan atau industri
kayu PT. Mutu Prima Utama untuk penjualan kayu jenis kamper dan meranti
bahwa ukuran sotimen kayu yang dijual tidak jauh menyimpang dari ukuran
sortimen menurut SNI. Dapat dilihat pada papan lebar (boards) kayu kamper
memiliki ukuran menurut SNI dengan tebal 5 cm atau kurang (maksimal 5
cm) dan lebarnya 15 cm atau lebih (minimal 15 cm). Ukuran sortimen kayu
yang dijual pada PT. Mutu Prima Utama yaitu 3 x 20 x 400 cm dengan harga
Rp203.837. Papan Lis (Strips) kayu kamper mempunyai tebal kurang dari
½ lebarnya dan lebarnya kurang dari 15 cm. Ukuran sortimen kayu yang
dijual yaitu 6 x 12 x 400 cm dengan harga Rp244.957. Reng kayu kamper
berukuran 2 cm x 3 cm, 3cm x 4 cm, dan 2 cm x 4 cm. Ukuran sortimen kayu
yang dijual yaitu 3 x 4 x 400 cm dengan harga Rp35.000. Papan Tebal
(planks) kayu meranti yang mempunyai tebal lebih dari 5 cm dan
lebarnya 15 cm atau lebih (minimal 15 cm). Ukuran sortimen kayu yang
dijual yaitu 8 x 12 x 400 cm dengan harga Rp180.769. Papan Sempit (narrow
boards) kayu meranti yang mempunyai tebal 5 cm atau kurang (maksimal 5
cm) dan lebarnya antara 10 cm sampai dengan kurang dari 15 cm. Ukuran
sortimen kayu yang dijual yaitu 5 x 10 x 400 cm dengan harga Rp94.000.
Balok (baulk) kayu meranti mempunyai tebal kurang dari setengah lebarnya
dan lebar kurang dari 15 cm. Ukuran sortimen kayu yang dijual yaitu 6 x 15 x
400 cm dengan harga Rp169.065. Broti (scantlings) kayu meranti yang
mempunyai tebal ½ atau lebih dari lebarnya. Ukuran sortimen kayu yang
dijual yaitu 5 x 10 x 400 cm dengan harga Rp73.000. Usuk (kaso) kayu
meranti adalah broti kecil yang biasanya berukuran 3 cm x 5 cm, 4 cm x 6
cm, dan 5 cm x 7 cm. Ukuran sortimen kayu yang dijual yaitu 5 x 7 x 400 cm
dengan harga Rp56.022. Galar kayu meranti berukuran tebal 5 cm dan lebar
10 cm. Ukuran sortimen kayu yang dijual yaitu 5 x 10 x 400 cm dengan harga
Rp94.000. Maka, dapat dikatakan bahwa ukuran sortimen kayu yang dijual
oleh PT. Mutu Prima Utama tidak menyimpang dari ukuran menurut SNI.
Harga tersebut tergantung pada jenis kayu, jenis sortimen dan ukuran
sortimen.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan
bahwa terdapat 9 jenis sortimen kayu pada kayu rimba yaitu papan lebar
(boards), papan tebal (Planks), papan sempit ( Narrow boards), papan lis
(Strips), balok (Baulks), broti (Scantling), reng, usuk (kaso) dan galar. Papan
lebar (boards) memiliki ukuran menurut SNI dengan tebal 5 cm atau kurang
(maksimal 5 cm) dan lebarnya 15 cm atau lebih (minimal 15 cm). Papan Lis
(Strips) mempunyai tebal kurang dari ½ lebarnya dan lebarnya kurang
dari 15 cm. Reng berukuran 2 cm x 3 cm, 3cm x 4 cm, dan 2 cm x 4 cm.
Papan Tebal (planks) mempunyai tebal lebih dari 5 cm dan lebarnya 15
cm atau lebih (minimal 15 cm) . Papan Sempit (narrow boards) mempunyai
tebal 5 cm atau kurang (maksimal 5 cm) dan lebarnya antara 10 cm sampai
dengan kurang dari 15 cm. Balok (baulk) mempunyai tebal kurang dari
setengah lebarnya dan lebar kurang dari 15 cm. Broti (scantlings) mempunyai
tebal ½ atau lebih dari lebarnya. Usuk (kaso) berukuran 3 cm x 5 cm, 4 cm x
6 cm, dan 5 cm x 7 cm. Serta, galar berukuran tebal 5 cm dan lebar 10 cm.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Fitriani, Nurullia., Hikmat Kasmara, dan Jimmy Maulana. 2016. Ketahanan
kayu meranti merah dan kayu kamper terhadap serangan rayap tanah.
Seminar Nasional Pendidikan dan Saintek. 197-200

Laksono, Aldi Dwi., Tun Susdiyanti, Kustin Bintani, M. 2016. Produktivitas


dan rendemen industri penggergajian kayu di kecamatan Cigudeg
Kabupaten Bogor, Productivity and Yield Industrial Sawmills in
Cigudeg District of Bogor. Nusa Sylva. Vol 16 No 2.

Saefudin. 1999. Teknologi Bahan. Direktorat Pendidikan Menengah


Kejuruan. Jakarta.

Wiryomartono. 1977. Konstruksi Kayu Jilid II. Fakultas Teknik Sipil.


Universitas Gajah Mada Press. Yogyakarta.

Yetrie, Malang. 2019. Petunjuk Praktikum Pengolahan Hasil Hutan.


Universitas Palangka Raya. Palangka Raya.

Anda mungkin juga menyukai