Anda di halaman 1dari 52

GAMBARAN UMUM POTENSI

DAN PROGRAM KEGIATAN TEKNIS TAHUN 2017

Oleh:
Ir. Sahdin Zunaidi, M.Si
(Kepala Balai TN. Bantimurung Bulusaraung)
Kepala Balai Pokja Perlengkapan Struktur
Dan Rumah Tangga
Organisasi
Pokja Perencanaan
Dan Evaluasi
TN BABUL
Kepala Sub
Bagian TU
Pokja Keuangan
 P.7/Menlhk/Setjen/O
TL.0/1/2016 tanggal
Pokja Kepegawaian 29 Januari 2016
Dan Umum
 SK.01/T.46/TU/PEG/
Kepala SPTN Kepala SPTN
Pokja Pelayanan Dan 1/2017 tanggal 6
Perijinan
Wilayah I Wilayah II Januari 2017
 Berdasarkan Struktur
dan tipologi
Resort Resort Resort
Resort
organisasi  tipe B
Resort Resort Bantimurung Resort
Tondong Pattunuang
Balocci Minasate’ne Camba Mallawa
Tallasa Leang leang Karaenta

Kelompok Jabatan Fungsional


SEBARAN PEGAWAI DAN TENAGA KONTRAK
PADA TN BANTIMURUNG BULUSARAUNG
NO. UNIT KERJA PEJABAT POLHUT PEH NON FUNGSIONAL PENYULUH KONTRAK MA
STRUKTURAL STRUKTURAL TERTENTU KEHUTANAN

1. BALAI 2 4 8 9 1 - 16 30

2. SPTN.I 1 8 5 1 - 1 5 -

3. SPTN.II 1 12 6 - - 1 17 -

. Total 4 24 19 10 1 2 38 30

Catatan :
Jumlah PNS = 60 Orang
Jumlah Tenaga Kontrak = 68 Orang
ARAH KEBIJAKAN
Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
VISI Menjadi Destinasi Ekowisata Karst Dunia

Mengoptimalkan Pemanfaatan Jasa Lingkungan Taman


MISI Nasional Bantimurung Bulusaraung.

Mempertahankan Keberadaan Potensi Keanekaragaman


Hayati dan Ekosistem Taman Nasional Bantimurung
Bulusaraung.
Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang baik di
lingkungan Balai Taman Nasional Bantimurung
Bulusaraung.
SEJARAH KAWASAN
Agustus – Oktober 1857, Alfred Russel Wallace
(Naturalis asal Inggris) melakukan eksplorasi di
Maros dan mempublikasikannya dalam buku “The
Malay Archipelago”.
1902-1903, Fritz Sarasin dan Paul Sarasin (Naturalis
dan Etnolog asal Swiss) melakukan kajian prasejarah
di gua-gua di Maros dan mempublikasikannya dalam
buku Reisen in Celebes: Ausgefhrt in Den Jahren
1893-1896 Und 1902-1903;
1970 – 1980, di kawasan Karst Maros-Pangkep telah
ditunjuk/ditetapkan 5 kawasan konservasi seluas ±
11.906,9 ha, yaitu TWA Bantimurung, TWA Gua
Pattunuang, CA Bantimurung, CA Karaenta dan CA
Bulusaraung;
SEJARAH KAWASAN
1989, Kanwil Dephut Sulsel mengusulkan TN Hasanuddin;
1993, Kongres XI International Union of Speleology
merekomendasikan Kawasan Karst Maros-Pangkep
sebagai Warisan Dunia;
1995, NCP (National Conservation Plan) memuat calon TN
Hasanuddin seluas 86.682 Ha;
1997, Seminar Lingkungan Karst PSL-UNHAS
merekomendasikan perlindungan Kawasan Karst Maros-
Pangkep;
1999, Unit KSDA Sulsel I & Unhas melaksanakan penilaian
potensi calon TN Hasanuddin;
Mei 2001, The Asia-Pasific Forum on Karst Ecosystems
and World Heritage merekomendasi konservasi Kawasan
Karst Maros-Pangkep.
SEJARAH KAWASAN
12 – 13 November 2001, Bapedal Regional III
menyelenggarakan Simposium Karst Maros-Pangkep
merekomendasikan Kawasan Karst Maros-Pangkep sebagai
Taman Nasional maupun World Heritage Site;
2002, Dalam rangka perubahan fungsi kawasan hutan, Tim
Terpadu dibentuk oleh Pemprov Sulsel.
2002-2004, Tim terpadu melaksanakan tugasnya sampai
dengan terbitnya rekomendasi dari Bupati, DPRD & Gubernur
18 Oktober 2004, Menteri Kehutanan menerbitkan keputusan
Nomor: SK.398/Menhut-II/2004 tentang Perubahan Fungsi
Kawasan Hutan pada Kelompok Hutan Bantimurung
Bulusaraung seluas ± 43.750 ha terdiri dari Cagar Alam seluas
± 10.282,65 ha, Taman Wisata Alam seluas ± 1.624,25 ha,
Hutan Lindung seluas ± 21.343,10 ha, Hutan Produksi Terbatas
seluas ± 145 ha, dan Hutan Produksi Tetap seluas ± 10.335 ha
yang terletak di Kab. Maros dan Pangkep, Provinsi Sulawesi
Selatan menjadi Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.
29 Desember 2010, Balai TN Babul ditetapkan sebagai Kesatuan
Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) berdasarkan Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor : SK.717/Menhut-II/2010 tanggal 29 Desember 2010
dengan luas kawasan 43.750 Ha.
Alih Fungsi Kawasan:
Kawasan TN. Babul
Peta Paduserasi
1. Hutan Lindung
berdasarkan
2. Hutan Produksi SK No :
SulSel
3. Cagar Alam
398/Menhut-II/2004
4. Taman Wisata Alam
Luas + 43.750 ha

