Anda di halaman 1dari 5

ETIKA DAN KEPROFESIAN

Naskah Drama Studi Kasus 1

Disusun oleh :
Iyan Irawan ( 14201620)
Munawar Fadoli ( 142016036)
Dzikrillah Dwi Putra ( 142016028)
Cindyshania Shafira Kuswara ( 142016037)
Rachmad Rafli (142016052)
Tri Rizki Carolin (142015008)

Dosen Pembimbing : Erfan M. Kamil, S.T.,M.T

Program Studi Arsitektur


Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Palembang
Nama dan Peran:
 Kontraktor 1 : Dzikrillah Dwi Putra
 Kontaktor 2 : Munawar Fadoli
 Arsitek Pro : Rachmad Rafli
 Arsitek Kontra : Iyan Irawan
 Project Manajer : Cindyshania Shafira Kuswara
 Owner : Tri Rizky Carolin

Naskah Drama :
Suatu kejadian dimana konsultan diminta untuk merancang Rusunawa (Rumah susun
sederhana sewa) pada saat merancang DED Konsultan sudah membuat gambar detail tangga
kebakaran , sesudah dilaksanakan tender, karena perlu optimasi biaya maka kontraktor
mengajukan usulan shop drawing dengan menghilangkan Railing tangganya, baik yang kearah
dinding maupun yang ditengah. Terjadi Konflik Antara arsitek principal yang merancang DED
tersebut dengan kontraktor bangunan, ada yang menerima dengan mencarikan solusi, ada yang
menolak, bahkan ada yang sampai ingin mengundurkan diri dari proyek tersebut.
Narasi:
Awal mula kejadian yaitu pada saat proses pembangunan Rusunawa mendekati finishing atau
pada saat pemasangan railing tangga pada bangunan si kontraktor tiba – tiba mengajukan
shopdrawing dengan menghilangkan railing tangga pada tangga darurat kepada arsitek principal
kemudian si arsitek melapor kepada si projek manajer lalu terjadilah konflik tersebut.
Kontraktor : hallo pak,

Arsitek : iya ada apa ?


Kontraktor : jadi gini saya ada sesuatu yang ingin saya bahas kira2 kapan kita bisa bertemu?
Arsitek : oke, hari ini saya bisa ke proyek pukul 16.00
Kontraktor : oke pak, nanti saya langsung kelokasi pukul 16.00
Narasi :
Maka bertemulah arsitek dan kontraktor dilokasi proyek, sehingga terjadilah dialog antar
mereka.

Kontraktor : apa kabar pak ?


Arsitek : ya baik, oke langsung aja masuk pembahasan
Narasi :
Kemudian mereka membahas masalah tersebut di suatu ruangan
Kontraktor 1: jadi gini pak, kan bangunan kita sudah mau finishing. Jadi pada bagian tangga
darurat tepatnya railing tangga, rencananya mau dihilangkan dikarenakan untuk optimasi biaya
Arsitek 1: lah koq bisa gitu ?
Kontraktor 2 : karena pada saat pelaksanaan pembangunan, terdapat biaya tak terduga yang
tidak masuk dalam hitungan RAB yang telah disepakati.
Arsitek 1: memang biaya apa ?
Kontraktor 2 : jadi, kita udah bangun kolom setinggi 12 meter, namun karena human error maka
operator crane tak sengaja mengarahkan ball sehingga mengenai 15 dari 40 kolom dan terjadilah
kerusakan. Jadi pak, kami mengajukan shop drawing agar gambar railing pada gambar yang telah
dibuat itu dihilangkan sehingga bisa menutupi biaya pembangunan kolom yang mengalami
kerusakan.
Arsitek 1: gak bisa gitu pak, itu menjadi tanggung jawab kontraktor. Jadi railing itu tetap harus
dilaksanakan pembangunnya !!
Kontraktor 1 : Iya pak saya mengerti. Tapi, biaya tak mencukupi untuk melaksanakan
pembangunan. Nah, untuk melanjutkan pembangunan maka cara terbaik adalah dengan
menghilangkan railing tersebut.
Arsitek 2 : menurut saya, railing tersebut dianggap kurang perlu karena railing sudah cukup
berada disatu sisi saja , jadi saya sarankan railing tangga tersebut dihilangkan saja, karena dapat
menghemat banyak biaya dan dapat menutupi biaya untuk pembangunan kolom yang
sebelumnya mengalami kerusakan. Apalagi proyek harus segera diselesaikan karena hampir
mencapai tenggat waktunya.
Arsitek 1 : saya tidak setuju, itu urusan kalian.
Narasi :
Arsitek 1 meninggalkan ruangan tersebut dan pergi, lalu menghubungi PM untuk membahas
permasalahan ini. Keesokan harinya PM mengadakan rapat dengan seluruh pihak yang terlibat
dalam proyek tersebut yakni kontraktor dan juga arsitek
PM : Selamat siang semuanya. Baiklah, Dirapat kali ini kita akan membahas perihal perubahan
shop drawing pada railing tangga. Untuk lebih jelasnya silakhan bapak Dzikri dan munawar selaku
pihak dari kontraktor.

