Anda di halaman 1dari 11

SIFAT PENGERJAAN KAYU MERANTI MERAH

(Shorea leprosula Miq.) DAN KAYU JELUTUNG (Dyera polyphylla Miq.) UNTUK
BAHAN BAKU MEUBEL

WOODWORKING TRAIT OF Shorea leprosula Miq. WOOD AND Dyera polyphylla


Miq. WOOD RAW MATERIAL FOR FURNITURE

Angga Prayoga Utama1, Rudianda Sulaeman2, Evi Sribudiani2


Department of Forestry, Faculty of Agriculture, University of Riau
Address Bina Widya, Pekanbaru, Riau
(Anggaprayoga.utama @gmail.com)

ABSTRACT

Woodworking aims to convert the solid wood or wood products wooden panels into
useful, valuable and high aesthetic through a series of processes. Shorea leprosula Miq. and
Dyera polyphylla Miq. wood is a popular wood in the wood trade and also the production of
furniture, but it is not known defect-free value and quality classification of the wood. research
needs to be done about the trait of the wood working to determine the defect-free value
contained in the wood processing using the techniques of woodworking and properties
determined using woodworking class assessment tables. Research method based on ASTM
(American Standard Testing and Materials) D-1666-87 (1999), with materials and equipment
available. Shorea leprosula Miq. and Dyera polyphylla Miq. wood has a excellent grade in
the class woodworking, either defective fiber fluffy, fiber fractures, scratches, scars tear that
is classified in 1st class with the average value of damage is not more than 20% of the
specimen defects.

Keywords : Woodworking Trait, Shorea leprosula Miq. Wood, Dyera polyphylla Miq.
Wood

PENDAHULUAN dan barang kerajinan tergantung kepada


Pengerjaan kayu bertujuan untuk hasil pengerjaan kayu. Sifat pengerjaan
mengkonversi kayu solid maupun panel kayu dinyatakan secara kualitatif seperti
kayu menjadi kayu produk berdaya guna, mudah, sulit, baik, kusam, mengkilap dan
bernilai dan berestetika tinggi lewat sebagainya.
serangkaian proses. Industri pengerjaan Kayu merupakan suatu bahan baku
kayu, khususnya industri furniture yang memiliki manfaat yang sangat
membutuhkan persyaratan kualitas bahan bernilai bagi manusia, diantaranya sebagai
baku lebih tinggi dibandingkan dengan bahan konstruksi, meubel, barang
industri kayu komposit lainnya. Disamping kerajinan, kayu bakar, peralatan rumah
itu proses produksi industri pengerjaan tangga dan lainnya. Peningkatan
kayu lebih rumit dari pada industri- pemanfaatan kayu yang berasal dari hutan
industri lainnya, karena kayu mengalami baik secara legal maupun ilegal,
berbagai macam perlakuan secara merupakan salah satu dampak dari
bertahap, mulai dari proses penggergajian, pertumbuhan penduduk yang semakin
pembentukan, pengeboran, pembubutan, cepat (Iskandar, 2001). Dalam pengolahan
pengamplasan (Darmawan, 1997). kayu menjadi bahan kayu meubel terdapat
Kualitas barang yang dibuat dari kayu beberapa kendala salah satunya cacat kayu.
seperti meubel, peralatan rumah tangga cacat ini dapat di sebabkan oleh beberapa
1. Mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Riau
2. Staf Pengajar Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Riau
Jom Faperta Vol.3 No.1 Februari 2016
faktor antara lain peralatan kerja yang Pembesar, kamera dan alat ukur kertas
digunakan serta mutu kayu yang rendah. kakir (mm).
Kerusakan kayu merupakan Metode penilitian berdasarkan pada
penurunan kekuatan kayu yang dapat ASTM (American Standar Testing and
mengurangi daya dan nilai pada produksi Material) D-1666-87 (1999) yang telah
meubel, terdapat beberapa cacat kondisi bahan dan peralatan yang tersedia.
pengerjaan kayu yaitu serat bulu halus, Contoh uji setiap jenis kayu berbentuk
serat patah, tanda bekas serpih, bekas papan berukuran 120 x 17 x 5,5 cm
garukan, kelicinan pada kayu, bekas sebanyak 3 papan pada tiap jenis kayu.
sobekan, bagian tidak hancur atau Pengujian sifat pengerjaan dilakukan
crushing. Secara teknis cacat kayu ini dengan mengamati bentuk cacat dan
ditimbulkan dari teknik pengerjaan kayu. mengukur luas cacat yang terjadi pada
Kayu meranti merah dan kayu jelutung setiap contoh uji. Pengamatan dilakukan
termasuk kayu yang banyak diminati secara visual dengan bantuan kaca
dalam perdagangan kayu dan juga pembesar.
produksi meubel karena dua jenis kayu ini Pelaksanaan penelitian dilakukan
mempunyai tekstur yang bagus dan dengan : a. Persiapan Kayu, b. Pengetaman
menarik pada kayu tersebut, tetapi belum Kayu c. Pengeboran Kayu d. Pemotongan
diketahui nilai bebas cacat dan klasifikasi Kayu e. Pengamplasan Kayu f.
mutu sifat pengerjaan, untuk itu perlu Pembentukan Kayu
dilakukan penelitian tentang sifat Ukuran cacat pengerjaan kayu
pengerjaan kayu untuk mengetahui nilai dinyatakan dalam persentase luas bagian
bebas cacat yang terdapat pada pengerjaan permukaan kayu yang bercacat dari
kayu tersebut. Tujuan dari penelitian ini seluruh penampang pengujian masing -
untuk mengetahui nilai cacat pengerjaan masing contoh uji dengan menggunakan
pada kayu meranti merah (Shorea teknik Dotgrit. Nilai-nilai ini kemudian
leprosula Miq.) dan kayu jelutung (Dyera digunakan untuk menetapkan besarnya
polyphylla Miq.) menggunakan teknik sifat nilai cacat kayu dengan rumus :
pengerjaan kayu dan ditentukan
menggunakan tabel penilaian kelas
pengerjaan kayu.