Bantimurung

Bandara
CONT’D
SK Menhut No. Cagar Alam: CA Bantimurung
398/Menhut-II/2004
tgl 18 Oktober 2004: 10.282,65 ha CA Karaenta
Taman Nasional CA Bulusaraung
Bantimurung
Bulusaraung (43.750 Taman Wisata Alam: TWA Bantimurung
ha) 1.624,25 ha
TWA Gua Pattunuang

Kawasan Hutan lainnya: Hutan Lindung


31.843,10 ha
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Tetap
Konsideran
• Potensi Karst  potensi SDAH dan Ekosistemnya dengan
keanekaragaman hayati yang tinggi serta keunikan dan kekhasan
gejala alam dengan fenomena alam yang indah;
• Memiliki flora fauna endemik dan khas Flora: Bintangur
(Calophyllum sp.), Beringin (Ficus spp.), Nyato (Palaquium
obtusifolium), Kayu hitam (Diospyros celebica). Fauna: Macaca
maura, kuskus sulawesi (Strigocuscus celebensis), Musang sulawesi
(Macrogolidia mussenbraecki), dll;
• Lanskap unik, gua alam & historis  pendidikan konservasi,
laboratorium alam, ekowisata, daerah tangkapan air (S. Walanea, S.
Pangkep, S. Pute, dan S. Bantimurung);
• Perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari sumber
daya alam hayati dan ekosistem
EKOSISTEM
• Hutan pegunungan bawah pada
puncak Gunung Bulusaraung dan
Tondong Karambu (4.619,47 ha).
• Hutan hujan non dipterocarpaceae
pamah pada pegunungan
Bulusaraung dan formasi hutan di
kecamatan Camba dan Mallawa,
serta sedikit di bagian Selatan
Taman Nasional Bantimurung
Bulusaraung (19.376,04 ha).
• Hutan di atas batuan karst (forest
over limestone/hutan di atas batu
gamping) atau lebih dikenal
dengan nama ekosistem karst
(19.754,49 ha)
ZONASI
Jenis Zona Luas (ha) %
Inti 22.849,73 52,23
Rimba 10.435,84 23,85
Pemanfaatan 374,43 0,86
Tradisional 4.374,05 10,00
Rehabilitasi 1.331,38 3,04
Religi, B & S 191,49 0,44
Khusus 4.193,08 9,58
Jumlah 43.750,00 100,00
POTENSI FLORA DAN FAUNA

