struktur yang bagus. Kestabilan memiliki arti bangunan tidak akan runtuh (collapse) jika
mendapat pengaruh gaya-gaya dari luar. Lihat gambar di bawah ini sebagai contoh
Pada gambar yang berada di sebelah kiri, struktur yang sangat sederhana akan mengalami
perpindahan (deformasi) yang cukup besar jika diberi beban luar. Struktur ini akan jatuh
(collapse) dan dikatakan tidak stabil terhadap perubahan gaya dari luar. Kondisi ini berbeda
jika kita melihat gambar yang berada di sebelah kanan, struktur yang diberi pengaku
(bracing) dikatakan stabil ketika menerima beban-beban dari luar.
Setidaknya ada 3 cara yang bisa dilakukan untuk membuat struktur yang stabil:
Bidang rangka kaku atau biasa disebut diaphragm adalah sistem di mana dinding atau pelat
lantai dipasang sangat kaku pada rangka struktur. Hal ini menyebabkan sambungan (joint)
tidak lagi berperilaku sebagai sendi, namun sambungan ini akan kaku dan berubah fungsi
sebagai jepit. Contoh yang bisa kita lihat adalah pelat lantai yang terbuat dari beton yang
disambung dengan balok-balok di sekelilingnya.
Jika pada sistem diaphragm kita memasang bidang yang akan mengubah perilaku
sambungan, maka pada cara yang ketiga ini, sambungan secara langsung dipasang dengan
kaku tanpa perlu bantuan dinding atau pelat. Biasanya sistem seperti ini bisa dilakukan pada
sambungan las baja atau sambungan balok kolom pada beton bertulang.
Jumlah minimum pengaku atau bidang yang diperlukan untuk kestabilan struktur
Untuk membuat sistem struktur yang stabil, paling tidak diperlukan sejumlah elemen-
elemen minimum yang dipasang pada struktur. Pada gambar di atas, bidang pengaku dan
pengaku diagonal hanya dipasang di sebuah bidang di sebuah sisi struktur. Struktur pada
kondisi ini sudah stabil, namun jika ada gaya horizontal pada arah tegak lurus bracing,
struktur akanmengalami torsi yang cukup besar akibat pemasangan struktur yang tidak
simetris. Untuk itulah diperlukan pemasangan elemen-elemen yang simetris pada struktur.
Dengan pemasangan struktur yang stabil dan tepat, diharapkan struktur tidak akan mengalami
jatuh (collapse), memenuhi syarat deformasi yang ditetapkan, dan mampu memberikan kuat
Nama yang diambil untuk digunakan pada bangunan ini didapat dari nama tokoh yang
fenomenal bernama John Hancock. Dia pada awalnya adalah seorang saudagar penjual sirop
gula. Mungkin terdengar sangat sederhana, namun di berhasil menjual sebanyak 1.5 juta
gallon sirup gula ke Amerika. Tidak berhenti sampai disitu, kemudian ia terpilih menjadi
Presiden ketiga pada Kongres Kontinental pada tahun 1775. Tanda tangannya pun menjadi
sangat terkenal karena merupakan salah satu tanda tangan yang terdapat pada Declaration of
Independence (Deklarasi Kemerdekaan).
John Hancock Center terletak di 875 North Michigan Avenue. Setelah pembangunan selesai
pada tahun 1969, John Hancock Center menjadi bangunan tertinggi di dunia(tanpa bangunan-
bangunan yang ada di New York City). Bangunan ini juga menjadi bangunan tertinggi
keempat di Chicago dan tertinggi keenam di USA, setelah Sears Tower, Empire State
Building, The Bank of America Tower, The Trump Tower, dan The Aon Center.
STRUKTUR
Struktur yang digunakan pada John Hancock Center :
Struktur x-bracing merupakan komponen struktur yang paling unik yang terdapat pada
bangunan yang terletak di Chicago,IL. Bangunan dengan ketinggian mencapai 344 m ini
memakai struktur x-bracing karena dengan adanya struktur tersebut, maka tidak
diperlukan kolom-kolom utama di bagian dalam bangunan.
X-bracing berfungsi sebagai pengikat antar kolom dan plat lantai pada bangunan
tingkat tinggi karena bangunan tingkat tinggi rentan akan gaya yang ditimbulkan oleh
angin dan gempa bumi(sewaktu-waktu).
