Anda di halaman 1dari 14
Buletin Penelitian Hasil Hutan Vol. 16 No, 2 (1998) pp. 79 - 92 MUTU DOLOK, BERAT JENIS DAN KEKUATAN BALOK- LAMINA KAYU MANGIUM ( Acacia mangium Willd. ), DAN KAYU SUNGKAI( Peronema canescens Jack. ) (Log quality, Specific gravity, and Strength of Glued-laminated Timber from Mangium Wood (Acacia mangium Willd.) and Sungkai Wood (Peronema canescens Jack.) Oleh/By Bakir Ginoga Summary An investigation of log quality, specific gravity, and strength properties of glued-laminated timber has been carried out using mangium wood (Acacia mangium Willd.) of 10 year-old tree and sungkai wood (Peronema canescens Jack.) of 15 year-old tree from a plantation forest at Serang, West Java. The average diameters for bottom log (=A), middle (=B) and upper (=C) of 250 cm length are respectively 24 cm, 20cm and 18 em for mangium wood; while for suigkai wood are 17 em, 13 cm and 10 cm. Log circularity belongs to medium; the cylindrical belong to medium until oylindric (log B and C for mangium wood ). Mean green specific gravity = 0.893 (= green weight 893 kg/m?) for mangium wood: and 0.844 (= green weight 844 kg/m! ) for sungkai wood. Mean air dried specific grafity for mangium wood = 0.47 (at moisture content 11%) ; and 0.51 (at moisture content 12.5 % ) Sor sungkai wood. The specific gravity increased from one-third of log radius from the pith to ‘two-third and the highest at outer part. Strength class of two species belongs to III = Il. Mean modulus elasticity of glued-laminated timber (3 plies ; phenolformaldehyde resin ) in bending test centre point loading are 105.891 (x 10° kg/em? ) for mangium wood: 79,862 (x 10" kg/em*) for sungkai wood. Bending test of two point loading for this glued-laminated timber, showed mean modulus elasticity (= E) and modulus of rupture (M.O.R. ~ F) = 126.470 (© 10" kgiem?) and $78.59 kg/em? for mangium wood respectively ; while for sunghai wood are 97.051 (x 10" kg cm?) and 510.35 kg/em. Strength grade belongs to E 120 - F 330 for mangium wood, and E95 - F 285 for sungkai wood ; while for the shear strength belongs to wood species group 6 (JAS Standard). The average of maximum compression strength parallel to the grain for the glued laminated timber are 379.13 kg/em’ for mangium wood, and 432,68 kg/em? for sungkai wood : belongs to strength class I. Delamination of sungkai wood glued-laminated timber mostly meet the JAS requirement. Key words : specific gravity, strength, glued-laminated timber, mangium wood (Acacia ‘mangium Willd. ), sungkai wood ( Peronema canescens Jack. ), plantation forest Ringkasan Penelitian mutu dolok, berat jenis dan kekuatan batok-lamina telah dilakukan pada kayu ‘mangium (Acacia mangium Willd. ) berumur 10 tahun, dan kayu sungkai (Peronema canescens Jack.) berumur 15 tahun dari hutan tanaman di Serang, Jawa Barat, Diameter dolok ( panjang 250 cm ) bagian pangkal batang (= A), bagian tengah (~B) dan bagian atas (= C) berturut-turut, rata-rata 24 em, 20 em, dan 18 om untuk kayu mangium, 79 sedangkan kayu sungkai 17 cm, 13 em, dan 10 em. Kebundaran dolok dari dua jenis kaya ini tergolong hampir bundar ; kesilindrisan dolok A kayw mangium dar dolok kayu sungkai, tergolong hampir silindris, sedangkan dolok B dan kayu mangium tergolong silindris Berat jenis kayu basah, rata-rata = 0,893 ( = berat kayu basah 893 gin?) untuk kayu mangium ; kayu sungkai = 0,844 (= berat kayu basah 844 kg/m* ). Berat jenis kayn kering dara rata-rata = 0,47 (kadar air 11% ) untuk kayw mangium; dan 0,51 (kadar air 12,5 %) untuk kayu sungkai. Terdapat hubungan linier positif yang sangat nyata amtara berat jenis kering udara dengan posisijarak dari empulur ke arah iuar/kulit; yakwi lebih rendah pada jarak sepertiga jari-jari dari empulur, kemudian meningkat pada duapertiganya, dan paling tinggi pada bagian kayw paling luar. Kekuatan dua jenis kayu tersebut tergolong kelas kuat Hl = IT Modulus elastisitas rata-rata balok-lamina (3 lapis, perekat PF). pada wi lentur dengan pembebanan titik tengah (centre point loading) = 103,891 (x 10" kg/ent’) untuk kayw manginm dan 79,862 (x 10° kg/en) untuk kayu sungkai. Uji lentur dengan pembebanan pada dua titik beban (hwo point loading) balok-lamina tersebut, modulus elastisitas (~E) dan