PERKEMBANGAN IDENTIFIKASI

Lain-
Tahun Flora Mamalia Burung Reptil Amphibia Serangga Jumlah
lain**

2008 302 6 73 19 7 224 27 658

2016 709 33 154 30 17 331* 175 1449

KETERANGAN:
* 240 jenis kupu-kupu (Papilionoidea) yang telah teridentifikasi sampai tingkat species.
** Lain-lain: Collembola, Pisces, Moluska dll.
FLORA
• 43 jenis Ficus merupakan key Kelas Jenis Famili L TL (tdk
species di kawasan TN (dilindungi) dilindungi)

Bantimurung Bulusaraung; Dikotil


534 86 1 533
(Magnoliopsida)
• 116 jenis Anggrek alam; Monokotil
157 14 5 152
(Liliopsida)
• 6 jenis yang dilindungi, yaitu Gneptosida 1 1 0 1
Ebony (Diospyros celebica), Filicopsida 3 2 0 3
Palem (Livistona chinensis, Lycopodiopsida 2 2 0 2
Livistona sp.), Anggrek Pinopsida 6 3 0 6
(Ascocentrum miniatum, Polypodiopsida 1 1 0 1
Dendrobium macrophyllum, Pteridopsida 5 3 0 5
Phalaenopsis amboinensis dan Jumlah 709 112 6 703
Dendrobium macrophyllum ). KETERANGAN: DILINDUNGI: PP 7 Tahun 1999 Tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
Potensi flora
116 ANGGREK ALAM
KEY SPECIES: 43 FICUS (11 Endemic Sulawesi)

F.adenosperma F. benjamina F. chrysolepis F. cordatula Appendicula Bulbophyllum Luisia Bulbophyllum


laxifolia agapethoides celebica pachyneuron

F. crassiramea F. fistulosa F. forstenii F. fulva Ceratostylis Bulbophyllum Coelogyne Bulbophyllum


sima auritum celebensis minahassae

F. grewiifolia F. gul F. heteropoda F. hispida Dendrobium


rantii
FAUNA
STATUS
NO CLASS ORDER JUMLAH CITES IUCN ENDEMIK VISIT
DILINDUNGI
OR
I II III NE DD LC NT VU EN CR EW EX S S,M
I MAMALIA 33 6 - 2 1 - - 24 3 5 1 - - - 11 2 -
II AVES 154 41 2 29 2 - - 140 9 4 - 1 - - 45 17 16
III REPTILIA 30 1 - 2 - - 1 7 - - - - - - 7 1 -
IV AMPHIBIA 17 - - - - - - 11 1 - 1 - - - 5 1 -
V ACTINOPTERYGII 23 - - - - - 2 6 - 1 - - - - 9 - -
VI GASTROPODA 41 - - - - - - - - - - - - - 35 - -
VII OLIGOCHAETA 6 - - - - - - - - - - - - - 3 - -
VIII MALACOSTRACA 26 - - - - - - - - 2 - - - - 18 - -
IX ARACHNIDA 14 - - - - - - - - - - - - - 11 - -
X ENTOGNATHA 53 - - - - - - - - - - - - - 1 - -
XI PARAINSECTA 2 - - - - - - - - - - - - - 1 - -
XII INSECTA - - - - - - - - - - - - - - - -
LEPIDOTERA 270 4 - 3 - - - - - - - - - - 205 12 -
COLEOPTERA 10 - - - - - - - - - - - - - 7 - -
DICTYOPTERA 2 - - - - - - - - - - - - - 2 - -
HEMIPTERA 2 - - - - - - - - - - - - - 1 - -
HYMENOPTERA 10 - - - - - - - - - - - - - 1 - -
ORTHOPTERA 4 - - - - - - - - - - - - - 2 - -
TRICHOPTERA 6 - - - - - - - - - - - - - - - -
ODONATA 27 - - - - - - - - - - - - - - - -
JUMLAH 730 52 2 36 3 0 3 188 13 12 2 1 0 0 364 33 16
FAUNA: Mamalia dan Burung
52 jenis dilindungi undang-undang dan 364 jenis endemik Sulawesi.