Sistem struktur x-bracing diinovasikan oleh Fazlur Khan. Fungsi dari system struktur ini
berguna agar bangunan ini lebih kaku dan tetap pada posisinya bila sewaktu-waktu
terkena angina atau gempa bumi. Sistem ini bekerja dengan cara mengikat kolom-
kolom utama pada bangunan dan juga mengikat plat di tiap lantainya. Otomatis Kolom
utama, Plat lantai, dan X-bracing menjadi satu kesatuan dalam mendukung berdirinya
suatu bangunan. Inovasi ini membuat bangunan John Hancock Center memiliki ketinggian
yang fenomenal pada masanya(karena pada waktu itu belum banyak bangunan yang mampu
mencapai ketinggian seperti John Hancock Center).
Sistem struktur x-bracing juga tampil sebagai keunikan tersendiri bagi John Hancock Center,
karena x-bracing diekspos strukturnya sehingga terlihat dari luar, hal ini membuat John
Hancock Center tampil sebagai bangunan yang unik.
MATERIAL
Material yang digunakan pada John Hancock Center :
1. Baja
Baja merupakan unsur utama yang terdapat pada bangunan John Hancock Center.
Pada bangunan ini baja selain digunakan sebagai struktur konstruksi juga diekspos
sebagai fasade/tampak dari bangunan yang memiliki ketinggian 344 m.
Baja merupakan logam alloy yang komponen utamanya adalah besi dan karbon sebagai
pengaloy utamanya. Baja digunakan pada struktur ini karena baja memiliki tingkat
kekuatan yang lebih besar dibanding material lainnya.
Struktur x-bracing juga menggunakan baja sebagai komponen utamanya, karena struktur x-
bracing membutuhkan suatu material yang memiliki sifat mudah untuk
dikonstruksikan dan tahan terhadap pembebanan dari luar.
2. Beton
Beton merupakan bahan bangunan komposit yang terbuat dari kombinasi aggregate dan
pengikat semen.
Beton merupakan bahan kuat tekan. Pada John Hancock Center beton digunakan
untuk sebagian plat lantai (setengah ke atas).
3. Kaca
Kaca merupakan gabungan dari beberapa oksidan organic yang tidak mudah menguap, yang
dihasilkan dari dekomposisi dan peleburan senyawa alkali dan alkali tanah, pasir, serta
berbagai penyusun lainnya.
Struktur Baja Menara Eiffel Leave a comment
Menara Eiffel yang masuk kedalam 7 keajaiban dunia ini dalam bahasa Perancis disebut juga
Tour Eiffel, yang merupakan sebuah menara besi yang dibangun di Champ de Mars di tepi
Sungai Seine di Paris. Menara ini telah menjadi ikon global Perancis dan salah satu struktur
terkenal di dunia. Lebih dari 200.000.000 orang telah mengunjungi menara ini sejak
pembangunannya tahun 1889. Pengerjaan proyek tersebut dipemimpin oleh: Gustave Eiffel.
Itulah mengapa Menara tersebut diberi nama Menara Eiffel, untuk mengenang jasa sang
Structural Engineer nya. Gustave Eiffel dibantu oleh para insinyur Maurice Koechlin dan
Emile Nouguier, serta Stephen Sauvestre sebagai arsitek.
Menara Eiffel
Rencana proyek dimulai pada tahun 1884. Karena banyak mengalami hambatan, pembanguan
menara baru dimulai tahun 1887 dan selesai 26 bulan kemudian pada tahun 1889.
Bahan yang digunakan untuk konstruksi ini adalah : Besi baja dikaitkan dalam bentuk
persilangan dari 18.038 biji yang diperkuat dengan 2.500.000 paku. Kerangka dari karya
Gustave Eiffel ini tahan angin dan walaupun bahannya dari besi dan berat menaranya 7.300
ton.
Tinggi : dari tanah sampai tiang bendera, tingginya 312.27 meter pada tahun 1889, sekarang
324 meter dengan antenanya. Saat ini, berbagai perusahaan televisi Perancis memasang
antena mereka di puncak Menara Eiffel.
