Anda di halaman 1dari 10

Sifat dan Karakteristik Kayu Jati

Karakteristik dari kayu jati yang paling dikenal orang adalah karena keawetannya dan daya tahannya terhadap
perubahan cuaca dibandingkan dengan jenis kayu lain. Selain itu pula karakter serat dan warnanya memiliki ciri
khas tersendiri. Oleh karena itulah harga kayu jati lebih mahal.
Pohon
Tinggi pohon bisa mencapai 50 meter dengan Ø hingga 1,2 meter. Umur pohon jati yang ideal untuk mendapatkan
kualitas terbaik adalah di atas 40 tahun. Kecepatan tumbuh pohon jati relatif lambat sehingga densitas kayunya pun
lebih baik. Untuk memperoleh Ø 40 cm dibutuhkan minimal 50 tahun masa tumbuh.

Warna Kayu
Coklat dan emas warna gelap pada kayu terasnya. Bagian kayu gubal berwarna krem atau bahkan putih kecoklatan.
Pada beberapa jenis kayu jati terdapat warna kemerahan pada saat baru saja dibelah. Setelah beberapa lama di
letakkan di udara terbuka dan terutama di bawah sinar matahari, warna tersebut akan berubah coklat muda.
Densitas
pada level MC rata-rata 12%, densitas kayu jati berada pada kisaran 700 - 930 kg/m3.
Keawetan
Kayu Jati tergolong pada kayu dengan kelas awet I. Memiliki daya tahan yang kuat terhadap jamur, busuk karena
udara lembab atau serangan serangga. Kayu Jati juga memiliki daya tahan yang baik terhadap cuaca dan perubahan
suhu.
Dengan karakteristik khusus yang dimiliki kayu jati yaitu kandungan minyak pada kayu Jati membuat kekuatan Jati
lebih baik dari jenis kayu yang lain.
Pengeringan
Beberapa manufaktur menggunakan cara pengeringan yang sedikit berbeda pada kayu jati. Jika biasanya pada
bentuk papan lembaran biasa masuk ke ruang pengering, mereka melakukan dengan cara membentuk kayu menjadi
komponen setengah jati ke dalam ruang pengeringan. Disisakan sepersekian milimeter untuk proses amplas setelah
pengeringan.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengeringkan kayu jati adalah sekitar 14-25 hari dengan temperature maksimum 80
derajat Celcius.
Proses Mesin & Konstruksi
Susunan serat kayu Jati yang kecil memudahkan proses mesin dengan hasil yang halus dan rata. Bisa dihasilkan
kepala kayu yang halus pada saat proses pemotongan melawan arah serat.
Karena kelebihan kayu Jati dari warna serat dan kelas awetnya, sebagian besar produsen furniture atau pemakai
kayu jati tidak melapiskan bahan finishing karena lapisan minyak/lilin alaminya sudah merupakan bahan pengawet.
Sertifikasi
Saat ini konsumen (terutama di Eropa & Amerika) menuntut adanya sertifikasi pada seluruh produk furniture dari
kayu Jati.
Di Indonesia kayu jati hanya bisa diperoleh/dibeli dari Perum Perhutani, sebagai instansi pemerintah yang berkuasa
penuh untuk perawatan dan pengawasan distribusi kayu jati di Indonesia, terutama di Pulau Jawa.
Sifat dan Karakter Kayu Akasia