• 33 jenis Mamalia: Monyet hitam


sulawesi/Dare (Macaca maura),
Musang sulawesi (Macrogalidia
musschenbroeckii), Kuskus sulawesi
(Strigocuscus celebencis), Kuskus
beruang sulawesi (Ailurops ursinus), Tarsius fuscus Macaca Ailurops
Rusa (Cervus timorensis) dan Tarsius maura ursinus
(Tarsius fuscus).
• 154 jenis Burung: Julang sulawesi
(Aceros cassidix), Cekakak-hutan
tunggir-hijau (Actenoides monachus),
Udang-merah sulawesi (Ceyx fallax),
Kangkareng sulawesi (Penelopides
exarhatus), Elang sulawesi (Nisaetus Trichoglossus Aceros Nisaetus
lanceolatus) dan Perkici dora ornatus cassidix lanceolatus
(Trichoglossus ornatus)
33 jenis Mamalia: 11 jenis Endemik Sulawesi

Ailurops ursinus Crocidura levicula Hipposideros pelingensis

Macaca maura

Macrogalidia Maxomys
musschenbroekii musschenbroekii Paruromys dominator

Rattus hoffmanni Strigocuscus celebensis Sus celebensis Tarsius fuscus


154 jenis Burung: 45 jenis Endemik Sulawesi

Aceros cassidix Eurostopodus diabolicus Penelopides exarhatus Zosterops anomalus

Actenoides monachus Ceyx fallax Basilornis celebensis Spilornis rufipectus

Phaenicophaeus calyorhynchus Myza celebensis Scissirostrum dubium Mulleripicus fulvus


FAUNA: Reptil, Amphibi, Ikan, Serangga, dll
• 30 jenis Reptil: Ular kepala dua
(Cylindrophis melanotus), Tokek-tanah
sulawesi (Cyrtodactylus jellesmae), Soa-
soa (Hydrosaurus amboinensis), Kadal
terbang (Draco walkeri)
• 17 jenis Amphibi: Katak sulawesi (Bufo Cylindrophis Hydrosaurus Bufo
celebensis dan Rana celebensis). melanotus amboinensis celebensis

• 23 jenis ikan: Marosatherina ladigesi,


Ikan buta (Bostrychus sp. dan Bostrychus
microphthalmus).
• 41 jenis Gastropoda, 6 jenis Oligochaeta
dan 95 jenis Arthropoda: Kepiting gua
laba-laba palsu (Cancrocaeca
xenomorpha) Marosatherina Bostrychus sp. Cancrocaeca
• 331 jenis serangga: tidak kurang 240 ladigesi xenomorpha
jenis kupu-kupu (Papilionoidea) yang telah
teridentifikasi sampai tingkat species.
30 Reptil dan 17 Amphibia: 7 Reptil dan 5 Amphibia
Endemik Sulawesi

Hydrosaurus amboinensis Boiga dendrophila Cylindrophis melanotus Python reticulatus

Draco walkeri Tropidophorus baconi Bufo celebensis Bufo melanostictus

Sphenomorphus
Fejervarya limnocharis Rana celebensis tropidonotus Ahaetulla prasina
POTENSI KUPU-KUPU (PAPILIONOIDEA)
Alfred Russel Wallace  melakukan eksplorasi di Bantimurung  11
Juli – awal Nopember 1857  menulis Linnaean Zoological and
Entomological Societies mendeskripsikan koleksi spesimen (termasuk
di Bantimurung)  kemudian menyusun jurnal 6 tahun indo malaya
The Malay Archipelago  menyebut Bantimurung  The Kingdom
of Butterfly  menemukan ± 256 jenis kupu – kupu di Bantimurung.
kembali ke Maros  menemukan kupu – kupu yang berkesan  The
Magnificent Butterfly  Graphium androcles  salah satu spesies
kupu – kupu swallow tailed terbesar dan jarang ditemukan  logo TN
Babul
Troides haliphron dan Papilio blumei merupakan spesies endemik 
habitat sempit, pinggiran sungai (Achmad, 2008)
4 spesies dilindungi: Cethosia myrina, Troides haliphron, Troides
helena dan Troides hypolitus
KRONOLOGIS PENELITIAN KUPU-KUPU
No. Tahun Peneliti Jumlah