lentur patah (M.O.R. =F), masing-masing rata ratanya = 126,470 (<10* kg/cm?) dan 578,59 kg/en? untuk kayw mangium; 97,051 (x10! kg/en) dan 510,35 kg/em? pada kayu sungkai, Mutu kekuatan tersebut, menurut standar JAS tergolong, “strength grade” E120 - F 330 watuk kayu mangium, dan E95 - F 285 untuk kayu sungkai. Kekuatan geser balok-lamina tersebut, rata-rata = 59,28 hg/ent? unink kay sungkai, tergolong, kelompok jenis (wood species group) 6; sedangkan kayu mangiun 24,35 kg/em? , tergolong. di baweh keiompok jenis 6. Kekuatan tekan sejajar arah serat kav manginen , rata-rata ~ 379,13 kg/em?, tergolong dalam kelas kuat I. Delaminasi balok-lamina dari kayw sunghat memenuhi standar JAS, sedangkan kayu mangium belum memenuhi standar ini Kata kunci; berat jenis, kekuatan, balok-lamina, kayu mangium (leacia mangiun Willd), kayu sungkai (Peronema canescens Jack.), utan tanaman. I, PENDAHULUAN Kebutuhan pasokan hasil hutan berupa kayu di masa depan akan makin meningkat sejalan dengan meningkatnya permintaan berbayai produk kayw olahan, baik untuk pasaran di dalam negeri maupun untuk ckspor. Sumber pasokan tersebut, berasal dari hutan tanaman atau dari hutan alam. Perscdiaan kayu dari hutan alam, makin menurun, terutama dari dolok yang berdiameter lebih dari 50 cm, sehingga perlu dikaji berbagai kemungkinan pemanfaatan optimal dolok yang berdiameter kecil sampai pada ukuran lima cm, yang berasal dari sisa-sisa pemanenan, Dari hutan tanaman, dolok berukuran diameter kecil dapat berasal dari hasil tebangan yang dilakukan secara periodik dalam penjarangan, atau bahkan pada spesies tertentu pada akhir daurnya. Berdasarkan beberapa pertimbangan di atas, penelitian ini bertyjuan untuk memperoleh data atau informasi sebagai salah satu dasar penunjang kemungkinan pemanfaatan dolok berdiameter kecil untuk kayu pertukangan, Sasarannya ialah menelaah mutu dan ukuran dolok, berat jenis kayu, serta uji coba papan- sambung/balok-lamina dari kayu gergajian yang berasal dari dolok kayu mangium (Acacia mangium Willd.), dan kayu sungkai (Peronema canescens Jack.), dari hutan tanaman di Jawa Barat. 80 Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 16 No. 2 (1998) HM. BAHAN DAN METODE A. Bahan Contoh kayu berbentuk dolok terdiri dari kayu mangium ( Acacia mangium Willd. ), dan sungkai ( Peronema canescens Jack. ): berasal dari hutan tanaman di KPH Banten, Jawa Barat, Pohon kayu mangium berumur 10 tahun, dan kayu sungkai berumur 15 tahun B. Metode 1. Pengamatan mutu dolok Mutu dolok ditetapkan berdasarkan data hasil pengukuran diameter bontos ujung, dan bontos pangkal dari sctiap dolok contoh yang panjangnya 250 cm. Tiga dolok contoh diambil dari setiap pohon yang dipilih mewakili tegakan ; jumlah seluruh pohon yang dipilih berjumlah 10 pohon. Dolok contoh diambil sccara berurutan mulai dari pangkal pohon (=A), tengah (=B) dan dolok di atasnya (=C). Mutu dolok yang ditcliti meliputi ukuran diameter (=D), kesilindrisan (=Si) dan kebundaran (Hbu) dihitung dan ditctapkan sesuai dengan standar SNI ( Anonim, 1993 dan 1997) 2. Berat jenis Contoh uji untuk menetapkan berat jenis kayu basah dan kayu kering udara. diambil dari sctiap Jempengan dolok yang panjangnya lima cm. Lempengan ini diambil dari bontos ujung setiap dolok contoh. Contoh uji berat jenis diambil pada scliap sepertiga bagian jari-jari dolok.. Dengan demikian diperoleh enam contoh wi untuk sctiap lempengan dolok, dua buah mewakili sepertiga jari-jari dekat cmpulur, dua buah pada bagian duapertiga jari-jari dan dua buah lagi pada bagian paling luar/berbatasan dengan kulit (Gambar |). Pengujian berat jenis d: masing contoh uji tersebut dilakukan s ASTM D 2395 ( Anonim, 1981: H n & Bowyer, 1982), Berat jenis kayu basah dihitung berdasarkan berat dan volume kayu dalam keadaan basah, sedangkan berat jenis kayu kering udara dihitung berdasarkan berat dan volume kayu dalam keadaan kadar air kayu kering udara ( kadar air sckitar 12 % - 15 % ). 