Warna Kayu
Pohon akasia atau Acacia mangium menghasilkan substrat kayu yang umumnya berwarna krem hingga coklat tua kehijauan.
Kayu gubal atau kayu yang muda biasanya berwarna krem, sedangkan bagian tuanya (kayu teras) berwarna coklat muda
hingga cokelat tua kehijauan.
Kerapatan atau Densitas
Substrat kayu akasia umumnya memiliki densitas 450 – 600 kg/m3 pada MC (Moisture Content) 12%. Meski pada kasus
tertentu, juga terkadang ditemukan akasia dengan densitas hingga 800 kg/m3.
Keawetan
Akasia bukan kayu yang awet. Pada tingkat keawetan kayu, akasia termasuk dalam golongan atau grade III. Jenis kayu pada
level tersebut cukup tahan pada kondisi cuaca normal, tapi kurang baik untuk kondisi outdoor yang basah. Akasia mudah
terserang jamur maupun serangga pada kondisi demikian. Apalagi bila kayu ini digunakan langsung di atas tanah, misalnya
sebagai pagar dan pasak bangunan. Karena sifatnya ini, treatment pengawetan akasia sangat dianjurkan.
Pengeringan
Proses pengeringan akasia termasuk lama. Kayu ini dapat kering dengan baik setelah 45 hingga 60 hari untuk standar
ketebalan di atas 2,5 cm. Sedangkan untuk ketebalan di bawah angka tersebut, akasia dapat dikeringkan dalam kurun 1 bulan
atau 30 hari.
Selain lama, yang harus diwaspadai selama proses pengeringan akasia adalah sifatnya yang mudah menyusut. Bila
pengeringan dilakukan sembarangan, potensi pelengkuangn akasia tergolong sangat tinggi.
Proses Mesin & Konstruksi
Meski tidak cukup awet, yang menjadi keunggulan kayu akasia sebagai bahan baku pembuatan mebel dan lantai decking
adalah sifatnya yang mudah diproses. Jenis kayu ini memiliki daya ikat pada sekrup yang baik karena tidak mudah pecah.
Adhesive yang digunakan pun tak perlu dimodifikasi karena secara umum, substrat akasia dapat menerima penetrasi lem
dengan baik.
Mengenal Sifat dan Karakter Kayu Mahoni Untuk Berbagai Industri
Dalam kebutuhan industri mebel, kayu mahoni banyak dijadikan menjadi furniture kayu seperti lemari, tempat tidur,
kursi, meja maka, handycraft dan masih banyak lagi. Di dalam perindustrian mebel, kayu ini sering dikenal sebagai
kayu pertukangan yang sangat mudah untuk dikerjakan seperti dipotong dan dibentuk.

Walupun kayu mahoni mempunyai kualitas yang cukup bagus untuk dijadikan furniture, namun kekerasan dan
keawetan kayu ini tetap berada jauh di bawah kayu jati dan sonokeling. Dalam mengenal karakter kayu mahoni,
Anda harus tahu bahwa kayu ini akan tahan atau tidak terhadap serangan rayap dan bubuk. Pada faktanya, setelah
ditebang kayu mahoni harus segera direndam dalam cairan anti rayap dan dijemur di area yang teduh. Jika tidak,
maka kayu akan cepat diserang oleh rayap, entah itu bagian kayu yang tua maupun muda. Karena itulah keawetan
dan kekerasan dari kayu ini dikategorikan dalam kelas dua.
Walaupun demikian, kayu mahoni sering dijadikan bahan alternatif di dunia industri mebel karena harganya relatif
lebih murah dibandingkan jati. Sebenarnya kayu mahoni mempunyai ciri khas yang mungkin tidak didapati pada
kayu tropis lainnya. Tetapi, pada faktanya banyak kayu jenis lain yang sangat mirip dengan mahoni, seperti nyatoh
merah, keruing dan kamper. Kayu-kayu tersebut jika dilihat dari segi warna dan serat hampir sama dengan mahoni.
Untuk itu, Anda harus lebih jeli dalam mengenal karakter kayu mahoni agar bisa membedakannya.
Ciri Kayu Mahoni Yang Harus Dipahami
Berikut adalah dua ciri utama dari kayu mahoni:
Warna
Kayu Mahoni pada umumnya mempunyai warna merah pucat atau merah muda. Namun, untuk kayu yang sudah
sangat tua dan berumur sekitar 20 tahun ke atas akan mempunyai warna merah tua atau merah hati.
Serat
Serat yang terdapat pada kayu mahoni lurus dan sangat terpadu. Selain itu, tekstur dari kayu ini terlihat sangat indah,
halus dan beragam. Serat seperti ini akan sangat cocok bila difinishing dengan warna natural. Sebab itu, mahoni
banyak digunakan sebagai bahan pembuatan furniture kayu dengan finishing warna natural. Meskipun begitu, kayu
ini juga sering digunakan untuk furniture duco solid.
Dua karakter kayu mahoni ini bisa membantu Anda untuk menentukan jenis produk apa yang akan dibuat dan jenis
finishing apa yang akan diaplikasikan. Agar produk yang dibuat tahan lama, pastikan Anda mengawetkan terlebih
dahulu kayu mahoni setelah proses tebang maupun sebelum proses finishing dilakukan.
Jenis Bahan Finishing Untuk Kayu Mahoni
Kayu mahoni sangat menarik jika Anda menggunakan warna natural. Tetapi bagaimanakah Anda bisa menampilkan
warna natural kayu mahoni? Anda bisa menggunakan cat kayu Biovarnish warna mahogani mulai dari Biovarnish
Wood Filler dan Biovarnish Wood Stain Mahogani. Sedangkan untuk Clear Coat gunakan Biovarnish Clear Coat
doff.
Sifat dan Karakteristik Sonokeling