BAHAN DAN METODE Berdasarkan cacat tersebut ditentukan


Penelitian ini dilaksanakan pada klasifikasi sifat pengerjaan kayu seperti
bulan Oktober sampai November 2015 di Tabel 1. Sifat pengerjaan dan nilai cacat
work shop dua putri mebel Pekanbaru kayu.
yang terletak di Jl. Taman karya, panam,
Kecamatan Tampan, Provinsi Riau. Penilaian
Bahan baku yang digunakan adalah Cacat
pengerjaan Kelas Sifat pengerjaan
kayu meranti merah (shorea leprosula ( %)
Miq.) dan Kayu Jelutung (Dyera kurang dari 20 I Sangat baik
polyphylla Miq.) berbentuk papan 20 – 40 II Baik
sebanyak 3 papan kayu untuk setiap 40 – 60 III Sedang
jenisnya. Alat yang digunakan dalam
60 – 80 IV Jelek
pengerjaan kayu ini digunakan mesin
> 80 V Sangat jelek
pengetaman, mesin pembentukan atau
router kayu, mesin bor kayu, mesin
pengamplasan kayu dan mesin potong
kayu, mistar ukur, alat tulis, Kaca

Jom Faperta Vol.3 No.1 Februari 2016


HASIL DAN PEMBAHASAN menimbulkan cacat serat bulu 1,16 %.
4.1 Pengetaman kayu meranti merah Kayu uji B jumlah cacat serat bulu halus
(Shorea leprosula Miq.) dan Kayu 1,40 %, sedangkan pada pengujian contoh
jelutung (Dyera polyphylla Miq.)
Hasil penelitian menunjukan kayu C sebesar 0,82. Rata-rata
bahwa pengerjaan dengan menggunakan cacat pengetaman kayu meranti merah
mesin ketam yaitu ketam penebal yang (Shorea leprosula Miq.) pada tiga contoh
berguna meratakan serat kasar pada uji kayu yaitu 0,79 % dengan nilai cacat
permukaan bekas pemotongan dan ketam krang dari 20% dan kelas sifat pengerjaan
Press sebagai meratakan permukaan agar I.
semakin rata dan halus pada permukaan Pengujian pada kayu jelutung
yang akan dikerjakan sebagai bahan baku. (Dyera polyphylla Miq.) juga
Pengerjaan menggunakan mesin ketam menggunakan teknik pengetaman yang
menimbulkan cacat pada kedua jenis kayu sama. Pengerjaan kayu ini memiliki cacat
berbentuk serat bulu halus dan serat patah pada kayu seperti serat bulu halus dan
pada kayu. Selengkapnya rata-rata serat patah tetapi pengetamana kayu
persentase cacat akibat proses pengetaman jelutung (Dyera polyphylla Miq.) memiliki
dengan kedua alat pengetaman disajikan serat patah yang kebanyakan terletak pada
pada Tabel 3. ujung kayu atau awal kayu yang di ketam.
Tabel 3. Rata-rata persentase cacat Hasil pengujian contoh kayu
pengetaman kayu Meranti merah sedikit berbeda dengan kayu uji yang
(Shorea leprosula Miq.) lainnya karena memiliki serat yang patah
pada ujung kayu awal pengetaman,
Cacat Pengerjaan kayu cacat serat bulu halus dengan 0,30 %
Perse
Jenis Pengerjaan Serat Kelas dan pada pengujian contoh kayu B
Serat Bekas ntase
kayu kayu bulu penge
patah serpih Cacat terdapat cacat serat bulu halus dan
(wood (Pengeboran halus rjaan
(Torn (Chip kayu
species) ) (fuzzy kayu serat patah dengan jumlah cacat 1, 25
grain) mark) (%)
grain)
(mm2) (mm2) %, pengujian contoh kayu C juga
(mm2)
Kayu terdapat serat bulu halus pada
Meranti
1.258 0 0 1,16 I permukaan kayu sebesar 0,42 %. Rata-
Meranti merah
merah (sample A) rata cacat pengetaman kayu Jelutung
Kayu (Dyera polyphylla Miq.) pengujian tiga
Meranti 1.516 contoh kayu yaitu 0,65 % dan
2 0 0 1,40 I
Merah
(sample B) tergolong kelas sifat pengerjaan I.
I Tinggi atau rendahnya tingkat cacat-
Kayu
Meranti cacat tersebut kemungkinan karena
886 0 0 0,82 I
Merah dipengaruhi oleh pengontrolan
(sample C)
ketajaman alat pisau ketam dan
Kayu ketelitian pengetaman. Kayu Meranti
Jelutung 326 0 0 0,30 I
Jelutung (sample A) merah (Shorea leprosula Miq.) dan
Kayu Jelutung (Dyera polyphylla
Kayu
Jelutung 1.026 328 0 1,25 I Miq.) memiliki persentase yang sangat
(sample B) baik dengan cacat yang sangat rendah.
Kayu Sahri et al. (2002) menyatakan kualitas
Jelutung 475 0 0 0,42 I sifat pengetaman ditentukan dari
(sample C)
kerapatan dinding sel dan kandungan
unsur kimia kayu, dimana semakin
Hasil pengujian menunjukan bahwa tinggi kerapatan dinding sel dan
persentasi cacat pada kayu meranti merah kandungan unsur kimia, maka semakin
(Shorea leprosula Miq.) Contoh uji A kecil persentase cacatnya. Kandungan