3. Balok- lamina Contoh uji untuk bahan balok-lamina diambil dari papan kayu gergajian tebal 2,5 cm yang telah kering udara ( kadar air 12 % - 15 % ); setiap papan discrut schingga ukuran tebalnya menjadi 1.7 cm ; lebar 7 cm dan panjang 200 cm. Papan-papan tersebut dibuat contoh uji balok-lamina yang terdiri dari tiga lembar papan yang direkat dengan perekat PF menurut arah tebalnya, schingga membentuk satu unit balok-lamina berukuran tebal 5 cm, Iebar 7 cm, dengan panjang 200 cm. Lima contoh uji balok-lamina dibuat untuk masing-masing jenis kayu. Berat labur perekat 200 gram/m* permukaan papan. Pengempaan dilakukan pada balok-lamina yang baru dilabur perekat dengan kempa dingin pada tckanan 10 kg/cm’, selama 48 jam Setelah itu, balok-lamina ( tiga lapis papan ), dikeluarkan dan dibiarkan selama tujuh hari, Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 16 No. 2 (1998) 81 empulur (pith) Gambar 1. a. Cara pengambilan dolok dan lempengannya menurut _posisi ketinggian di dalam pohon contoh; b. Cara pengambilan contoh uji berat jenis dan kadar air menurut posisi horisontal di dalam lempengan; r = jari-jari dolok. Figure 1. a. Cutting method of logs and dises in height position of the tree; b. Cutting method of specimens for specific gravity and moisture content determination in horizontal position; r = log’s radius 82 Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 16 No. 2 (1998) Pengujian kekuatan lentur balok-lamina berukuran tinggi 5 cm, lebar 7 cm, panjang 200 cm, dilakukan pada pembebanan titik tengah ( centre point loading ) dengan jarak sangga 190 cm. Pengukuran perubahan bentuk /defleksi dilakukan pada sctiap kenaikan beban 10 kg, sampai pada beban 50 kg ; selanjutnya dianalisa hubungan regresi antara defleksi dengan kenaikan beban, serta dihitung modulus elastisitasnya ( M.O.E. ). Di samping itu, dilakukan juga pengujian kekuatan lentur dari contoh balok- lamina tersebut, dengan pembebanan pada dua titik beban ( two point loading ), dengan ukuran contoh uji, tinggi 5 cm, lebar 7 cm, dan panjang 100 cm ( jarak sangga 90 cm ). Nilai tcgangan yang dihitung adalah tegangan patah (M.O.R.) serta modulus elastisitas (M.O.E. atau E), sesuai standar JAS ( Anonim, 1996 ). Untuk pembandingan kekuatan lentur balok-lamina terhaday kayu utuh ( solid ), dilakukan uji kekuatan lentur berdasarkan contoh uji kayu solid berukuran kecil bebas cacat dengan tinggi 2,5 cm, Iebar 2,5 cm dan panjang 40 cm, pada jarak sangga 35 cm; sesuai standar ASTM D 14: (Anonim, 1981). Pengujian kekuatan geser balok-lamina dengan bidang geser 5 cm x Sem , serta tekan sejajar arah serat dengan contoh uji berukuran tinggi /panjang 20 cm, lebar 3 cm dan tebal 5 cm, (standar JAS : Anonim, 1996) untuk kekuatan geser, dan standar ASTM D 143-52 (Anonim, 1981) untuk contoh uji kekuatan tckan sejajar arah serat Uji delaminasi terhadap contoh uji balok-lamina (3 lapis: perckat PF), beruk panjang 7 cm, sesuai standar JAS (Anonim, 1996). Il. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Mutu dolok Hasil pengamatan, pengukuran dan perhitungan diameter scluruh dolok contoh kayu mangium ( umur 10 tahun ), menunjukkan rata-rata dolok pangkal (=A) 24 cm (kisaran 16 - 33 cm ) ; dolok di atasnya (=B) 20 cm ( kisaran 14-30 em ), dan dolok paling atas (=C) 18 cm ( kisaran 12 - 29 cm). Menurut rancangan SNI ( Anonim, 1997 ), dinyatakan bahwa kayu bundar besar (KBB), berdiameter 30 cm atau lebih - kayu bundar sedang (KBS) berdiameter 20 - 29 cm : dan kayu bundar kecil (KBK), berdiameter kurang dari 20 cm. Berdasarkan standar ini, diameter rata-rata dolok contoh ‘kayu mangium tergolong kayu bundar sedang sampai kayu bundar kecil ; sedangkan nilai minimum dan maksimumnya antara kayu bundar kecil sampai kayu bundar sedang ; hanya tiga dolok bagian pangkal ( A ) yang tergolong kayu bundar besar (lebih dari 30 cm ), ( Tabel 1) Untuk kayu sungkai, diameter rata-rata dolok pangkal (A) = 17 cm (kisaran 16 - 20m, dolok B rata-rata 13 cm (kisaran 12 - 15 cm) dan dolok C rata-rata 10 cm (kisaran 9-12 cm ) (Tabel 2 ). Berdasarkan ukuran diameter tersebut, dolok kayu sungkai tergolong kayu bundar kecil (Anonim, 1997). Dalam rancangan SNI (Anonim 1997), dicantumkan persyaratan mutu kayu bundar, antara lain kebundaran, kesilindrisan dan kelurusan dolok, Untuk kayu mangium, kebundaran dolok A, di atas 0,6 ; sedangkan dolok B dan C di atas 0,80 (Tabel 1), Pada umumnya kebundaran dolok tergolong hampir bundar ( Hbr ), Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 16 No. 2 (1998) 83 Tabe! 1, Rata-rata