Sonokeling

a. Nama Ilmiah : Dalbergia latifolia Roxb

Fabaceae/Leguminoceae

b. Nama Daerah : Sonokeling, Sonosungu (Jawa, Sunda).

c. Sifat Botani

1). Batang

Tinggi pohon mencapai 43 m, tinggi bebas cabang 3 – 10 m dan diameter batang 100 – 150 cm, batang
lurus silindris atau kadang-kadang berkekah, kulit luar putih sampai kelabu.

2). Daun

Daun-daun berseling, majemuk menyirip ganda satu, anak-anak daun berbentuk bulat dengan tepi daun berombak, ujung
meruncing, tulang daun berbentuk jala.

3). Bunga

Berbunga dalam tandan, buah berbentuk legum pipih dengan satu atau lebih biji, kering merekah.

d. Habitat/Sarat Tumbuh

Sonokeling dapat tumbuh dengan baik pada kondisi lahan; Ketinggian < 600 m dpl, Curah hujan 600 – 1.000 mm/th,
Temperatur 24 – 33 oC, Tekstur tanah Ringan – berat, PH tanah Asam – netral, Draenase Baik, Toleransi naungan Semi
Intoleran.

Pohon ini mampu tumbuh baik pada kondisi tanah miskin hara dan tanah berbatu. (Ramdan H dalam Djayapertjunda.
2003).

e. Manfaat Kayu

Kayunya berwarna putih, lunak dapat digunakan untuk kayu bakar, bahan baku pulp dan kertas, papan partikel, core kayu
lapis, korek api, peti kemas serta sebagai kayu pertukangan.

f. Tehnik Budidaya

Tehnik budidaya jenis kayu ini dapat dilakukan dengan menggunakan anakan dari persemaian.
KARAKTERISTIK DAN SIFAT BAMBU APUS DAN BAMBU AMPEL
Bambu merupakan tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas pada batangnya. Bambu memiliki
banyak jenis. Bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Karena memiliki sistem
rhizoma-dependen yang unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60 cm (24 Inchi) bahkan lebih,
tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam.

Jenis-jenis Bambu yang terdapat di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 159 spesies dari total 1.250 jenis
bambu yang terdapat di dunia. Bahkan sekitar 88 jenis bambu yang ada di Indonesia merupakan tanaman endemik.

Salah satu jenis bambu yang sering di gunakan adalah jenis bamboo apus (Gigantochloa apus) termasuk jenis
bambu dengan rumpun simpodial, rapat, dan tegak. Masyarakat pedesaan, khususnya di pulau Jawa dan Bali, telah
menanam bambu tali. Hal ini terbukti dari banyaknya pemberian nama daerah seperti pring tali, pring apus (Jawa),
awi tali (Sunda), tiing tali (Bali), dan pereng tale (Madura) (Widjaja 2001). Bambu tali biasanya ditanam di pinggiran
sungai, batas desa, dan lereng per-bukitan dari dataran rendah hingga dataran tinggi (±1.300 m dpl).

Bambu apus pada umumnya memiliki diameter 3-7 cm, besar atau kecilnya tergantung kesuburan tanahnya. Untuk
ketinggian/panjangnya pun bervariasi yakni antara sekitar 4-12 meter.Pada umumnya bambu apus dapat tumbuh
subur di tepi sungai.