Narasi :
Kemudian PM menyuruh arsitek untuk menjelaskan gambar yang telah dibuat
Arsitek 1 : menjelaskan tentang gambar railing yang telah dibuat ( beserta spesifikasinya )
Kontraktor 1&2 : Jadi kemarin kami telah menjelaskan kepada bapak iyan bahwa, kami telah
bangun kolom setinggi 12 meter, namun karena human error maka operator crane tak sengaja
mengarahkan ball sehingga mengenai 15 dari 40 kolom dan terjadilah kerusakan. Jadi bu, kami
mengajukan shop drawing agar gambar railing pada gambar yang telah dibuat itu dihilangkan
sehingga bisa menutupi biaya pembangunan kolom yang mengalami kerusakan.
PM : oke, kepada forum apakah ada pendapat tentang permasalahan ini ?
Arsitek 1 : menentang dengan segala argumennya demi keamanan & berdasarkan kode etik
profesi arsitek. Apabila pm,ars.pro dan kontraktor masih mengiginkan perubahan spek. Maka,
ars. Pro mengancam akan mengundurkan diri.
Narasi :
Kemudian PM menelpon owner menyampaikan perihal permasalahan yang terjadi. Dan setelah
itu ….
PM : Hallo buk ? Jadi begini, saya ingin menyampaikan bahwasannya di lapangan telah terjadi
perselisihan Antara kontraktor dan juga arsitek mengenai adanya penghilangan spek pada salah
satu bagian dalam bangunan.
Owner : Memangnya apa yang dihilangkan pada dalam bangunan ?
PM : Untuk bagian yang dihilangkan yaitu railing pada tangga darurat.
Owner : Kenapa bisa demikian ? Memangnya dengan alasan apa mereka ingin menghilangkan hal
tersebut ? Bukannya akan berbahaya jika railing pada tangga tersebut dihilangkan pak ? Inikan
rumah susun, banyak orang yang tinggal . Bagaiman nanti jika terjadi kebakaran dan lain-lain?
PM : Jadi dari pihak kontraktor telah menjelaskan kepada kami, bahwa pihak kontraktor telah
membangun kolom setinggi 12 meter, namun karena human error maka operator crane tak
sengaja mengarahkan ball sehingga mengenai 15 dari 40 kolom dan terjadilah kerusakan. Jadi
pak, mereka mengajukan shop drawing agar gambar railing pada gambar yang telah dibuat itu
dihilangkan sehingga bisa menutupi biaya pembangunan kolom yang mengalami kerusakan.
Owner : Oh jadi begitu, baiklah intinya sekarang dengan kondisi & alasan apapun bangunan itu
harus bisa dibangun dan selesai tepat waktu sesuai kontrak dan juga biaya yang telah disepakati.
PM : Oke buk, akan saya segera ambil tindakan mengenai masalah ini. Terima kasih atas
waktunya, maaf telah menggagu.
Narasi :

Kemudian pembicaraan kembali ke rapat, dan PM memutuskan keputusan yang sudah diambil
PM : oke bapak-bapak, saya sudah menelepon ibu kiki tadi selaku owner, beliau menyampaikan
bahwa dengan kondisi & alasan apapun bangunan itu harus selesai dibangun dan selesai tepat
waktu sesuai kontrak dan biaya yang telah disepakati.
PM : Jadi pak, kenapa alasan saya mengambil keputusan demikian, karena owner telah
menyerahkan sepenuhnya tanggung jawab masalah ini kepada saya.
*mengambil kertas yang berisi kode tata laku*
Dan juga, berdasarkan pada kaidah tata laku no 3 . 304 : “Arsitek berkewajiban memberitahu
pengguna jasa tentang kemajuan pelaksanaan tugasnya dan masalah-masalah yang berpotensi
mempengaruhi kualitas, biaya dan waktu
Narasi :
Jadi, pada akhirnya PM memutuskan mengenai peniadaan railing pada tangga darurat tidak
disetujui , hal ini dikarenakan PM berpegangan kepada kaidah tata laku 2. 105
“Apabila dalam proses pengerjaan proyeknya,arsitek mengetahui bahwa keputusan yang diambil
oleh pengguna jasa melanggar atau bertentangan dengan hukum serta kaidah yang berlaku, dan
mengancam keselamatan masyarakat umum,maka arsitek wajib:

 Mengingatkan dan menyarankan pengguna jasa agar mempertimbangkan kembali


keputusannya.
 Menolak pelaksanaan keputusan tersebut”
Berarti, tanggung jawab seluruhnya kembali kepada kontraktor selaku pelaksana pembangunan
proyek.

Anda mungkin juga menyukai