diameter, kesilindrisan dan kebundaran dolok contoh kayu mangium (Acacia mangium Willd. ) Table 1. Mean diameter, cylindrical and circularity of log’s samples for mangium wood (Acacia mangium Willd. ) Pohon nomor (Tree number) Dolok ( Log ) D( cm) Si(%)™ Hous A Ww at 0.87 1 8 4 12 08s c 12 04 097 A 19 32 O87 2 8 14 08 0,88 c 12 04 093 A B 16 0,79 $ B wv 16 0% c 2) - 0,92 A Hn 30 0.88 4 B 2B 12 0,96 Cc 2B 12 096 A ob o4 0% 5 B 18 04 0,90 c wv 08 0.89 A Hn 06 0,83 6 B B 16 0,93 c 24 12 087 A 24 24 0,86 7 B 19 04 +086 Cc 18 08 0,85 A 29 40 0.82 8 8 24 092 c 2 08 0,88 A B 12 088 9 B 2 12 0.93 c 18 O4 0,98 A 16 20 0.94 8 14 - 0.97 10 c 12 04 093 Rate-tata (Mean ) D 24(A) 20(8) 18(C) Keterangan (Remarks): D = dameter ; Si= keslindrsan ( cylindrical) Hou = Kebundaran (erculanty ); panjang dolok contoh ( length of Jog's sample ) = 250 cm walaupun beberapa dolok pangkal (A) ada yang tergolong tidak bundar (< 0,80). Kesilindrisan dolok kayu mangium rata-rata < 2%, untuk dolok A, atau tergolong hampir silindris (Hsi) ; sedangkan dolok B dan C rata-ratanya <1 %, tergolong silindris (Si), sesuai penggolongan kesilindrisan dolok kayu bundar SNI(Anonim, 1997 ), 84 Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 16 No. 2 (1998) Tabel 2. Rata-rata diameter, kesilindrisan dan kebundaran dolok contoh kayu sungkai ( Peronema canescens Jack. ) Table 2. Mean diameter, cylindrical and circularity of log’s samples for sungkai (Peronema canescens Jack.) Pohon nomor (Tree number) | — Dolok (Log) Diem) Si(%) Hou A 2 36 093 1 8 14 08 090 c 2 08 10 A 18 28 089 2 8 13 08 0.86 c " : A 18 20 083 3 8 2 08 093 c 10 16 093 A 16 16 0.88 4 8 3 08 087 c 10 16 093 A 18 24 oat 5 8 5 4 ost c 2 16 085 A 18 24 076 6 B 4 20 0.86 c 2 04 093 A 7 20 ost 7 B 12 4 os7 c g 12 096 A 8 08 0.86 8 8 4 08 087 c " 08 0.89 Rete-rata ( Mean ) D 17(A) 13(B) 10(C} Kelerangan ( Remarks) D = dameter : Si = keslindisan ( cylindrical ) Hou = kebundaran (circularity) . panjang dolok contoh (length of fog’s sample ) = 250 cm Kebundaran dolok kayu sungkai, umumnya > 0,80, baik dolok A maupun dolok B dan C. Data ini menunjukkan bahwa kebundaran sungkai tergolong hampir bundar (Hbr). Kesilindrisannya, rata-rata <2% atau tergolong hampir silindris (Hsi), Kelurusan dolok kayu mangium , umumnya lurus sampai hampir lurus, dengan kelengkungan batang 1% - 2% ; sedangkan untuk kayu sungkai umumnya hampir lurus, bahkan dolok bagian atas (C) kelurusannya > 2 % dari panjang dolok, tergolong tidak lurus (Tdi) Dari uraian di atas tampak bahwa nilai kebundaran dolok bagian pangkal (A) cenderung lebih rendah dibandingkan dengan dolok di atasnya ( B dan C ) atau pada ketinggian 5 m - 7,5 m dari pangkal pohon. Hal ini discbabkan oleh ukuran bontos pangkal yang lebih besar dibandingkan bontos ujung doloknya. Pada kayu sungkai dolok pada ketinggian di atas 7,5 m, kelurusannya cenderung lebih rendah dibandingkan dolok di bawahnya, Hal ini tampak pada beberapa dolok yang, bengkok pada ketinggian di atas 7,5 m dari pangkal pohon. Dengan demikian, untuk memperoleh dolok yang lurus, perlu diperhatikan pembagian batang yang tepat sesuai dengan kelurusannya, Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 16 No. 2 (1998) 85 B. Berat jenis Hasil pengukuran dan perhitungan berat jenis kayu mangium, berasal dari contoh uji yang diperolch dari seluruh Iempengan dolok, menunjukkan berat jenis basah (berdasar berat dan volume kayu basah) rata-rata = 0,893, dengan kisaran ( Poos ) 0,860 - 0,926. Dari data ini dapat dihitung, berat kayu mangium (umur 10 tahun ) dalam keadaan basah/seyar rata-rata = 893 kg/m’ , dengan kisaran 860 kg/m’ - 926 kgm’, Kadar air kayu basah rata-rata ~ 121.3 % ( Tabel 3 ) Dari contoh uji yang sama, hasil pengukuran dan perhitungan berat jenis kering udara ( berdasar berat dan volume kayu kering udara ) rata-rata = 0,47, dengan kisaran pada P os = 0.45 - 0.49. Dari data ini, kekuatan kayu mangium dalam penelitian tergolong dalam kelas kuat III (penggolongan Kelas kuat kayu Indonesia menurut Den Berger, 1923 : dalam Martawijaya et al. ,1986). Kadar air pengujian rata-rata 10,98 %, Rinciannya dicantumkan dalam Tabel 3 Analisis regresi, menunjukkan adanya hubungan linier positil yang sangat nyata antara berat jenis ering udara dengan posisi