Bambu ampel merupakan salah satu jenis bambu yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Bambu ampel
mempunyai ciri-ciri Rumpun tegak, tinggi 10 – 20 m, diameter 4 – 10 cm, permukaan batang hijau mengkilap,
kuning, atau kuning bergaris-garis hijau; internodus berjarak 20-45 cm, permukaan batang berambut hitam dan
dilapisi lilin putih ketika muda dan berangsur-angsur menjadi halus tak berambut dan mengkilap; nodus tenggelam.
Cabang-cabang muncul dari nodus tengah dan atas dari rumpun. Selubung rumpun berbentuk segitiga lebar; daun
lurus, berbentuk segitiga lebar (broadly triangular), panjang 4-5 cm dan lebar 5-6 cm, ujung daun meruncing,
berambut pada kedua permukaan daun dan di tepi-tepi daun; panjang ligula 3 mm, bergerigi.

Manfaat dari bambu


Bambu Apus Bambu Ampel
Kerajinan seperti hiasan dinding Rabung nya dapat di buat sayur
Membuat meja dan kursi bambu Sebagai bahan bangunan
Membuat alat kesenian seperti angklung Sebagai pagar
Sebagai pagar kerajinan
Sifat dan Karakteristik Bambu Betung

Bambu betung (Dendrocalamus asper) adalah salah satu jenis bambu yang memiliki ukuran lingkar batang yang
cukup besar dan termasuk ke dalam suku rumput-rumputan. Bambu betung memiliki nama lokal yang berbeda di setiap
wilayah di Indonesia seperti sebutan awi bitung (Sunda), pring petung (Jawa), awo petung (Bugis), dan bambu swanggi
(Papua). Bambu betung masih berkerabat dekat dengan bambu sembilang, bambu batu, dan bambu taiwan. Adapun taksonomi
bambu betung adalah sebagai berikut :
 Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
 Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
 Kelas : Liliopsida (Berkeping satu / Monokotil)
 Sub Kelas : Commelinidae
 Ordo : Poales
 Famili : Poaceae (Suku rumput-rumputan)
 Genus : Dendrocalamus
 Spesies : Dendrocalamus Asper Backer
Morfologi
Tumbuhan bambu betung yang masih muda ditutupi oleh lapisan berwarna coklat dan bertekstur seperti kain
beludru. Tinggi bambu betung dapat mencapai 10 kaki sedangkan lingkar batangnya dapat mencapai 8 inchi. Bambu betung
memiliki batang berkayu dan bernding tepal yaitu antara 11 sampai 20 mm. Bagian batang bambu betung bagian bawah
terdapat node dan terdapat akar udara. Batang bambu betung terdiri dari ruas-ruas, panjang setiap ruas bambu antara 20 hingga
45 cm serta berwarna hijau pucat dan tertutup rambut coklat pendek. Daun tumbuhan ini berbentuk tombak dengan panjang
sekitar 15 cm hingga 30 cm dan lebarnya antara 10 mm hingga 25 mm.

Ekologi
Bambu betung dapat tumbuh lebih baik dengan sinar matahari penuh, dan suhu minimum supaya dapat tumbuh dengan
baik adalah 25 °C. Habitat tanaman ini adalah pada ketinggian rendah sampai 1.500 m. Bambu betung tumbuh subur terbaik
pada ketinggian 400–500 m dpl di daerah dengan curah hujan tahunan rata-rata sekitar 2.400 mm. Tanaman ini tumbuh dengan
baik pada berbagai jenis tanah, bahkan di tanah berpasir dan agak asam, tapi lebih tumbuh dengan baik di daerah dengan tanah
kering dan berat.