1 1890 Alfred Russel Wallace 232

2 1977 Azis Mattimu (UNHAS) 108

3 1993 Amir, Nurdjito, Ubaidillah (LIPI) 79

4 1997 Mappotoba Sila (UNHAS) 147

5 1998/2004 Amran Achmad (UNHAS) 145

6 2008 Balai TN Babul 82

7 2010 Balai TN Babul 133

8 2011 Balai TN Babul 194

9 2012 Balai TN Babul 200

10 2014 Balai TN Babul 238

11 2015 Balai TN Babul 240

12 2016 Balai TN Babul 240


Jenis Kupu-kupu yang dilindungi menurut PP 7 tahun 1999
tentang Pengawetan jenis Satwa dan Tumbuhan

Chetosia Troides Troides Troides


myrina haliphron helena hypolitus
Siklus Hidup Kupu-kupu ( 74-76 hari)
(data penelitian Troides sp)

telur Ulat/larva Pre-pupa pupa imago

9 – 10 hr 27 – 28 hr 2 – 3 hr 25 – 26 hr
Imago - ber telur 9 - 11 hr
Proses pupa menjadi imago
SANCTUARY KUPU – KUPU
Berfungsi sebagai show window
Fungsi dan manfaat :
1. Pelestarian  upaya budidaya dan
konservasi
2. Pendidikan  penelitian dan
pendidikan konservasi
3. Wisata  wisata edukasi, wisata
keluarga
Fasilitas: Taman Kupu-Kupu (7.000 m2),
Laboratorium, Ruang Display, Shelter,
Gerbang Taman Kupu-Kupu, Jalan Trail dan
Toilet.
Pakan  Aristolochia sp., sangilu, jeruk,
dan sirsak
Perkembangan Jenis yang ditangkar ;
Thn 2007 -- 4 jenis
Thn 2016 --- 21 jenis.
Potensi Gua
• Tidak kurang 257 gua: 216 gua alam
dan 41 gua prasejarah;
• Gua Vertikal  leang pute (-263 m),
Tomanangna (-190 m), Salukkang
Kallang (-184 m), K20 (-160 m) dll. Leang Pute Gua Kharisma Gua Leang Birao

• Gua Horizontal  Salukkang kallang


(12.463 m), gua Tanete (9.700 m),
Leang londrong (2.300 m), Gua Mimpi
(1.415 m), Gua Saripa 1 (1.736 m) dll.
• Gua prasejarah  Leang Pettae,
Leang Petta Kere, Leang Lompoa, Gua Leang Londrong Gua Kallibong Alloa Gua Lompoa

Leang Kassi dll.