Penerangan : Gadis Besi ini diterangi dengan 352 projektor 1.000 watts dan berkedip
setiap sengah jam pada malam hari dengan 20.000 bola lampu dan 800 lampu disko.
Jumlah tangga : 1.665 tangga bagi pengunjung yang senang olah raga. Ada 2 buah lift yang
naik ke tingkat dua dimana bisa ditemukan berbagai toko suvenir.
Menara tersebut dimiliki oleh Pemerintah Daerah Paris dan dikelola oleh perusahaan swasta,
Socit Nouvelle de lExploitation de la Tour Eiffel, kerangka besi ini direnovasi setiap 7
tahun sekali dan dicat dengan 50 ton cat. Renovasinya digarap olah pekerja yang manguasai
olah raga alpinis dan akrobatis. Supaya membuat menara kelihatannya lebih hidup, 4 lampu
laser xenon yang berkekuatan 6.000 watts berputar secara permanen di puncak menara.
Berikut adalah Gambar Rencana Pengerjaan Proyek Menara Eifel yang masih digambar
secara manual beserta pelaksanaannya :
Gambar 01 Tampak menara dari samping
Sumber : http://www.perencanaanstruktur.com/2011/09/struktur-baja-menara-eiffel.htm
Pada dasarnya, suatu kolom bangunan dibuat dengan menggabungkan material yang
tahan terhadap tarikan dan material yang terhadap tekanan. Besi dan beton adalah
dua material yang paling sering dipakai untuk membuat kolom bangunan ini. Perlu
diketahui, besi merupakan material yang paling tahan dengan tarikan, sedangkan
beton ialah material yang paling tahan dengan tekanan. Kombinasi dari keduanya
menghasilkan kolom yang sanggup menahan gaya tarik dan gaya tekan yang timbul
pada suatu bangunan.
Prinsip kerja kolom bangunan yaitu meneruskan beban bangunan yang ditopangnya ke
pondasi sehingga dapat berdiri tegak. Anda bisa membayangkan bagaimana kerangka tulang
mampu membuat suatu makhluk hidup dapat berdiri tegak, begitulah prinsip kerja kolom
bangunan. Penghitungan beban yang ditahan kolom dimulai dari beban atap yang akan
menjalar ke kolom dan akhirnya beban dibawa ke permukaan tanah melalui pondasi.
Berdirinya setiap bangunan ditopang oleh kolom utama dan kolom praktis. Kolom utama
adalah kolom yang berfungsi menyangga beban bangunan. Jarak yang ideal antar
kolom utama yakni 3,5 meter. Untuk pembuatan bangunan berlantai dua sebaiknya
dimensi kolom yang dipakai 20/20 dengan menggunakan tulangan pokok dari besi 12
mm sebanyak 8 buah dan besi begel berdiameter 8 mm dengan jarak 10 cm.
Sementara itu, kolom praktis ialah kolom yang membantu kolom utama dalam menopang
beban suatu bangunan. Kolom praktis dibutuhkan untuk mengikat dinding sehingga dapat
berdiri secara stabil. Idealnya, kolom praktis dibuat di pertemuan pasangan bata alias sudut-
sudut dinding dengan jarak maksimal 3,5 meter. Kolom praktis dibuat dengan dimensi 15/15
dari besi tulangan beton 10 mm berjumlah 4 buah plus besi begel diameter 8 mm berjarak 20
cm.
Kolom ikat (tie column) merupakan kolom yang memakai pengikat berupa sengkang lateral.
Kolom ini dibuat dengan memasang tulang pada kolom menggunakan batang tulangan yang
berbentuk pokok memanjang. Pada jarak tertentu, kolom-kolom ini diikat memakai pengikat
sengkang ke arah lateral. Perlu diketahui, pemasangan tulangan ini berguna untuk mengikat
tulangan pokok sehingga strukturnya lebih kokoh.
Kolom spiral (spiral column) ialah kolom bangunan yang memanfaatkan pengikat berupa
spiral. Secara teknis, wujud kolom spiral ini mirip sekali dengan kolom ikat. Tulangan
berbentuk spiral dililitkan di sepanjang kolom menggunakan pola heliks. Pengikat berupa
tulangan spiral ini dinilai lebih efektif karena akan membuat kolom sanggup menyerap
deformasi yang cukup besar. Hal ini memungkinkan kolom spiral dapat mencegah bangunan
mengalami runtuh keseluruhan.