Jom Faperta Vol.3 No.1 Februari 2016


lignin yang terdapat pada kayu Meranti pengerjaan 1,84 % yang tergolong kayu
merah dan Kayu jelutung tergolong dalam pengerjaannya sangat baik dalam
kategori sedang atau mudah diolah yang pengeboran dengan kelas I, yang luas
dapat digunakan sebagai bahan kayu kerusakan pada kayu kurang dari 20 %.
kontruksi, kayu pertukangan dan Tabel 4. Rata-rata persentase cacat
sebagainya hal ini karena pada kerapatan pengeboran kayu Meranti merah
yang bagus dan mudah diolah. Adapun (Shorea leprosula Miq.) dan Kayu
karakteristik kayu yang sering menyulitkan Jelutung (Dyera polyphylla Miq.)
dalam proses pengetaman diantaranya Cacat Pengerjaan kayu
adalah adanya mata kayu dan serat Penge Bagia
n Perse
miring yang tumbuh secara alami Jenis rjaan
tidak
Bekas ntase
Kelas
kayu kayu Serat bulu sobekan penge
(Darmawan, 1997). (wood (Peng halus (fuzzy
hancu
(Tear
Cacat
rjaan
r kayu
species) ebora grain) (mm2) cut) kayu
(crush (%)
4.2 Pengeboran kayu Meranti merah n) (mm2)
ing)
(Shorea leprosula Miq.) dan kayu (mm2)
Kayu
Jelutung (Dyera polyphylla Miq.) Meran
Luban
ti
g Bor 25 0 9 4,33 I
Pada uji pengeboran, merah
A
menggunakan mata bor ukuran 10 mm Merantimerah
(sampl
e A)
dan mesin bor (Table dril) cacat yang Luban
g Bor 26 0 12 4,84 I
ditemukan adalah beberapa serat halus B
pada dan serat bekas sobekan pada kayu Kayu
Meran
sedangkan bagian yang tidak hancur ti
Luban
g Bor 29 0 16 5,73 I
tidak ditemukan. Cacat kayu tersebut Merah
A
(sampl
sama-sama terjadi pada dua jenis kayu e B)
pengujian, yaitu Meranti merah (Shorea Luban
g Bor 27 0 5 4,07 I
leprosula Miq.) dan Jelutung (Dyera B
polyphylla Miq.) yang berbeda hanya Kayu
Meran
jumlah cacat kayu pada dua jenis ti
Luban
g Bor 34 0 11 5,73 I
pengujian. Selengkapnya Rata-rata Merah
A
(sampl
persentase cacat akibat proses e C)
pengeboran dengan alat bor kayu dapat Luban
g Bor 23 0 9 4,07 I
disajikan di tabel 4. B
Cacat pengeboran yang Kayu
Jelutu Luban
ditemukan pada lubang kayu meranti ng g Bor 19 0 0 2,42 I
merah (Shorea leprosula Miq.) yaitu (sampl A
serat bulu halus antara 23 mm2 -34 mm2, Jelutung e A)
Luban
sedangkan bekas sobekan pengeboran g Bor 11 0 0 1,40 I
B
pada kayu yaitu 9 mm2 -19 mm2. Nilai Kayu
cacat sifat pengerjaan sebesar 4,62 % Jelutu Luban
ng g Bor 13 0 0 1,65 I
yang tergolong kelas I atau memiliki (sampl A
sifat pengeboran yang sangat baik. e B)
Luban
Cacat pengeboran pada kayu g Bor 7 0 0 0,89 I
jelutung (Dyera polyphylla Miq.) B
Kayu
berbeda dengan kayu meranti merah Jelutu Luban
(Shorea leprosula Miq.) karena serat ng g Bor 15 0 0 1,91 I
(sampl A
kurang padat dan ringan, pada e C)
pengeboran hanya terdapat serat yang Luban
g Bor 16 0 6 2,80 I
halus yang melingkar pada pinggiran B
lubang bor yang memiliki nilai antara
13 mm2 - 19 mm2 dengan nilai cacat