• Selain lansekapnya (Menara Karst),
Maros - Pangkep juga tersohor
sebagai HOT SPOT di Asia, dengan
keanekaragaman hayati tertinggi
Gua Salle Gua Saluaja Gua Tajuddin
Jumlah
Takson Jumlah jenis Keterangan
spesimen
Mamalia 350 22 12 jenis di antaranya endemik
Ikan - 2 gua Jenis baru, dari dalam gua
Fauna Karst Moluska 1.900 39 Sekitar 5 jenis diduga baru
Arthropoda 15.250 > 300 Sekitar 75 jenis diduga baru
Ngengat 1.417 > 100 Sekitar 25 jenis diduga baru
LIPI – ACBC, 2002-2003
Takson Σ jenis Keterangan
Kelelawar 15 11 umum; 1 umum – trogloksen; 2 endemik (end)
Tikus 6 4 umum; 1 end Sulawesi; 1 hanya di Asia Tenggara
Cerurut 1 Jarang – end Sulawesi
Ikan 21 20 eksokarst, 1 stegobit; 1 end Maros; 2 end SulSel; 2 end Sul; 4 end
Indo; 7 umum; 5 introduksi
Keong darat 30 18 umum; 2 endemik
Keong air 9 4 umum; 2 end Sul; 3 jenis dari marga end Sulawesi
tawar
Cacing tanah 6 Semuanya memiliki persebaran luas dan umum
Krustase 25 9 troglobit/stegobit, 3 troglofil/stegofil; 13 ekso: 5 end Maros; 6 end
SulSel; 1 Asia Teng; 8 umum
Diplopoda 2 1 troglobit; 1 troglofil
Arachnida 16 9 troglobit; 6 troglofil
Hexapoda 16 6 troglobit; 2 troglofil; 1 aksidental di dalam gua
Trichoptera 5 5 eksokarst, umum
Collembola 44 umum eksokarst; 1 jenis baru end Maros, troglofil
LIPI, 2004, 2006-2007
7 Destinasi wisata
(The Seven Wonders)
Tidak kurang 15 objek dan daya tarik
wisata alam (ODTWA);
7 ODTWA pada zona pemanfaatan yang
prioritas untuk pengembangan
pengelolaan pariwisata alam:
1. Kawasan Wisata Bantimurung
2. Kawasan Wisata Pattunuang Asue
3. Kawasan Pengamatan Satwa
Karaenta
4. Kawasan Gua Vertikal Leang Pute
5. Kawasan Situs Prasejarah Leang-
leang (2,25ha)
6. Kawasan Pegunungan Bulusaraung
(137,29ha)
7. Kawasan Permandian Alam Leang
Londrong (51,57ha)
1. BANTIMURUNG
Kawasan wisata Bantimurung memiliki
luasan 48,60ha
Sanctuary Kupu-kupu (show window) Air Terjun Atrakasi Kupu- Pengamatan Telaga Kassi
Bantimurung kupu Kupu-kupu Kebo
Fungsi dan manfaat:
1. Pelestarian  upaya budidaya dan
konservasi
2. Pendidikan  penelitian dan
pendidikan konservasi
3. Wisata  wisata edukasi, wisata
keluarga Gua Batu Gua Mimpi Macaca Flying fox
Fasilitas: Taman Kupu-Kupu (7.000 m²), maura
Laboratorium, Ruang Display, Shelter,
Gerbang Taman Kupu-Kupu, Jalan Trail
dan Toilet.
Pakan: Aristolochia sp., sangilu, jeruk,
dan sirsak
Jenis yang ditangkarkan:
Tahun2007: 4 jenis Taman Kupu- Taman kupu-
kupu kupu 2
Tahun 2015: 21 jenis
Tebing Karst Climbing Sungai Pattunuang

2. PATTUNUANG
ASSUE Tracking Biseang Labboro Camping

Kawasan wisata minat khusus


pattunuang assue memiliki luasan
 102,71ha
Soa-soa (Hydrosaurus Balau cangke (Tarsius
Caving
amboinensis) fuscus)
3. KARAENTA 4. LEANG PUTE
Kawasan pengamatan satwa luasan 15,19 ha; Lebar 50-80m,
karaenta memiliki luasan 8,90 ha Kedalaman -263 m

Pengamatan Macaca Elang Ular Sulawesi


Dare (Macaca maura)
maura (Spilornis rufipectus)

Kangkareng Sulawesi Pohon Eboni (Diospyros


Bird Watching
(Penelopides exarhatus) celebica)
KAWASAN GUA VERTIKAL LEANG PUTEH

Bagi para pecinta tantangan ekstrem, Leang Puteh menawarkan


petualangan paling menantang di TN Bantimurung Bulusaraung. Gua
vertikal yang menganga lebar dan dalam memacu adrenalin para
petualang. Dengan lebar 50 – 80 m dan kedalaman ± 273 m, Leang
Puteh disebut-sebut sebagai gua single pitch terdalam di Indonesia.
Uniknya lagi, pada bagian dasar, gua ini menyambung dengan Gua
Dinosaurus yang terletak tak jauh dari mulut Gua Leang Puteh.
Petualangan menyusuri kedua gua ini hanya diperuntukan bagi para
petualang yang memiliki stamina, keberanian, keahlian, dan peralatan
khusus.
Untuk menuju lokasi ini dibutuhkan stamina yang baik. Dusun Pattiro
berjarak ± 80 km dari Makassar, sedangkan dari Dusun Pattiro,
pengunjung masih harus menyusuri jalan setapak sejauh ± 2 km
menuju mulut gua.
5. KAWASAN SITUS PRASEJARAH LEANG-LEANG