Manfaat
Bambu betung memiliki sifat yang keras serta banyak dimanfaatkan untuk digunakan sebagai bahan bangunan dan
kayu struktural untuk konstruksi berat seperti rumah dan jembatan. Ruas batang bambu betung digunakan sebagai wadah untuk
air dan cairan lainnya, dan sebagai alat memasak. Bambu ini juga digunakan untuk membuat papan laminasi, furnitur, alat
musik, sumpit, peralatan rumah tangga dan kerajinan. Batang bambu betung yang masih mudah dapat dimakan dan memiliki
rasa yang enak.
Pemanfaatan bambu betung sebagai bahan bangunan telah dilakukan sejak lama, terutama untuk tiang atau penyangga
bangunan. Selain itu, juga digunakan untuk keperluan reng atau usuk dibuat dengan cara membelahnya menjadi dua. Bambu
betung dapat digunakan sebagai alternatif bahan baku briket arang, karena mudah didapatkan dan relatif murah harganya jika
dibandingkan menggunakan bahan lain. Salah satu cara untuk membuat briket arang yaitu, bahan baku di arangkan terlebih
dahulu lalu dihaluskan dengan cara ditumbuk atau digiling, kemudian dicampur dengan perekat (tapioka) setelah itu dicetak
dengan cara pengempaan yang tinggi agar menghasilkan briket yang bermutu baik. Perekat yang digunakan untuk
menghasilkan briket yang bermutu baik sebanyak 4% karena menghasilkan kadar air, kadar abu dan nilai kalor yang memenuhi
standar SNI 01-6235-2000.
Sifat dan Karakteristik Bambu ater

Bambu Ater

Bambu jåwå, Gigantochloa atter


dari Sumber
Gangging, Sidomulyo, Sidorejo, Magetan

Bambu ater[6] atau buluh jawa (Gigantochloa atter) merupakan jenis bambu yang tersebar luas di Indonesia dan Asia
Tenggara. Bambu ini banyak dipakai sebagai bahan bangunan dan peralatan rumah tangga. Nama-nama lokalnya
antara lain, awi ater, awi temen(Sd.); pring legi, pring jåwå, dĕling jawi (Jw.); pĕrréng keles (Md.); au
loto (Gal.); tabadiku tui (Ternate); buluh jawa (umumnya di Indonesia timur), dan buluh
dabuk (di Palembang).[7][8][9] Dalam bahasa Inggris ia disebut giant atter atau sweet bamboo,[10] sementara
dalam bahasa Tagalog dikenal sebagai kayali.[8]

Pengenalan
Pangkal rumpun buluh
Bambu yang merumpun, padat dan tegak. Rebungnya hijau hingga keunguan, tertutup oleh bulu-bulu miang berwarna
hitam. Buluhnya lurus, mencapai tinggi 22(-25) m; garis tengahnya 5-10 cm dan ruas-ruasnya sepanjang 40-50 cm,
tebal dinding buluh lk. 8 mm; hijau, hijau tua hingga hijau kebiruan, dengan lampang berupa cincin berwarna pucat
pada buku-bukunya; buku-buku dekat tanah dengan sedikit akar udara. Percabangan muncul tinggi, lk. 2-3 m di atas
tanah.[8][9]
Pelepah buluh mudah rontok, kecuali mungkin yang terbawah; menyegitiga sempit dengan ujung terpangkas, panjang
lk. 21-36 cm, berbulu miang berwarna hitam pada sisi luarnya. Daun pelepah buluh bentuk lanset atau menyegitiga
dengan pangkal menyempit, lk. 10 × 3 cm, terkeluk balik. Kuping pelepah membulat hingga membulat dengan ujung
sedikit melengkung keluar, lebar 6-9 mm dan tinggi 3-7 mm, dengan bulu kejur 4-6 mm; ligula (lidah-lidah) menggerigi,
tinggi 3-6 mm, lokos.[8][9]
Daun pada ranting bentuk lanset lonjong, 20-49 × 3-9 cm, lokos; kuping pelepah kecil, 2 × 1 mm, lokos; ligula rata,
tinggi lk. 2-4 mm, lokos.[8]
Perbungaan berupa malai pada ranting yang berdaun, dengan kelompok-kelompok hingga 35 spikeletpada masing
masing bukunya. Spikelet bentuk lanset bulat telur, 9-12 × 3-4 mm, berisi 4 floret yang sempurna dan satu floret ujung
yang tak sempurna.[8]