Jom Faperta Vol.3 No.1 Februari 2016


Berbulu halus dan bekas sobekan bor sesuai ukuran mata bor yang
merupakan cacat dominan pada digunakan.
pengeboran kayu Meranti merah (Shorea
leprosula Miq.) dan kayu Jelutung (Dyera 4.3 Pemotongan kayu Meranti merah
polyphylla Miq.) cacat pada kayu ini juga (Shorea leprosula Miq.) dan kayu
tergolong rendah diduga berpengaruh pada Jelutung (Dyera polyphylla Miq.)
pengalaman operator dalam pengerjaan Pengujian pemotongan (sawing)
kayu. (Lerch, 1995) mengemukakan pada kayu menunjukan hasil yang sangat
bahwa mengebor lubang dengan baik dan mudah dipotong pada dua jenis
kedalaman lebih dari 2,5 cm sebaiknya kayu Meranti merah (Shorea leprosula
dilakukan berkali-kali, bukan sekali jalan Miq.) dan jelutung (Dyera polyphylla
dalam pengerjaannya. Hal tersebut dapat Miq.) yang menggunakan mesin gergaji
menyebabkan mata bor menjadi panas, dan (table saw), pada pengujian ini terdapat
menghasilkan serat berbulu dan bekas cacat pada permukaan kayu Meranti merah
sobekan pada kayu uji. Mata bor ( shorea leprosula Miq.) yang cacatnya
hendaknya dimasukkan dua atau beberapa banyak terdapat di tengah permukaan
kali hal tersebut dapat membersihkan seperti serat yang tidak rata tetapi tidak
serbuk pada lubang dan diperoleh hasil dijumpai pada contoh uji, kayu jelutung
yang baik. (Dyera polyphylla Miq.) kayu ini memiliki
Serat berbulu halus dan bekas jenis cacat. Serat yang tidak rata dan bekas
sobekan merupakan bentuk cacat yang pemotongan tidak dijumpai pada
dominan pada sifat pengeboran kedua jenis permukaan kayu, tetapi pada ujung kayu
kayu, sedangkan dua cacat lainnya, yaitu yang telah dipotong terdapat cacat
bagian tidak hancur dan kelicinan tidak tersebut. Selengkapnya rata-rata persentase
terjadi, (Rachman dan Ruliaty. 1990) cacat akibat pemotongan dengan alat
menyatakan bahwa cacat bagian tidak gergaji meja dapat disajikan di tabel 5.
hancur dan kelicinan pada sifat
pengeboran kayu umumnya tidak terjadi kayu Meranti merah (Shorea
secara umum, sifat pengeboran bagian leprosula Miq.), cacat serat tidak rata
dalam kayu lebih baik dari pada bagian ditemukan berkisar antara 840 mm2 - 1012
luar kayu. mm2 cacat ditemukan pada tengah
Priyatno (2003) dalam Sitinjak permukaan kayu dan sebaran cacat ini
(2008) menambahkan bahwa terdapat serat sepanjang kayu uji. hal ini bisa diduga
pada lubang pengeboran terjadi karena karena pengumpanan terlalu cepat pada
pada saat permesinan permukaan papan uji mata pisau alat potong dari operator. Nilai
tersebut dengan paksa. Hal ini bisa diduga rata-rata cacat pengerjaan kayu pada
mata bor yang kurang tajam. Kayu sudah teknik pemotongan ini sebesar 2,77 %, dan
diketam selama proses pengeboran tergolong sangat baik dengan kelas sifat
dilakukan hal ini cendrung kestabilan pada pengerjaan I.
tapak atau alat saat mengebor sangat kayu Jelutung (Dyera polyphylla
mempengaruhi munculnya cacat tersebut. Miq.) terdapat cacat bekas pemotongan
Priyatno (2003) dalam Sitinjak kayu yaitu lingkar pisau pemotongan.
(2008) menjelaskan bahwa pada mata bor Cacat bekas pemotongan ini terdapat pada
terdapat dua sisi tajam yang bekerja, pangkal kayu dan ujung kayu yang telah di
dimana sisi yang satu bekerja untuk potong berbentuk ulir dan tidak rata pada
membuat taak dan melubangi secara tegak permukaan kayu. Cacat bekas pemotongan
lurus, sedang sisi lainnya berfungsi untuk terjadi diduga karena pemotongan kayu
mendesak dan memotong bagian dalam tidak lurus oleh operator, sehingga
kayu yang dibor hingga berbentuk lubang memberikan gesekan pada sisi kayu yang
berakibat cacat. Cacat bekas pemotongan

Jom Faperta Vol.3 No.1 Februari 2016


berkisar antara 1770 mm2 - 4480 mm2. Nilai Sebagai contoh kayu afrika dengan
rata-rata cacat pengerjaan pada kayu ini karakteristik serat terpadu (interloked
sebesar 3,25 % dan termasuk kelas sifat grain) yang berpeluang menghasilkan
pengerjaan I dan sangat baik. Jenis kayu permukaan hasil serutan yang kasar
Meranti merah (Shorea leprosula Miq.) ternyata dapat menghasilkan permukaan
dan Jelutng (Dyera polyphylla Miq.) potong yang halus.
memiliki nilai cacat pengerjaan kayu 4.4 Pengamplasan kayu Meranti merah
dengan teknik pemotongan yang kurang (Shorea leprosula Miq.) dan kayu
dari 20 %. Jelutung (Dyera polyphylla Miq.)