horisontal dari empulur ke arab fuar/kulit, Berat jenis ini, paling rendah pada posisi sepertiga jari-jari di sekitar empulur, kemudian meningkat pada duapertiga jari-jari dari empulur, dan paling tinggi pada bagian terluar sampat batas kulit. Hubungan tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan : Y = 03041 + 0,0832 X di mana Y =. berat jenis kayu kering udara ; X =. posisi horisontal dari empulur ki (sepertiga jari-jari dari empulu dan sisanya pada bagian kayu paling liar h luar 1: duapertiga jari-jari dari empulur =2; 3). Ginoga (1997) melaporkan bahwa berat jenis basah kayu mangium dari Benakar, Sumatera Selatan, umur 10 tahun, rata-rata = 0,95 (berat kayu basah = 950 kg/m’), {ebih tinggi dibanding hasil penelitian ini, Hal ini disebabkan antara lain oleh perbedaan tempat tumbuh ( ketinggian dari permukaan laut, jenis tanah, dan iklim ) Berat jenis kering udara dari jenis kayu yang sama pada umur yang sama (10 tahun) yang berasal dari Benakat, ‘Sumatera Selatan, rata-rata = 0,52, dengan kisaran (P,.s)70.30-0,54 (Ginoga, 1997). Nilai berat jenis ini agak lebih tinggi dibandingkan jenis yang sama, pada umur yang sama ( 10 tahun ) yang berasal dari Banten, Jawa Barat, Walaupun demikian, namun kekuatan kayunya masih tergolong di dalam kelas yang sama, yaitu kelas II], Untuk kayu sungkai (umur tanaman 13 tahun ), hasil pengukuran dan perhitungan contoh uji berat jenis dari lempengan scluruh dolok, menunjukan nilai rata-rata berat jenis basah = 0,844, dengan Kisaran (Pos) = 0.814 - 0,875. Dapat dihitung bahwa erat basah rata-rata kayu ini = 844 ky/m’, dengan kisaran (P=0,05 ) = 814 kg/m’ - 875 ky/m’, Kadar air pengujian kayu basah rata-rata = 99.8 (Tabel 3 ) Borat jenis kering udara dari jenis kayw ini, rata-rata = 0,51 ; kisarannya (Poos) = 0.49 0.52. Berdasarkan data ini, kekuatan kayw sungkai dalam penelitian int tcrgolong kelas IIL. Analisis regresi, menunjukkan bahwa terdapat hubungan liniet positif yang sangat nyata antara berat jenis kering udara dengan posisi horisontal (dari empulur ke arah luar ) 86 Bul, Pen. Has. Hut. Vol. 16 No. 2 (1998) Tabel 3. Berat jenis dan kadar air rata-rata untuk kayu mangium ( Acacia mangium Willd. ) dan kayu sungkai ( Peronema canescens Jack. ) Table 3. Mean specific gravity and moisture content of mangium wood ( Acacia mangium Willd. ), and sungkai wood ( Peronema canescens Jack. ) Kayu Mangium ( Mangium wood ) Kayu sungkai ( Sungkai wood ) Bertone | __ Kedar ar toate | Kove Petenromor | Keedsan poten noma | Keadoan ct (Specie | (Maitre conten) | Pen (Specie | (Mast content) (tree umber} (Condon) | gravy) (5) __[renamber | (Conon) | gravy) () 1 ® 088 1025 1 > 0.90 943 k 0.46 104 k 083 130 2 b 0.85 1095 2 > og 979 k 0.46 108 k | 051 131 3 b oge 1142 3 > oat 104e k 050 105 k 047 123 4 b 098 129 4 > 08a 106.1 k 053 123 k 052 127 5 b 092 1198 5 > 075 a3 k 09 118 k 050 124 6. b 0,93 135.1 6. b 0,83 110.2 k 0.46 10.6 k O47 12.2 & b 0,93 158.4 7 b 0,88 99,0 k oat 107 k 082 123 8 > 092 1390 8 > 087 1030 k 045 10,7, k 052 123 9. b 0,91 12,7 k 0,48 11,0 10. b 0.80 98.6 k 0,47 11,0 » | 08 1213 > | Ope $0.86 Rata-ala (086-0526) Rolarala losiso.e5y| (Mean ) (Mean) k oa? 110 k 051 125 (0.45049) 049052" | Kelerangan ( Remarks ):b = basah (green), k= kering udata (air dried) ,* = Kisaran pada P wos inlerval al Pos) Hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam persamaan : Y=0,4569 + 0.0245 X; di mana Y = berat jenis kayu kering udara ; X = posisi /jarak horisontal dari empulur ke luar ( sepertiga jari-jari dari empulu duapertiga jari-jari dari empulur = 2; dan sisanya_pada bagian kayu paling luar = 3 ). Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 16 No. 2 (1998) 87 Hubungan tersebut, sama seperti pada kayu mangium, baik yang berasal dari Banten maupun yang berasal dari Benakat, Sumatera Selatan. Hubungan regresi tersebut di atas, dapat dipakai dalam pemilahan papan-papan kayu gergajian dengan berat jenis yang agak lebih tinggi ; dalam hal ini dapat direncanakan bahwa pada jarak duapertiga jari-jari dari empulur sampai bagian kayu paling luar akan dapat diperoleh kayu yang mempunyai berat jenis yang lebih tinggi C, Balok-lamina Pengujian dan perhitungan kckuatan lentur dengan pembebanan pada titik tengah contoh balok-lamina (3 lapis ) berukuran tinggi 5 cm, lebar 7 cm dan_panjang 200 cm (jarak sangga 190 cm ), menunjukkan nilai modulus clastisitas (= E) rata-rata = 105,891 (x 10° kg/m? untuk kayu mangium ; dan untuk kayu sungkai rata-rata = 79,862 (x 10° kg/cm’ ).. Jika data ini dipakai untuk mengukur mutu kekuatan (strength grade) balok-lamina yang diuji, maka untuk kayu mangium tergolong dalam mutu E 105 - F 300 ; sedangkan kayu sungkai tergolong E 75 - F 255, menurut standar JAS ( Anonim, 1996 ), Nampak bahwa mutu balok-lamina kayu mangium lebih tinggi dibandingkan dengan balok-lamina dari kayu sungkai. Analisis regresi hubungan antara kenaikan/penambahan beban (setiap 10 kg) dengan kelengkungan/ deflcksi, terhadap kekuatan lentur balok-lamina terscbut, menunjukkan adanya hubungan linier positif yang sangat nyata, pada dua jenis kayu yang diuji. Persamaan regresi untuk dua jenis kayu tersebut adalah : kayumangium ; Y=5,387 X .R°=0.976; kayu sungkai > Y=4.134 X :R°=0.997; di man Y =kenaikan beban (kg): X= defleksi (nm); R= koefisien korelasi. Persamaan ini merupakan dasar dalam menduga besamya beban ( kg ) berdasarkan besarnya kelenykungan (mm ). Dalam konsep ini, penetapan kekuatan kayu, dapat diduga berdasarkan besarnya kelengkungan ( defleksi ) ; hal ini dikenal dalam istilah uji tanpa merusak contoh uji (non destructive method ). Pengujian kekuatan lentur dengan pembebanan pada titik tengah kayu utuh (solid wood) ukuran kecil bebas cacat , menunjukkan modulus elastisitas (= E ) rata-rata = 137,581 (x 10° kg/em? ) untuk kayu mangium, dan 107,573 (x 10° kg/em* ) untuk kayu sungkai, Nilai modulus clastisitas kayu utuh tampak lebih tinggi dibandingkan dengan modulus clastisitas balok-lamina yang diuji. Rationya terhadap kayu utuh, masing-masing 0,77 untuk kayu mangium, dan 0,74 untuk kayu sungkai. Kekuatan lentur patah (M.O.R) kayu utuh, rata-rata untuk kayu mangium = 932,96 kg/om’, dan 763,42 kg/cm’ untuk kayu sungkai (Tabel 5). Berdasarkan nilai keteguhan terscbut. dua jenis kayu ini tergolong dalam kelas Kuat Il, sedangkan menurut nilai berat jenis kering udara rata-rata, kekuatannya tergolong dalam kelas kuat II] (Den Berger. 1923 : dalam Martawijaya ef a/., 1986) 88 Bul. Pen. Has, Hut, Vol. 16 No. 2 (1998) Tabel 4, Berat jenis kering udara rata-rata menurut posisi horisontal di dalam dolok contoh kayu mangium (Acacia mangium Willd.) dan sungkai (Peronema canescens Jack.) Table 4. Mean air dried specific gravity in horizontal position of log’s samples for mangium wood (Acacia mangium Willd) and sungkai (Peronema canescens Jack. ) Kaju Mangium ( Mengium wood ) Kayu Sungkas(Surgkai Wood) rromer | Posisi da empuir ke eh hut sis dar empur ke aah lt \ (Tree | __ (Position rom pt tothe bak Rote-rta (Position tram pith tothe bark) Ratorata umber) [va [28 | tua (outer | (Mean) wer [wr [ ter(autey | (Men) i oat 046 052 046 os | oss os7 053 2 | 039 | ow 053 046 04s | se 054 ost 3 oa |. 083 055 050 ous | oar 049 ow 4 om |” 086 058 053 04s | ost 055 082 5 | ow | osz 055 049 oe | 049 082 050 6 | 0% | ow 053 046 oa | our 04s our 7.) 03 | om 050 oat oa | os 056 082 a | 03 | oW 056 045 ow | 053 054 052 8 0% | ast os? 048 E : 3 wo | 039 | our 057 048 z - A = | * | uaa 038 049 055 oar 048 Ost 053 ost Keterangan (Remarks) = jar dolok (log's radius) Tabel S.. Kekuatan rata-rata balok-lamina dun kayu utuh kayu mangium (Acacia mangium Willd, ) dan kayu sungkai ( Peronema canescens Jack.) Table 5. Mean strength properties of glued-laminated timber and solid wood for mangium wood (Acacia mangium Willd.) and sungkai (Peronema canescens Jack. ) Kyu mangium (Acacia mangium) Kayu sungka (Peroneme canescens ) coed ‘Mangum wood (Acacia mangium) ‘Sungkal wood ( Peronema canescens ) MOE*/MOR®| ou« | tm [MOE*]MOR®] oo | aye 1 Lenturdengen pembebonan | 40591 | - ~ | 7962] ae nore henge {Bandog af oe point dg) {137 5819] (202.96) (107:573)] re3.4zy] | 2 Lent dengan pombebanan ore 126,470 57859] ~ | 96051] 51035] - {Gendg a tw pore bag) 3. Goss (Ste) HN faa fs 1a ~ | = |/s028 4. Tekan sejajar arah sorat _ ~ faa] ~ i ~ | aac] a (Cmeressen paral 1 te gran) fag Keterangan (Remarks) a)M.O.E = Modus Elaststas (Modulus of Elastiy) (x 107 kgfem ) 6) MOR = Modus Patah (Mocs of Rupture) ( kgm? ) ©). = Tekan