Agihan dan ekologi


Bambu ater menyebar luas di wilayah Asia tropis: Indocina, kawasan Malesia dan Papuasia,[11] namun asal-usulnya
tidak diketahui dengan pasti.[8] Bambu ini banyak ditanam orang di wilayah perdesaan Jawa, namun di luar Jawa
kebanyakan tumbuh liar. Bambu ater dibudidayakan di Filipina (Davao) dan Brunei, dan mungkin pula di Sarawak.[8]
Bambu ini terutama hidup di wilayah tropis yang lembab, dari ketinggian muka laut hingga 1.400 m dpl. Ia terutama
tumbuh baik pada daerah dengan curah hujan di atas 2.500 mm pertahun, akan tetapi tak sebagaimana jenis-
jenis Gigantochloa lainnya, bambu ater sanggup tumbuh di tempat-tempat yang lebih kering dengan curah hujan
sekitar 1.000 mm pertahun. Bambu ater menyukai tanah latosol, namun dapat pula ditanam di atas tanah-
tanah aluvial, berkapur, dan tanah lempung berpasir.[8]

Manfaat
Bambu ater terutama dimanfaatkan sebagai bahan bangunan: rangka rumah, dinding, pagar; dan juga untuk membuat
perlengkapan rumah tangga seperti balai-balai, furnitur, serta alat-alat masak.[8] Bambu ini baik pula untuk membuat
alat-alat musik tradisional seperti calung dan angklung.[9] Penggunaan lainnya adalah sebagai galah penjemur, tangkai
sapu,[7] dan juga penopang tandan pisang.[8] Buluhnya juga dimanfaatkan sebagai bahan anyaman (untuk keranjang
dll.), serta untuk membuat sumpit, tusuk sate, tusuk gigi, dan sebagainya.[8]
Rebungnya disukai sebagai sayuran, dan dikatakan bahwa rasanya tidak kalah dengan rebung bambu
betung (Dendrocalamus asper).[7][8]
Uniknya Bambu Tutul, Bambu Khas Indonesia Bermotif Langka

Bambusa maculata atau bambu tutul adalah salah satu spesies bambu di Indonesia. Jenis bambu ini
memiliki tampilan sangat unik karena pola coklatnya yang tersebar di seluruh permukaan. Yuk, ketahui
lebih lanjut soal pring tutul ini.

Beriklim tropis, Indonesia merupakan rumah yang kaya akan berbagai flora dan fauna.
Salah satunya adalah bambu. Tanaman yang terdiri dari beragam spesies ini dengan mudah didapatkan di
berbagai pelosok Indonesia. Bambu bahkan memiliki tingkat kelimpahan tinggi sehingga pemanfaatannya
masih sangat leluasa.
Salah satu bambu yang paling unik karena tampilannya adalah bambu tutul atau pring tutul. Spesies
bambu dengan nama latin Bambusa maculata ini sangat khas dengan pola seperti totol di seluruh
permukaannya. Tak heran ia sering disebut sebagai bambu dengan pola macan.
Karakteristik Bambu Tutul
Sebagaimana disebut di atas, pring tutul ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Tanaman ini memiliki
panjang rerata hingga 20 meter dengan diameter hingga 12 cm. Bambu ini bisa bertahan hidup pada
wilayah dingin asalkan dengan suhu tidak kurang dari -2°C. Sehingga tumbuhan ini bisa dibudidayakan
di dataran rendah maupun pegunungan dan di wilayah tropis maupun sub tropis. Sedangkan paparan
mataharinya beragam dari yang penuh terpapar hingga sebagian saja. Bagi Anda yang ingin
membudidayakannya, siapkanlah tanah yang lembab dan subur.
Pemanfaatan Bambu Tutul
Ada berbagai produk yang bisa dihasilkan dari material ini. Namun secara umum, bambu totol banyak