Tabel 5 .Rata-rata persentase cacat Pengujian pengamplasan terdapat cacat


pemotongan kayu Meranti serat berbulu halus dan bekas garukan
merah (shorea leprosula Miq.) pada permukaan kayu. Pengamplasan
dan Kayu Jelutung (Dyera menggunakan kertas amplas dengan nomor
polyphylla Miq.) 100 dan 180, dan menggunakan metode
manual pada pengerjaannya. Kayu meranti
merah (Shorea leprosula Miq.) memiliki
Cacat Pengerjaan
kayu Kelas
cacat pada permukaan kayu pengujian.
Jenis Pengerjaan Persentase
kayu(wood kayu Serat Cacat
penge Serat bulu halus pada ujung dan pangkal
Cacat rjaan
species) (Pengeboran) tidak
pemotongan kayu (%)
kayu
kayu tetapi bekas garukan tidak ditemukan
rata
(mm2) pada contoh uji kayu. Hal ini bisa
(mm2)
Kayu Meranti dikarenakan kayu Meranti merah (Shorea
Meranti merah 1.897 0 4,21 I
merah (sample A) leprosula Miq.) memiliki serat yang rapat
dan tergolong keras. Kayu Jelutung (Dyera
Kayu Meranti polyphylla Miq.) memiliki cacat bekas
Merah 840 0 1,86 I
(sample B) garukan yang terdapat pada ujung dan
pangkal kayu contoh uji. Hal ini diduga
Kayu Meranti karena kayu jelutung (Dyera polyphylla
Merah 1.012 0 2,24 I
(sample C)
Miq.) memiliki serat yang tidak begitu
rapat dan tergolong lunak. Selengkapnya
Kayu rata-rata persentase cacat akibat proses
Jelutung 0 1.770 1,63 I pengamplasan dengan alat amplas kayu
Jelutung (sample A)
dapat disajikan pada tabel 6.
Kayu
Jelutung 0 4.480 4,14 I Pengujian kayu Meranti merah
(sample B) (Shorea leprosula Miq.) yang
menggunakan kertas amplas nomor 100
Kayu
Jelutung 0 4.300 3,80 I terdapat cacat pada permukaan kayu mulai
(sample C) dari 500 mm2 - 675 mm2. Cacat ini berupa
serat berbulu halus yang terdapat pada
permukaan kayu. Hasil pengerjaan kayu
Bakar (2003) menyatakan bahwa memiliki nilai rata-rata sebesar 3,82 % dan
Spesies kayu yang mempunyai kerapatan termasuk kedalam kategori sangat baik dan
rendah menghasilkan permukaan potong kelas I dalam pengamplasan. Berbeda
yang lebih besar dibandingkan dengan dengan kayu Meranti merah dengan kertas
spesies yang berkerapatan lebih tinggi amplas dengan nomor 180 lebih kecil nilai
dalam proses pemotongan tegak lurus cacat pada pengerjaannya diantara 44 mm2 -
(crosscutting), dijelaskan pula bahwa pada 72 mm2. Kerusakan pada kayu pengujian
pemotongan tegak lurus serat dan tergolong kelas sifat pengerjaan I
(crosscutting), kondisi serat kayu tidak dengan nilai rata- rata cacat kayu yaitu
mempengaruhi kualitas permukaan potong. 0,36 %.

Jom Faperta Vol.3 No.1 Februari 2016


Tabel 6 . Rata-rata persentase cacat serat berbulu halus yang terdapat pada
pengamplasan kayu Meranti permukaan kayu. Hasil pengerjaan kayu
merah (shorea leprosula Miq.) memiliki nilai rata-rata sebesar 3,82 % dan
dan Kayu Jelutung (Dyera termasuk kedalam kategori sangat baik dan
polyphylla Miq.) menggunakan kelas I dalam pengamplasan. Berbeda
nomer 100 dan 180 dengan kayu Meranti merah dengan kertas
amplas dengan nomor 180 lebih kecil nilai
Cacat Pengerjaan
kayu
cacat pada pengerjaannya diantara 44 mm2
Jenis Serat Persenta Kelas - 72 mm2. Kerusakan pada kayu pengujian
kayu Pengerjaan kayu bulu se Cacat penger
(wood (Pengeboran) halus
Bekas
kayu jaan
dan tergolong kelas sifat pengerjaan I
garukan dengan nilai rata- rata cacat kayu yaitu
species) (fuzzy (%) kayu
(mm2)
grain) 0,36 %.
(mm2)
Kayu Pengujian kayu jelutung (Dyera
Meranti
amplas polyphylla Miq.) yang menggunakan
merah 501 0 3,34 I
(sample
100 kertas amplas nomor 100 terdapat cacat
Meranti
merah A) pada permukaan kayu mulai dari 32 mm2 -
amplas
72 0 0,48 I
57 mm2. Cacat ini berupa bekas garukan
180
yang terdapat pada pangkal dan ujung
Kayu permukaan kayu, Hasil pengerjaan kayu
Meranti
amplas memiliki nilai rata-rata sebesar 0,28 %
Merah 545 0 3,63 I
100
(sample dan termasuk kedalam kategori sangat
B)
baik dan kelas I. Kayu jelutung (Dyera
amplas
180
49 0 0,32 I polyphylla Miq.) yang menggunakan
Kayu
kertas nomor 180 terdapat cacat bekas
Meranti
amplas
garukan pada permukaan kayu antara 19
Merah 675 0 4,50 I
(sample
100 mm2 - 62 mm2 cacat pada kayu ini juga
C) tergolong sangat baik dengan kelas I
amplas dengan rata-rata nilai pengerjaan kayu
44 0 0,29 I
180 0,63 %. Berdasarkan nilai tersebut kertas
Kayu amplas itu sendiri mempunyai perbedaan
Jelutung amplas
0 32 0,21 I pada tekstur permukaan kertas, dimana
(sample 100
Jelutung A) semakin besar nomor pada kertas semakin
amplas halus pori-pori pada kertas. Begitu
0 28 0,18 I
180
Kayu
sebaliknya semakin kecil nomor pada
Jelutung amplas
0 38 0,25 I
kertas maka semakin kasar pori-pori
(sample 100
B)
kertas, hal ini yang dapat mempengaruhi
amplas cacat kayu itu sendiri, seperti serat yang
0 19 0,12 I
180 halus dan bekas garukan pada permukaan
Kayu kayu.
Jelutung amplas
(sample 100
0 57 0,38 I Serat berbulu merupakan cacat
C) dominan pada kayu Meranti merah
amplas (Shorea leprosula Miq.) yang
0 62 0,41 I
180
menggunakan sifat pengamplasan. Serat
berbulu adalah bentuk cacat dominan dan
umum dalam pengamplasan kayu, cacat ini
Pengujian kayu Meranti merah tergolong ringan dan akan tertutupi apabila
(Shorea leprosula Miq.) yang kayu tersebut diberi perlakuan pengerjaan
menggunakan kertas amplas nomor 100 terakhir, pemberian varnish, cat ataupun
terdapat cacat pada permukaan kayu mulai perlakuan lainnya (Santoso, 1996).
dari 500 mm2 - 675 mm2. Cacat ini berupa sedangkan cacat bekas garukan lebih