maksimum saya ara sort (Maximum compression strength paral tothe grain) (gle) ) tgs = Kehuoten geser (Shear strength) (kglom® ) +) Kekuatan kayy utuh (Srength of sd wood} Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 16 No. 2 (1998) 89 Dilaporkan (Ginoga, 1997), kekuatan lentur patah untuk kayu mangium dari Benakat, Sumatera Sclatan (tanaman umur 10 tahun), rata-rata = 942,23 kg/em’, juga tergolong dalam kelas kuat Il. Kayu sungkai, dilaporkan Martawijaya et al. (1986), tergolong dalam Kelas kuat II-III, dengan kekuatan lentur patah rata-rata = 568 kg/cm’, lebih rendah dibanding lentur patah rata-rata jenis kayu yang sama dalam penelitian ini. Perbedaan tersebut, antara lain dapat bersumber dari perbedaan umur serta lokasi pohon contoh yang diteliti. Walaupun demikian, namun kekuatan Jentur patahnya masih tergolong dalam kelas kuat Il Pengujian dan perhitungan Kekuatan lentur balok-lamina (3 lapis) dengan pembebanan pada dua titik beban ( two point loading ), menurut standar JAS (Anonim, 1996), menunjukkan nilai modulus clastisitas (= E,) rata-rata = 126,470 (x 10° kg/em ), dengan lentur patah rata-rata = 578,59 kg/cm? untuk kayu mangium : dapat digolongkan ke dalam = mutu kekuatan ( strength grade ) E 120 - F 330. menurut standar JAS ( Anonim, 1996 ), Untuk kayu sungkai, dari pengujian yang sama, nilai modulus elastisitas rata-rata = 97,051 (x 10° kg /em? dan lentur patah rata-rata = 510,35 kg/em?, Jika data ini digunakan dalam penetapan mutu kekuatan balok-lamina yang diyji, maka menurut standar JAS (Anonim, 1996 ), tergolong dalam mutu kekuatan E95 - F285) Hasil pengujian dan perhitungan kekuatan geser balok-lamina tiga lapis ( perekat PF ), menunjukkan rata-rata = 24,35 kg/cm” untuk kayu mangium , dan untuk kayu sungkai rata-rata = 59,28 kg/em?, Berdasarkan data ini, kayu sungkai dapat digolongkan ke dalam kelompok jenis ( wood species group ) 6, menurut standar JAS (Anonim, 1996), sedangkan kayu mangium < 54 kg/em” atau masih di bawah standar ini. Pengujian kekuatan tekan sejajar arah scrat balok-lamina tersebut di atas, enunjukkan hasil rata-rata = 379,13 kg/m? untuk kayu mangium , dan 432,68 kg/em? untuk kayu sungkai. Jika data ini digunakan untuk menggolongkan kekuatan balok-lamina tersebut, maka kayu mangium tergolong kelas kuat III, sedangkan kayw sungkai tergolong kelas kuat II. Dilaporkan ( Ginoga, 1997 ), kekuatan tekan sejajar arah serat untuk kayu utuh berdasarkan contoh uji bebas cacat, rata-rata = 435,85 kg/em? untuk kayu mangium ( umur 10 tahun ) dari Benakat, Sumatera Selatan ; tergolong Kelas kuat Il. Dengan demikian ratio kekuatan tekan sejajar arah serat balok-lamina terhadap kayu utuh bebas cacat untuk kayu mangium = 0.87, ‘Untuk kayu sungkai, dilaporkan Martawijaya et al. (1986) kekuatan tekan sejajar arah serat rata-rata = 317 kg/om: , tergolong di dalam kelas kuat 111. Dibandingkan dengan kekuatan yang sama pada balok-lamina, nampak bahwa kekuatan pada kayu uituh lebih rendah, Hal ini disebabkan antara lain oleh perbedaan contoh pohon sebagaimana yang telah dikemukakan terdahulu Uji delaminasi terhadap balok-lamina kayu sungkai, menunjukkan 83 persen dari contoh yang diuji dapat memenuhi persyaratan standar JAS ( Anonim, 1996 ) « sedangkan untuk kayu mangium semua contoh ujinya belum memenuhi persyaratan standar tersebut. Sehubungan hal ini, uji delaminasi balok-lamina dari dua jents kayu ini masih perlu dilakukan serta dikaji lebih mendalam, 90 Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 16 No. 2 (1998) IV. KESIMPULAN 1. Diameter dolok contoh ( panjang 250 cm) kayu mangium dari tanaman umur 10 tahun, rata-rata 24 cm. 20 cm, dan 18 cm, berturut-turut untuk dolok pangkal (=A), dolok di atasnya (= B), dan dolok paling atas (= C) ; untuk kayu sungkai (15 tahun ) berturut-turut rata-rata 17 cm (A ), 13 em ( B ), dan 10cm (C). Diameter Kayu mangium tergolong kayu bundar kecil sampai sedang ; kayu sungkai tergolong kayu bundar kecil. Kebundaran dolok (A) kayu mangium > 0,60 serta > 0,80 untuk dolok B dan C ; tergolong hampir bundar, Demikian pula untuk dolok kayu sungkai. Kesilindrisan dolok A kayu mangium serta dolok A, B dan C kayu sungkai tergolong, hampir silindris ( < 2 % ), sedanghan dolok B dan C kayu mangium tergolong silindris (<1 % ). Kelurusan dolok kayu mangium tergolong lurus sampai hampir Jurus, sedangkan kayu sungkai umumnya hampir lurus. 