digunakan untuk:
Mebel
Bangku hingga meja adalah contoh berbagai mebel yang sering memanfaatkan pring tutul. Namun selain
itu, sebenarnya banyak varian produk lain yang sudah dihasillan. Misalnya saja ranjang dan rak yang
terbuat dari bambu ini.
Anyaman
Anyaman dari jenis bambu totol tergolong sangat diminati karena keindahannya yang khas. Anyaman
atau biasa disebut gedhek oleh orang jawa kerap dimanfaatkan sebagai dinding rumah semi permanen.
Berbagai restauran pun sangat sering menggunakan material ini.
Selain kedua produk di atas, tentu masih banyak fungsi bambu tutul bagi manusia. Misalnya saja sebagai
bahan baku pembuatan keranjang hingga bakul nasi.
Sifat dan Karakteristik Rotan itu sangat unik, panjang batangnya dapat mencapai 100 meter atau lebih walaupun
diameternya hanya sebesar ibu jari tangan atau ibu jari kaki. Bentuk tanaman rotan memang tidak menarik karena sebagian
besar terbalut pelepah yang berduri tajam. Batang rotan juga memiliki keuletan dan kekenyalan yang luar biasa. Karena
keuletan dan kekenyalannya itu, batang rotan dapat dibuat berbagai bentuk, seperti perabot rumah tangga atau hiasan-
hiasan lainnya (Janumirno, 2010:20).
Lebih lanjut janumimo, pakar rotan, menguraikan bahwa ciri umum batang tanaman rotan berbentuk memanjang dan bulat
seperti silinder atau segi tiga. Bila rotan dibelah dua akan menjadi bagian yang setangkup. Batang tanaman rotan terbagi
menjadi ruas-ruas yang setiap ruas dibatasi oleh buku-buku. Pelepah dan tangkai daun tanaman rotan melekat pada buku-
buku tersebut.
Karakteristik warna batang rotan selalu bervariasi, tidak hanya pada jenis rotan yang berbeda, tetapi juga pada jenis rotan
yang sama. Dalam dunia perdagangan, warna rotan sangat penting karena, biasanya, makin baik warna rotan, maka makin
mahal harganya. Rotan yang dianggap baik warnanya adalah batang rotan yang berwarna hijau daun pada saat masih hidup
karena mengisyaratkan bahwa rotan tersebut berumur cukup tua dan siap untuk dipanen. Batang rotan yang berwarna hijau
daun pada saat cukup tua akan berubah dan dapat diubah menjadi putih setelah selaput silikanya terkelupas dan akan
makin putih lagi setelah dilakukan proses pemutihan.
Adapun kilap merupakan sifat batang rotan untuk memantulkan cahaya. Rotan yang berkilap atau suram mencirikan jenis
rotan tertentu dan dapat menambah keindahan dari rotan. Kilap rotan dipengaruhi oleh kandungan air dalam rotan. Makin
tinggi kadar air, kilap batang rotan makin suram. Adanya zat-zat yang mengandung lemak dan berminyak turut mengurangi
kilap. Kekerasan atau elastisitas rotan menunjukkan bahwa batang rotan tersebut mampu menahan tekanan atau gaya
tertentu. Tingkat kekerasan atau elastisitas sangat dipengaruhi oleh kadar air, umur rotan pada saat dituai, dan posisi
batang rotan yang digunakan (pangkal, tengah atau bagian ujungnya). Rotan juga memiliki ruas-ruas. Ruas adalah bagian
batang di antara dua buku. Ruas batang rotan akan berbeda pada bagian pangkal, tengah, pucuk, dan akan selalu makin
panjang pada bagian pucuknya. Panjang ruas batang rotan bervariasi antara 2 cm -50 cm.
Janumirno pun menjelaskan bahwa batang rotan dibagi lagi menjadi tiga bagian yaitu (1) kulit rotan berbagai ukuran untuk
bermacam-macam keperluan, terutama untuk bahan baku anyaman; (2) hati rotan berbagai ukuran untuk bermacam-
macam keperluan, misalnya stick, payung, bahan kerajinan, dan kursi; (3) rotan bulat berbagai ukuran untuk bermacam-
macam keperluan, terutama untuk bahan baku furnitur atau kursi.

Bahan baku rotan batangan besar dan sedang yang masih memiliki kulit

Bahan baku rotan batangan besar dan sedang yang kulitnya sudah dikupas.

Pembuatan rangka kursi dengan menggunakan rotan batangan besar

Anda mungkin juga menyukai