Jom Faperta Vol.3 No.1 Februari 2016


dominasi pada kayu Jelutung (Dyera semakin tinggi dan sebaliknya apabila
polyphylla Miq.) Penggunaan mesin penggunaan mesin router teratur maka
amplas untuk sifat pengamplasan hasil pembentukan kayu akan semakin
menghasilkan daya getar (gaya gesek) bagus. Selengkapnya rata-rata persentase
yang seirama, sehingga cacat bekas cacat akibat proses pembentukan dengan
garukan relatif kecil. Kayu bagian luar mesin router dapat disajikan pada tabel 7.
menghasilkan kualitas pengamplasan lebih
baik di bandingkan dengan bagian dalam. Tabel 7. Rata-rata persentase cacat
Siswanto (2002) menyatakan bahwa pembentukan kayu Meranti merah (Shorea
cacat bulu halus lebih sering muncul pada leprosula Miq.) dan Kayu Jelutung (Dyera
proses pengamplasan dari pada Cacat Pengerjaan kayu
Serat Serat Persen
penyerutan, karena serat - serat kayu pada Jenis
Pengerjaan bulu terang tase
Kelas
kayu Bekas penger
saat diamplas tersobek ke atas sehingga (wood
kayu halus kat
serpih
Cacat
jaan
(Pengeboran) (fuzzy (raised kayu
muncul bulu - bulu halus. Timbulnya species)
grain) grain)
(mm2) (%)
kayu
cacat bulu halus kadang - kadang (mm2) (mm2)
dipengaruhi oleh karakteristik kayu, Kayu
Meranti
ukuran amplas yang digunakan serta arah Sisi
merah 53 9 0 1,72 I
A
pengumpanan kayu saat memasukkan Meranti (sample
merah A)
kayu pada mesin amplas. Jika arah Sisi
40 11 0 1,41 I
pengumpanan berlawanan dengan serat B
Kayu
kemungkinan terjadinya cacat bulu halus Meranti
Sisi
akan semakin besar, karena pada saat Merah 52 21 0 2,02 I
A
(sample
proses pengamplasan serat tidak B)
terpotong sempurna akan tegak oleh Sisi
58 18 0 2,11 I
B
gesekan amplas. Kayu
Meranti
Sisi
Merah 41 0 0 1,13 I
4.5 Pembentukan kayu Meranti merah (sample
A
(Shorea leprosula Miq.) dan kayu C)
Sisi
Jelutung (Dyera polyphylla Miq.) B
36 7 0 1,19 I
Pembentukan kayu yaitu Kayu
Jelutung Sisi
pemberian profil pada sisi kayu yang (sample A
367 112 0 13,30 I
memberikan nilai seni dan nilai ekonomis Jelutung A)
Sisi
kayu pada pembuatan meubel, pada B
418 94 0 14,22 I
pengujian kayu meranti merah (Shorea Kayu
Jelutung Sisi
leprosula Miq.) dan kayu jelutung (Dyera (sample A
275 44 0 8,86 I
polyphylla Miq.) menggunakan mata B)
Sisi
pisau router alur dengan ukuran 1/4’’ x B
126 0 0 3,50 I
5/16’’ Pembentukan pada kayu memiliki Kayu
Jelutung Sisi
cacat yaitu serat bulu halus, serat (sample A
460 68 0 14,66 I
terangkat dan bekas serpih. Kedua jenis C)
Sisi
kayu hanya terdapat cacat serat bulu halus B
518 115 0 17,58 I
dan serat terangkat tetapi pada bekas polyphylla Miq.)
serpih tidak ditemukan pada kayu
pengujian. Cacat serat bulu halus Pengujian kayu Meranti merah
merupakan cacat yang paling umum terjadi (Shorea leprosula Miq.) yang
pada uji pembentukan, hal ini terjadi menggunakan mata pisau router alur
karena tingkat kecepatan operator dalam memiliki cacat pada dua sisi kayu yaitu
mengoperasikan mesin router, semakin serat bulu halus antara 36 mm2 - 53 mm2
cepat penggunaan mesin tersebut maka terdapat pada tengah permukaan kayu dan
cacat kayu pada pembentukan akan serat terangkat yaitu 0 mm2 - 21 mm2