2. Berat jenis basah_kayu mangium, rata-rata = 0,893 (= berat basah 893 kg/m®) : kayu sungkai rata-ratanya = 0,844 (=berat basah 844 kg/m’ ), masing-masing pada kadar air kayu basah rata-rata = 121,3 % dan 99,8 %, Berat jenis kayu Kering udara, rata-rata = 0.47 ( kadar air 11,0 % ) untuk kayu mangium ; dan kayu sungkai rata-ratanya 0.51 (kadar air 12,5 % ). Korelasi linier positif ig Sangat nyata/erat hubungannya antara berat jenis Kering udara dengan tiga posisi jarak horisontal dari empulur ke arah luar ; yakni paling rendah pada posisi sampai sepertiga jari-jari dari empulur, kemudian meningkat pada duapertiga jari-jari dari cmpulur dan paling tinggi pada bagian kayu terluar sampai batas kulit Persamaan untuk masing-masing jenis kayu adalah kayu mangium : Y= 0,3041 + 0,0832 X ; kayu sungkai_ : Y= 0.4569 + 0,0245 X ; di mana Y = berat jenis kayu kering udara, jari dari empulur = 2 , dar paling luar = 3) - Kekuatan kayu mangium dan kayu sungkai dalam keadaan kadar air kayu kering udara tergolong kelas kuat III - Il. Modulus elastisitas balok-lamina (3 lapis, perekat PF ), pada uji lentur titik tengah (center point loading ), rata-rata = 105,891 (x 10° kg/m? ) untuk kayu mangium, dan untuk kayu sungkai = 79, 862 (x10* kg/em* ), Korelasi linier positif yang sangat nyata antara kenaikan beban dengan kelengkungan/defleksi pada balok-lamina dari dua jenis kayu tersebut. Persamaannya adalah : kayu mangium : Y = 5,387X —; R? = 0,976; kayu sungkai : Y = 4,134X — ; R? = 0,997; di mana Y = kenaikan beban (kg ) ; x celengkungai/defleksi (mm) ; koefisien korelasi + a Bul. Pen. Has. Hut. Vol. 16 No. 2 (1998) 91 6. Modulus clastisitas dan lentur patah rata-rata balok-lamina (3 lapis, perekat PF ) pada uji lentur dua titik beban ( two point loading ), untuk kayu mangium = 126,470 (x 10° kg/m? ) dan 578,59 kg/cm? ; kayu sungkai = 97,051 ( x 10° kg/ cm?) dan 510,35 kg/cm’, Mutu kekuatan (strength grade) balok-lamina tersebut ‘menurut standar JAS, tergolong E120 - F 330 untuk kayu mangium; sedangkan kayu sungkui tergolong E 95 - F 285. 7. Kekuatan geser rata-rata balok-lamina ( 3 lapis , perekat PF ), untuk kayu mangium = 24,35 kg/cm: ; kayu sungkai = 59,28 kg/cm’. Kayu sungkai tergolong kelompok jenis kayu (wood species group ) 6, menurut standar JAS, sedangkan kayu mangium < 54 kg/cm” 8. Kekuatan tekan sejajar arah serat balok-lamina tersebut, untuk kayu mangium rata-rata = 379,13 kg/em? , dan sungkai = 432,68 kg/cm’ ; keduanya tergolong kelas kuat I 9. Scbagian besar ( 83 % ) uji delaminasi balok-lamina kayu sungkai memenuhi standar JAS ; sedangkan kayu mangium belum memenuhi standar tersebut. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1996, Japanese Agricultural Standard for Structural Glued-Laminated Timber. Notification No. 111 of The Ministry of Agriculture. Forestry and Fisheries. 1997. Rancangan Standar Nasional Indonesia : Kayu Bundar Rimba (Revisi ‘Semua SNI Kayu Bundar Rimba). Konsep SNI Dewan Standardisasi Nasional, Jakarta. _ 1993. Petunjuk Cara Pengukuran dan Penetapan Isi Kayu Bulat Rimba Indonesia. Direktoral Jenderal Pengusahaan Hutan, Jakarta. _ 1981. Annual Book of ASTM Standards, Part 22 : Wood ; Adhesives : ASTM D 143 — 52 (Reapproved 1978) ; ASTM 2395 — 69 (Reapproved 1977). ‘American Society for Testing and Materials, Philadelphia. Ginoga, B. 1997. Beberapa Sifat Kaya Mangiuin (Acacia mangium Willd.) Pada Beberapa Tingkat Umur, Buletin Penelitian Hasil Hutan, Vol. 15 No. 2, Bogor. Haygreen, J.G. and J.L. Bowyer. 1982, Forest Products and Wood Science. An Introduction. The lowa State University Press, Ames, lowa(pp: 204-214). Martawijaya, A., I. Kartasujana, K. Kadir dan S.A. Prawira. 1986. Indonesian Wood ‘Atlas : Vol. I, Forest Products Research and Developnient Centre, Bogor. Snedecor, G.W., and W.G. Cochran, 1956. Statistical Methods. Fifth Edition. The State College Press, Ames, lowa. Steel, R.G.D. dan J.H. Torrie. 1991 Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi Kedua. (Terjemahan). Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 92 Bul, Pen, Has. Hut. Vol, 16 No. 2 (1998)

Anda mungkin juga menyukai