Sungai Rumah Informasi


Gugusan karst

Leang Pettakere Leang Pettae

Sampah dapur Lukisan Prasejarah Lukisan Prasejarah


berupa cangkang kerang
6. KAWASAN WISATA GUNUNG BULUSARAUNG

Desa Wisata Tompobulu Kelompok Pengelola Ekowisata Kearifan Lokal Masyarakat


Dentong

Camping
Hiking

Sunset
Air Terjun Kampoang Bird watching
di Puncak Gunung Bulusaraung
7. KAWASAN PEMANDIAN ALAM LEANG LONRONG

Permandian Alam Leang Lonrong Permandian Alam

Hutan Karst Tracking

Atraksi kupu-kupu Bird watching


Aliran air dari Leang Lonrong
PNBP KAWASAN WISATA BANTIMURUNG
POTENSI JASA LINGKUNGAN AIR DAN KARBON
• Kajian Nilai Pemanfaatan Jasa
Lingkungan Air di Taman Sungai
Nasional Bantimurung Pattunuang
Bulusaraung dengan total nilai
ekonomi air sejumlah Rp.
79.430.984.640,- per tahun. Air Terjun
Kampoang
• Biomassa dan cadangan karbon
pada tipe ekosistem hutan TN.
Babul memiliki kisaran
biomasssa sebesar
87,15−483,54 ton/ha dan Air Terjun
cadangan karbon sebesar Bantimurung
74,29−244,82 ton/ha.
DAERAH PENYANGGA
• 45 desa/kelurahan, 10
Kecamatan, 3 Kabupaten (Maros-
Pangkep-Bone)
• Desa binaan :
1. Pattanyamang, Kec. Camba,
Kab. Maros  enclave
2. Pattiro, Desa Labuaja, Kec.
Cenrana, Kab. Maros  Zona
tradisional, eks. Hkm
3. Tompobulu, Kec. Balocci, Kab.
Pangkep  Ekowisata
4. Samaenre, Kec. Mallawa, Kab.
Maros  Bunga dan Jamur
Timeline pemberdayaan masyarakat
Tahun Desa Kegiatan Kerjasama
2008 Tompobulu Pelatihan Lebah Madu
2009 Pattanyamang Bantuan bibit
2010 Tompobulu • Pembentukan Kelompok Pengelola Ekowisata “Dentong” Pemerintah Desa
• Pelatihan interpreter dan pemandu wisata dan Karang taruna
2011 Pattanyamang Pembinaan MDK (Model Desa Konservasi)  Pembuatan energi LSM dan
alternatif, Pengelolaan Tanaman Bambu, dan Pelatihan Peningkatan Fasilitator
Produksi Padi.
2012 Pattanyamang Pendampingan Fasilitator
Labuaja Pengelolaan zona tradisional: survey, analisis, dan pembentukan
kelompok hutan kemitraan
2013 Labuaja Kolaborasi Pengelolaan hutan eks-Hkm Desa Mandiri Konservasi Unhas, LSM
Identifikasi Desa, Program desa, Sosialisasi Desa Mandiri, Penetapan Unhas, Bappeda
Tompobulu Desa Mandiri Pangkep
2014 Labuaja Penyusunan Rencana kerja
Timeline pemberdayaan masyarakat
Tahun Desa Kegiatan Kerjasama
2015 Pattanyamang Pengembangan usaha ekonomi: Pelatihan lebah madu UNHAS
Labuaja Pengembangan usaha ekonomi: Pengelolaan pakan ternak
Tompobulu Pengembangan usaha ekonomi: Budidaya pohon aren
2016 Pattanyamang Pendampingan pemberdayaan masyarakat : Budidaya pohon aren BASARNAS,
Tompobulu Peningkatan kapasitas masyarakat desa penyangga : Pelatihan SAR Fasilitator
dan Pertolongan Pertama (evakuasi gunung)
Samaenre Peningkatan kapasitas masyarakat desa penyangga : Pelatihan
Pengenalan Jenis-Jenis Anggrek TN Bantimurung Bulusaraung dan
Budidaya Jamur
Labuaja Peningkatan kapasitas masyarakat : Pengelolaan HHBK
KEJADIAN KEBAKARAN
HUTAN
PROGRAM KEGIATAN TEKNIS
BALAI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSAUANG
TAHUN 2017

Anda mungkin juga menyukai