Terdiri dari :
- balok
- kolom
- pelat
Angka-angka dimensi dapat dinyatakan :
Dalam meter : panjang balok, jarak antar balok, tinggi kolom,
panjang dan lebar pelat
Dalam sentimeter : lebar dan tinggi balok, lebar dan tebal kolom,
tebal pelat.
Dalam milimeter : diameter tulangan
TULANGAN BETON
BALOK BETON
KOLOM BETON
PELAT BETON
Bersumber dari SNI 03-2847-2002 pasal 3.12, beton merupakan campuran antara semen
portland/semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa
bahan tambahan yang membentuk masa padat. Yang dimaksud agregat adalah material
bangunan yang berjenis granular, di mana contoh agregat halus misalnya pasir dan contoh
agregat kasar yaitu kerikil. Beton mempunyai karakteristik yang mendasar yakni kuat
terhadap beban tekan namun lemah terhadap beban tarik.
Beton bisa diklasifikasikan menjadi 3 macam menurut volumenya. Di antaranya yaitu beton
biasa, beton ringan, dan beton penyekat panas. Kualitas suatu beton bisa dikatakan bagus
apabila sanggup memenuhi perencanaan kekuatan, campurannya memiliki mibilitas tertentu,
serta campurannya juga tidak boleh mengalami segregasi atau pemisahan selama proses
pengecoran dilakukan. Sedangkan faktor-faktor yang menentukan mutu beton meliputi
aktivitas semen, perbandingan air dan semen, kualitas agregat, serta kondisi pengerasan
beton.
Baja adalah logam yang terbentuk dari campuran besi dan karbon. Dalam struktur beton
bertulang, baja digunakan sebagai tulangan yang ditanam di dalam beton. Tulangan
baja diklaim sangat kuat terhadap beban tarik dan beban tekan. Namun karena harga
tulangan baja terbilang mahal, maka hindari memanfaatkan tulangan baja untuk menopang
beban tekan suatu bangunan. Adapun standar pada struktur baja di Indonesia dijelaskan
dalam SNI 03-1729-2002.
Tulangan baja yang digunakan dalam pembuatan beton bertulang bisa berupa besi polos
maupun besi ulir. Simbol untuk menyatakan diameter polos adalah dan pada besi ulir
dituliskan dengan D. Di bawah ini contoh-contoh penulisan keterangan dan ukuran suatu
baja.
Struktur beton bertulang terdiri dari balok beton, kolom beton, dan pelat beton. Balok beton
berfungsi untuk menopang tegangan tarik dan tegangan tekan yang disebabkan oleh adanya
beban lentur yang terjadi pada balok tersebut. Di samping itu, pembuatan balok beton juga
wajib memperhatikan kapasitas geser, defleksi, retak, dan panjang penyaluran. Dalam
menahan tegangan tarik, balok beton disokong oleh tulangan baja yang dipasang di
daerah-daerah di mana tegangan tersebut bekerja.
Bagian beton bertulang yang kedua adalah kolom beton, yang berperan untuk menopang
struktur atap, mengikat dinding, dan meneruskan beban ke sloof. Kolom bisa didirikan
dalam bentuk persegi atau lingkaran. Pemasangan tulangan baja pada kolom dapat
dilakukan secara simetris maupun melingkari sisi-sisinya. Penulangan juga bisa disambung
secara praktis di atas permukaan tanah dan di tengah kolom.
Terakhir yaitu pelat beton, di mana ini merupakan bagian beton bertulang yang dibangun
secara horisontal sehingga beban yang bekerja pada pelat beton tersebut menjadi tegak lurus.
Tingkat ketebalan pelat beton jauh lebih tipis dibandingkan dengan ukuran bentang
panjang/lebar bidangnya. Sifatnya yang sangat kaku memungkinkan pelat beton bisa
dimanfaatkan sebagai unsur diafragma alias bagian pengaku horisontal yang menahan
ketegaran balok portal. Adapun beban yang bekerja pada bagian ini biasanya dihitung
terhadap beban gravitasi yang mengakibatkan timbulnya momen lentu