Jom Faperta Vol.3 No.1 Februari 2016


terdapat pada pinggir kayu, tetapi bekas pada dua jenis kayu ini memiliki kadar air
serpih tidak ditemukan pada kayu uji. yang hampir sama dan kadar air kering
Cacat pada pembentukan pada kayu udara tersebut berada dalam kisaran umum
Meranti merah (Shorea leprosula Miq.) dari kondisi kadar air kering udara kayu
tergolong sangat baik, dan termasuk kelas indonesia. Kadar air kering udara Kayu
sifat pengerjaan I dengan nilai rata - rata Meranti merah (Shorea leprosula Miq.)
cacat kayu 1,59 %. dan Jelutung (Dyera polyhylla Miq.) dapat
Pengujian kayu jelutung (Dyera disajikan pada tabel 9.
polyphylla Miq.) memiliki cacat serat bulu
halus antara 126 mm2 - 518 mm2 terdapat Tabel 8. Rata-rata persentase kadar air
pada permukaan kayu dan cacat ini kayu Meranti merah (Shorea
panjangnya hampir sama dengan panjang leprosula Miq.) dan Kayu
kayu uji. Cacat serat terangkat antara 0 Jelutung (Dyera polyphylla
mm2 - 115 mm2, cacat juga terdapat pada Miq.)
pinggiran bekas pembentukan pada kayu, Jenis kayu Bagian luar Nilai Jumlah
nilai rata-rata cacat kayu uji 12,02% (wood kayu kadar kayu Rata-rata
tergolong sangat baik. Kerusakan pada dua species) (%) kadar air
(%)
jenis kayu sama-sama kurang dari 20% Kayu
dan termasuk kelas sifat pengerjaan I. Mernati
Hasil penelitian yang dilakukan merah Sisi A 15
Sisi B 16,5
mulyono (2000), jenis cacat yang Sisi C 18,5 16,27
ditimbulkan pada proses pembentukan Sisi D 15,1
didominasi oleh jenis cacat serat berbulu. Kayu 17,2
Jelutung Sisi A
Seperti halnya pengetaman, bahwa cacat Sisi B 14,7
serat berbulu timbul karena adanya Sisi C 16 16,65
kelembaban kayu. Cacat bulu halus diduga Sisi D 18,7
timbul karena serat-serat kayu yang Kadar air 6 % dan 12 %
berpadu tidak terpotong sempurna oleh menghasilkan kualitas permesinan yang
mata pisau sehingga terjadi kerusakan relatif sama dan lebih baik dibanding kadar
serat-serat kayu yang mengakibatkan air 20 %. Jumlah lingkar tumbuh
terbentuknya cacat serat berbulu pada pengaruhnya tidak jelas terhadap sifat
bidang pemotongan. Berdasarkan hasil permesinan, khususnya sifat pembubutan,
penelitian Adha (2005), bahwa proses tetapi terdapat kecendrungan bahwa pada
pembentukan menyebabkan sudut potong kayu berpori tata lingkar timbul serat
pisau dengan arah serat menjadi tegak terangkat pada proses penyerutan, karena
lurus, sehingga serat kayu yang tidak bagian kayu lebih lunak mendapatkan
terpotong sempurna akan berdiri dan tekanan lebih tinggi sehingga bagian yang
membentuk bulu-bulu halus. Hal ini lebih keras cendrung lebih menonjol pada
dikuatkan dengan adanya bagian kayu permukaan papan. Pengaruh yang berbeda
dengan arah serat berpadu. terjadi pada proses pengamplasan, dimana
kayu berpori tata lingkar menghasilkan
4.6 Kadar air pada Kayu Meranti persentasi serat berbulu lebih rendah.
merah (Shorea leprosula Miq.) dan (Davis, 1962 dalam Asdar, 2006).
Kayu Jelutung (Dyera polyphylla Miq.)
Rata-rata kadar air kering udara KESIMPULAN DAN SARAN
pada kayu Meranti Merah (Shorea 5.1 Kesimpulan
leprosula Miq.) adalah 16,65 % dan pada
kayu Jelutung (Dyera polyphylla Miq.) 1. Kayu meranti merah (Shorea leprosula
16,27 %. Pengukuran dilakukan Miq.) dan kayu jelutung (Dyera
berdasarkan bagian luar kayu. Kadar air polyphylla Miq.) sama-sama memiliki

Jom Faperta Vol.3 No.1 Februari 2016


kelas pengerjaan kayu yang sangat baik (Machining Properties of Three
dalam sifat pengerjaannya baik cacat wood Species From Sulawesi).
serat berbulu halus, serat patah, bekas Fakultas Kehutanan Makasar.
garukan dan bekas sobekan, yaitu
tergolong sifat pengerjaan kelas I American Society for Testing and
dengan nilai rata-rata kerusakan tidak Materials.1999. Standard
lebih dari 20 %. Method of Conducting
Machining Test of Wood and
2. Diketahui teknik dalam pengerjaan Wood Base Materials. Annual
kayu yaitu pengetaman, pengeboran, Book Of ASTM.
pemotongan, pengamplasan dan
pembentukan. Alat yang digunakan Bahtimi, F. 2009. Jelutung (Dyera, spp.)
sangat berpengaruh, jika ketajaman dan Strategi
pisau dan kekuatan alat pada kayu baik Pengembangannya di lahan
akan mengurangi terjadinya cacat kayu, rawa Kalimantan Selatan
alat yang dioperasikan dengan paksa Sebagai Penunjang
akan menimbulkan kerusakan yang Peningkatan Ekonomi
besar pada kayu, misalnya pecah dan Masyarakat lokal. Fakultas
terbakarnya kayu yang dapat Kehutanan Lambung
mengurangi nilai pada hasil meubel Mangkurat.
tersebut.
Bakar, E.S. 2003. Kayu Sawit sebagai
5.2 Saran Substitusi Kayu dari Hutan
Alam. Forum Komunikasi
Pengerjaan kayu sebaiknya lebih Teknologi dan Industri Kayu
fokus pada alat yang digunakan karena alat Jurusan Teknologi Hasil Hutan
sangat mempengaruhi, jika alat kurang Fakultas Kehutanan IPB
dirawat akan menyebabkan hasil Volume 2/1/Juli 2003. Bogor.
pengerjaan tidak optimal dan akan
mengurangi nilai pada pembuatan meubel, Darmawan, W. 1997. Pengaruh laju
hasil yang kurang optimal bisa berupa pengumpanan dan tebal
cacat patah , dan hasil yang kasar pada ketaman terhadap kualitas
kayu meubel tersebut. Sebaiknya pengetaman kayu pinus,
digunakan alat yang kurang dari 5 sampai Aghatis dan Manii. Jurnal
6 tahun karena kecepatan dan ketahanan Teknologi Hasil Hutan.
alat kurang baik untuk dilakukan Kehutanan IPB. Laporan
pengerjaan dan pengasahan mata pisau alat enelitian (mandiri). Fakultas
dilakukan seminggu sekali untuk Kehutanan. Universitas
mengurangi cacat pada kayu. lambung. Mangkurat.
Banjarbaru.
DAFTAR PUSTAKA
Haygreen dan Bowyer. 1996. Hasil Hutan
Adha, N. I. 2005. Sifat-Sifat pemesinan dan Ilmu Kayu. Gajah Mada
Kayu Durian (Durio zibrthinus Universitas Press; Jogjakarta.
L). Skripsi. Departemen
kehutanan. Fakultas Pertanian. Iskandar, dkk. 2001. Sifat Papan Partikel
Universitas Sumatera Utara. dari Jenis Kayu Hutan
Medan. Sekunder dan Hutan
Tanaman dengan Perekat
Asdar, M. 2006. Sifat Pemesinan Tiga Urea Formaldehida. Prosiding
Jenis Kayu Asal Sulawesi

Jom Faperta Vol.3 No.1 Februari 2016


Seminar Nasional IV. MAPEKI Sahri MH., Seng WT., Bokhari S. 2002.
: 136 – 140. Machining properties of
Stressed and non-Stressed
Kistani, F. 1991. Tinjauan Kuat Tekan Wood of Acacia mangium,
Dan Kuat Tarik Kayu Acacia auriculiformis and
Berdasarkan Pkki 1961. SNI Havea braziliensis. Proceeding
M. 27 – 1991 – 03 dan SNI M. of the fourth international Wood
25 – 1991 – 03. Science sympsium. Serpong,
JSPS-LIPI core university
Lerch E. 1995. Pengerjaan Kayu Secara program.
Maksimal. Yogyakarta. Kanisius
Santosa. P. B. 2012. Strategi Pemuliaan
Mulyono, A. 2000. Kajian Sifat Jelutung Rawa (Dyera
pemesinan Kayu Kelapa Sawit polyphylla Miq.)
(Elaeis guineensis Jacq.) http://webcache.googleusercontent.
Terkompregnasi Sebagai com/search?q=cache:J-
Bahan Bangunan dan _Jg8rfDLYJ:foreibanjarbaru.or.id/
Perabotan Rumah Tangga. wpcontent/uploads/2012/1114/strat
Skripsi Fakultas Kehutanan. egi%2520pemuliaan%2520jelutung
%2520final.doc+&cd=3&hl=en&ct
Institut Pertanian Bogor.
=clnk&gl=id Diakses Tanggal 29
Naemah, D. 2011. Interaksi Pupuk Oktober 2015
Organik dan Mediia Ramah Santoso BR. 1996. Pengujian Sifat Fisika
Lingkungan Terhadap dan Sifat Permesinan Kayu
Pertumbuhan Semai Meranti Kuning (Naucleaorientalis L).
Merah (Shorea leprosula Manokwari. Fakultas Pertanian
Miq.). laporan penelitian Universitas Cendrewasih.
(mandiri). Fakultas kehutanan.
Universitas lambung. Siswanto, N. 2002. Sifat Pemesinan
Mangkurat. Banjarbaru. Kayu Pilang (Acacia
leucophloea Wild.)
Naemah, D. 2012. Teknik Lama Dibandingkan dengan Kayu
Perendaman Terhadap Daya Gmelina (Gmelina arborea
Kecambah Benih Jelutung ( Roxb.) dan Mangium (Acacia
Dyera polyphylla Miq. ) mangium Willd). Skripsi
laporan enelitian (mandiri). fakultas Kehutanan. Institut
Fakultas Kehutanan. Universitas Pertanian bogor. Bogor.
lambung. Mangkurat.
Banjarbaru. Sitinjak, H. 2008. Sifat Pemesinan Kayu
Kemiri (Aleurites moluccana
Pratama, P. 2010. Karakteristik Termal Willd.) Skripsi Departemen
Kayu Meranti (Shorea kehutanan. Universitas Sumatera
leprosula Miq.) sebagai Bahan Utara. Medan.
Baku Gitar Akustik
Menggunakan Proses. Institut Sucipto, T. 2009. Pengerjaan Kayu dan
Pertanian Bogor. Sifat Pemesinan Kayu.
Departemen kehutanan. Fakultas
Rahman O, Rulliaty S. 1990. Sifat pertanian. Universitas sumatra
permesinan 10 jenis kayu utara.
daerah Nusa Tenggara Barat.
J Penelitian Hasil Hutan.

Jom Faperta Vol.3 No.1 Februari 2016

Anda mungkin juga menyukai